SC Chuah | Yohanes 4:15-28 |

15 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” 16 Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” 17 Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” 19 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” 21 Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.

22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” 26 Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

Yohanes 4:39-42

39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Hari ini kita akan melihat sebuah kesaksian yang luar biasa. Yesus berbicara secara terus terang kepada perempuan Samaria ini, dia berkata, “Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal.” Di dalam masyarakat beragama, sentimen agama adalah salah satu sentimen yang paling sensitif. Seringkali saat membaca Alkitab, kita membaca dengan mata yang sedikit tertutup. Saat Yesus berkata, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal”, itu sebenarnya satu pernyataan yang sangat ofensif. Bayangkan kalau kita ke tempat orang sedang sembahyang, tidak kira agama apa pun, dan berkata kepada mereka, “Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal!” Dapatkah saudara membayangkan apa yang akan terjadi? Saudara besar kemungkinan akan berakhir di Rumah Sakit, kalau tidak di dalam kubur.

Apa yang disampaikan oleh Yesus sangatlah ofensif. Yesus bukan berterus terang hanya kepada wanita Samaria ini tetapi juga orang-orang beragama di Yerusalem. Di Yohanes 8, Yesus berkata kepada orang-orang yang memegang Alkitab dan berkata, “Bapamu adalah Iblis!” Kalimat ini bukan disampaikan kepada orang-orang tidak beragama yang memakai kaos bergambar tengkorak, tetapi kepada orang yang setia beribadah dan memegang Alkitab. Jadi kita sedikit mendapat gambaran mengapa Yesus begitu dibenci dan disalibkan.


SIFAT DARI PENYEMBAHAN AKAN BERUBAH

Kepada seorang perempuan yang tergolong bukan orang yang baik ini, Yesus mewahyukan rahasia yang luar biasa. Yesus mengungkapkan kepada perempuan ini, sifat-sifat dari penyembahan itu sendiri. Yesus memberitahu dia peristiwa rohani yang besar yang akan terjadi secara universal tidak lama lagi.

Terdapat satu struktur kalimat yang unik di dalam Injil Yohanes yaitu, “saatnya akan tiba, dan saatnya sudah tiba.” Ini adalah satu kalimat khusus yang unik bagi Injil Yohanes. Kalau saudara perhatikan bagaimana kalimat ini dipakai di sepanjang Injil Yohanes, saudara akan menemukan bahwa kalimat ini dipakai untuk mendahului satu peristiwa yang sangat penting yang berkaitan dengan sejarah dan nasib umat manusia.

Yesus memberitahu perempuan itu bahwa tidak lama lagi sifat dari penyembahan akan berubah. “Bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem… penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Itu berarti, penyembahan bukan lagi sesuatu yang terjadi secara badaniah; bukan di lokasi atau tempat tertentu, bukan lagi dengan pakaian atau gerakan-gerakan tertentu, tetapi suatu kegiatan roh. Penyembahan yang sejati dapat dilakukan di mana saja. Apa yang terjadi adalah suatu pembebasan, suatu freedom untuk menyembah karena yang akan datang, apa yang dibawa oleh sang Mesias, Yesus Kristus adalah hadirat Allah di dalam semua orang melalui Roh Kudus. Setiap orang menjadi bait Allah dan dipenuhi oleh hadirat Allah, sehingga penyembahan bisa dilakukan sebagai suatu lifestyle, suatu gaya hidup. Suatu gaya hidup yang dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.

Kita berkumpul di sini bukan dengan mentalitas bahwa sudah enam hari kita tidak menyembah, hari ini kita datang menyembah. Itu pemikiran yang salah. Hari Minggu, saat kita berkumpul adalah hari kita menyembah bersama. Enam hari, kita menyembah sendiri-sendiri, tetapi hari Minggu, kita berkumpul untuk menyembah atau beribadah bersama-sama. Itulah arti dari perkumpulan kita setiap Minggu. Di hari yang lain, kita menyembah sendiri-sendiri. Itulah sebagian dari arti dari apa yang disampaikan oleh Yesus. Mulai dari kedatangan Mesias, sifat dari penyembahan telah berubah. Itulah yang dicari Bapa.

Pada dasarnya Yesus sedang berkata bahwa penyembahan bukan lagi tentang “tempat” tetapi tentang “siapa”. Hal ini sangat penting karena penyembahan dalam pelbagai bentuk terjadi di mana-mana, dan memakan perhatian dan biaya yang teramat besar. Namun apalah gunanya jika itu bukan yang dikehendaki Bapa? Bukankah itu kegiatan manusia yang paling sia-sia?


YESUS MEMBUKA RAHASIA BESAR KEPADA ORANG KECIL

Sehubungan dengan struktur yang saya sampaikan tadi; ada satu ayat yang menggambarkan apa yang terjadi dengan perempuan ini. Di Yohanes 5:25 Yesus berkata,

“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Saatnya akan tiba dan sudah tiba bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengar-Nya, akan hidup.”

Perempuan Samaria ini mendengarkan suaranya, dan dia menjadi hidup. Pernahkan saudara mendengarkan suara Anak Allah? Pengalamannya adalah seperti orang mati bangkit hidup kembali. Itulah pengalamannya. Itulah yang terjadi kepada perempuan Samaria itu.

Ayat ini berbicara tentang masa sekarang. Yesus berbicara seolah-olah semua orang adalah orang mati; mereka bernyawa tetapi tidak hidup. Satu ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan orang-orang mati yang tidak bernyawa adalah zombie. Banyak orang hidup seperti zombie; kita menyeret-yeret kaki kita melewati hidup ini. Hidup begitu berat dan kita diseret oleh beban hidup. Hidup tanpa arah dan tujuan, hanya mencari makan, atau mencari manusia lain untuk dilahap. Itulah kondisi perempuan ini, terseret ke mana-mana, tidak ada sukacita, tidak bahagia. Hidup adalah beban yang harus ditanggung dan dijalani, tanpa kejelasan. Namun, saat dia mendengar suara Yesus berkata, “Akulah dia.” Di momen itu sesuatu terjadi. Suatu terang ilahi menyinari hatinya. Hal itu tidak dapat dijelaskan tetapi untuk pertama kali di dalam hidupnya, dia merasa hidup. Dia benar-benar hidup.

Yesus menyatakan lebih banyak tentang dirinya kepada perempuan ini dibandingkan dengan semua orang lain. Yesus hampir tidak pernah secara terang-terangan menyatakan diri sebagai Mesias kepada siapa pun kecuali kepada perempuan ini. Yesus membiarkan orang lain menebak-nebak. Dia membiarkan perbuatannya yang berbicara. Untung saja Yesus yang dipilih Allah untuk menjadi Mesias. Kalau saya yang dipilih, atau saudara yang dipilih, saya pikir, kita bahkan tidak akan bicara dengan perempuan ini. Adalah sebuah misteri, kenapa Yesus mengungkapkan siapa dirinya kepada perempuan ini. Kalau saya adalah Mesias, dan membawa sebuah rahasia yang besar, kepada siapa akan saya cari untuk mengungkapkan siapa saya? Saya akan mencari Donald Trump, Xi Jinping (Presiden Tiongkok) atau Jokowi. Pada waktu itu ada banyak ulama dan imam besar, dan saya akan mencari teolog-teolog yang berpengaruh seperti itu untuk mengungkapkan siapa saya.

Namun Yesus begitu berbeda dari kita. Dia mengungkapkan siapa dirinya kepada seorang perempuan yang tidak terpandang, yang benar-benar bukan siapa-siapa. Besar kemungkinan seorang perempuan yang tidak akan diterima baik oleh gereja sekarang ini. Sekiranya dia ada di antara kita sekarang, mungkin saja kita akan mulai berbisik-bisik. Mungkin ibu-ibu akan merasa gelisah, dan mulai memperhatikan suaminya. Namun kepada orang yang bukan siapa-siapa dan terhina ini, Yesus mewahyukan siapa dirinya yang sebenarnya. Amazing Grace!


KUTUK PALING BESAR DI GEREJA: RASA BENAR DIRI

Dapatkah kita menangkap pelajarannya? Sekiranya kita dapat belajar dari teladan Yesus di sini, tidak ada siapa pun di antara kita yang akan dijangkiti oleh penyakit yang paling mematikan, yakni self-righteousness atau rasa benar diri. Rasa benar diri merupakan kutuk yang paling besar di antara orang-orang beragama. Sikap memandang hina orang lain merupakan suatu kutuk yang mematikan di mata Tuhan. Saat saudara membaca Alkitab, dapatkah saudara melihat bahwa Yesus sangat lembut dengan orang yang berdosa, tidak kira seberat apa dosanya. Dia menyambut orang berdosa tetapi dia menyampaikan kata-kata yang paling keras dan tajam kepada orang yang merasa benar diri dan memandang rendah orang lain.

Dalam visi Allah, gereja adalah tempat yang diisi oleh orang-orang yang hidup benar tetapi tidak merasa benar diri. Itulah mukjizatnya: saat orang hidup benar tetapi tanpa sedikit pun merasa benar diri. Seperti itulah Yesus hidup. Dan itulah visi Allah bagi gereja, sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang benar yang tidak merasa benar diri. Saat saudara mulai merasa benar diri, itulah saatnya saudara jatuh ke dalam kutuk yang berbahaya ini. Saat saudara merasa benar diri, pertumbuhan saudara akan segera berhenti. Orang yang benar diri, tidak akan mengalami kemajuan, perbaikan dan pertumbuhan di dalam hidupnya. Sekiranya saudara tidak bertumbuh di dalam kehidupan rohani saudara, periksalah hati dan sikap saudara, apakah saudara sudah dijangkiti oleh penyakit benar diri ini. Apakah saudara merasa benar, memandang rendah dan menghina orang lain di dalam hati? Waspadalah karena di antara orang-orang beragama, hal ini merupakan kutuk yang paling besar dan berbahaya. Pengetahuan Alkitab yang lebih banyak dan keterlibatan dalam pelayanan tidak dapat mengubah kenyataan ini. Pertumbuhan rohani adalah pertumbuhan dalam kerendahan hati, bukan kegiatan rohani.


TUHAN MENGULURKAN TANGANNYA KEPADA YANG HAUS

Dari nas ini kita tahu Tuhan mengulurkan tangan-Nya kepada yang haus. Siapa saja yang haus akan diterima-Nya dengan tangan terbuka. Setiap orang yang menerima sesuatu dari Allah memiliki satu ciri: mereka sadar akan kebutuhannya dan mereka orang-orang yang haus. Kadang-kadang kita tidak sadar apa yang kita hauskan, tetapi kita haus akan sesuatu seperti perempuan ini. Dan orang yang haus tidak merasa dirinya lebih benar daripada orang lain. Tidak ada orang yang puas dengan dirinya sendiri akan menerima apa-apa dari Tuhan. Jemaat di Laodikia berkata, “aku tidak kekurangan apa-apa” dan respon Tuhan sangat keras, “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku!”

Ini menuntun kita pada pokok yang penting, yakni cara kita menilai orang lain. Saat Yesus memandang pada perempuan ini, dia tahu persis latar belakang, masa lalu dan kehidupan perempuan ini. Namun, Yesus tidak menilai perempuan ini berdasarkan masa lalunya. Yesus melihat masa depannya. Dia melihat pada perubahan dan transformasi yang dapat terjadi pada perempuan itu. Itulah yang dilihat Yesus, dan itulah yang harus kita lakukan. Hal ini tidak mudah bagi kita, karena kita terikat pada masa lalu seseorang. Kita menilai seseorang berdasarkan masa lalunya. Kita mengingat kejahatan dan kesalahan yang telah dilakukan orang itu, apatah lagi jika dilakukan pada kita. Kita dapat mengampuni, tetapi kita tidak dapat melupakannya. Itulah manusia. Namun Allah tidak seperti itu, saat kita diampuni, kesalahan kita tidak akan lagi diungkit-ungkit. Itulah sebabnya, masalah utama dalam hubungan antar-manusia adalah tabiat suka mengungkit-ungkit. Saat kita melakukan itu, hubungan tidak akan pernah beres.


MARI LIHATLAH!

Apa efek dari perjumpaan dengan perempuan itu? Perempuan itu meninggalkan tempayannnya. Dia datang ke sumur membawa tempayan untuk mengisinya dengan air. Namun setelah perjumpaan dengan Yesus, tempayannya ditinggalkan. Dia pulang tanpa membawa air dan bahkan tempayannya ditinggalkan. Namun, kita tahu bahwa dia membawa di dalam dirinya, air hidup. Dia membawa di dalam dirinya mata air hidup. Itulah sebabnya, dia dapat menjadi berkat besar saat dia kembali ke kota itu. Dia datang membawa tempayan, tetapi dia pulang tanpa tempayan tetapi membawa air hidup.

Perempuan itu berkata kepada orang banyak, “Mari lihatlah, ada seseorang yang memberitahu aku segala sesuatu yang pernah aku lakukan.” Apakah tidak berlebihan? Bukankah Yesus hanya memberitahu satu dua hal tentang dia? Kenapa perempuan ini berkata “segala sesuatu”? Perempuan ini tidak sedang melebih-lebihkan, tetapi yang disampaikan adalah suatu hiperbola. Setiap pertemuan dengan Yesus atau pengalaman rohani akan membuat hati kita lebih besar daripada mulut kita, sehingga mau tidak mau, kita akan berbicara dengan bahasa hiperbola. Bahasa hiperbola adalah bahasa berbunga-bunga yang terdengar berlebihan. Sebuah contoh dari bahasa hiperbola, “suara keras bergelegar membelah bumi, perasaan aku terhiris-iris mendengar kisahnya”. Saat kita bertemu dengan Yesus dan mengalami suatu pengalaman rohani, itulah yang akan terjadi kepada kita. Kita akan berbahasa dalam bahasa hiperbola.

Lalu kenapa warga-warga kota mendengarkan perempuan ini dan mengikutinya? Tentu saja, perempuan ini tidak pergi ke para rabi, imam dan orang beragama, tetapi ke lingkungannya sendiri. Mereka semua cukup kenal perempuan ini. Saya yakin dari cara perempuan ini bercerita tentang Yesus, mereka dapat menarik kesimpulan bahwa dia telah mengalami sesuatu yang tak terkatakan. Para pendengarnya dapat melihat sendiri bahwa dia adalah seorang yang berbeda dari sebelumnya. Dia pergi ke sumur dalam keadaan murung dan letih-lesu tetapi kembali dari sumur bersinar dan penuh kehidupan. Mereka dapat melihat ini adalah orang mati yang hidup kembali! Dia menjadi orang yang dikenal dan tak dikenali di waktu yang bersamaan. Siapakah yang telah mengubah perempuan ini? Apakah yang telah terjadi?


PERNAHKAH SAUDARA MENDENGAR SENDIRI SUARA ANAK ALLAH?

Mendengarkan suara Anak Allah dan menjadi hidup. Yohanes Pembaptis berkata di Yohanes 3:29, “yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu”. Apakah saudara sudah mendengarkan suaranya sehingga hati saudara dipenuhi oleh sukacita? Sukacita yang terpancar dan terlihat saat kita berbicara tentang Yesus kepada orang lain. Ketika orang lain mendengarkan kita berbicara tentang Yesus, dapatkah mereka melihat bahwa kita telah bangkit dari kematian? Atau, mereka menilai Yesus tidak terlalu berarti bagi kita? Perempuan ini membawa sukacita yang menular kepada banyak orang yang mengenalinya.

Sebagai penutup, harapan saya adalah saudara dapat mendengarkan suara Yesus. Inilah yang terjadi kepada perempuan itu. Dari ayat 39-42, terjadi suatu gerakan iman. Di ayat 39, pada awalnya, orang-orang Samaria itu menjadi percaya karena mereka mendengarkan perempuan itu. Dengan mendengarkan dan melihat perempuan itu saja, mereka sudah percaya. Namun, tidak terhenti di situ saja, terjadi suatu kemajuan yang saya harap juga dialami oleh saudara sekarang. “Aku percaya, bukan lagi karena apa yang aku dengar, apa yang dikatakan oleh orang lain, tetapi sekarang kami dengar sendiri…”

Pernahkah saudara mendengarkan suaranya? Pernahkah saudara mengalami perjumpaan pribadi dengan dia yang benar-benar mengubah seluruh kehidupan saudara, dari orang mati menjadi orang hidup? Harapan saya kita benar-benar menjadi jemaat yang hidup, karena Allah kita adalah Allah yang hidup.

Berikan Komentar Anda: