SC Chuah | Covid-19 |

Sebagai umat Allah, bagaimana kita harus meresponi situasi yang kita alami sekarang ini? Sebelum kita melanjutkan, saya hanya ingin mengatakan bahwa jalan Tuhan dan rancangan Tuhan memang sesuatu yang jauh di atas kita. Sebagai manusia seringkali kita tidak mungkin sama sekali dapat memahami rancangan dan jalan-Nya, melainkan hal itu diwahyukan kepada kita secara khusus. Jika tidak ada penyataan yang khusus, kita tidak akan pernah tahu dan sebaiknya jangan sok tahu untuk memberi sebuah jawaban. Kebijaksanaan kita sebagai manusia tidak terletak pada kemampuan kita untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, tetapi pada respon kita. Jauh lebih penting daripada pertanyaan “mengapa” adalah pertanyaan “bagaimana”; bagaimana kita meresponi situasi ini? Situasi gawat darurat yang melanda seluruh umat manusia, yang belum pernah terjadi selama ini di dalam hidup kita.


SELURUH DUNIA BERTEKUK LUTUT

Di pesan ini saya ingin berbicara tentang respon kita di situasi ini. Pertama-tama, mari kita melihat pada apa yang sedang terjadi. Selama beberapa dekade ini kita memang hidup di dalam kemajuan teknologi yang sangat luar biasa. Teknologi dan ilmu di setiap bidang sudah sangat maju. Ilmu pengetahuan atau sains begitu berkembang sejak beberapa dekade ini. Bagi yang akrab dengan diskusi atau perdebatan antara kaum ateis and teis, yang tidak percaya Tuhan dan yang percaya Tuhan, kita bisa melihat keangkuhan manusia. Manusia menaruh seluruh pengharapan mereka pada ilmu atau sains. Sains dipakai untuk menyangkal Allah sendiri. Sekarang, tiba-tiba dari entah mana, muncul sesuatu yang tidak bisa dipahami. Kita bahkan tidak tahu dari mana datangnya organisme kecil ini, yang jelas-jelas telah menundukkan seluruh dunia kepadanya. Beberapa bulan terakhir ini, semua percakapan di media sosial maupun perorangan, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah, dari kalangan politisi di atas sana sampai pemulung di bawah sini, dari orang-orang besar sampai orang-orang kecil, hampir semua percakapan didominasi oleh virus ini. Kita hanya membicarakan hal ini, semua topik mengarah pada hal ini. Apakah ada hal lain yang lebih layak dibicarakan dibandingkan hal-hal yang berkaitan dengan virus ini?

Bukankah ini hal yang luar biasa? Bagaimana suatu organisme yang begitu kecil, yang bahkan tidak kelihatan oleh kasat mata, membuat dunia bertekuk lutut kepadanya? Jadi sebagai umat Allah, bagaimana kita meresponi hal ini. Kalau kita melihat pada pandemi-pandemi yang terjadi sebelum ini, kita dapat memastikan bahwa pandemi ini pasti akan berlalu. Distribusi Pandemi terjadi dalam bentuk bell curve (grafik curva lonceng), kasusnya akan melonjak tinggi, turun dan akan menghilang setelah itu. Seberapa tinggi lonjakannya dan seberapa lama pandemi ini berlangsung tergantung kepada respon kita terhadap penyebaran virus ini. Curva itu boleh lebih rendah dan lebih singkat waktunya, semuanya tergantung sepenuhnya pada respon kita.


TIDAK ADA HAL YANG TERJADI DI LUAR BAPA

Di pesan ini, saya tidak akan bicara tentang “mengapa”, tetapi ada satu hal yang kita bisa pastikan. Berdasarkan perkataan Yesus kepada murid-muridnya di Matius 10, tidak ada hal yang terjadi di dunia ini terjadi di luar Bapa.

“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu keping uang terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.”

Bukankah burung pipit itu harganya tidak seberapa? Dua ekor dijual seduit. Burung pipit adalah sesuatu yang tidak bernilai, harganya tidak seberapa. Diberi gratis ke saya pun, saya belum tentu mau. Namun, Yesus melanjutkan untuk berkata bahwa, “Tidak seekor pun, akan jatuh tanpa Bapamu di surga mengetahuinya.” Beberapa terjemahan Inggris menerjemahkannya seperti itu. Tidak seekor pun jatuh tanpa sepengetahuan Bapa. Dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia pula, diterjemahkan sebagai, “seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.” Apakah pengetahuan Allah dapat disamakan dengan kehendak Allah, merupakan topik besar yang dapat diperdebatkan. Topik ini bisa kita perdebatkan di lain waktu. Ini bukan waktunya. Aslinya, kata “pengetahuan” ataupun “kehendak” tidak muncul: “seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar Bapa.”

Jadi ada satu hal yang dapat kita pastikan: yaitu tidak ada sesuatu pun terjadi di luar Bapa. Jika tidak ada sesuatu yang terjadi di luar Bapa, ini berarti apa pun yang terjadi kita bisa pastikan bahwa hujung-hujungnya, walaupun samar dan tertopeng sekarang ini, pada akhirnya akan membawa kebaikan kepada umat manusia secara umum dan juga umat Allah secara khususnya, dan demikian pula pada setiap individu. Jadi kita berkeyakinan bahwa apa pun yang terjadi tidak ada satupun yang berada di luar kehendak Allah. Tidak kira apa pun yang terjadi, pada akhirnya akan membawa kebaikan. Itulah keyakinan yang menjadi sumber kekuatan umat Allah di sepanjang sejarah, apakah di zaman Perjanjian Lama, di antara umat Yahudi yang saleh atau pun di Perjanjian Baru, di antara para pengikut Yesus yang setia sampai mati. Keyakinan inilah membuat mereka begitu kuat menahan segala macam penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan, kesusahan, kesesakan di dalam kehidupan mereka. Pengharapan inilah yang membuat umat Allah bisa tetap positif, tetap produktif, tidak kira apa pun yang terjadi, sekalipun sangat merugikan.

Jadi saya pikir, sebagai umat Allah, kita tidak bisa hilang pengharapan ini. Pengharapan dan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, tidak terjadi di luar pengetahuan-Nya, tidak terjadi di luar kehendak-Nya. Jika saudara terhitung sebagai umat-Nya, hati saudara akan tahu bahwa segala yang terjadi pasti membawa kebaikan. Kita berpegang pada janji Allah yang terkenal di Yeremiah 29 di mana Yahweh berkata, “Aku tahu rancangan apa yang ada pada-Ku… yaitu rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan.”


JANGAN PANIK

Jadi hal pertama adalah untuk tidak panik dan tidak takut. Saya akan bacakan Lukas 21:26. Bacaan ini adalah gabungan dari dua terjemahan (ILT, LAI),

“Orang-orang akan terpingsan-pingsan oleh rasa takut karena kecemasan berhubungan dengan segala apa yang menimpa bumi ini, kuasa-kuasa langit akan goncang.”

Dikatakan di sini bahwa orang-orang terpingsan-pingsan oleh rasa takut karena kecemasan berhubungan dengan segala apa yang menimpa bumi ini.  

Kita dapat sekilas melihat kepanikan orang banyak sekarang ini. Saya katakan sekilas karena Lukas 21 sedang berbicara tentang hal-hal yang akan datang, yang lebih dahsyat lagi. Orang-orang akan terpingsan-pingsan oleh rasa takut, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada bumi ini. Dengan kata lain, kita masuk ke suatu masa depan yang sangat tidak menentu, dan masa depan yang tidak jelas ini menimbulkan rasa takut yang luar biasa. Sedikit banyak kita melihat hal itu terjadi di depan mata kita. Justru di dalam situasi seperti inilah, Yesus meminta agar para pengikutnya untuk tidak takut.

Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat.” (21:8)

Yesus berkata, apabila kita melihat semua itu mulai terjadi, janganlah takut, jangan ikut panik; sebaliknya, saat melihat semua itu terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, lihatlah ke atas, karena penebusanmu sudah dekat. Dengan kata lain, sebagai umat Allah, waktu kita melihat ketakutan melanda dan menguasai seluruh bumi, inilah waktunya untuk kita angkat kepala, angkat wajah dan lihat ke atas. Ini bukan tanda takut, orang yang mengangkat wajahnya ke atas bukan ekspresi takut. Sebaliknya itu suatu ekspresi ketenangan dan penuh pengharapan yang sangat luar biasa. Sebagai umat Allah, itulah caranya kita seharusnya meresponi hal-hal yang sedang terjadi sekarang. Inilah prinsip kekal yang menjadi ciri khas umat Allah.

Perlu saya tekankan juga bahwa tidak takut tidak berarti kita bertindak dengan cara yang tidak bertanggung jawab. Seperti yang disampaikan di slide , “Cucilah tanganmu, tetapi ingatlah di dalam tangan Siapa engkau berada”. Saya menghimbau saudara untuk melakukan segala sesuatu untuk mencegah penyebaran virus ini. Cucilah tanganmu. Namun, sebenarnya, cuci tangan bukan hal yang paling utama sekarang. Hal yang paling utama sekarang adalah social atau physical distancing, atau untuk menjaga jarak di antara satu dengan yang lain. Paling penting adalah tindakan memisahkan diri atau mengisolasi diri. Walaupun kita jemaat kecil, tetapi mungkin kita jemaat yang pertama meliburkan ibadah hari Minggu tanpa disuruh. Hal ini kita lakukan bukan dari rasa takut, tetapi dari rasa tanggung jawab, dari rasa prihatin dan kepedulian terhadap orang lain. Janganlah kita melakukan apa pun sebagai umat Allah, yang berkontribusi untuk menyebarkan virus ini. Kita harus melakukan tanggung jawab sipil kita untuk bekerjasama dengan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus ini. Sekali lagi saya tekankan, bukan dari rasa takut, tetapi dari rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap orang lain. Ini bukan waktunya untuk “sok berani” lalu menyusahkan orang lain.


TAKUTLAH HANYA KEPADA DIA

Beberapa minggu ini kita telah membahas perkataan Yesus kepada orang lumpuh di Yohanes 5, “jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan terjadi yang lebih buruk lagi padamu.”. Namun kalimat, “Jangan berbuat dosa lagi” sebenarnya hanya diucapkan Yesus sebanyak dua kali. Tahukah saudara berapa kali Yesus mengucapkan kalimat, “ Jangan takut”? Jauh lebih banyak dari dua kali. Namun tidak banyak orang menanggapi teguran Yesus ini dengan serius. Kita meresponi “Jangan berbuat dosa lagi” dengan lumayan serius, walaupun bagi kebanyakan orang, tidak cukup serius. Kita tahu kita tidak patut berbuat dosa. Akan tetapi, siapa di antara kita menanggapi perintah “Jangan takut” dengan serius? Kita menganggap rasa takut itu biasa saja. Bagi Yesus pula, hanya orang tidak beriman yang dikuasai rasa takut.

Saya harap saudara bisa melihat bahwa salah satu teguran dari Yesus yang paling tegas, tajam dan paling sering adalah teguran untuk “Jangan takut!”. Saya pernah membaca dari orang yang pernah menghitungnya yang berkata, di seluruh Alkitab, seruan jangan takut, jangan khawatir dan yang semacam itu muncul sebanyak 365 kali! Kalau 365 kali, berarti dalam setahun saudara bisa takut berapa kali? Tidak satu kali pun! Tidak sehari pun!

Apakah saudara bisa melihat dengan jelas bahwa di dalam firman Tuhan, dalam ajaran Yesus, hanya ada satu Pribadi yang perlu kita takuti? Kita hanya perlu takut pada satu Pribadi, yaitu pada Allah sendiri.

Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Yesus memberitahu kita untuk tidak takut pada siapa pun atau apa pun yang bisa membunuh tubuhmu. Hari ini yang mengancam kita adalah adalah suatu “apa”, bukan “siapa”. Virus ini hanya bisa membunuh tubuhmu. Kalau virus ini membunuh tubuhmu, bukankah saudara langsung masuk ke dalam hadirat Allah, Bapa kita? Jadi apa yang perlu kita takuti? Dalam seluruh Alkitab, Yesus hanya meminta kita untuk takut pada satu Pribadi, yaitu Dia yang sanggup dan dapat membinasakan tubuh dan jiwa di neraka. Dialah yang perlu kita takuti, tidak ada yang lain, termasuk virus corona ini. Jadi kalau saudara mau panik, silakan panik, tetapi paniklah ketika saudara berbuat dosa!


PEMBEBASANMU SUDAH DEKAT!

Melihat pada apa yang sedang terjadi dunia ini, seluruh dunia dipaksa untuk shut down atau lock down. Sekolah dan bioskop tutup. Tempat hiburan tutup dan tidak ada lagi orang yang melakukan perjalanan. Dan bukan saja tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat perbelanjaan dan tempat-tempat makan, tetapi masjid, gereja, klenteng dan pura juga tutup. Segala sesuatu yang berkaitan dengan rutinitas umum tidak berjalan sekarang. Dan hidup kita terdiri dari rutinitas-rutinitas ini. Jadi yang terjadi adalah hidup kita sekarang tidak “berjalan”, semua dipaksa untuk berhenti. Segala sesuatu yang berkaitan dengan hidup kita terpaksa dihentikan, semuanya stop begitu saja.

Ini merupakan hal yang sangat baik sebenarnya. Selama ini kita menganggap rutinitas kita sebagai “hidup” kita. Namun apakah itu memang “hidup”? Jadi, apa yang terjadi sekarang? Kita terkurung di rumah dan tidak bisa keluar dan berkegiatan seperti biasa. Ini memaksa kita untuk memikir ulang makna kehidupan itu sendiri: Apakah ada cara yang lebih baik, atau jalan yang lebih baik untuk menjalani hidup kita? Apa yang diberikan kepada kita sekarang ini adalah sebuah kesempatan, kesempatan yang dipaksakan ke atas kita, bukan atas pilihan kita sendiri, untuk me-reset kehidupan kita. Ini adalah kesempatan emas yang dipaksakan ke atas kita, bukan atas kemauan kita sendiri, untuk melakukan perubahan yang selama ini ingin kita lakukan tapi tidak kita lakukan. Ini kesempatan untuk melakukan perubahan yang selama ini kita tidak punya waktu untuk lakukan, karena jadwal kita yang begitu padat dengan cara jalan-jalan, nonton, belanja, makan-makan di luar dan seterusnya. Semua ini yang kita anggap sebagai “hidup” terpaksa berhenti sekarang, dan kita bisa mengevaluasi dan memikir ulang, apakah itu satu-satunya cara untuk menjalani hidup ini, mengisi hidup atau waktu dengan kegiatan-kegiatan itu?

Apa yang terjadi sekarang adalah suatu pembebasan dari perbudakan kepada rutinitas kita. Sama seperti bangsa Israel secara paksa keluar dari Mesir, sekarang kita dipaksa untuk berhenti dari seluruh perbudakan kita terhadap jadwal dan rutinitas seharian kita. Jadi kita bisa pakai waktu ini untuk mengevaluasi dan memikir ulang dan menemukan suatu cara hidup yang baru.


MARILAH KITA HIDUP!

Apa respon kita terhadap virus corona ini? Kita tahu bahwa virus ini adalah suatu benda tak bernyawa yang mencabut nyawa. Covid-19 bukan saja adalah virus yang membawa penyakit dan mematikan, tetapi ia juga menularkan kepanikan dan ketakutan ke seluruh dunia, kepada siapa saja. Virus ini mencabut nyawa dan merusak kehidupan. Lalu apa yang harus menjadi respon kita? Kalau virus ini mencabut nyawa dan merusak kehidupan, kita harus melawannya dengan kehidupan, kita harus lebih-lebih lagi hidup. Kalau virus ini memaksa kita untuk tinggal di rumah; siang dan malam berhadapan dengan istri atau suami kita, maka jadilah suami atau istri yang lebih baik. Bagi semua yang terkurung di rumah, ambillah waktu dan kesempatan ini untuk menjadi istri, suami, ayah, ibu dan anak-anak yang lebih baik. Tidak seperti lelucon yang banyak bersirkulasi sekarang di medsos yang menunjukkan sepasang suami istri bahagia pada hari pertama lockdown, tetapi babak belur berentam pada hari keempat. Dalam kenyataannya, kekerasan rumah tangga meningkat lebih dari 30% sejak pemberlakuan lockdown di Perancis dalam satu minggu. Di Paris, peningkatannya adalah sebanyak 36%. Pemerintah Perancis sampai harus membayar sewa hotel sebanyak 20,000 malam untuk menampung para korban kekerasan rumah tangga. Kita tahu krisis kemanusiaan semacam ini berpotensi mengeluarkan yang terburuk dari manusia.  

Namun sebagai umat Allah, biarlah krisis yang melanda dunia ini mengeluarkan yang terbaik dari kita. Ambillah kesempatan yang ada sekarang untuk melakukan perubahan yang kita ingin lakukan selama ini, tetapi tidak kita lakukan karena perbudakan kita pada jadwal dan rutinitas keseharian kita. Hari demi hari kita lewati sebagai budak yang dirantai oleh kegiatan dan rutinitas seharian kita, yang kita sebut “hidup”. Namun apakah itu hidup? Hari demi hari berlalu, tanpa terjadi apa-apa yang signifikan dalam hidup kita.

Ambillah kesempatan yang ada untuk membaca apa yang selama ini kita tunda karena tidak ada waktu. Alkitab, buku-buku dan hal-hal yang mau kita pelajari. Untuk melawan apa yang mematikan hidup, mari kita melawannya dengan lebih banyak kehidupan, dengan lebih banyak kasih, perhatian dan kepedulian kepada orang yang ada di sekitar kita. Contohnya, ada jemaat yang tidak bisa bekerja karena wabah ini. Mereka yang bergantung pada upah harian, pasti akan mengalami kekurangan dan kesulitan dari segi ekonomi. Inilah kesempatan untuk kita menunjukkan kepedulian kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan, terutama yang berkelebihan. Inilah waktunya untuk kita lebih “hidup” lagi, untuk menunjukkan kasih dan kepedulian, untuk membawa hidup di tengah-tengah bayangan maut yang mengancam. Hidup di tengah maut, dan terang di dalam kegelapan. Dalam keadaan kelam ini, biarlah kita menjadi lebih antusias dan lebih semangat tentang hidup, lebih antusias dengan misi yang dipercayakan Allah kepada kita. Kita dipanggil menjadi “kawan sekerja Allah” (1 Korintus 3:9). Firman Tuhan menyebut kita sebagai kawan sekerja Allah. Kita bukan saja rekan sekerja kepada sesama, tetapi umat Allah juga disebut sebagai rekan sekerja Allah. Kalimat ini, “rekan sekerja Allah” merupakan penghargaan yang paling besar yang dapat diberikan kepada seseorang. Rekan sekerja untuk berbuat apa? Untuk menyebarkan kasih-Nya, untuk menunjukkan terang-Nya di dunia yang gelap ini. Justru di tengah-tengah kekacauan, ketakutan dan kepanikan seperti sekarang, orang banyak sangat membutuhkan rekan-rekan sekerja Allah yang menyebarkan kasih dan kepedulian-Nya. Kita memang menutup pintu karena lock-down atau shut-in ini, tetapi kita tidak perlu menutup pintu hati kita. Kita bisa menelpon, mengirim chat dan bertemu dalam kelompok kecil atau saling mengunjungi di waktu situasi lebih kondusif nanti. Dengan kata lain, inilah kesempatan untuk kita mengaktifkan semua nilai-nilai baik yang tertanam di dalam diri kita. Khususnya di masa krisis, kita lebih lebih lagi perlu mengaktifkan semua nilai-nilai luhur yang sebenarnya sudah Allah tanamkan di dalam diri kita yang selama ini ditutupi oleh kesibukan dan kegiatan seharian kita.

Khususnya saat kita punya banyak waktu. Apakah saudara bingung mau membaca apa? Bacalah Amsal. Amsal mengandungi 31 pasal, bacalah satu pasal satu hari. Jadi dalam satu bulan, saudara akan selesai dan luangkan waktu untuk sungguh-sungguh menghayatinya. Kalau saudara melakukan itu, dalam satu bulan saudara pasti akan menjadi orang yang lebih bijaksana dan berhikmat.


MENCARI KERAJAAN YANG TAK TERGUNCANGKAN

Bagi setiap jemaat kita, saya berdoa agar guncangan yang sedang kita alami sebagai umat manusia akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan nyata di dalam diri kita: yaitu untuk mencari apa yang tidak tak terguncangkan. Carilah apa yang tidak bisa berubah dan yang tidak dapat diguncangkan. Di Lukas 21, kita membaca bahwa langit dan bumi akan terguncang. Mari kita membaca Ibrani 12:27-28,

27  Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada penggantian dari apa yang terguncangkan, yaitu apa yang dijadikan, supaya apa yang tidak terguncangkan, tinggal tetap. 28  Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Firman Tuhan dengan jelas memberitahu kita bahwa dunia ini akan selalu mengalami guncangan. Ibrani dengan gamblang memberitahu kita bahwa akan terjadi suatu guncangan terakhir. Dan apa tujuan dari guncangan terakhir ini? Untuk menggguncang segala sesuatu yang dapat diguncangkan. Dan segala sesuatu yang dapat diguncangkan adalah semua yang “dijadikan”, yaitu ciptaan, barang-barang jasmani dan materi. Apa tujuan dari guncangan ini? Supaya akan tinggal atau hanya tersisa apa yang tak terguncangkan. Mengingat dunia yang terus menerus akan diguncangkan, orang bijak akan membangun hidupnya atas dasar yang teguh dan tak terguncangkan.

Melalui krisis kemanusiaan yang tidak pernah terjadi di dalam kurun hidup kita ini, saya berharap saudara benar-benar mulai mencari apa yang tidak terguncangkan itu. Saya menghimbau agar saudara mencari dan menaruh pengharapan pada hal-hal yang tak bisa berubah dan yang tidak terguncangkan itu. Di ayat 28, dijelaskan kepada kita apa yang tidak terguncangkan itu. Apa yang tidak terguncangkan itu? Kerajaan-Nya, “kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan” itu. Harapan saya adalah melalui krisis ini, perkataan Yesus di Matius 6:33 menjadi lebih hidup dan menjadi suatu kenyataan dalam hidup kita, “Carilah kerajaan Allah dan kebenaran-Nya dahulu”. Carilah kerajaan-Nya dahulu. “Dahulu” berarti memprioritasnya di atas segala yang lain. Dan kalau hal ini terjadi dan kita memprioritaskan Allah di atas segalanya, menaruh pengharapan kita pada Allah itu sendiri yang tidak terguncangkan, yang mengguncang segala sesuatu, maka saudara akan bisa menjalani hidup tanpa rasa takut. Saudara tidak akan terguncang


KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA DAN SUKACITA OLEH ROH KUDUS

Dan apakah kerajaan Allah itu? Apa kerajaan Allah yang kita cari itu? Paulus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah itu bukan soal makan dan minum, Kerajaan Allah itu adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Jadi bukan kebenaran saja, bukan damai sejahtera saja, bukan sukacita saja, karena semua ini merupakan hal-hal yang sangat rapuh di dunia ini. Sukacita menghilang seperti embun pagi. Demikian juga damai sejahtera lenyap seketika ada sedikit masalah. Namun, waktu kita berbicara tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita yang oleh Roh Kudus, yang berasal dari Roh Kudus, maka semuanya ini teguh tak tergoncangkan. Itulah yang kita cari: suatu kehidupan di dalam Roh yang menghasilkan buah kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di dalam kehidupan kita.

Dalam masa krisis dunia ini, kalangan yang lebih berada akan sibuk mencari kesempatan di bidang forex. Tidak ada salahnya. Namun berhati-hatilah jika itu saja yang menjadi investasi hidup kita. Marilah kita berinvestasi dalam hal-hal yang lebih teguh, yang tidak kelihatan, yang akan tahan selama-lamanya, yaitu dalam Kerajaan-Nya. Kita dapat melihat krisis ini secara negatif dan menjadi negatif. Saudara bisa mengeluh tentang ini dan itu dan bertanya-tanya kapan semua ini akan berakhir. Namun kita dapat memilih untuk melihatnya secara positif, melihatnya sebagai kesempatan, sebuah kesempatan untuk me-reset kehidupan saudara dan menemukan suatu cara hidup yang baru.     

Marilah kita mengangkat kepala ke atas karena hari penyelamatan kita semakin hari semakin dekat. Marilah kita lebih antusias lagi tentang hidup ini, menjalaninya dengan sepenuhnya, dan menghembuskan nafas kehidupan ke dunia ini. Marilah kita lebih antusias lagi dengan misi dan tugas kita sebagai kawan sekerja Allah dan para pengikut Kristus.

 

Berikan Komentar Anda: