new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Dwight A. Pryor

Ada satu kaitan antara pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai dengan pemberian Roh di Gunung Sion. Keduanya berkaitan dengan hari Pentekosta, atau perayaan resmi hari Shavu’ot atau minggu ketujuh (lihat Ulangan 16:9-10). Dalam mempelajari Kitab Suci, para ahli kitab Yahudi di zaman dulu menyimpulkan bahwa hukum Taurat itu diberikan pada minggu ketujuh (Shavu’ot) atau hari ke-50 (pentecostos) setelah mereka keluar dari Mesir. Di gurun Sinai, Penebus Israel berperan sekaligus sebagai Pengajar mereka. Melalui hamba-Nya, Musa, Sang Mahakuasa memberikan perintah ilahi-Nya kepada anak-anak-Nya yang terkasih dalam kabut yang dipenuhi guruh dan petir saat Roh-Nya turun ke atas gunung Sinai dan menuliskan perintah di kedua loh batu itu.

Buku-buku tafsir kuno Yahudi menyatakan bahwa Suara Ilahi di gunung Sinai saat itu lalu menyebar laksana guruh yang memenuhi bumi sehingga segenap bangsa bisa mendengarkan ucapan: “Akulah TUHAN, Allahmu…” (Keluaran 20:2-3).

Tak heran jika gema dari Sinai itu lalu menjalar di balik catatan bersejarah di dalam Kitab Kisah Para Rasul tentang kejadian-kejadian di Gunung Sion “ketika tiba hari Pentekosta…” (Kis 2:1 dst).

Lima puluh hari setelah persembahan Domba Paskah, para murid Yeshua, bersama-sama umat Israel dan orang Yahudi perantauan dari berbagai penjuru, berhimpun di Bait Allah untuk memperingati perayaan Shavu’ot. Hal yang sama terulang lagi, Yang Mahakuasa turun ke atas gunung dalam wujud api Roh Kudus-Nya.

Kali ini, Dia menuliskan Hukum Taurat di atas batu hati orang-orang percaya – sesuai dengan janji di dalam kitab Yeremia mengenai ‘Perjanjian yang baru'(Yer 31:33). Roh turun dalam rupa lidah-lidah api yang turun ke diri mereka, Suara Ilahi kembali digemakan ke segenap bangsa. Banyak orang yang mendengarkan kabar baik ini. Ketika sejumlah 3000 orang binasa di Sinai akibat pemberontakan mereka, maka di Sion sejumlah 3000 orang ditambahkan ke golongan orang percaya (Kel 32:28; Kisah 2:41).

ORANG KRISTEN YANG MAU membangun cara berpikir Ibrani seperti halnya Mesias akan sangat terbantu saat mempelajari hukum Taurat di dalam terang Roh. Kita cenderung mengabaikan kebenaran pokok yang alkitabiah bahwa ‘hukum Taurat itu rohani’ (Roma 7:14); bahwa orang benar akan bergemar di dalam hakum Taurat (7:22); dan jika kita ada di dalam Roh maka kita akan bisa menggenapi tuntutannya (8:4), hal yang telah dijalankan oleh Yesus.

Secara historis, polemik dari kalangan Kristen terhadap Yudaisme menekankan pada aspek negatif dari hukum Taurat yang menguraikan dan mengecam dosa serta menjatuhkan kutuk dan bukannya berkat (pengampunan) kepada mereka yang membangkang dan tidak taat. Berikut ini adalah beberapa prinsip pemikiran Ibrani yang bisa membantu anda membangun pandangan yang positif terhadap Torah (hukum Taurat):

  1. Taurat adalah ajaran dari Bapa yang mengasihi. Kata Taurat dalam bahasa Ibrani pada dasarnya bermakna tuntunan dan petunjuk – yang membimbing Anda untuk mencapai tujuan. Dan tujuan yang mau dicapai oleh Taurat itu adalah hidup kekal. Kata hukum (dari kata Yunani nomos) memang jarang yang bernada positif, jadi Anda mungkin akan lebih terbantu jika memahami kata Taurat atau Torah ini lewat pengertian dari bahasa Ibraninya, sebagaimana yang dipakai oleh Yesus.
  2. Taurat itu harta yang berharga (treasure). Hanya di dalam terang pemahaman yang seperti di atas itulah maka kita akan bisa menghargai sikap pemazmur yang berkata, “Aku sungguh mengasihi Taurat-Mu.” (Maz 119:97). Mazmur 119 ini berisi 8 ayat untuk setiap huruf di dalam 22 buah abjad Ibrani. Total ayat yang berjumlah 178 itu menguraikan hikmat dan kehendak Allah yang terdapat di dalam Taurat yang memiliki banyak segi itu.
  3. Taurat adalah anugerah yang diberikan oleh Roh. Taurat ditulis oleh ‘jari Allah’ (Kel 31:18; Ul 9:10). Ungkapan dalam bahasa Ibrani ini juga ada di dalam Lukas 11:20 dan dijelaskan di dalam ayat paralelnya di Matius 12:28. Istilah ‘jari Allah’ ini maknanya adalah Roh Allah. Demikianlah, hukum Taurat – yakni Kitab Suci di dalam pengertiannya yang mendasar, sebagaimana yang disinggung oleh Paulus di dalam 2 Timotius 3:16 – dijiwai (inspire atau in-spirited) oleh Roh. Taurat adalah tuntunan yang dijiwai oleh Allah.
  4. Taurat adalah penuntun bagi umat tebusan. Hukum ini diberikan kepada umat Israel setelah mereka diselamatkan dari Mesir, bukan merupakan alat untuk menyelamatkan mereka. Taurat ini dimaksudkan sebagai tuntunan buat umat perjanjian untuk melangkah di jalur kebenaran yang akan membawa mereka ke tempat tujuan, yaitu tanah perjanjian. Sebagai pengikut Yesus dari Nazaret, baiklah kita ingat bahwa semua itu dituliskan sebagai peringatan bagi kita juga (1 Kor 10:11).

Firman Allah adalah kebenaran (Maz 119:160; Yoh 17:17), dan Yesus mengingatkan kita bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran (Yoh 15:26). Adalah baik jika kita mempelajari hubungan antara Sinai dan Sion di masa-masa Pentekosta ini.