Pastor Eric Chang | Ibrani 5:7 |

Kita telah bersama-sama mempelajari Ibrani 5:7, tentang makna kematian Yesus. Tentang apa yang dipertaruhkan olehnya saat ia disalibkan. Dan sekarang kita masuk kepada bagian yang kedua dari uraian tentang ayat ini. Saya kagum dengan kedalaman pemahaman rohani penulis surat Ibrani ini. Syukur kepada Allah karena kita memiliki orang semacam ini, yang bisa memahami dalamnya pemahaman perkara-perkara yang berasal dari Allah, yang bisa masuk ke dalam misteri-misteri kekal. Betapa mengagumkan melihat penulis ini mengerti perkara-perkara yang berkaitan dengan kematian dan kebangkitan Kristus.


Yesus memberikan segenap keberadaannya kepada kita

Singkatnya, kita telah melihat bahwa Kristus telah mati bagi kita, bukan hanya secara spiritual, tetapi dia memberikan dirinya. Dia memberi kita, bukan saja tubuhnya, tetapi seluruh dirinya. Jika yang dia berikan hanyalah tubuhnya, maka tidak akan disebutkan, Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Gal 2:20b). Kitab Suci memberitahu kita bahwa dia telah memberikan segenap keberadaannya, bukan sebagian saja dari dirinya. Ibrani 5:7 – 

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia (Allah), yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Kita telah melihat bahwa Yesus meratap dan mengeluh, dengan air mata di wajahnya, dan terlebih lagi, dengan air mata di dalam hatinya, menangis kepada Allah, Yang dapat menyelamatkan dia dari maut. Dan dari yang telah kita bahas dalam pembahasan pertama tentang makna kematian Yesus. Apakah kematian itu? Apakah Yesus takut pada kematian jasmani? Apakah Yesus memohon dengan ratap tangis dan rasa takut agar diselamatkan dari kematian jasmani? Jika memang demikian, berarti doanya tidak didengarkan. Tapi dia tidak meminta untuk diselamatkan dari kematian jasmani; dia tidak menangis dengan ratap tangis dan keluhan karena takut pada kematian jasmani, melainkan karena akibat yang kekal dari kematian itu. Dia akan memberikan dirinya, lebih dari sekadar tubuh, dia akan memberikan segenap dirinya, secara spiritual.

Di 1 Kor 15:45, kita melihat bahwa Adam yang pertama adalah jasmani (physical), sedangkan Adam yang kedua adalah rohani, manusia dari surga, yaitu Yesus. Jadi itulah yang dipersembahkan, ketika dia memberikan dirinya, bukan sekadar tubuh yang diberikan (tubuh adalah ciri dari Adam yang pertama), melainkan yang rohani, yaitu, Rohnya. Saya terharu ketika menyadari bahwa Yesus tidak sekadar memberikan tubuh jasmaninya. Dia tidak sekadar menjalani kematian jasmani yang sementara saja, tetapi dia sedang mempertaruhkan keberadaan kekalnya.


Apakah Yesus tahu bahwa dia akan dibangkitkan pada hari yang ketiga?

Hari ini, kita perlu memperhatikan pertanyaan yang lain. Apakah kematian Yesus itu lebih merupakan sesuatu yang ‘gampangan’, bahwa dia tahu dalam tiga hari dia akan dibangkitkan lagi? Dan karena dia tahu bahwa dia akan bangkit pada hari yang ketiga, maka kematiannya bisa diartikan sekadar suatu jalan-jalan saja. Lebih seperti tiga hari berwisata, atau mungkin, tiga hari bermimpi buruk, tetapi hanya akan berlangsung selama tiga hari saja. Apakah perkaranya seperti itu? Dapatkah kita katakan bahwa Yesus tahu kematiannya hanya merupakan suatu pengalaman sementara saja? Lagi pula, sangatlah membantu jika Anda tahu bahwa sesuatu hal hanya akan berlangsung untuk sementara waktu saja.

Sebagai contoh, jika Anda berpisah dengan orang yang Anda kasihi, jika Anda berkata, “Selamat tinggal, aku tidak tahu kapan bisa bertemu denganmu lagi,” oh, itu jelas sangat menyakitkan. Tetapi jika Anda berkata, “Aku akan menemui-mu lagi dalam tiga hari,” maka ucapan selamat tinggal tidak begitu berarti. Jika orang pergi untuk beberapa hari, maka kita tidak akan mengambil sapu tangan dan menangis sambil berkata, “Oh, kami tidak tahu kapan kami akan bertemu dengan-mu lagi.” Padahal kita tahu bahwa dia akan kembali minggu depan. Kita tidak akan menangis karena kita tahu dia akan kembali minggu depan. Apalagi jika hanya tiga hari. Itu bukanlah saatnya untuk berpisah dengan sedih. Namun beberapa waktu yang lalu, kami berpisah dengan Harn dan Helen di bandara. Dan kali ini, terasa lebih sedih karena kami tidak tahu apakah kami akan bertemu lagi. Mungkin untuk setahun, mungkin lima tahun, mungkin bahkan tidak pernah lagi. Siapa yang tahu? Hidup penuh dengan ketidak-pastian. Dan jika kita berbicara tentang perkara yang lebih dari sekadar beberapa hari, Anda tidak akan pernah yakin apakah akan bisa bersama lagi.

Jadi, jika Yesus telah mengetahui bahwa dia hanya akan mati selama tiga hari saja, bukankah hal ini akan mematahkan sengat dari kematian? Tidakkah terlintas di benak Anda, mengapa kita harus menangis ketika Yesus mati, karena tiga hari kemudian, dia akan bangkit kembali, apanya yang menyedihkan dari hal ini? Kematian tentunya sesuatu pengalaman yang menyedihkan. Perpisahan adalah pengalaman yang menyedihkan, akan tetapi kita ditenangkan oleh pengetahuan bahwa hal ini hanya akan menjadi perpisahan sementara saja.

Camkanlah baik-baik, para murid menjadi kumpulan orang-orang yang sangat tertekan ketika Yesus ditangkap dan disalibkan. Mengapa? Apakah mereka tak tahu bahwa mereka akan bertemu lagi dengannya dalam tiga hari? Jika memang demikian, seharusnya mereka tersenyum, “Baiklah, dalam tiga hari nanti, kita akan melihat Yesus lagi, dia hanya akan mati sebentar saja.” Anda lihat, kita telah merampok sengat sang maut di dalam peristiwa penyaliban Kristus. Kita telah menyingkirkan arti penting dan kesedihannya jika kita berbicara seperti ini, karena kita tidak tahu persoalannya sama sekali. Tak ada hal yang gampangan dalam peristiwa kematian Yesus.

Lantas kita berkata, “Oh ya, tentu saja para murid meratap, karena orang-orang yang bebal dan bodoh secara rohani itu tidak mengerti bahwa Yesus telah berkata bahwa dia akan bangkit lagi dalam tiga hari.” Jangan buru-buru. Mereka tidak bodoh, dan mereka tidak begitu bebal secara rohani. Mereka tahu bahwa tidak ada yang pasti dalam hal ini. Dan inilah tepatnya poin yang ingin saya bagikan kepada Anda hari ini.

Kita berkata, “Yah, kita tahu bahwa Yesus akan bangkit kembali karena sudah disampaikan di dalam Perjanjian Lama.” Oh, begitukah? Mungkin Anda bisa sebutkan di bagian Perjanjian Lama yang mana disebutkan bahwa Yesus akan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Jika Anda bisa menemukannya, saya akan sangat bahagia dan mendapat pencerahan karena saya telah mencari dengan sia-sia pernyataan semacam itu di dalam Perjanjian Lama. Yesus melangkah menuju kematiannya, sama sekali tidak dengan keyakinan yang pasti bahwa di dalam waktu tiga hari dia akan bangkit. Tidak sesederhana itu. Perhatikan baik-baik ayat ini. Itu sebabnya saya sangat mengagumi penulis surat Ibrani ini. Yesus tidak melangkah menuju kematiannya sambil berkata, “Baiklah, Allah berjanji untuk membangkitkan-ku dalam waktu tiga hari. Jadi, ini hanya wisata sebentar ke dalam kematian.”

Apanya yang mengerikan dari hal semacam itu? Jika Anda telah tahu bahwa Anda akan mati hanya untuk tiga hari saja, mungkin hal ini akan menjadi pengalaman yang menakutkan, akan tetapi apakah Anda akan merasa ngeri menghadapinya? Apakah Yesus tahu dia hanya akan mati untuk tiga saja walau sekadar dalam petunjuk saja?


Allah mendengarkan dan menyelematkan Yesus

Perhatikan ayat ini sekali lagi, dan bacalah baik-baik, karena kadang kala, kita meneliti tetapi tidak melihatnya. Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Apakah artinya itu? Pikirkanlah dengan seksama barang sejenak, apakah artinya? Saya yakin bahwa kita semua mengerti bahasanya, akan tetapi apakah Anda mengerti apakah yang sedang disampaikan oleh Firman Allah bagi kita di sini? Ia telah didengarkan berarti bahwa dia telah dibebaskan keluar dari maut. Karena dia berdoa, maka ia didengarkan. Bukankah itu yang disampaikan di sini? Mengapa dia didengarkan? Karena kesalehan-nya. Dan di manakah kita melihat kesalehan itu? Di dalam ketaatan-nya yang penuh kepada Allah. Kita melihat hal itu di dalam ayat-ayat berikutnya:

8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,  10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek. 11 Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

Sungguh aneh melihat kebanyakan penafsir tampaknya mengira bahwa kata-kata di dalam ayat 11, Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan mengacu kepada keimaman Melkisedek. Kesalahan yang sangat besar. Kata-kata ini sama sekali tidak mengacu pada keimaman Melkisedek. Sebenarnya, keimaman Melkisedek bukanlah bagian yang paling sukar dipahami di sini. Hal yang paling sukar untuk dipahami adalah pengorbanan kekal dari diri-nya, di mana dia mempersembahkan bukan saja tubuh-nya, tetapi segenap keberadaan-nya.

Dia mengasihi saya dan tidak sekadar memberikan tubuhnya melainkan dirinya buat saya, kata rasul Paulus di dalam Galatia 2:20. Itulah hal yang membingungkan pikiran, bahwa Anak Allah mempertaruhkan keberadaan kekalnya buat kita!

Bagian kedua dari ayat 7 berbicara tentang kebangkitan. Ayat ini memberitahu kita bahwa dia telah didengarkan –  dia telah dibangkitkan dari antara orang mati –  bukan karena telah dinubuatkan oleh Perjanjian Lama bahwa dia akan bangkit dalam tiga hari. Bukan hal itu yang dikatakan di sini. Dia memohon untuk dibebaskan ‘dari maut’. Di dalam bahasa Yunani dikatakan ‘keluar dari maut,’ ek thanatou. Dia dibebaskan dari maut sebagai jawaban atas doa-nya, bukan sebagai jawaban kepada nubuat di dalam Perjanjian Lama.

Ini mengubah semua gambaran secara keseluruhan! Dengan kata lain, jika doa-nya tidak dijawab, maka dia tidak akan dibangkitkan dari maut. Bukankah ini yang dikatakan oleh ayat ini? Sangatlah gampang untuk dipahami berdasarkan tata bahasanya.


Allah menjawab doa kita hanya jika kita taat

Dan dia tidak akan dibangkitkan dari antara orang mati, yaitu, doanya tidak akan didengar, jika dia tidak memiliki kesalehan. Perhatikan sesuatu hal yang sangat penting tentang doa yang bisa kita pelajari di sini. Yesus didengar oleh Allah bukan karena dia adalah Anak. Bukan karena statusnya sebagai Anak, lalu dia pasti didengarkan. Bukan itu yang dikatakan di sini. Dikatakan di ayat 8, sekalipun dia adalah Anak, hal itu tidak menempatkannya dalam kelompok yang spesial dan diutamakan. Dia harus belajar ketaatan melalui penderitaannya. Tidak dikatakan, “Karena engkau adalah Anak, maka engkau tidak perlu menderita. Engkau memiliki hak istimewa yang khusus. Semua orang yang berbuat dosa harus menderita. Tetapi karena engkau adalah Anak, maka engkau tidak perlu menderita.”

Tidak. Sekalipun dia adalah Anak, Dia tidak mendapatkan hak istimewa. Dia belajar ketaatan, sama seperti kita semua, melalui penderitaan. Begitulah cara kita belajar ketaatan. Jangan mengira bahwa jika Anda berdoa kepada Allah, maka Allah akan mendengarkan Anda karena Anda memiliki status khusus: “Kita adalah anak-anak Allah.” Janganlah menipu diri kita sendiri.

Allah mendengarkan kita bukan karena kita adalah para anak, karena ada juga anak yang tidak taat, mereka adalah anak-anak yang terhilang.  Itu sebabnya kita memiliki Perumpamaan tentang Anak yang hilang.

Tuhan akan menjawab kita, jika kita, sebagai anak, memiliki ketaatan sebagai anak. Itulah ungkapan dari kesalehan, ketaatan kepada Allah. Ketaatan bukanlah kesalehan yang dangkal, sehingga Anda cukup berkata, “Ya Tuhan, ini aku.” Dan ketika kita berdoa, kita harus berbicara dengan suara yang khusus. Hal itu sangat memuakkan! Apakah Allah mendengarkan kita karena kita tahu bagaimana berdoa dengan suara yang merdu, karena kita memiliki kosa kata yang religius. Allah tidak peduli akan hal-hal semacam ini.

Dia mendengarkan Anda bukan karena Anda memiliki status sebagai anak, memang benar bahwa kita memiliki status sebagai anak, akan tetapi Dia mendengarkan Anda hanya atas dasar ketaatan kepada-Nya. Allah mendengarkan Yesus bukan karena Yesus berkata bahwa Dia adalah Anak. Dia didengarkan karena kesalehannya. Kesalehan Anak –  kesalehan dan ketundukan –  yang terungkap dalam ketaatannya kepada Bapa.


Nubuatan tentang kebangkitannya digenapi oleh karena kehidupannya

Hal ini mengubah segenap gambarannya, apakah Anda melihatnya? Yesus tidak pergi ke kayu salib sambil berkata, “Baik, ini akan menjadi suatu mimpi buruk untuk beberapa hari, akan tetapi ini hanya akan berlangsung selama tiga hari, dan aku akan bangkit kembali, seperti yang dijanjikan oleh Allah.” Seperti itukah? Janji yang di mana? Adakah Anda membaca tentang janji di suatu tempat? Tunjukkan kepada saya di mana janji itu. Tidak ada janji seperti itu!

Yesus memang berkata bahwa dia akan bangkit kembali. Dia telah menubuatkan bahwa Dia akan bangkit kembali. Tiga kali Dia menubuatkan bahwa dia akan bangkit kembali. Akan tetapi, apakah kita akan berpikir bahwa sebuah nubuatan pasti akan terjadi hanya karena Anda telah menyampaikannya? Apakah sesederhana itu? Tidak sesederhana itu.

Yang menjadikan seseorang adalah nabi sejati atau nabi palsu di dalam Perjanjian Lama, seperti juga di dalam Perjanjian Baru, adalah bahwa seorang nabi sejati adalah orang yang kehidupannya menopang perkataannya. Seorang nabi sebenarnya adalah seorang yang memberitakan Firman Tuhan. Seorang pengkhotbah itu benar atau palsu tidak bergantung pada apakah pemberitaannya sangat meyakinkan, fasih atau sangat indah. Apa yang saya sampaikan adalah benar atau salah bukan karena secara kebetulan saya adalah seorang pengkhotbah, melainkan apakah kehidupan saya mendukung ucapan saya.

Sekalipun omongan saya sangatlah meyakinkan dan sangat indah, tetapi jika kehidupan saya menyangkal hal itu, maka saya adalah nabi palsu, tak peduli sebagus apapun omongan saya. Tetapi jika nubuatan saya ada kaitan dengan diri saya, dan kehidupan saya tidak mendukungnya, maka nubuatan itu tidak akan digenapi. Allah tidak akan menghargai hal itu. Tidak bisa.

Jadi janganlah berpikir karena Anda telah menubuatkannya, maka hal itu akan terjadi. Nubuatan itu akan terjadi jika kehidupannya sesuai dengan ucapannya. Ini adalah hal yang sangat penting. Yesus bisa berkata kepada orang banyak, “Siapakah dari antara kamu yang bisa menyatakan dosaku? Tunjukkanlah kepadaku dosa-dosaku.” Tak ada orang yang bisa menjawabnya. Karena kehidupannya memang tidak bercela –  Anak Domba Allah yang tidak bercela. Itu sebabnya Allah sangat menghargai ucapannya. Yesus berkata, “Bapa-Ku memuliakan Aku karena Aku selalu melakukan hal-yang menyenangkan hati-Nya.” Janganlah kita lupa akan hal ini.       

Tak ada hal yang gampangan di dalam hal kematian dan kebangkitan ini, karena jika Yesus gagal di satu hal kecil saja, maka segalanya akan berantakan, dan keselamatan kita akan musnah bersamanya.

Apakah yang akan terjadi jika Yesus gagal ketika dia dicobai oleh Iblis? Apakah yang akan terjadi? Pelayanannya akan musnah bahkan sebelum sempat dimulai. Apakah yang akan terjadi jika, setelah dia menjalankan pelayanan-nya, sekalipun dia berhasil melalui pencobaan dengan gemilang, tetapi dia gagal di salah satu bidang, apakah yang akan terjadi pada Anda dan saya? Dia harus tanpa cela. Wah! Ini bukanlah perkara yang gampang!

Dan ingatlah hal ini: Yesus adalah manusia, dia menjalani kehidupan sebagai manusia, tunduk kepada segala macam emosi dan perasaan manusia. Surat Ibrani, memberitahu kita bahwa Yesus dicobai di dalam setiap segi, sama seperti kita, tetapi dia tidak berdosa.

Jika dia tidak bisa berbuat dosa, jika dia tidak mampu berbuat dosa –  dalam bahasa Latinnya non potuit pecare, yaitu tidak mungkin berbuat dosa –  maka tidak akan ada gunanya mencobai dia. Sejujurnya, pencobaan itu hanya akan menjadi suatu usaha yang konyol. Pernahkah Anda mencobai seseorang yang tidak bisa dicobai? Tentunya hanya akan membuang-buang waktu saja! Dan tidak akan ada gunanya berkata dia dicobai sama seperti kita semua, akan tetapi dia tidak berdosa, karena dia tidak bisa dicobai. Apakah gunanya berkata bahwa dia tidak berdosa? Dia bisa dicobai. Camkanlah hal ini baik-baik.

Saya dulunya berpikir, sama seperti kebanyakan orang Kristen, “Baiklah, Yesus menyongsong kematiannya dan dia sudah tahu bahwa, bagaimana pun juga, dia akan bangkit pada hari ketiga, jadi semuanya ini adalah perkara yang mudah dan Anda tidak perlu meneteskan air mata untuk hal ini. Tak ada sesuatu yang bisa membuat Anda terharu.

Maksud saya, jika Anda tahu bahwa dia akan bangkit dalam waktu tiga hari, adakah hal yang perlu disedihkan, karena kita sudah tahu akhirnya seperti apa? Perkaranya tidak segampang itu. Tidak ada janji di dalam Perjanjian Lama bahwa Yesus akan bangkit dalam tiga hari. Anda cari saja di dalam Kitab Suci. Yesus sendiri menubuatkan bahwa dia akan bangkit, tetapi entah nubuatan itu akan menjadi kenyataan atau tidak, apakah dia akan menjadi nabi sejati atau tidak, harus didukung oleh kehidupannya, seperti yang telah terjadi pada para nabi.

Dan lagi, di sini, Anak tidak mendapatkan kedudukan khusus yang diutamakan. Jika dia berada pada kedudukan yang khusus dan diutamakan, tentunya dia tidak bisa mewakili manusia sama sekali. Adam bisa dicobai untuk berbuat dosa, Yesus tidak bisa dicobai untuk berbuat dosa, dengan demikian tidak ada perbandingan yang bisa dilakukan tentang Adam yang pertama dengan Adam yang kedua! Tentu saja tidak bisa dibandingkan. Dia harus menanggung apa yang pernah ditanggung oleh Adam dan harus menang di tempat Adam telah kalah. Hanya dengan begitu, baru karya keselamatan bisa memiliki arti.

Jika dia tidak benar-benar manusia seperti Adam, maka dia tidak menderita sebagai manusia sama sekali. Sebagai manusia, dia harus bisa menanggung penderitaan yang kita tanggung, dan dia dicobai dalam cara yang sama dengan kita dicobai. Dan itulah tepatnya hal yang dikatakan oleh Surat Ibrani pasal 2 ini kepada kita.

Selanjutnya, Yesus juga mengatakan sampai tiga kali bahwa dia akan bangkit, sebagaimana yang telah sampaikan. Pertama kali, setelah peristiwa pengakuan di Kaesarea Filipi, di dalam Matius 6:21 dan dalam perikop-perikop yang sejajar di dalam Markus dan Lukas. Kedua kalinya, setelah peristiwa transfigurasi di dalam Matius 17:23 dan juga dalam perikop-perikop yang sejajar di dalam Markus dan Lukas. Dan yang terakhir kalinya adalah sebelum kunjungan terakhirnya ke Yerusalem, yang dikenal sebagai peristiwa “Yesus dielu-elukan di Yerusalem” di Matius 20:18-19. Tiga kali Yesus memberitahu murid-muridnya, bahwa dia harus menanggung penderitaan, dan dihukum mati, dan bangkit pada hari yang ketiga.

Dan di Lukas, tepatnya Lukas 24:46, terdapat kutipan, tentang peristiwa setelah dia dibangkitkan, dia menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa, “Ada tertulis bahwa Kristus harus menderita” dan ini tentu saja mengacu kepada Yesaya 53. Akan tetapi kita tidak boleh menganggap bahwa semuanya lantas ada juga di dalam Perjanjian Lama, karena dia melanjutkan dengan berbicara tentang Injil yang diberitakan sampai ke ujung bumi, bahwa dia akan bangkit dan sebagainya.

Tentu saja, memang ada petunjuk bahwa dia akan bangkit, tetapi tidak ada petunjuk tentang waktu yang tiga hari. Hanya ada dua tempat di dalam Perjanjian Lama yang menyerupai rujukan tentang hari yang ketiga. Yang satu ada di dalam Hosea 6:2, yang bunyinya, dari ayat 1:

“Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita..” “Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.” Ayat 3, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN.”

Saya ingin menekankan pada kata ‘kita’ di ayat yang di Hosea 6 ini. Jika Anda melihat ayat-ayat di dalam Hosea, rujukannya adalah kepada bangsa Israel, sebagai suatu bangsa; Israel yang dipanggil untuk bertobat, sebagaimana yang kita baca di dalam ayat 1, “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN.”

Nabi Hosea berbicara tentang Firman Allah, memanggil bangsa Israel untuk ‘Berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita..”

Dan ayat 2, “Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita.’ Rujukannya adalah kepada segenap Israel. Israel akan dipulihkan jika bertobat. Ini bukanlah rujukan kepada Kristus, kepada Yesus, kecuali melainkan kepada Israel yang baru. Akan tetapi Yesus tidak perlu bertobat, dan bagian ayat itu tidak sepenuhnya bisa diterapkan pada Yesus. Lantas, di manakah ada rujukan di dalam Perjanjian Lama ke arah kebangkitan pada hari yang ketiga? Tidak ada!

Namun Yesus sendiri di dalam Matius 12:40 menunjuk kepada kasus Yunus. Dia berkata,

“Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”

Perhatikan kata, tinggal di dalam rahim bumi –  ini adalah gambaran tradisional tentang Hades atau neraka. Selama tiga hari tiga malam dia akan berada di sana. Dan selanjutnya, dia akan menjadi tanda bagi bangsa-bangsa.

Yesus berkata bahwa tak ada tanda yang akan diberikan bagi generasi itu kecuali tanda nabi Yunus. Dalam hal ini, saya telah menyampaikannya pada hari Paskah tiga tahun yang lalu, dan saya tidak akan menyampaikan perinciannya lagi. Perhatikan bahwa Yesus tidak mengatakan bahwa Yunus termasuk satu tipe Kristus. Yunus adalah nabi yang sangat tidak taat. Dia tidak akan bisa melayani seperti Kristus. Ingatlah bahwa dia malah lari dari perintah untuk menyampaikan firman ke Niniwe. Saat Allah menyuruhnya untuk pergi ke Niniwe di timur, dia malah pergi ke Tarsus di barat. Dia lari ke arah yang berlainan, lalu sebuah badai melandanya di tengah laut. Dan dia dibuang keluar dari kapal supaya penumpang kapal yang lain tidak tenggelam. Dan Allah menyiapkan seekor ikan besar yang segera menelannya. Dia berada di dalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam.

Nah, Yunus jelaslah bukanlah satu tipe Kristus. Dia adalah nabi yang pembangkang. Akan tetapi Yesus berkata, sama seperti Yunus menjadi tanda bagi kota Niniwe setelah ‘kebangkitannya’, dari dalam perut ikan, setelah dia dimuntahkan oleh ikan itu, lalu dia menjadi tanda. Demikianlah kata Yesus, “Setelah Aku bangkit kembali dari antara orang mati, Aku akan menjadi tanda bagi bangsa-bangsa, bagi generasi ini.”


Yesus bisa saja gagal

Saya harap Anda memperhatikan dua hal dalam kaitannya dengan apa yang telah disampaikan di pesan “Apa yang Yesus pertaruhkan saat ia disalibkan”. Hosea 6:2 tidak merujuk kepada kebangkitan jasmani, harap diperhatikan baik-baik. Ini adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Ayat itu berbicara tentang kesembuhan rohani, pemulihan spiritual, kebangkitan rohani.

Dan perhatikan juga, hal yang sama berlaku dalam kasus Yunus. Sudahkah Anda perhatikan hal-hal tersebut? Ketika Yunus berada dalam perut ikan, Yunus tidak mati. Secara jasmani dia masih hidup. Dapatkah Anda menangkap poinnya? Di dalam kedua kasus tersebut, “pada hari yang ketiga”, penekanannya adalah pada makna rohaninya. Bangsa Israel di dalam Kitab Hosea, sebagai suatu bangsa, tidak mati secara jasmani, melainkan secara rohani. Lalu ketika Yesus mati, kita harus belajar untuk beralih dari penekanan pada perkara jasmani ke perkara rohani.

Demikian pula, izinkan saya mengingatkan Anda lagi akan Yunus. Secara jasmani Yunus tidaklah mati. Dia tidak dibangkitkan secara jasmani. Dia hanya dibangkitkan dalam pengertian rohani. Yunus yang berangkat ke Niniwe adalah seorang manusia baru secara rohani, tetapi secara jasmani dia masih sama. Dia belum mati dan belum dibangkitkan. Dan ini adalah hal yang penting karena jika Yesus ingin membuat sebuah paralel, ada kasus-kasus kebangkitan di dalam Perjanjian Lama di mana orang-orang memang secara jasmani dibangkitkan, akan tetapi Yesus sama sekali tidak mengacu kepada kasus-kasus itu sama sekali. Dia menunjuk kepada kasus Yunus karena kasus Yunus mencerminkan dengan tepat apa yang ingin dikatakan oleh Yesus.

Izinkan saya bacakan buat Anda kutipan dari Yunus pasal 2, supaya Anda bisa mendapatkan poin tentang makna rohani dari kematian dan kebangkitan Yesus. Disebutkan di dalam Yunus 2:2, ketika Yunus berdoa dari dalam perut ikan dengan ratap dan tangis – 

“Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati…

“Dunia orang mati” adalah “Hades”, yang di dalam Authorized Version seringkali diterjemahkan sebagai “Neraka”. ‘Sheol’ adalah kata Ibrani bagi kata ‘Hades’ yang berasal dari bahasa Yunani – 

aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. (cf. Ibrani 5:7) Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?

Perhatikan ayat 4: Bagaimana keadaan ditinggalkan oleh Allah? “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?” Engkau telah menolakku. Aku tak akan pernah lagi datang ke bait-Mu untuk menyembah-Mu.

“Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku.”

Perhatikan baik-baik perkataan di dalam ayat 6:

“di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya (kematian kekal). Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.”

Dia tak pernah berharap untuk bangkit kembali. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Jika sudah tertutup, pintu itu selamanya akan tertutup. Namun mukjizat terjadi: Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur (kata lain bagi neraka, hades), ya TUHAN, Allahku.

Ini adalah hal perlu diingat baik-baik. Saat Yesus turun ke bawah, Dia turun ke tempat di mana pintunya terpalang selama-lamanya. Dan itulah sebabnya Yesus dengan sengaja mengambil Yunus sebagai acuan, karena hanya di dalam hal ini saja Yunus bisa mengungkapkan kedalaman makna rohani yang Yesus inginkan untuk kita pahami.

Saya harap, sekarang ini, Anda telah bisa melihat dengan jelas, bahwa tidak ada hal yang pasti dalam perkara dibangkitkannya Yesus dalam waktu tiga hari, karena jika dia gagal di salah satu titik di sepanjang jalannya, jika dia sempat berbuat dosa, jatuh ke dalam pencobaan, maka berakhirlah semuanya. Palang-palang itu akan tertutup untuk selamanya. Dia tidak akan lagi didengarkan, karena di dalam kasusnya, dia harus tanpa cacat untuk bisa menjadi Penebus kita. Tak ada ruang bagi kesalahan.

Tak heran jika ketika Yesus sampai pada saat-saat yang terakhir, disebutkan bahwa keringat membasahi dahinya, menetes seperti keringat, tetesan darah yang besar-besar. Dia banjir keringat di dalam taman itu.

Apakah Anda pikir bahwa dia berkeringat karena Dia takut mati? Sebagaimana yang telah kita lihat di pesan “Apa yang Yesus pertaruhkan saat Ia disalibkan?”, dia mengajarkan murid-muridnya untuk tidak takut mati. Akankah dia sendiri yang takut mati? Tentu saja tidak! Keringat membanjir karena dia merenungkan bahwa palang-palang itu bisa saja tertutup untuk selama-lamanya, dan segala-galanya akan berakhir. Tujuan utama kedatangannya ke dunia ini, dengan mempertaruhkan keberadaan kekalnya bagi kita, semuanya akan gagal. Kita akan binasa. Dia akan binasa. Semuanya gagal.

Saya pikir jika kita sudah memahami betapa besar taruhannya, ketika dia melihat cawan yang harus dia minum, keringat membanjir di dahinya, air mata mengalir di wajahnya. Terornya sangat mengerikan. Bukanlah suatu hal yang pasti bahwa ia akan bangkit dalam tiga hari. Terlihat seperti persoalan gampang jika Anda melakukan kilas balik, ketika kemenangan telah diraih. Akan tetapi ketika Anda memasuki peperangan, tak ada hal yang gampangan di sana. Sekalipun musuh yang sangat lemah bisa memberikan pukulan telak bagi Anda. Satu saja pukulan yang tepat sasaran sudah bisa menjatuhkan Anda. Sangat besar taruhannya, taruhan yang bersifat kekal, seperti Yunus yang sedang berkata, “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu.”

Saya ingin menyampaikan hal ini karena saya berharap agar Anda, dan saya juga, dapat memahaminya. Ketika Yesus pergi ke kayu salib, mari kita singkirkan segala pandangan yang dangkal dan bodoh bahwa kematian Yesus seperti suatu tamasya tiga hari ke dalam maut, dan lagi pula, kita bisa menanggung waktu tiga hari yang berisi hal-hal yang buruk. Sekalipun sangat buruk keadaannya, jika hanya berlangsung selama tiga hari, kita masih bisa menanggungnya. Akan tetapi jika kita berpikir seperti ini, maka kita benar-benar telah kehilangan arti yang sesungguhnya. Perhatikan, tak ada satupun hal yang pasti di sini.

Penulis surat Ibrani tahu persis akan hal ini. Penulis Ibrani berkata bahwa Yesus telah didengarkan, bukan karena adanya janji-janji di dalam Perjanjian Lama bahwa dia akan bangkit dalam tiga hari. Tak ada janji semacam itu. Tak ada janji semacam itu yang dituliskan di bagian manapun. Dia harus dibangkitkan untuk bisa menjadi tanda bagi generasi ini, tanda bagi kuasa penebusan Allah di zaman ini. Akan tetapi jika dia gagal, maka tidak akan ada tanda dan tidak akan ada keselamatan. Janganlah kita membayangkan bahwa tidak ada kemungkinan gagal di dalam perkara ini. Kemungkinan gagal itu nyata, sangat nyata di dalam benak Yesus. Itulah sebabnya keringat membanjir, muncul ratap tangis. Dan dia telah didengarkan. Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati karena kesalehan-nya.

Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati, saya sampaikan sekali lagi, sebagaimana yang telah dikatakan oleh ayat ini, karena kesalehan-nya, bukan karena adanya nubuatan yang sebenarnya tidak ada di dalam Perjanjian Lama. Dan nubuatan Yesus sendiri, ucapan-nya sendiri yang harus dipertaruhkan. Begitu banyak hal yang harus digenapi melalui kehidupan dan kematiannya. Sungguh menggetarkan melihat apa yang telah ditanggung oleh Yesus saya buat saya. Untuk pertama kalinya selama tahu-tahun yang panjang itu, saya mulai melihat makna dari kematian dan kebangkitannya saat dia mematahkan belenggu maut.


Apakah Anda benar-benar percaya bahwa Yesus akan datang kembali?

Perhatikan, sebagaimana yang telah saya sampaikan, para murid tidaklah tumpul otaknya. Mereka tidak sebodoh itu. Mereka tahu bahwa Yesus telah mengatakan bahwa dia akan bangkit kembali, akan tetapi apakah ucapannya akan menjadi kenyataan? Itulah poinnya! Oh, ya, kita merasa bijak setelah peristiwa itu berlangsung. Kita bisa melakukan kilas balik. Akan tetapi jika Anda berada dalam posisi para murid, akankah Anda merasa yakin bahwa semua itu sudah pasti? Tidak sama sekali. Tentu saja, para muridnya ingat Yesus pernah berkata bahwa dia akan bangkit dalam tiga hari. Akan tetapi apakah ucapannya akan terbukti?

Anda tentu ingat bahwa ketika Yesus berbicara tentang tubuh dan darahnya sebagai makanan dan minuman, bahkan para muridnya, sebagian besar dari mereka merasa terusik dan meninggalkan dia. Ucapannya tidak mudah untuk diterima, dan tidak selalu mudah untuk dipahami. Murid-muridnya teringat akan apa yang telah dia katakan, akan tetapi apakah ucapannya akan menjadi kenyataan?

Saya akan menarik paralel seperti ini. Yesus berkata, “Aku akan datang kembali.” Apakah Anda benar-benar mempercayainya? Benarkah? Harap jujur saja. Kita sangat ahli menipu diri sendiri. Oh, ya, Anda telah mendengarkan firman tersebut. Anda telah mendengar bahwa Yesus berkata, “Aku akan datang.” Dia akan datang lagi, akan tetapi apakah Anda benar-benar mempercayainya? Sangat yakinkah Anda? Tidak begitu yakin. Mungkin.

Jika Anda mencamkan paralel itu, saat Yesus berkata, “Aku akan bangkit kembali,” para murid telah mendengarkan ucapan tersebut, mereka tidak tuli. Mereka juga tidak bodoh, akan tetapi akankah dia bangkit kembali? Akan bangkitkah dia? Bagaimana jika gagal? Bagaimana jika tidak terjadi? Mereka percaya bahwa hal itu bisa saja tidak terjadi. Itulah sebabnya mereka melarikan diri, bukankah begitu? Mereka lari menyelamatkan diri. Dan mereka semua bersembunyi, meratap, ketika Yesus mati.

Anda percaya bahwa Yesus akan datang kembali? Kita lihat saja. Kita lihat saja, apakah Anda memang percaya atau tidak. Rasa tidak percaya adalah hal yang aneh dan sangat kokoh bertahan di dalam hati manusia.

Dan jika kita melihat di dalam kehidupan Anda, cara Anda berperilaku, cara Anda menempatkan prioritas di dalam hidup Anda, prioritas di dalam studi Anda, apakah akan terlihat kepercayaan Anda akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya?. Saya melihat banyak orang, ketika tiba masa ujian, mereka tidak muncul di gereja. Di manakah prioritas Anda? Jadi, Allah bisa dilupakan untuk satu hari Minggu. Lagi pula, jemaat yang lain masih ingat kepadanya. Tak jadi masalah jika saya saja yang melupakan Allah. Maksud saya, ada begitu banyak orang di gereja. Jika saya tidak hadir, tak akan ada orang yang peduli. Tak masalah apakah ada orang yang memperhatikan, namun persoalannya yang terutama adalah, apakah prioritas Anda?

Apakah Anda percaya bahwa Yesus akan datang lagi? Dan akan datang kembali dalam waktu dekat? Saya akan tahu jika saya mengamati kehidupan Anda; melihat di mana prioritas Anda; perilaku Anda; dan cara berpikir Anda. Saya akan dapat memastikan apakah Anda benar-benar percaya atau tidak. Saya orang yang skeptis (tidak mudah percaya). maafkan saya. Di dalam banyak kasus, saya tidak yakin bahwa orang Kristen percaya akan hal itu. Saya tidak melihat bukti dari kehidupan mereka.

Itulah poinnya, sebelum kita menyatakan bahwa para murid itu bodoh secara rohani, mari kita periksa diri kita sendiri dulu. Tak ada hal yang pasti di sini sehubungan dengan peristiwa kebangkitan itu. Posisi kita memang lebih baik. Dia yang telah menggenapi firmannya pada saat kebangkitan, dia akan datang kembali. Tak ada keraguan akan hal itu.  Tak ada sesuatu hal yang bisa menghalangi rencananya sekarang ini.

Jika Yesus dikalahkan, seharusnya itu sudah terjadi di kayu salib. Jika dia tidak bisa dikalahkan di kayu salib, maka sekarang ini dia tak terkalahkan. Peluang Iblis sudah berakhir. Dan itulah sebabnya di dalam Kolose 2:15 diberitahukan kepada kita bahwa Iblis telah dilucuti. Sekarang ini, tak ada lagi hal yang bisa menghentikan kedatangan Yesus kembali.

Akan tetapi, tanpa adanya kemungkinan untuk gagal, Anda masih bisa melihat betapa ragu-ragunya orang-orang Kristen di zaman ini. Di saat masih terdapat peluang untuk gagal, kita tidak bisa menyalahkan para murid jika mereka ragu-ragu 


Allah membangkitkan Yesus karena kehidupannya

Saya akan simpulkan dengan menggambarkan poin-poin itu lagi bagi Anda. Jangan pernah memakai pandangan dan pikiran, “Yah, baiklah, Yesus memang mempertaruhkan banyak hal, dia telah banyak menderita, tapi bagaimana pun juga, dia sudah tahu bahwa semua itu hanya akan berlangsung selama tiga hari. Ini sangat mudah dipahami.” Persoalannya sama sekali tidak seperti itu. Tak ada jaminan, tak ada hal yang pasti dan terjamin. Camkanlah itu baik-baik.

Dengan demikian, maka Anda akan mulai memahami makna penting dari kematian Yesus. Hanya dengan cara itu, baru Anda bisa memahami makna peristiwa di Taman Getsemani. Tanpa itu, Anda tidak akan mengerti mengapa Yesus berdoa dengan ratap tangis dan keluhan di dalam taman itu. Untuk apa? Dia akan bangkit tiga hari lagi. Tapi, setelah Anda menyadari bahwa semua peristiwa itu masih membuka peluang akan munculnya hasil yang berbeda, bahwa, semua itu masih serba belum pasti, maka Anda akan menyadari bahwa dia dibangkitkan dari antara orang mati karena dia berdoa kepada Allah dengan ratap tangis dan air mata, dan telah didengarkan karena kehidupannya telah menopang ucapannya.


Kebangkitan masa kini: Anda tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada diri Anda!

Kolose 2:12-13 memberitahu kita tentang kebangkitan rohani yang sekarang ini, dan bunyinya seperti ini:

karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga

–  perhatikan kata-kata ‘di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga.’ Kata ‘dibangkitkan’ adalah kata yang sama dengan yang dipakai dalam mengacu pada kebangkitan Kristus di bagian yang lain – 

oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.  13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.

Atas dasar pengampunan, Allah melanjutkan ke langkah yang berikutnya, Dia menjadikan Anda hidup. Kebangkitan yang sekarang ini adalah suatu pengalaman rohani. Jika Anda telah dibangkitkan secara rohani, maka Anda akan tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada diri Anda.

Anda bisa melihat perubahan dalam kehidupan mereka. Orang lain mengamati Anda dan tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada diri Anda. Anda telah menjadi berbeda! Itulah arti menjadi orang Kristen! Sebagaimana yang telah saya bagikan berulang kali kepada Anda, inilah ujian untuk memastikan apakah Anda seorang Kristen atau bukan, bukannya karena Anda berkeliling sambil berkata kepada setiap orang, “Coba lihat Alkitab yang baru kubeli. Dihiasi dengan hiasan keemasan. Harganya 45 dolar.” Apa yang bisa dibuktikan dengan hal itu?

Namun jika seseorang mengamati kehidupan Anda dan berkata, “Orang ini berbeda.” Nah, Anda tidak berusaha untuk tampil beda. Anda memang tidak bisa menahan terjadinya perbedaan itu karena Yesus telah masuk ke dalam hidup Anda, Anda telah dibangkitkan bersama Dia. Itulah kebaruan hidup, dan Anda mungkin saja tidak begitu menyadarinya. Orang lain yang mengamati Anda dan berkata, “Ha! Orang ini berbeda!”

Saya pernah memberi kesaksian, ayah saya yang sudah lama tidak saya temui, ketika dia bertemu saya lagi di Singapore bertahun-tahun kemudian, dia berkata, “Eric, kamu sudah berubah, kamu berbeda. Kamu sudah berbeda dari orang yang aku kenal bertahun-tahun yang lalu.” Itulah hal yang terjadi jika Allah membangkitkan Anda ke dalam kehidupan yang baru. Jalur kehidupan yang baru ini membuat Anda berbeda. Berbeda dari jenis kehidupan yang pernah Anda jalani sebelumnya. Di sanalah letak perbedaannya.

Dan di Kolose 3:1, Paulus mengatakan sekali lagi tentang hal kebangkitan rohani yang sama di masa sekarang.

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

Karena kamu dibangkitkan, bagian kalimat ini berbentuk perfect tense (menunjukkan hal yang sudah terjadi tapi dampaknya masih berlangsung sampai sekarang), maka carilah perkara yang di atas. Selanjutnya, Paulus juga menyampaikan hal yang sama di dalam Efesus 2:5-6

Akan tetapi saya terutama ingin menarik perhatian Anda pada Roma 6:4. Ayat ini membuka makna kebangkitan yang bisa diterapkan ke masa kini. Roma 6:4 berbunyi seperti ini:

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Berdasarkan prinsip kesejajaran di dalam Kitab Suci, ayat ini memberitahu kita apa makna hidup dalam kebangkitan di masa kini. Sama seperti dia telah dibangkitkan oleh Bapa dan melangkah dalam hidup yang baru, kehidupan dalam kebangkitan, demikian pula kita akan melangkah dalam hidup yang baru. Anda lihat, itulah sebabnya orang melihat bahwa Anda berbeda karena Anda melangkah dalam kualitas hidup yang baru. Saat orang-orang mengamati Anda, mereka berkata, “Orang ini berbeda!”

Dan saya harap Anda yang akan pulang ke negara masing-masing pada musim panas ini, saya harap ketika keluarga Anda melihat Anda, mereka akan berkata, “Wah! Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang berbeda dari anak-anakku. Aku melihat kualitas hidup yang baru dalam diri mereka.” Itulah makna hidup dalam hidup yang baru, ada hidup Kristus di dalam diri Anda. Saya rasa inilah tantangannya, kemuliaan sebagai orang Kristen, bahwa Anda membawa ke mana-mana hidup Kristus di dalam diri Anda; sehingga orang-orang yang mengamati Anda melihat ada sesuatu yang ilahi pada diri Anda, sesuatu yang rohani. Sangat sulit bagi mereka untuk menjelaskannya. Mereka tidak tahu bagaimana memahami hal itu, tetapi mereka tahu bahwa ada kuasa di sana. Itulah tanda seorang manusia Allah.

Saat saya bertemu saudara Yang di China, Yang Zhi Jie, seorang hamba Allah yang hebat di China, saat pertama kali saya bertemu dengannya, saya tahu bahwa ada satu hal yang istimewa pada diri orang ini. Saya tidak bisa memastikannya. Dia tidak berbicara tentang hal yang sangat rohani kepada saya. Dia tidak setiap menit berkata, “Haleluyah! Puji Tuhan! Haleluyah!” maksud saya, dia tidak bertingkah seperti orang Kristen super. Akan tetapi, saya mengamati hdiupnya, ada sesuatu dalam diri orang ini yang sangat membuat saya terkesan dan saya tidak tahu apa itu. Ketika saya menjadi Kristen, saya menyadari bahwa itu adalah hidup Kristus yang ada di dalam diri orang ini. Sesuatu di dalam diri orang ini mengalir ke diri saya. Hal ini, kualitas ilahi ini, kehidupan kebangkitan inilah yang membuat orang Kristen menjadi tanda yang menerangi dunia di jaman ini, yang membuat Anda jadi berbeda.

Anda bisa menginjil tanpa harus membuka mulut Anda jika Anda adalah seorang Kristen yang sejati. Tahukah Anda hal itu? Cobalah di rumah Anda. Hidup itulah yang akan mengalir kepada orang lain. Dengan rendah hati saya katakan kepada Anda, dan saya bersyukur kepada Allah akan hal itu. Ibu saya datang kepada Tuhan bukan karena saya menginjili dia. Saya tidak menginjili dia. Kehidupan Kristus di dalam diri saya yang membawa dia kepada Tuhan. Segenap hidupnya berubah. Dulunya dia adalah orang yang sangat keras kepala. Jika Anda mencoba meyakinkan dia secara intelektual, maka Anda tidak akan mengalami kemajuan. Dia adalah orang yang sangat intelektual. Dia banyak membaca. Dia adalah orang yang gemar membaca dan seorang pemikir yang tangguh. Dan setiap kali Anda mengajukan satu penjelasan kepadanya, maka dia akan mengajukan argumen lain untuk membalik itu.

Pernahkah Anda mencoba meyakinkan seorang non-Kristen? Dapat satu argumen, dimentahkan lagi, dapat lagi satu argumen, dimentahkan lagi. Tidak ada akhirnya. Saya tidak membuka mulut saya. Saya hanya membiarkan Kristus menjalankan hidupnya melalui saya. Itulah arti menjadi orang Kristen. Dan hal yang paling keras pun ambruk juga. Pada suatu hari, dia berlutut bersama saya, air mata membasahi wajahnya. Apakah penyebabnya? Apakah saya mengucapkan kata-kata yang menyentuh perasaannya? Saya tidak mengucapkan apapun. Dia berlutut begitu saja bersama saya, dan Roh Kudus dari Allah membawa kehidupan kebangkitan ke dalam dirinya. Dan air mata meleleh begitu saja dari matanya, saat dia bertobat dari dosa-dosanya, dan dia memasuki pengalaman kehidupan dalam kebangkitan.

Jadi, Anda mendapatkan tantangan besar di hadapan Anda saat Anda kembali nanti, saudaraku. Saat Anda kembali ke rumah Anda, Anda akan melihat ayah dan ibu Anda mengamati Anda dengan mikroskop –  Ha! Orang ini jadi Kristen, eh? Kita akan lihat seperti apa kekritstenan orang ini. Lalu Anda ketakutan. Akankah aku bisa bertahan menghadapi tantangan ini? Mampukah aku memberi kesaksian yang baik? Jangan terlalu ketakutan. Santai saja. Biarkanlah kehidupan kebangkitan Kristus mengalir melalui Anda, dan Anda akan melihat hal-hal yang ajaib akan terjadi.

Janganlah mengharapkan pertobatan yang instan. Jangan mengharapkan hal itu. Mengenal Tuhan itu adalah perkara seumur hidup. Dan hidup tidak bertumbuh dalam sehari. Kehidupan seorang anak dimulai dari kehamilan. Ia bertumbuh di dalam rahim sampai saatnya dilahirkan. Perlu waktu. Jangan memaksakannya. Jangan meminta keputusan yang tergesa-gesa. Apa yang akan Anda dapatkan hanyalah sesuatu yang sangat prematur dan tidak bisa bertahan hidup. Jalani saja kehidupan itu, dan Anda akan mendapati bahwa hidup Anda mulai menjangkau mereka, melalui kuasa Roh. Dan selanjutnya, dalam waktu beberapa bulan, Anda akan mendapati bahwa mereka akan dilahirkan dalam kerajaan Allah, kehidupan kebangkitan memasuki diri mereka.

Sungguh membangkitkan semangat menjadi orang Kristen! Menjadi terang dunia, bukan karena saya ini baik, saya ini bukanlah apa-apa. Saya hanya layak untuk masuk tong sampah. Dan ini bukan sekadar kerendahan hati. Ini adalah kebenaran. Dengan segala dosa saya, kemana saya bisa pergi selain ke dalam tong sampah? Namun ketika Yesus datang dan dia mengubah Anda dan kehidupannya mengalir melalui Anda, lihat saja dampak yang timbul pada orang tua Anda, pada teman-teman Anda. Lihat saja. Biarkan saja kehidupan itu yang bicara. Dampaknya sangat menggemparkan!

Pertama-tama, mereka mungkin menolak. Itu adalah tanda yang baik jika mereka menolak. Saya tidak pernah mengerti mengapa ada orang Kristen yang menjadi tawar hati mengalami penolakan. Tampaknya orang-orang Kristen ini tidak memahami prinsip kehidupan rohani. Semakin kuat kesaksian Anda, maka mereka akan cenderung untuk semakin kuat menolak karena itu memang mekanisme pertahanan yang wajar. Mereka takut kepada kuasa dari kesaksian Anda. Jangan biarkan hal ini mengecilkan hati Anda. Jika mereka tidak begitu menolak, mungkin Anda malah harus khawatir. Suatu hari nanti, Anda akan mulai melihat bagaimana kuasa Allah mendobrak pertahanan mereka.


Kebangkitan di masa depan

Kita harus mengalami kebangkitan Kristus secara rohani di sini dan sekarang juga, jika kita ingin mengalami kebangkitan jasmaninya di masa depan. Jadi, sekarang ini kebangkitan rohani, dan di masa depan nanti adalah kebangkitan jasmani. Sudahkah Anda mengalami kuasa kebangkitan sekarang ini? Saya berdoa kepada Allah kiranya hari Paskah ini bisa menjadi sangat bermakna bagi kehidupan Anda. Hanya dengan begitu, Anda akan mengalami kebangkitan jasmani di masa depan.

Alkitab banyak berbicara tentang kebangkitan jasmani di masa depan. Tanpa memiliki yang satu, maka Anda tidak akan memiliki yang lainnya. Kebangkitan jasmani di masa depan banyak dirujuk oleh Perjanjian Baru, misalnya  di 1 Tesalonika 4:16, Filipi 3:21, 1 Korintus 6:14 dan juga banyak di dalam 1 Korointus pasal 15. Dengan kebangkitan ini, maka genaplah keselamatan bagi umat manusia. Allah tidak sekadar menyelamatkan jiwa Anda, Dia juga menyelamatkan tubuh Anda. Prospek yang gemilang! Segenap keberadaan sebagai manusia akan diselamatkan!

Banyak orang yang tidak memahami hal ini. Mereka berpikir bahwa Yesus hanya berminat pada jiwa Anda. Dia akan menyelamatkan jiwa Anda, dan juga tubuh Anda. Dia peduli pada tubuh Anda. Tahukah Anda, mengapa? Karena dosa dilakukan di dalam tubuh dan keselamatan akan digenapkan di tubuh juga. Dosalah yang mengakibatkan kematian jasmani. Kebenaran dari Allah, melalui Kristus, yang akan memberikan kehidupan jasmani juga akan membangkitkan tubuh. Allah menyelamatkan manusia secara keseluruhan. Bukti kemenangan-Nya akan tampak pada manusia yang dibangkitkan baik secara rohani maupun jasmani. Sungguh Injil yang sangat mulia! Injil yang sangat indah!

Lalu apakah tugas kita di masa kini? Tugas kita di masa kini adalah membiarkan kehidupan dan keindahan Kristus bersinar dan bercahaya dari diri kita. Kiranya orang-orang yang hadir di sini boleh menjadi orang Kristen yang dibangkitkan.


Kehidupan kebangkitan diberikan kepada orang yang mencarinya

Satu poin terakhir dan kita akan tutup. Kebangkitan ini diberikan kepada siapa? Siapakah yang menerima kehidupan kebangkitan? Orang yang mencarinya. Yesus berkata, “Carilah maka kamu akan mendapatkan.” Hal terburuk yang dapat terjadi pada diri orang Kristen adalah menganggap pasti hidup kekal. Dan mereka menganggap pasti hidup kekal karena mereka diajarkan bahwa sekali mereka mendapatkan hidup yang kekal itu, maka mereka akan memilikiya terus tanpa peduli apapun yang akan terjadi. Baik atau buruk, mereka akan tetap memilikinya. Tak ada ajaran semacam itu.

Hidup yang kekal adalah sesuatu yang harus Anda cari. Demikianlah, kita beralih ke Roma 2:7 sambil menutup khotbah ini. Kita juga, terutama, akan membaca dari ayat 6 yang berurusan dengan Penghakiman.

6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,  7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan.

Allah akan memberi hidup yang kekal kepada orang-orang itu –  yaitu yang mencari ketidak-binasaan, yang mencari kemuliaan rohani, yang memiliki kehormatan rohani. Pada dasarnya ada dua jenis manusia di dunia ini. Yang satu adalah jenis orang yang hanya tertarik pada perkara material, yang hanya mengejar kepentingan jasmani, yang hanya mengejar kemuliaan, kehormatan dan kehidupan duniawi. Dan jenis yang satunya adalah orang yang mengejar kemuliaan, kehormatan dan kekekalan rohani. Sungguh indah!

Orang-orang ini mencari hal-hal yang rohani. Mereka tidak puas dengan hal-hal duniawi, yaitu materi yang akan segera berlalu; mereka mencari hal-hal yang kekal. Kata ‘mencari’ di sini dituliskan dalam bentuk present continuous tense di dalam bahasa Yunaninya, yakni bentuk sekarang yang sedang berlangsung, dan itu berarti terus mencari. Bukan sekadar mencari satu kali saja, melainkan terus menerus mencari, seperti pedagang yang mencari mutiara yang paling berharga. Dia terus mencari mutiara itu. Carilah, maka kamu akan mendapatkan.

Sudahkah Anda mengalami kehidupan kebangkitan dari Kristus hari ini? Jika belum, janganlah berkecil hati. Carilah maka kamu akan mendapatkan. Kepada orang-orang semacam itulah Allah memberikan hidup yang kekal. Saya berdoa kiranya tak seorang pun yang akan melewatkan sukacita dari hari Paskah ini. Apakah hari Paskah yang berbahagia itu? Seperti yang saya sampaikan pada bagian awal, ‘mengalami kebangkitan Kristus di dalam hidup Anda’. Kemudian selanjutnya, menjalani kehidupan itu di dunia ini, bersinar bagi kemuliaan Kristus, membawa orang lain kepada kehidupan dalam kebangkitan.

 

Berikan Komentar Anda: