Pastor Eric Chang | Matius 7:7 |

Hari ini kita melanjutkan studi sistematis ajaran Yesus di Matius 7:7. Ayat ini berbunyi seperti berikut:

“Berilah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.

Dari pengupasan firman Matius 7:6 di Khotbah yang lalu, kita melihat bahwa Yesus sedang mengajarkan kepada kita tentang jangan  memberikan kepada anjing apa yang kudus atau melemparkan mutiara kepada babi. Kita melihat bahwa Yesus mengajarkan kepada kita bahwa sifat lama manusia yang dalam keberdosaannya, dalam kejijikannya adalah seperti sifat anjing dan babi. Kita melihat bahwa manusia duniawi tidak menerima hal-hal dari Allah. Dari Khotbah tersebut kita juga melihat bahwa Allah tidak pernah memaksa ke atas kita Injil-Nya, kebenaran-Nya yang luar biasa dan ajaib itu.  Dalam hubungan dengan hal ini, saya ingin mengatakan satu hal yang lain. Gereja mula-mula, yaitu bapa-bapa Rasuli di abad pertama, menggunakan ayat ini untuk menunjukkan bahwa barangsiapa yang belum dibaptis, tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Dalam karya yang sangat penting yang disebut “The Didache”, yaitu ajaran-ajaran bapa-bapa Rasuli, dikatakan bahwa tidak seorangpun yang belum dibaptis diizinkan untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus atas alasan bahwa benda-benda kudus tidak diberikan kepada anjing. Yakni, barangsiapa yang belum, melalui proses iman dan baptisan, menjadi manusia baru. Ini menunjukkan bahwa bapa-bapa Rasuli juga melihat bahwa anjing mewakili manusia lama dalam sifat lamanya.

Hari ini, bukan saja dalam pokok ini tetapi dalam begitu banyak pokok yang lain, gereja tidak tahu tentang ajaran Firman Allah. Orang diizinkan untuk mengambil bagian dalam Perjamuan padahal belum pernah dibaptis, karena adalah jelas bahwa para pengajar di gereja hari ini sepertinya tidak memahami arti Perjamuan Kudus. Dan apabila orang datang kepada saya, yang belum dibaptis dan bertanya apakah mereka boleh mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus dan saya berkata, “Tidak”. Mereka kaget. Mereka pikir, “Semua pendeta di gereja lain mengizinkannya. Mengapa anda tidak mengijinkannya?” Sepertinya saya menonjol di angkatan ini sebagai seorang yang aneh, bukan karena saya menghendakinya, bukan karena saya mau berbeda, tapi karena Firman Allah mengajarkan dengan cara ini. Mengapa orang tidak melihatnya?” Apakah saya kehilangan sesuatu jika saya mengizinkan orang yang belum dibaptis untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Saya bisa saja berkata, “Ya, silahkan.” Saya berkata “tidak” demi orang tersebut, bukan demi diri saya karena seperti nats yang dibacakan setiap kali Perjamuan Kudus diadakan, “barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan”. Orang itulah yang bermasalah nanti, bukan saya. Ada kalanya apabila saya memikirkan kata-kata Paulus, “Jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?” Hal ini saya katakan demi kebaikan anda, bukan demi kebaikan saya sendiri. Mengapa anda harus kurang mengasihi saya karena saya menyatakan sesuatu yang baik untuk diri anda? Tapi sebagaimana yang telah kita lihat di Khotbah yang lalu, terdapat orang yang tidak terlalu mempedulikan kebenaran. Mereka tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka tidak mau bersusah payah menyelidiki kebenaran, jadi mereka tidak senang mendengar hal ini. Tapi ada kalanya, saya juga tidak dapat menyalahkan orang-orang ini karena pendeta-pendeta lain menyatakan ini dan saya menyatakan sesuatu yang berbeda, jadi sepertinya saya seorang melawan mayoritas. Adalah sesuatu yang sangat menyedihkan bahwa di angkatan ini, di hari dan jaman ini, terdapat begitu banyak ketidak-tahuan akan Firman Allah. Saya tidak ingin menyerang pendeta-pendeta yang lain, tapi pergilah dan tanyalah pendeta yang kalian kenal. Mintalah  mereka untuk menguraikan kepada anda arti Perjamuan Kudus. Tanyalah mereka apa arti Perjamuan Kudus. Saya mau meminta kalian untuk mencari tahu berapa dari mereka yang dapat menguraikan kepada anda apa sesungguhnya arti Perjamuan Kudus. Dan bukan hanya memberitahu anda bahwa ia adalah semacam peringatan. Yang sering kita dengarkan sekarang adalah bahwa Perjamuan Kudus adalah semacam peringatan. Jika ia hanya semacam peringatan, bagaimana anda dapat berdosa terhadap tubuh dan darah Kristus? Kemukakan pertanyaan ini dan apabila anda sudah menyelidiki sampai ke akar persoalan, putuskanlah siapa yang menyatakan kebenaran.

Harinya akan tiba di mana anda harus mencari kebenaran sekalipun kebenaran itu akan membuat orang lain tersinggung. Seperti yang saya katakan tadi, ajaran tentang Perjamuan Kudus adalah satu prinsip yang diajarkan oleh para bapa Rasuli di gereja mula-mula. Hal ini bukan sesuatu yang saya ciptakan di abad ke-20. Saya dapat memberitahu anda bahwa segala sesuatu yang saya ajarkan dapat dibuktikan bukan hanya dari Firman Allah tapi juga dari ajaran gereja mula-mula dan para bapa Rasuli. Sayangnya, hari ini banyak orang yang tidak familiar dengan ajaran para bapa Rasuli, apa tah lagi ajaran Kitab Suci. Kita harus kembali ke Firman Allah. Persoalan apakah kita populer atau tidak, tidaklah penting. Yesus berkata bahwa apa yang dibutuhkan dari seorang hamba adalah bahwa ia setia. Hal inilah yang paling penting.

Sekarang marilah kita buka ke Matius 7:7. Terkandung begitu banyak kekayaan di perikop ini dan saya kira kita tidak dapat meliputi lebih dari satu ayat hari ini. Apa kaitan ayat ini dengan ayat-ayat yang sebelumnya? Dua hal: Pertama, bila anda melihat ke dalam ajaran Tuhan di Kotbah di Bukit sejauh ini, anda akan melihat bahwa standar yang ditetapkan sangatlah tinggi, lalu pertanyaannya adalah: dapatkah anda mencapai standar yang telah ditetapkan oleh Yesus? Di gereja masa kini, satu lagi hal yang tidak diajarkan adalah tanggungjawab kita. Kita secara terus menerus diberitahu tentang apa yang Allah kerjakan dan Allah mengerjakan segala sesuatu dan dianggapkan bahwa kita tidak perlu melakukan apa-apa pun. Allah mengerjakan segala sesuatu dan kita tidak mengerjakan apa-apapun. Itulah alasan mengapa adalah sangat penting untuk mempelajari Khotbah di Bukit. Firman-firman ini ditujukan kepada kita. Ia memberitahu kita apa yang harus kita lakukan, apa tanggungjawab kita di hadapan Allah. Tapi bila kita melihat tanggungjawab tersebut, kita hanya dapat menyerah dan berkata, “Tuhan, bagaimana saya dapat mencapai standar tersebut? Dengan kekuatan saya sendiri, dengan hikmat saya, saya tidak dapat menjalani kehidupan yang sebegini.” Apabila anda mulai melihat itu, anda sudah dalam perjalanan menjadi seorang Kristen yang sejati.

Hari ini gereja begitu penuh dengan orang Kristen yang berpikir bahwa mereka dapat menjalani kehidupan mereka sebagaimana mereka mau dan mereka masih tetap akan diselamatkan. Yesus berkata, “Kamu harus mengasihi Tuhan AllahMu dengan segenap hatimu dan mengasihi sesama seperti dirimu sendiri“, dan mereka hanya mengasihi diri mereka sendiri dan mereka masih berpikir, “Saya percaya pada Yesus, saya akan diselamatkan tidak kira apa yang diajarkan oleh Yesus, saya masih tetap akan diselamatkan.” Apa yang Yesus ajarkan tidak penting, apa yang penting adalah apa yang dikatakan oleh penginjil dan apa yang dikatakan oleh pendeta tapi apa yang dikatakan oleh Yesus tidak sesungguhnya penting. Pendeta itu berkata bahwa selama saya percaya pada Yesus, tidak kira bagaimana kehidupan saya, saya tetap akan diselamatkan sekalipun Yesus berkata yang lain.

Biarlah saya bertanya saudara-saudara, bandingkan apa yang dikatakan oleh para pendeta dan penginjil dengan apa yang dikatakan oleh Yesus. Bandingkan apa yang saya katakan dalam terang apa yang Yesus katakan. Lihatlah apakah kami menyatakan hal yang sama, apakah pendeta-pendeta menyatakan hal yang sama dengan apa yang diajarkan oleh Yesus. Jika apa yang saya katakan tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Firman Allah, maka saya seorang pendusta dan setiap orang mempunyai hak untuk mengumumkan bahwa saya seorang pendusta. Yesus berkata, “kasihilah musuhmu, bukan hanya sesama.” Berapa banyak orang Kristen yang dapat mengasihi saudara-saudara dalam gereja, belum lagi musuh mereka? Yesus berkata, “carilah dulu kerajaan Allah dan segala sesuatu“, hal-hal materil “akan ditambahkan kepadamu.” Berapa banyak orang Kristen yang dapat dengan jujur dan dengan hati nurani yang murni berkata bahwa hal pertama yang mereka cari di dunia ini dan di hidup ini adalah kerajaan Allah dan kebenaranNya? Namun orang-orang yang sama, yang tidak mencari dulu Kerajaan Allah, diberikan jaminan oleh banyak pendeta bahwa selama mereka percaya pada Yesus, mereka akan diselamatkan. Jadi kita harus terus menerus membandingkan pemikiran kita dan apa yang dikatakan oleh orang dengan apa yang diajarkan oleh Yesus.

Di akhir Khotbah di Bukit, Yesus berkata, “Pada hari terakhir“, yaitu pada hari Penghakiman, “banyak yang akan berkata kepada Aku, ‘Tuhan, Tuhan, tidakkah kami melakukan ini dan itu dalam namamu?” Dalam namaNya? Tapi Tuhan berkata, “Aku tidak mengenal kamu. Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan.” Kira-kiranya berapa banyak orang yang akan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Tuhan, itulah apa yang diajarkan pendeta kepada saya, itulah yang diajarkan oleh penginjil itu kepada saya. Ia berkata bahwa yang perlu dilakukan hanyalah percaya dalam nama Yesus. Saya percaya dalam nama Engkau. Apakah salahku?” Yesus berkata, “Hanya dia yang melakukan kehendak BapaKu di surga, hanya orang yang sedemikian yang masuk ke dalam kerajaan.” Melainkan iman sejati itu diungkapkan dalam tindakan, dalam melakukan kehendak Bapa, jika tidak iman itu tidak akan menyelamatkan sesiapapun.

Dan juga karena alasan bahwa orang tidak pernah diberitahu tentang tanggungjawab mereka maka tidak ada ketergantungan pada Allah yang seharusnya dimiliki setiap orang Kristen. Apakah setiap hari anda hidup bergantung pada Allah, berkata kepadaNya, “Tuhan, saya lemah. Saya tidak mempunyai kekuatan. Berikan kekuatan yang saya butuhkan, saya memohon pada Engkau.” Itulah alasan mengapa saya berkata tadi bahwa jika anda merasa lemah dan kekurangan dan karena itu anda secara terus menerus bergantung pada Allah, maka anda sudah dalam proses menjadi seorang Kristen yang sejati. Inilah alasan mengapa di akhir Khotbah di Bukit, Yesus berkata, “Mintalah, maka kamu akan menerima.” Aku tahu bahwa anda tidak memiliki kekuatan. Aku tahu bahwa anda tidak punya kuasa, tapi mintalah dan anda akan memilikinya”. Jika kata-kata itu tidak Yesus katakan di akhir Khotbah di Bukit, saya kira kita semua dalam keadaan tanpa harapan. Karena bila kita memandang pada standar yang telah ditetapkan oleh Yesus, tidak ada perasaan lain melainkan perasaan keputus-asaan. “Aku begitu egois, aku begitu lemah. Bagaimana aku dapat mengasihi, mengasihi dengan cara Engkau? Aku begitu lemah bila aku melihat hal-hal menarik di dunia ini. Ah! Dunia melambai-lambai kepadaku. Dunia menarik aku. Tuhan, bagaimana aku dapat menjalani kehidupan mencari dahulu KerajaanMu, melainkan Engkau memberikan aku kekuatan.” Tapi di sini, di akhir Khotbah di Bukit, Tuhan memberikan kita pengharapan dan kekuatan yang kita butuhkan. Ia menjanjikan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan dalam mengikuti jalan melakukan kehendak Bapa. Ia berkata, “segala sesuatu yang baik akan diberikan kepadamu.” Segala sesuatu yang anda perlukan akan diberikan kepadamu. Dan apakah hal-hal yang baik itu? Bila anda bandingkan dengan Injil Lukas, anda akan menemukan bahwa Ia secara khusus menunjuk kepada Roh Kudus. Roh Kudus adalah Allah Sendiri. Dan apabila anda mempunyai Allah, anda mempunyai segala sesuatu. Justru inilah pokoknya menjadi Kristen, yaitu memiliki Allah. Apabila anda memiliki Allah, anda memiliki hidup kekal. Anda tidak akan pernah memiliki hidup kekal di luar Allah. Anda tidak dapat memiliki hidup kekal sebagai sesuatu yang terpisah dari Allah. Ini hidup kekal dan Allah di sebelah sana. Hidup kekal adalah kehidupan Allah Sendiri. Oleh karena itu, apabila anda punya Allah, barulah anda memiliki hidup kekal. Apabila anda mempunyai Yesus, anda mempunyai hidup kekal. Jika anda tidak mempunyai Yesus dalam hidup anda, anda tidak mempunyai hidup kekal. Jadi kita melihat bahwa alasan pertama Yesus mengajarkan kepada kita tentang meminta disini adalah justru karena, di akhir Khotbah di Bukit, kita membutuhkan kekuatan untuk menjalani kehidupan yang merupakan panggilan surgawiNya bagi kita.

Alasan kedua adalah prinsip hubungan Allah dengan kita, yaitu prinsip dalam doa. Anda telah perhatikan, sebagai contoh, di Khotbah yang lalu tentang ajaran Tuhan di ayat 6, bahwa Allah tidak pernah memaksakan anugerahNya ke atas kita. Itu berarti, jika anda tidak memintanya, anda tidak memperoleh. Itu berarti, jika anda bukan seorang Kristen, dan jika anda tidak meminta keselamatan yang dari Allah, Allah tidak akan mengambil keselamatanNya dan melemparkan kepada anda. Tidak, anda tidak akan pernah memperolehnya. Prinsip yang sama ini berlaku bagi orang Kristen juga. Rasul Yakobus berkata di Yakobus 4:2-3 dan ia sedang berbicara kepada orang Kristen, “Kamu tidak menerima karena kamu tidak meminta”, dan di ayat 3 ia berkata, “Kamu meminta dan kamu tidak memperoleh karena kamu meminta hal yang salah, karena anda meminta untuk memuaskan hawa nafsumu.” Sekarang pertimbangkan ini, banyak orang Kristen tidak mempunyai karunia-karunia rohani yang tertentu. Pernahkah terlintas di pikiran anda bahwa anda tidak memperoleh karena anda tidak meminta? Mungkin anda melihat seorang saudara lain di gereja dan anda berkata, “Mengapa ia mempunyai begitu banyak karunia yang dapat dipakai Allah?” Pernahkah terlintas di benak anda untuk meminta hal-hal tersebut? Apa saja yang anda inginkan atau butuhkan dalam pekerjaan Allah, yang akan dipakai untuk kemuliaan Allah dan bagi pembangunan Gereja, anda boleh meminta dengan keyakinan bahwa anda akan menerima, selama anda meminta bukan untuk memuaskan hawa nafsumu. Bila Yesus berkata, “Mintalah dan kamu akan menerima”, dalam konteks ini, ia tidak berkata bahwa anda meminta mobil, dan anda akan menerima mobil. Minta mobil BMW, dan anda akan memperoleh mobil BMW. Jadi jika anda hanya meminta mobil kecil, maka anda rugi, mengapa tidak  minta mobil besar!?

Jadi kita dapat melihat bahwa apabila Tuhan berbicara mengenai meminta, Ia berkata anda mungkin akan meminta benda-benda untuk memuaskan hawa nafsu dan ketamakan anda. Prinsip yang penting adalah ini: Jika anda meminta sesuatu yang bersifat rohani, dan Allah dimuliakan dan membawa manfaat bagi gereja, maka anda dapat meminta dengan keyakinan bahwa anda akan memperolehnya. Di sini kita juga melihat begitu banyak kekayaan yang terkandung di dalam satu kalimat ajaran Tuhan. Dalam satu ayat ini, seluruh prinsip hubungan Tuhan dengan kita didefinisikan dengan jelas. Allah berkata, “mintalah, anda akan menerima”, fakta bahwa anda akan menerima, bahwa Ia memberikan kepada anda, itu adalah kasih anugerahNya Sendiri. Ia memberikan kepada anda dengan cuma-cuma saat anda memintanya. Disini kita melihat, di satu sisi anugerah Allah bahwa Ia memberikan cuma-cuma kepada mereka yang dalam kebutuhan. Tapi perhatikan juga tanggungjawab kita. Ia tidak berkata, “Aku akan memberikan kepada kamu apakah anda memintanya atau tidak.” Tanggungjawab kita adalah meminta, mencari, mengetuk. Jadi kita melihat hubungan di antara kasih karunia Allah dan tanggungjawab manusia. Anugerah Allah tersedia secara cuma-cuma tapi kita harus memintanya. Meminta itu tidak selalunya begitu mudah.     

Disini, dalam bahasa aslinya, tensanya adalah apa yang dipanggil present continuous tense, yang bermakna bahwa tindakan meminta itu bukan berlangsung hanya satu kali. Present continuous tense bermakna terus menerus meminta dan anda akan menerimanya. Ini berarti terus mencari, mencari sehingga ketemu. Ia juga bermakna terus mengetuk. Ketuk, ketuk, ketuk, sehingga pintu terbuka.

Begitu banyak orang Kristen saat mereka berdoa mereka mengetuk satu atau dua kali. Ketuk, ketuk. Tidak ada bunyi. “Baiklah, Ia tidak mau membuka pintu.” Jadi kita pergi. Seluruh pokok ajaran Tuhan adalah ini: Terus mengetuk sehingga anda menerima. Apakah anda berpikir Allah tidak ada di rumah? Tentu saja, jika anda berpikir bahwa Ia tidak di rumah, anda akan pergi. “Saya sudah mengetuk beberapa kali dan pintu tidak dibuka,  jadi pasti Ia tidak di rumah, lalu saya pergi”. Tapi Allah selalu di rumah. Ia selalu ada disitu. Jadi jika anda tahu bahwa apa yang anda minta itu adalah sesuatu yang memuliakanNya dan memberkati gereja, teruslah ketuk sehingga anda menerimanya. Prinsip ini begitu penting dan Yesus memberikan beberapa perumpamaan justru untuk mengilustrasikan pokok ini. Kita akan kembali ke perumpamaan ini di waktu yang akan datang. Anda mungkin berkata, “Mengapa Allah membutuhkan kita untuk terus meminta, meminta sehingga Ia memberikannya?” Bila seorang anak kecil terus meminta sesuatu, anda akan merasa agak jengkel. “Jangan terus meminta. Kamu telah memintanya tadi. Mengapa terus meminta? Saya tidak tuli, saya sudah mendengarnya.” Kita merasa agak jengkel karena ia meminta terus menerus. Tapi apabila kita melihat ke dalam Alkitab, sangatlah luar biasa. Caranya Allah bukan cara kita. Justru cara Allah berlawanan dengan cara kita. Ia begitu mengasihi orang yang tidak pernah menyerah, yang gigih – orang-orang yang bagi kita menjengkelkan inilah yang dikasihi Allah. Mereka menerima kasih karuniaNya. Bila anda mempelajari perumpamaan Tuhan, anda akan melihat hal ini.

Saya baru saja memberitahu salah seorang saudara bahwa studi akan perumpamaan merupakan satu proses reformasi pikiran karena anda akan belajar untuk memikirkan pikiran Allah, dan pikirannya sangat berbeda dari pikiran kita. Itulah alasan mengapa ada orang yang menemukan ajaran Yesus begitu sulit untuk dipahami, terutamanya perumpamaan. Cara Allah berpikir begitu berbeda dari cara kita berpikir. Jika anda mau menerima dari Allah, anda harus terus meminta, meminta sehingga anda menerimanya. Jangan menyerah sebelum anda menerima. Bagaimana Yakub menjadi Israel? Yakub bergulat dengan malaikat Tuhan sepanjang malam. Sepanjang malam ia berkata kepada Tuhan, “Berkatilah aku, berkatilah aku. Aku tidak akan melepaskan kamu sebelum kamu memberkati aku.” Anda mungkin berkata, ‘Betapa beraninya Yakub menangani malaikat Tuhan dalam cara ini. Ia tidak menjawab, dan anda terus berpegang kepadanya dan berkata, “Aku tidak akan melepaskan kamu sebelum kamu memberkati aku.”‘ Wah, sangat tidak tahu malu orang ini! Orang ini bahkan tidak punya sedikit kesopanan. Dengan manusia anda tidak akan berbuat ini, lalu bagaimana anda bisa menangani seorang malaikat Allah dalam cara ini? Mengapa Allah tidak langsung memberkati dia dan berkata, “Okelah, Aku berkatilah kamu. Pergilah. Aku sudah memberkati kamu” Seperti seorang anak kecil yang terus menerus menganggu anda setiap waktu, mengapa tidak berikan kepadanya apa yang ia minta agar ia pergi? Namun, Allah tidak berpikir dengan cara ini. Ia mengasihi orang yang tidak menyerah, yang terus menerus meminta. Dan pada akhirnya, malaikat Tuhan berkata, “Kamu sudah menang di atas Allah, dan dari sekarang, namamu adalah Israel.” Saya begitu berharap orang Kristen akan belajar prinsip ini. Anda bertekun sehingga anda menerimanya. Ingatkah anda tentang perempuan Sirofenesia yang terus berkata, “Sembuhkan anakku. Sembuhkan anakku,” sehingga para murid berkata, “Mengapa Engkau tidak menyuruh dia pergi? Ia mengganggu dan menjengkelkan kita.” Apakah perempuan ini menjengkelkan Yesus? Tidak. Ia menjengkelkan murid-muridNya, tapi Yesus tidak terganggu. Tuhan mengasihi dia. Tuhan berkata, “O perempuan, besar imanmu, Jadilah seperti yang telah kamu minta.”

Ada kalanya, kita merupakan orang yang maukan segala sesuatu secara instan. Tuhan, berikan kepada saya di waktu ini juga. Di waktu ini juga. Tapi Tuhan mau melihat sejauh mana kita sesungguhnya menghendakinya. Harga yang setinggi mana yang sanggup kita bayar untuk memperolehnya? Ia sedang melatih kita lewat permintaan kita, dengan gigih secara terus menerus meminta. Bukan dengan cara yang mudah, hanya dengan sekali meminta dan anda mendapatkannya. Ia menghendaki orang yang bertahan hingga ke akhirnya, orang yang dapat bertahan sampai ke akhirnya.

Perhatikan keindahan ayat 7 di fasal 7 buku Matius. Kita sudah melihat begitu banyak kekayaan di dalam ayat yang indah ini. Dalam nas aslinya, ayat ini mengandungi sebelas perkataan. Tapi seperti permata indah mengungkapkan kebenaran, seperti intan yang dipotong dari pelbagai sudut yang berbeda dalam memancarkan terangnya, kekayaan maknanya dapat dilihat dari pelbagai sudut. Pertimbangkanlah ini, apakah yang terjadi apabila anda mencari jalan menuju ke tempat tertentu. Pertama, anda akan menanyakan jalannya. Dan setelah menerima informasi tentang arahnya, anda akan mencarinya. Dan setelah tempat itu ditemukan, apa yang anda lakukan? Anda mengetuk pintunya agar dapat masuk. Bukankah sangat indah gambaran ini? Inilah persis urutan kata-kata Yesus di ayat ini. Minta, cari dan ketuk. Di Matius 2, ketika orang-orang magus mencari Yesus, anda akan menemukan urutan yang sama disitu. Di ayat 2, dikatakan mereka bertanya dimanakah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Di ayat 8, setelah bertanya, mereka pergi dan mencari. Di ayat 11, mereka menemukan dan setelah mereka menemukan, mereka mengetuk dan masuk. Itulah hukum orang Yahudi, anda tidak masuk pintu tanpa terlebih dahulu mengetuk. Jadi Yesus sedang berkata bahwa sama seperti orang-orang majus mencari Yesus dan Raja Kerajaan, jadi kita juga mencari. Kita meminta, mencari dan mengetuk agar kita dapat masuk.

Tentu saja, motif kita meminta, mencari dan mengetuk itu sangatlah penting. Kita menemukan di Matius 2 bahwa Herod juga bertanya di manakah Mesias akan dilahirkan. Ia juga mencari. Ia juga sedang mencari, tapi motifnya salah. Oleh karena itu, ia tidak menemukannya. Jadi kita melihat bahwa motif, alasan mengapa kita meminta sesuatu dari Tuhan itu sangatlah penting. Allah melihat hati kita. Jadi, sekali lagi inilah tanggungjawab kita dalam kasih karunia Allah. Kita mau mencari Yesus, mencari Kerajaan Allah. Namun terdapat tiga hal yang harus kita lakukan di pihak kita. Ada tanggungjawab di pihak kita. Apabila anda meminta, anda menggunakan mulut. Apabila anda mencari, anda menggunakan mata. Apabila anda mengetuk, anda menggunakan tangan. Ini mewakili seluruh pribadi, maka seluruh keberadaan terlibat dalam mencari Kerajaan Allah. Jadi mencari Tuhan dengan segenap jiwa, akal budi dan kekuatan.

Tentu saja, sebagaimana yang telah kita lihat, hal mencari berhubungan dengan ayat-ayat yang sebelumnya dan juga ayat-ayat yang sesudahnya. Ia berhubungan dengan hal tentang mencari kerajaan Allah. Carilah KerajaanNya dan kebenaranNya dan dalam melakukan itu, tentu saja kita sedang mencari hidup kekal dalam Allah. Dan setelah kita tiba, apakah yang kita lakukan? Kita mengetuk di pintu gerbang hidup kekal. Disini anda melihat hubungan yang menakjubkan langsung setelah perikop ini di ayat 14. Karena sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan bagi mereka yang menemukannya. Jadi kita melihat bahwa dalam meminta, mencari dan mengetuk, semua bentuk dasar kegiatan manusia terlibat. Seluruh keberadaan kita terlibat. Apabila anda mau mencari hidup, anda tidak hanya mencari dengan sebagian dari keberadaan anda. Pencarian akan Tuhan dapat diwakili dengan kata-kata, “dengan segenap jiwa, akal budi, kekuatan”.

Marilah kita pertimbangkan tentang hal mengetuk. Kita sudah panjang lebar berbicara mengenai meminta dan kita juga sudah sedikit menyentuh tentang mencari. Dalam berbicara mengenai pengalaman rohani. Nat ini dalam bahasa aslinya, terdapat bentuk tatabahasa yang disebut “divine passive”, yaitu kalimat, “mintalah maka akan diberikan”. “Akan diberikan” adalah bentuk pasif. Dalam Alkitab, bentuk kalimat yang  bersifat pasif ini yaitu “akan diberikan”, selalu bermakna bahwa Allah akan memberi. Bentuk kalimat yang disebut “divine passive” ini bermakna Allahlah yang akan melakukannya. Jadi dikatakan, “ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu”, ini bermakna Allah akan membukanya. Allah akan membuka pintu itu. Ini tentu saja bermakna apabila anda meminta dan Allah menjawab, anda mengalami satu pengalaman rohani, anda mengalami sesuatu yang dilakukan Allah.

Banyak orang berkata kepada saya, “Saya akan menjadi orang Kristen yang jauh lebih kuat jika saya mengalami pengalaman rohani yang anda miliki. Anda selalu membagikan pengalaman rohani, jika saya memiliki pengalaman rohani yang anda miliki, saya juga akan mempunyai kekuatan dan iman rohani yang sama dengan anda.” Tapi, saudara yang terkasih, tidak ada orang yang langsung begitu saja mengalami pengalaman rohani yang sedemikian. Bagaimana anda mendapatkan pengalaman rohani yang sedemikian? Yesus sedang memberitahu kita di sini. Tidak ada misteri. Sangat sederhana. Bagaimana saya mengalami hal-hal indah yang Allah berikan kepada saya? Karena saya memintanya. Bagaimana saya menemukan kekayaan rohani dalam Allah? Karena saya mencari. Bagaimana saya masuk ke dalam pengalaman hidup yang baru? Dengan mengetuk pada pintu itu. Anda tidak mempunyai karena anda tidak meminta. Anda tidak menemukan karena anda tidak mencari. Anda tidak masuk karena anda tidak mengetuk dan oleh karena itu pintu tidak dibuka bagimu.

Ingatlah selalu bahwa kasih karunia Allah tersedia untuk diberikan kepada anda, mengapa anda tidak meminta? Itulah sebabnya mengapa begitu banyak orang Kristen hidup dalam kemiskinan rohani karena mereka tidak masuk dengan iman, melangkah masuk untuk meminta, seperti Yakub, “Tuhan, berkatilah saya O Tuhan dengan berkat rohani. Saya tidak mempunyai kekuatan. Saya lemah.” Mintalah dari Allah. Kuasa Allah tersedia bagi anda. Jangan membuang waktu, apa lagi yang ditunggu anda? Jika anda belum selamat, apa lagi yang anda tunggu? Allah bersedia untuk menyelamatkan anda, anda hanya perlu meminta. Tapi Allah tidak akan memaksa anda. “Mintalah dan ia akan diberikan kepada anda.” Apakah ini tidak cukup untuk menyakinkan anda? Apakah anda berpikir bahwa Tuhan sedang berdusta? Baiklah, anda boleh mengujinya untuk melihat apakah Ia berdusta. Banyak orang Kristen berkata, “Allah tidak nyata bagi saya.” Nah, bagaimana Ia akan menjadi nyata kepada anda melainkan anda meminta, anda mencari dan anda mengetuk. Bagaimana Ia menjadi nyata bagi anda? Ia tidak akan menjadi nyata bagi anda melainkan anda bertemu dengan Dia. Dan bagaimana anda akan bertemu dengan seseorang melainkan anda pergi, anda mencari tempatnya, anda mencari alamatnya dan anda mengetuk di pintunya. Dan apabila ia membuka pintu, anda berkata, “Ah, sekarang saya sudah bertemu dengan anda.” Jika tidak, bagaimana anda akan bertemu dengannya? Jadi, mengapa orang berkata kepada saya, “Mengapa Allah begitu nyata bagi anda dan Ia tidak nyata bagi saya?” Tuhan tidak memberikan kepada saya suatu rahasia yang tidak Ia berikan kepada anda. Semuanya sudah tercatat di sini. Satu ayat yang begitu bernilai di ayat 11 dalam bahasa Yunani. Perhatikan bahwa Ia mempertaruhkan seluruh reputasi pada ayat tersebut. Ia menantang anda. “Aku akan memberikan kepada kamu.” Mintalah. Ujilah Aku dan lihatlah. Saya sering berkata, bahwa bukan Allah yang takut dengan tantangan. Kitalah yang takut untuk menerima tantanganNya. Jadi, Ia mengundang kita untuk datang kepadaNya. Datanglah kepada Aku, tanyalah jalanNya. Carilah jalannya, ketuklah pada pintunya dan anda akan bertemu dengan Aku. Tapi Ia tidak pernah berkata ini hal yang mudah, memang terdapat tiga hal yang perlu dilakukan. Tapi jika anda siap untuk bertekun, jika anda siap untuk membayar harga yang tidak seberapa itu, tidak kira apa harganya, maka kita akan bertemu dengan Dia, mengalami satu pengalaman yang hidup dengan Allah.

Dan akhirnya, dikatakan di sini, “Ketuklah pada pintu.” Dan tentu saja Gereja Allah digambarkan sebagai satu bangunan. Jadi di akhir jalan tersebut, di akhir permintaan, pencarian, kita pada akhirnya tiba ke kediaman Allah, di GerejaNya. Itulah alasan mengapa Yesus berkata, “Aku akan membangunkan gerejaKu dan kuncinya Aku berikan kepada hamba-hambaKu.” Anda melihat seluruh hal ini dilukiskan sebagai bangunan, di mana anda tiba ke pintu gerbang, kepada pintu, dan anda mengetuk pada pintu itu. Setelah anda masuk, terdapat kamar-kamar yang berbeda-beda. Di rumah BapaKu, terdapat banyak kamar. Anda harus mengetuk pada pintu yang tepat. Jadi sekarang, kita melihat seluruh nilai ajaran Yesus. Ia telah mengundang kita untuk datang dan bertemu dengan Dia, asalkan kita siap untuk melakukan tiga hal ini, dan melakukan dengan penuh ketekunan. Saya telah menguji Firman ini, dan telah membuktikan bahwa ia benar. Ujilah untuk mengetahui kebenaran Firman ini. Saya tidak akan dapat memberitakan Firman Allah dengan penuh keyakinan melainkan saya telah membuktikan dalam pengalaman saya sendiri dan menemukan bahwa ia benar. Dalam memberitakan Firman Allah, saya tidak memberitakannya dari pengetahuan theologia. Saya tidak berkotbah semata-mata dari pengetahuan Alkitab. Saya memberitakannya dari satu keyakinan yang berapi-api dari hati saya bahwa setiap kata yang diucapkan oleh Yesus adalah benar. Mintalah, dan ia akan diberikan kepadamu. Anda tidak perlu keluar dari pertemuan hari ini dan berkata, “Baiklah, saya tidak tahu bagaimana harus bertemu dengan Allah. Saya tidak tahu bagaimana untuk mempunyai pengalaman rohani.” Firman dari ayat ini akan memberikan kita jawabannya.

Sebagai kesimpulan, saya mau membagikan tentang kunjungan saya ke Trent satu setengah tahun yang lalu. Beberapa di antara kalian tahu bahwa saya berhadapan dengan suatu masalah, dan terdapat saat-saat kritis di mana saya nyaris tidak dapat ke konferensi di Trent tersebut. Beberapa di antara kalian juga tahu bahwa Allah membuka jalan untuk saya pergi tapi kebanyakan dari kalian tidak tahu bagaimana Allah melakukannya. Apa yang terjadi adalah, sekitar setahun yang lalu, Komite Kamp Trent mengundang saya untuk berbicara di konferensi tersebut. Di Konsular Kanada, Wakil Konsulnya memberi jaminan kepada saya bahwa tidak akan ada masalah visa dengan perjalanan saya ke Kanada untuk berbicara di Kamp Trent, jadi saya tidak perlu jauh, jauh hari memasukkan permohonan untuk visa. Jadi seminggu sebelum Konferensi itu saya ke Konsular Kanada untuk mengambil visa saya dan kali ini saya menghadap pegawai yang lain. Dan ia memberitahu saya bahwa ia tidak dapat langsung memberikan visa kepada saya. Saya memberitahunya bahwa Wakil Konsul sudah memberitahu saya bahwa visa dapat langsung diberikan kepada saya. Tapi menurut pegawai tersebut, itu satu kekeliruan dan saya harus terlebih dahulu membuat permohonan ke Ottawa. Itu sudah hari Jumat, satu minggu sebelum Kamp Trent, sekitar 6 hari sebelum konferensi itu. Dan saya perlu tiba ke Trent pada malam Kamis. Dan tentu saja, pada hari Jumat, kantor pemerintah akan tutup. Lalu saya berkata, “Terdapat satu konferensi di Trent, di mana beberapa ratus orang menunggu untuk mendengarkan Firman Allah. Apakah anda memberitahu saya bahwa saya tidak akan diberikan visa untuk pergi ke sana?” Saya melanjutkan, “Kira-kiranya apa yang akan dikatakan oleh panitia kamp? Dari mana mereka akan mencari pembicara lain? Apakah 6 hari waktu yang cukup untuk mencari pembicara yang baru?” Pegawai itu berkata, “Ini di luar kekuasaan saya. Wakil Konsul sudah membuat kekeliruan. Saya minta maaf atas kekeliruannya tapi saya tidak mempunyai otoritas untuk memberikan kepada anda visa tersebut.” Saya bertanya, “Apa yang dapat anda lakukan?” Ia menjawab, “Saya dapat mengirim surat kawat langsung ke Ottawa, tapi dalam pengalaman saya bekerja di konsular, hal itu membutuhkan beberapa hari dan jawabannya tidak akan tiba tepat waktu.” Jadi ia bertanya, “Apakah anda mau saya mengirimkan surat kawat tersebut, walaupun saya dapat memberitahu anda bahwa jawabannya tidak akan tiba sebelum anda dijadwalkan berangkat? ”

Walaupun waktu itu sudah akhir pekan dan tidak ada orang di kantor, saya berkata kepadanya, “Kirimlah surat kawat tersebut.” Bayangkan perasaan saya sewaktu saya meninggalkan kantor consular itu. Sekalipun ini bukan kekeliruan saya, tapi seluruh rencana untuk kamp macet. Saya berpikir, “Apa yang akan dilakukan oleh panitia kamp?” Jika saya tidak pergi, saya tidak rugi apa-apa. Tapi bagaimana dengan orang-orang di sana?” Saya pulang dan mengajak istri saya sama-sama berlutut berdoa kepada Tuhan. Apa yang sedang terjadi? Saya harus berangkat pada hari Rabu agar dapat tiba pada hari Kamis di Trent. Bagaimana mungkin untuk menerima visa pada hari Rabu agar tidak terlambat? Apa yang saya lakukan? Saya pergi kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, Engkaulah Allah. Di ayat ini, dikatakan, ‘Mintalah, dan kamu akan menerima’. Apa yang saya minta murni untuk kemuliaan Allah, murni untuk GerejaNya. Saya sama sekali tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam hal ini. Saya datang di hadapan Tuhan dan berkata, “Saya akan meminta sesuatu yang sangat, sangat khusus dan saya tahu Engkau akan dan Engkau dapat melakukannya.” Jadi saya menuliskan satu program kerja yang sangat sederhana. Agar dapat berangkat pada hari Rabu, saya harus mendapatkan visa pada hari Selasa. Agar visa itu dapat tiba ke Inggris pada hari Selasa, maka ia harus diproses di Ottawa pada hari Senin langsung setelah ia tiba dari Inggris. Kalian yang mengenal cara kerja kantor pemerintah akan tahu bahwa hal-hal ini sama sekali tidak mungkin! Bagaimanapun saya bertekad untuk meminta sesuatu yang tidak mungkin. Kantor di Ottawa itu harus menangani surat kawat yang dikirim dari kantor konsular di seluruh dunia, bukan hanya dari kantor konsular di Inggris. Bagaimana mungkin saya mengharapkan visa saya diproses langsung setelah diterima dan dikirim kembali ke Inggris pada hari yang sama? Saya meminta pada Tuhan dengan berkata, “Tuhan, surat kawat dari Ottawa tiba ke Manchester pada hari Selasa dan saya mendapatnya pada hari Selasa juga. Pada hari Rabu, saya sudah di pesawat. Tuhan, tolonglah.” Memandang kembali, sepertinya sangat sederhana.

Pada hari Sabtu, saya berjalan-jalan di taman bersama Helen dan saya berkata kepadanya, “Anda akan menjadi saksi saya tentang apa yang akan dikerjakan oleh Allah. Jika saya memberitahu anda setelah peristiwa ini terjadi, bahwa saya mendoakan hal ini, maka anda tidak akan mempunyai bukti selain dari kata-kata saya. Jadi saya mau memberitahu anda sebelum jawaban doa itu terkabul, apa yang telah saya doakan. Saya bukan sekedar mendoakan hal ini tapi saya sepenuhnya yakin bahwa doa ini akan terjawab dan andalah yang menjadi saksi saya bahwa saya memberitahu anda hal ini beberapa hal sebelum ia terkabul.” Segala sesuatu terjadi persis seperti yang saya minta dari Tuhan dan Ia mengabulkannya persis dalam cara yang saya minta. Pada hari Selasa, saya mendapatkan visa dan membeli tiket pesawat. Pada hari Rabu, saya sudah di atas pesawat dalam perjalanan ke Kanada. Anda harus melihat wajah-wajah terkejut pegawai-pegawai di kantor konsular. Tidak terlintas di pikiran mereka bahwa keputusan dari kantor Ottawa tiba dengan begitu cepat.

Saya dapat membagikan begitu banyak pengalaman tentang jawaban doa dari Allah tapi semuanya itu bermula dengan meminta, mencari dan mengetuk. Saya menjadi seorang Kristen ketika saya duduk di halaman penjara Komunis dan meminta bantuan Tuhan dan Ia melakukannya. Saya meminta dan Ia menjawab, dan Ia menjawab dengan begitu cepat! Suatu pengalaman yang sangat menakjubkan. Itu berarti bahwa Allah selalu rindu untuk menjawab asalkan anda sudi meminta dan Ia tahu bahwa anda meminta dengan tekun dan tekad. Saudara yang terkasih, saya memohon pada kalian agar kalian mengambil kata-kata Yesus dan buktikanlah keabsahannya dalam hidup anda sendiri. Cara untuk mempelajari Alkitab, cara untuk memahami ajaran Yesus bukanlah hanya membaca dan mendengar khotbah. Tapi, keluar dan membuktikannya, dan anda akan menemukan, “Ah, Tuhan, sesungguhnya benar. Sangat indah.” Dengan cara ini, anda akan tahu bahwa anda sedang berurusan, sedang berbicara dengan Allah yang hidup. Bahwa Bapamu, Ia adalah Allah Surga dan Bumi. Maka hati anda akan dipenuhi oleh sukacita yang berkelimpahan. Persis seperti apa yang Yesus katakan kepada para muridNya di Injil Yohanes, “Mintalah, dan anda akan menerimanya agar sukacitamu menjadi penuh.”

 

Berikan Komentar Anda: