SC Chuah | Matius 1:21 |

Hari ini para malaikat bersuka cita karena kita akan mengadakan acara baptisan. Kita akan melihat pada apa artinya baptisan, supaya setiap yang hadir di sini bukan sekadar menjadi saksi kepada acara baptisan ini tetapi harapan saya acara baptisan ini juga menjadi suatu peristiwa yang sangat berarti dan bermakna bagi saudara juga.


JANJI INJIL YANG PERTAMA

Matius 1:21 berisi janji Injil yang pertama. Malaikat Gibrail dengan jelas memberitakan hal yang paling utama yang akan dilakukan oleh Yesus di dalam kehidupan kita. Ingat, Yesus belum dilahirkan ketika hal itu diberitakan. Oleh karena itu, cukup aman untuk kita menyimpulkan bahwa melalui satu kalimat ini, malaikat Gibrail telah merangkumkan bagi kita seluruh tujuan dari pelayanan Yesus bagi kita.

Ia (Maria) akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan dia Yesus, karena dialah yang akan menyelamatkan umatnya dari dosa mereka.” (Matt. 1:21)

Sekilas ayat ini sebenarnya cukup membingungkan. Pertanyaannya adalah: apa kaitannya nama “Yesus” dengan keselamatan dari dosa? Persoalannya hilang ketika kita memahami bahwa nama Yesus dalam bahasa Ibrani adalah “Yeshua”, dan “Yeshua” merupakan nama yang cukup umum pada waktu itu. Dengan kata lain, nama itu dipilih karena maknanya. Dan apakah artinya “Yeshua”? Yeshua artinya “Yahweh menyelamatkan” atau “Yahweh adalah keselamatan”. Seketika kita memahami hal ini, makna dari ayat ini cukup jelas. Melalui anak yang akan dilahirkan itu Allah akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka.

Tadi saya sebutkan bahwa inilah janji Injil yang pertama. Alkitab terdiri dari dua hal utama: perintah-perintah-Nya dan janji-janji-Nya. Mulai hari ini, saya berharap agar setiap jemaat di sini hidup berdasarkan dua hal ini. Satu kaki melangkah ke depan berdasarkan janji-Nya, dan langkah berikut berdasarkan perintah-Nya. Demikianlah kita melangkah maju langkah demi langkah menghadapi masa depan. Inilah sikap hati yang membawa pada pertumbuhan rohani. Itulah yang akan menjadikan semakin hari semakin menggenapi tema camp kita kemarin, “Walking as He Walked” (“Berjalan Seperti Dia Telah Berjalan”). Malangnya kebanyakan orang hanya memandang pada janji-janji-Nya tanpa terlalu memperhatikan perintah-perintah-Nya. Sikap seperti ini hanya akan berakhir dengan kekecewaan.


KESELAMATAN DARI APA?

Namanya adalah Yeshua, Yahweh menyelamatkan. Pertanyaan berikut adalah: menyelamatkan dari apa? Perhatikan jawabannya: “menyelamatkan umatnya dari dosa mereka”! Melalui pelayanan Yesus, dia akan menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Inilah yang menjadi pertanyaan kepada kita semua. Apakah Yeshua sudah menjadi penyelamat saudara? Pertanyaan ini saya ajukan bukan hanya kepada yang mau dibaptis tetapi kepada saudara semua yang sudah lama dibaptis. Apakah Yesus sudah menjadi penyelamat saudara? Kalau iya, dia telah menyelamatkan saudara dari apa? Kebanyakan orang akan berkata, “Aku sudah diselamatkan dari neraka, telah diselamatkan oleh Yesus untuk masuk ke surga.” Setelah sekian lama di sini, saya harap saudara sudah jelas bahwa dalam Firman Tuhan, sama sekali tidak ada janji itu. Tidak janji bahwa kita diselamatkan dari neraka. Tidak ada kalimat bahwa kita diselamatkan dari neraka. Yang ada, kita diselamatkan dari dosa-dosa kita. Kalau saudara meneliti bagaimana kata “selamat” itu dipakai satu per satu dalam Perjanjian Baru, kata itu dipakai untuk keselamatan dari dosa. 

Injil modern atau Injil kekinian, yang menurut saya adalah Injil yang lain dan berbeda dari yang dinyatakan dalam Alkitab, sepertinya lebih berminat untuk menyelamatkan kita dari konsekuensi dosa dibandingkan dengan dosa itu sendiri. Kalau saudara ditanya, “Apakah kamu sudah selamat?” Apa yang saudara pikirkan? Pada dasarnya, artinya adalah kalau saudara mati sekarang, saudara akan masuk surga atau neraka. Inilah pemahaman kita tentang keselamatan. Keselamatan adalah keselamatan dari neraka untuk masuk ke surga. Padahal di dalam Firman Tuhan, sama sekali tidak ada pesan seperti itu. Keselamatan dimaksud dalam Injil adalah keselamatan dari dosa ke dalam kekudusan.

Jadi saya bertanya sekali lagi, “Apakah saudara sudah diselamatkan dari amarah? Apakah saudara sudah diselamatkan dari dosa-dosa seksual saudara? Apakah saudara sudah diselamatkan dari kebencian? Apakah saudara sudah diselamatkan kepahitan? Apakah saudara sudah diselamatkan dari kebiasaan berbohong? Apakah saudara sudah diselamatkan dari dosa lidah, suka memfitnah dan gosip? Apakah saudara sudah diselamatkan dari ketamakan? Apakah saudara sudah diselamatkan kebiasaan bersungut-sungut?” Kalau belum, dalam pengertian apa saudara sudah diselamatkan? Apakah masuk akal saudara sudah diselamatkan dari konsekuensi dosa tetapi belum diselamatkan dari dosa itu sendiri? Jadi saya berharap saudara memahami janji Injil yang pertama itu, janji yang merangkum seluruh pelayanan Yesus: Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita! 


KRISIS PALING BESAR SETIAP INSAN ADALAH DOSA

Saya harap saudara benar-benar bisa menangkap dengan jelas bahwa masalah manusia yang paling besar adalah dosa. Masalah kita yang paling utama dan paling gawat adalah dosa. Itulah krisis kemanusiaan yang paling utama, bukan masalah finansial atau masalah kesehatan. Hal ini dapat digambarkan seperti ini. Kalau saudara hanya tersisa seribu rupiah dan saudara harus memberi makan tiga atau empat anak, itu masalah besar! Saya tidak meremehkan masalah finansial. Sekiranya saudara bangkrut dan tidak dapat membayar hutang, itu masalah besar! Kalau saudara sakit dan sekarat karena penyakit kanker, itu masalah besar! Saya sudah beberapa kali menyaksikan sendiri apa yang dilakukan penyakit kanker pada seseorang. Sulit untuk menahan air mata melihatnya. Akan tetapi, sebesar-besarnya semua masalah ini, tidak ada satu pun yang sebanding dengan masalah dosa. Banyak yang kaget ketika saya berkata sikap tidak mengampuni merupakan masalah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan masalah finansial atau masalah kanker (Mat.6:15). Kepahitan dalam hati saudara itu lebih beracun dari kanker di tubuh saudara itu. Kepahitan membunuh jiwa, kanker hanya membunuh tubuh. Perbandingannya adalah seperti langit dan bumi. Yesus tidak perlu mati untuk menyelamatkan kita dari kemiskinan atau sakit penyakit. Dan sekalipun kita perlu mati dari kelaparan dan sakit penyakit seperti Lazarus (Lukas 16:20-22), itu bukan apa-apa dibandingkan dengan nasib orang kaya yang apatis (Lukas 16:23). Kalau saudara tidak memahami hal ini, sehingga saudara lebih takut pada kanker atau masalah finansial daripada masalah dosa, maka saudara sama sekali belum mengerti pesan Injil. Saya tidak ragu mengatakan bahwa Injil belum menyentuh hati saudara. 

Saudara belum mengerti apa itu kabar baik yang sesungguhnya. Kabar baik yang datang dari Allah menangani satu-satunya masalah yang tidak dapat ditangani oleh siapa atau apapun, yaitu dosa. Dosa tidak dapat dihapus dengan cara apa pun.

Dengan cara yang sama, kebutuhan kita yang paling besar, bukanlah finansial atau kesehatan. Kebutuhan kita yang paling besar adalah kebutuhan rohani. Itu sebabnya Yesus secara terang-terangan berkata kepada kita, jangan takut pada apa pun atau siapa pun yang hanya membunuh tubuh kita, tetapi takutlah akan Dia yang dapat membinasakan tubuh dan jiwa di neraka. Satu-satunya hal yang bisa membawa saudara ke situ adalah dosa dan pelanggaran saudara.


PENGAMPUNAN SAJA TIDAK CUKUP

Saya berharap saudara dapat dengan baik menangkap hal ini. Injil yang hanya menawarkan pengampunan, sebenarnya bukanlah kabar baik sama sekali. Injil yang menawarkan pengampunan tanpa kuasa transformatif, tanpa kuasa untuk mengubah dan melepaskan kita dari dosa secara nyata, sama sekali bukanlah kabar baik. Apa gunanya sebuah Injil yang tidak sanggup mengubah orang berdosa menjadi orang benar? Sama seperti seorang pecandu narkoba, pengampunan tidak ada arti baginya. Kita bisa berkata kepada seorang pecandu narkoba, “Kamu benar-benar sudah menyusahkan saya, tetapi saya mengampuni kamu.” Mungkin dia akan merasa terharu dan meneteskan beberapa tetes air mata, tapi itu bukanlah berita baik. Dia akan tetap akan terus menerus, tanpa henti-henti merusak diri dan menyusahkan orang lain. Ketika berbicara tentang berbudakan pada dosa, pengampunan saja, tidak ada artinya. Kalau saudara jatuh ke dalam lubang dan terjerat di dalamnya, dan ayah saudara mendekati, dan saudara berkata, “Maafkan aku Pa, aku telah melanggar larangan Papi jangan bermain ke sini, ampunilah aku!” Lalu ayah itu berkata, “Tidak apa-apa nak, Papi memaafkan kamu”, lalu dia berjalan pergi. Apa gunanya pengampunan itu? Seperti itulah Injil pengampunan yang membiarkan kita dalam keadaan berdosa. Injil semacam inilah yang banyak diberitakan. Namun Injil semacam inilah yang populer karena kesukaan manusia pada dosa.   

Injil dapat dirangkum oleh satu ayat di Yohanes 8:11 tentang perempuan yang tertangkap basah berzina. Tidak ada hal yang lebih memalukan bagi seorang wanita tertangkap basah di tengah-tengah zina. Dia berada di titik yang paling rendah, paling hina. Namun Yesus berkata kepadanya, “Aku pun tidak mengutuk engkau.” Itu bagian pertama dari Injil, tetapi bagian kedua dari Injil adalah, “Pergilah, mulai sekarang janganlah berbuat dosa lagi.” Mulai dari sekarang, jangan berbuat dosa lagi. Itulah bagian kedua dari Injil yang kita sebut sebagai Full Gospel, Injil yang Penuh.


JANGANLAH BERBUAT DOSA LAGI

Pesan yang sama saya sampaikan kepada yang mau dibaptis dan juga kepada seluruh jemaat, “Pergilah, jangan berbuat dosa lagi.” Kita melihat hal yang sama di 1 Yohanes 2:1,

“Anak-anakku, hal-hal ini aku tuliskan kepadamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun, jika seseorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang perantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil.”

Jadi, penekanannya adalah kamu jangan berbuat dosa lagi. Namun, kesan yang kita dengar hari ini, atau Injil Modern ini agak berbeda. Di antara orang-orang Kristen 1 Yohanes dibaca seperti ini, “Anak-anakku, hal-hal ini aku tuliskan kepada kamu, karena kamu akan berbuat dosa lagi, dan kapan-kapan kamu berbuat dosa, kamu mempunyai seorang pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil.” Apakah saudara bisa melihat penekanannya? Penekanannya adalah “kamu akan berbuat dosa lagi”, karena alasannya adalah, “kita hanya manusia biasa saja.” Sebagai manusia kita akan berbuat dosa lagi. Dengan penekanan semacam ini, kita sebenarnya sedang menganggap darah Yesus yang sangat berharga itu sebagai air yang murahan. Itulah sikap banyak orang terhadap darah Yesus, air murahan yang tidak berharga.

Mengapa kita tidak terlalu khawatir pakaian kita menjadi kotor? Saya tidak terlalu peduli apakah tangan, kaki atau muka saya menjadi kotor. Karena air berlimpahan di mana-mana. Air murah dan tersedia kapan saja. Setelah kotor, saya bisa dengan mudah membersihnya dengan sabun dan air. Tidak perlu harga yang mahal untuk membersihkan apa yang telah menjadi kotor. Namun, jika yang membersihkan kita dari dosa adalah darah Yesus Kristus yang tak ternilai harganya, bukankah situasinya menjadi sangat berbeda? Pesan Injil adalah jangan berbuat dosa lagi.


DUSTA IBLIS: KAMU TIDAK AKAN MATI!

Jangan berbuat dosa lagi. Saya sangat yakin Injil apa pun, sekalipun diberikan nama keren seperti “Injil kasih karunia” yang disampaikan sedemikian rupa, sehingga membuat kita tidak takut berbuat dosa, atau membuat kita memandang enteng dosa, dan tidak memandang dosa sebagai sesuatu yang serius di hadapan Allah, benar-benar adalah Injil yang lain. Injil semacam ini besar kemungkinan berasal dari neraka.

Dapatkah saudara menangkap dengan jelas bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat memisahkan kita dari Allah kecuali dosa? Dosalah yang menjadi pemisah di antara kita dan Allah. Dosa dan pelanggaran kita yang memisahkan kita dari Allah. Itulah sebabnya, kabar baik atau kasih karunia apa pun yang diberitakan yang membuat kita tidak takut lagi untuk berbuat dosa, itu benar-benar adalah Injil yang palsu. Saya benar-benar berharap, jemaat di sini adalah jemaat jemaat yang berjalan di jalan yang sempit ini.

Saya akan memberikan satu ilustrasi lagi. Seperti anak kecil yang belajar berjalan, dia akan bertatih-tatih dan akan jatuh sebanyak sepuluh atau dua puluh kali sehari. Ini kita anggap biasa saja karena dia baru belajar. Saat belajar pasti akan banyak jatuhnya dan hal ini bisa diterima oleh semua orang. Namun, coba bayangkan di usia dua tahun, dia berjalan dan masih jatuh sampai sepuluh, dua puluh atau tiga puluh kali sehari? Bukankah ada yang bermasalah di sini? Lalu, di usia 3 tahun, tetap saja jatuh sampai puluhan kali sehari. Ada yang sangat tidak beres. Setelah usia sepuluh tahun, tetap saja jatuh puluhan kali setiap kali, ada apa nih? Seorang yang sehat, setelah belajar berjalan, tidak lagi jatuh-jatuh. Baru-baru ini, saya tergelincir dan jatuh. Wow, sebuah pengalaman yang mengerikan. Saya tidak ingin jatuh tetapi saya jatuh karena tergelincir. Namun saya tidak mengingat kali terakhir saya jatuh? Satu-satunya alasan saya jatuh adalah saya tersandung. Secara tidak sengaja saya menginjak sesuatu, tersandung dan jatuh. Dengan kata lain, saya hanya bisa jatuh secara tidak sengaja. Jadi ketika seorang Kristen ternyata berbuat dosa, yang menjadi persoalan adalah apakah itu dapat disebut “jatuh” dalam dosa? Setahu saya, orang yang sudah tahu bagaimana berjalan, hanya akan jatuh karena tergelincir atau tersandung, yakni tidak disengajakan. 

Kalau saudara sudah bertahun-tahun di gereja. Saat saudara pertama kali ke sini, saudara bergumul dengan masalah, contohnya dengan masalah pengendalian emosi. Setelah satu tahun, masih tidak ada perubahan? Masih bisa ditoleransi. Setelah dua tahun, masih tidak ada perubahan? Ada yang tidak beres. Setelah tiga tahun, masih tetap begitu? Wah, ada apa ini? Setelah sepuluh tahun, masih bergumul dengan masalah yang sama? Kemungkinannya sangat besar kalau saudara belum lahir baru.

Saya ingin menekankan hal ini seperti kata rasul Petrus, senantiasa mengingatkan kamu akan hal-hal yang telah saudara tahu. Saya yakin, semua ini sudah saudara ketahui. Saya hanya mengingatkan dan meneguhkan saudara karena saya pikir sangatlah penting untuk kita membangun jemaat di atas dasar yang sangat teguh dan solid. Kalau dasar atau foundasi kita tidak solid, lebih baik jangan membangun apa-apa. Karena apa saja yang dibangun akan tidak bakal bertahan lama.

Dari pengamatan saya, sangat sedikit orang yang benar-benar mengalami kuasa penyelamatan Yeshua. Seluruh dunia, termasuk sebagian dunia Kristen, berada di bawah dusta iblis. Apakah dusta iblis ini? Dusta ini bisa disampaikan dengan bahasa yang sangat sederhana. Dusta Iblis adalah, seperti dustanya yang pertama kepada Hawa, melanggar perintah Allah bukanlah hal yang serius, bukan masalah besar. Saudara marah-marah, apakah petir langsung menyambar? Tidak. Saudara tidak akan mati. Tidak ada apa-apa yang akan terjadi kepada saudara.


MARILAH! KAMU YANG LETIH LESU DAN BERBEBAN BERAT

Bagaimana kita mengalami kuasa penyelamatan dari Allah? Kita akan melihat dari perlambangan yang diberikan kepada kita dari bangsa Israel. Kita akan membaca dari Keluaran 2:23-25

Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka. (Kel. 2:23-3:1)

Dapatkah saudara melihat kata-kata ini, mengeluh, berseru-seru, berteriak, mengerang dan Allah mendengarkan keluh kesah mereka. Apakah saudara mengeluh, berseru-seru, berteriak dan mengerang karena dosa-dosa yang memperhamba saudara? Apakah saudara muak hidup di bawah ketuanan dosa? Apakah saudara terikat melakukan hal-hal yang tidak ingin saudara lakukan? Pada umumnya, keluh kesah itu bukan hal yang baik. Namun ada satu keluh kesah yang akan membawa berkat Allah ke dalam kehidupan saudara. Ada satu teriakan yang akan mendatangkan pertolongan Allah dalam kehidupan saudara, yaitu ketika saudara berkeluh-kesah dan berteriak meminta tolong karena saudara tidak kuat lagi menanggung beban perbudakan. Ketika Israel berseru, Allah mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Isyak dan Yakub. Jika saudara berkeluh-kesah, berteriak meminta tolong dan merasa tidak mampu dan tidak berdaya karena dosa-dosa yang mengikat hidup saudara, bukankah Allah akan mengingat perjanjian yang lebih baik yang telah Dia meteraikan dengan darah Anak Domba itu, yang menghapus dosa dunia? Saudara pasti akan mengalami tangan-Nya, tangan-Nya melepaskan saudara dari dosa-dosa yang mengikat saudara. Yesus berkata kepada kita, “Marilah kepada aku, kamu yang letih lesu dan berbeban berat. Orang yang lelah dan muak dengan hidupnya dalam dosa, datanglah kepada aku, aku akan memberikan kelegaan.”


MAKNA BAPTISAN MENURUT ROMA 6

Kita akan tutup dengan Roma 6. Apa yang terjadi ketika seseorang dibaptis. Baptisan dijelaskan dengan sangat mendetail di Roma 6. Di dalam Injil, terutama keempat Injil dari Perjanjian Baru, kita tidak diberikan terlalu banyak penjelasan tentang makna baptisan. Kita hanya melihat orang dibaptis tanpa terlalu memahami apa yang terjadi. Di Roma 6 Paulus memberikan penjelasan yang cukup mendetail tentang baptisan. Bacalah dengan teliti Roma 6 untuk memahami hal baptisan. Apa yang harus terjadi saat seseorang itu dibaptis. Banyak pelajaran yang dapat ditarik tetapi di pesan ini, kita hanya menyoroti satu hal penting.

Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (Rom. 6:2)

Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. (Rom. 6:6)

Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. (Rom. 6:7)

Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (Rom. 6:11)

Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (Rom. 6:12)

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (Rom. 6:14)

Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. (Rom. 6:17)

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. (Rom. 6:22)


HAMBA DOSA MENJADI HAMBA ALLAH

Apa yang terjadi pada baptisan? Apa yang terjadi kepada saudara yang telah dibaptis? Terjadi satu titik balik dalam hidup saudara. Terdapat satu perubahan yang nyata. Dari hamba dosa menjadi hamba Allah. Kalau saya bertanya siapa di antara kita di sini adalah hamba Allah, pasti yang ditunjuk adalah kami yang melayani full time. Salah! Salah besar! Siapakah hamba Allah? Siapa saja yang sudah dibaptis adalah hamba Allah.

Hamba dosa dan hamba Allah mencerminkan dua kehidupan yang sangat berbeda. Dosa membuat kita babak belur, seperti para hamba yang di bawah perbudakan Mesir. Namun, menjadi hamba Allah, saudara akan mengalami bahwa walaupun disebut hamba, tetapi Allah berurusan dengan kita seperti anak-Nya. Satu perbedaan yang sangat besar.

Saya berharap, saudara semua sadar bahwa kita semua adalah hamba Allah. Sebagai hamba Allah, kita hanya memiliki satu tujuan hidup, yakni melakukan kehendak Allah kita, Tuan kita.

Di doa penyerahan diri sebelum dibaptis tadi, salah satu calon baptisan berdoa, “Bapa, saya tidak mau berbuat dosa lagi.” Saya cukup terharu mendengar doa itu. Itu sebuah janji yang bisa kita sampaikan kepada Bapa.

Apakah saudara mau berbuat dosa lagi? Pertanyaan saya bukan, “Apakah saudara akan berbuat dosa lagi?” Ini dua pertanyaan yang sangat berbeda. Pertanyaannya adalah “Apakah saudara mau berbuat dosa lagi?” Saya bisa dengan hati nurani yang bersih berkata di hadapan Allah, “Tuhan, saya tidak mau berbuat dosa lagi.” Sama seperti saya dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh dapat berkata bahwa, “Saya tidak mau jatuh lagi.” Karena siapa di sini yang mau jatuh? Tetapi saya tidak bisa berjanji bahwa saya tidak akan jatuh lagi; karena mana tahu, saya mungkin akan tersandung batu, atau tergelincir karena jalan licin. Namun saya dapat memastikan saya tidak mau jatuh.

Kalau jawaban saudara adalah, “Saya hanya manusia, saya akan jatuh lagi”, ini berarti saudara tidak siap untuk dibaptis. Jika ini adalah mentalitas saudara, maka akan saya katakan bahwa saudara tidak siap. Karena jawaban seperti ini, adalah jawaban yang memberitahu saya bahwa di hati saudara, saudara masih mau berbuat dosa lagi. Saudara membakar jembatan, tetapi masih meninggalkan seutas tali. Apakah saudara mau berbuat dosa lagi? Saya berharap saudara dapat berkata dengan tegas menjawab “Tidak”.

Apa upahnya menjadi hamba Allah? Hidup yang kekal. Allah akan memberikan hidup-Nya kepada kita. Hidup kekal bukanlah sesuatu yang hanya diberikan di masa depan. Hidup kekal pada dasarnya berarti, Hidupnya Allah, God’s life. Hidup yang akan Dia berikan kepada kita. Saudara akan mendapati bahwa dalam melakukan kehendak Allah di dalam hidup, saudara akan benar-benar hidup, dan hidup menjadi berarti. Saudara akan dengan nyata merasakan bahwa hidup ini bukan hanya menjadi parasit, hanya menerima dan menyerap, hanya hidup untuk diri sendiri. Dengan menjadi hamba Allah, saudara benar-benar akan menjalani sebuah kehidupan yang sangat bermakna di bumi ini.

 

 

Berikan Komentar Anda: