SC Chuah | Monoteisme |

Kita ingin memahami dengan lebih dalam istilah yang langka di dalam Perjanjian Baru, yaitu “Roh Yesus” (Kis 16:7), “Roh Yesus Kristus” (Flp 1:19), “Roh Kristus” (Rm 8:9, 1Ptr 1:11) dan “Roh Anak-Nya” (Gal 4:6). Istilah ini dipakai sebanyak lima kali dalam seluruh Alkitab.

Kaitan antara Roh Kudus dan Roh Yesus cukup jelas di Kisah 16:6-7. Demikian pula, Paulus di Roma 8:9 menyamakan Roh Allah dengan Roh Kristus.

Namun demikian, kamu tidak hidup dalam daging, tetapi dalam Roh jika Roh Allah memang tinggal di dalam kamu. Sebab, jika seseorang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukanlah milik-Nya.

Roh Allah yang tinggal di dalam kita disebut dalam kalimat berikutnya sebagai “Roh Kristus”. Yang menjadi pertanyaan ialah, apakah dengan demikian kita dapat begitu saja menarik kesimpulan bahwa Kristus adalah Allah berdasarkan persamaan itu?

Untuk memahami hal ini, kita perlu meneliti peran Roh Allah dalam Perjanjian Lama, secara khusus kitab Bilangan. Bilangan 11 mengisahkan kisah ketentuan Allah untuk menyediakan kepemimpinan yang lebih luas untuk menolong Musa dalam memimpin bangsa Israel. Berikut perintah Allah kepada Musa,   

Lalu Aku akan turun dan berbicara denganmu di sana, dan Aku akan mengambil dari Roh yang ada padamu, dan Aku akan menaruh Roh itu di atas mereka, dan mereka akan memikul beban bangsa itu bersama engkau, sehingga engkau tidak memikulnya seorang diri. (Bil 11:17 ILT)

Musa menuruti perintah Allah dan Roh itu hinggap atas tujuh puluh sesepuh itu. Dengan kata lain, Roh yang diambil dari Musa akan menolong para sesepuh menjadi penolong kepada Musa. Mereka diberdayakan oleh Roh untuk memberikan pelayanan yang sama kepada jemaat Allah sama seperti yang diberikan oleh Musa.

Akan tetapi, dua sesepuh yang tetap tinggal di perkemahan juga diberkahi dengan Roh. Entah mengapa, Yosua menyampaikan kejadian ini kepada Musa dengan maksud supaya hal itu dihentikan. Namun, Musa menjawab seperti ini:

“Apakah kamu khawatir demi aku? Sebenarnya, aku justru ingin semua umat menjadi nabi sehingga YAHWEH akan memberikan Roh-Nya kepada mereka”

Pernyataan Musa ini ternyata merupakan sebuah pernyataan penting dalam sejarah penebusan umat manusia. Keinginan Musa ini akhirnya menjadi pengharapan profetik bagi zaman Mesias sebagaimana dinubuatkan di kitab Yoel (Yl 2:28-29) yang menemukan kegenapannya di jemaat awal (Kis 2).

28  “Setelah itu, akan terjadi, Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, anak-anakmu laki-laki dan anak-anakmu perempuan akan bernubuat, orang-orang tua akan mendapat mimpi, pemuda-pemuda akan mendapat penglihatan.
29  Bahkan, kepada hamba laki-laki dan perempuan, Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas mereka pada hari-hari itu. (Yl 2)

Melalui perantaraan Yesus sang Mesias, keinginan Musa itu tergenapi. 

Penting untuk diperhatikan bahwa Allah tidak memberikan Roh itu secara langsung kepada para sesepuh itu. “Aku akan mengambil dari Roh yang ada padamu” (11:17), dan itulah yang dilakukan-Nya ketika YAHWEH turun dari awan (11:25). Roh yang diberikan kepada para sesepuh untuk menolong Musa adalah “Roh yang ada pada” Musa, yaitu “Roh Musa” yang tentu saja adalah “Roh Allah”.

Kesejajaran dan kebenaran yang sama dinyatakan dengan jelas dalam Injil Yohanes ketika penulis Injil mengaitkan pengalaman Yesus dengan pengalaman para pengikutnya:  

32  Dan, Yohanes bersaksi, katanya, “Aku melihat Roh turun dari langit seperti burung merpati dan Roh itu tinggal pada-Nya.
33  Aku sendiri tidak mengenal Dia, tetapi Ia yang mengutus aku untuk membaptis dengan air berkata kepadaku, ‘Dia yang ke atas-Nya kamu melihat Roh turun dan tinggal, Dialah yang akan membaptis dengan Roh Kudus.’
34  Aku sendiri telah melihat dan memberi kesaksian bahwa Dia inilah Anak Allah.’” (Yoh 1)

Yesus, yang ke atasnya Roh turun dan tinggal, adalah dia yang akan membaptis dengan Roh Kudus.

Hal ini dijelaskan dengan lebih detail dalam pengajaran Yesus tentang Roh di Yohanes 14-16, secara khusus 14:16-17.

16  Aku akan meminta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain, supaya Ia bersamamu selamanya,
17  yaitu Roh Kebenaran, yang tidak dapat diterima dunia, karena dunia tidak melihat Dia atau mengenal Dia; tetapi kamu mengenal Dia karena Ia tinggal bersamamu dan akan ada di dalammu. (Yoh 14)

Yesus berjanji untuk meminta Bapa mengutus Roh kepada murid-muridnya. Roh ini mereka kenal karena “Ia tinggal bersamamu dan akan ada di dalammu.” Roh selama ini “tinggal bersamamu” melalui Yesus, yang dianugerahi Roh pada baptisannya. Akan tetapi, Ia akan segera “ada di dalammu”, yaitu mengacu pada janji Yesus untuk mengutus Roh dan menggenapi nubuatan Yohanes bahwa Yesus akan “membaptis dengan Roh Kudus”.

Inilah caranya kita perlu memahami peran Roh Allah dalam Perjanjian Baru melalui terang Perjanjian Lama. Sama seperti Roh Allah yang ada Musa, pemimpin Perjanjian Lama, didistribusikan kepada ketujuhpuluh sesepuh, demikian pula Roh yang turun atas pemimpin Perjanjian Baru, Yesus, didistribusikan kepada jemaat, memberdayakan kita mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang dimulai Yesus. Sebagai komunitas mesianik, kita diurapi oleh Sang Mesias untuk menggenapi tugas mesianiknya di bumi.

Kita melihat hal yang sama dengan istilah “Roh Elia” (2Raj 2:25, Luk 1:17). Roh yang bekerja dalam Elia tentu saja adalah Roh Allah. Tidak ada orang yang akan menarik kesimpulan bahwa “roh manusia Elia” yang mengerjakan pelayanan Elia. Oleh karena itu, Roh Allahlah yang diberikan kepada Elisha ketika permintaannya dikabulkan. Akan tetapi, firman Allah menyatakan, “Roh Elia telah tinggal pada Elisa”! (2Raj 2:15, ILT) Apakah kita akan menerima Elia sebagai Allah melalui persamaan “Roh Yahweh sama dengan Roh Elia”? Tentu saja tidak. Kita paham itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elisa akan mencerminkan pelayanan Elia.

Roh yang bekerja dalam pribadi Yohanes Pembaptis adalah Roh Allah (Luk 1:15), tetapi Roh yang sama disebut “Roh dan kuasa Elia” (Luk 1:17).  Maknanya jelas, yaitu pelayanan Yohanes Pembaptis akan mencerminkan pelayanan Elia, “untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anak mereka. Ia juga akan membuat orang-orang yang tidak taat untuk berbalik kepada hikmat orang-orang benar.”

Seketika kita memahami peran Roh seperti ini, kita tidak akan membuat kesalahan dasar menyamakan Yesus dengan Allah hanya karena Roh Allah dalam Yesus disebut Roh Yesus. Firman Tuhan janganlah kita tafsirkan seperti rumus matematika, tetapi sesuai logika dan pemikiran Kitab Suci.