Pastor Eric Chang | Matius 28:18-20 |

Matius 28:18-20. Bagian ini terjadi setelah peristiwa kebangkitan dan berbunyi sebagai berikut:

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, au menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Di dalam perikop ini, Yesus memberitahu apa yang menjadi tugas kita di dunia ini, dan tugas yang utama itu adalah untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus. Berarti tugas kita adalah untuk membentuk murid. Untuk bisa membentuk murid, maka Anda harus tahu apa itu seorang murid yang sejati. Hal inilah yang akan kita bahas hari ini.

Menurut uraian Yesus, orang  yang bagaimana yang boleh dibaptis? Siapakah mereka yang akan dibaptiskan itu? Mereka itu adalah para murid. “Jadikanlah… muridku dan baptislah mereka.” Artinya adalah, baptislah para murid itu. Dengan demikian, satu-satunya jenis orang yang bisa diterima untuk dibaptis adalah seorang murid. Pertanyaan selanjutnya adalah: apa itu seorang murid yang sejati?

Seorang murid adalah orang yang akan mengikut Yesus. Jadi, makna utama seorang murid adalah seorang pengikut. Namun pertanyaan yang penting adalah “siapa” orang yang Anda ikuti itu? Siapakah Yesus ini?


Yesus menerima semua otoritas di surga dan di bumi

Perhatikan ucapan yang disampaikan oleh Yesus setelah kebangkitan, setelah karya keselamatan Allah lewat dirinya dituntaskan di kayu salib. Dia mengucapkan hal ini, “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Dan berdasarkan otoritas atau kuasa inilah dia mengutus kita.

Segala kuasa itu telah diberikan kepada Yesus sebagai Juruselamat kita dan dengan kuasa itu dia mengutus kita. Pokok yang sama dapat dilihat di Ibrani 2:8-9 di mana penulis kitab Ibrani berkata: kita masih belum melihat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kekuasaan manusia, hal yang merupakan tujuan dari penciptaan. Akan tetapi kita telah melihat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kuasa Yesus.

Apa arti semua ini? Artinya adalah bahwa manusia, ketika Allah menciptakannya, diciptakan untuk menjadi raja atas segala ciptaan. Kitab Kejadian memberitahu kita bahwa Allah memberi manusia kuasa atas segala ciptaan. Namun ketika manusia berbuat dosa, maka dia kehilangan kekuasaan itu; dia kehilangan kewenangan ini. Sekarang ini, tidak semua ciptaan berada di bawah kewenangan manusia. Malahan, manusia telah menjadi korban dari perbuatannya sendiri.


Seorang Kristen yang berbuat dosa akan kehilangan kuasanya

Inilah prinsip rohaninya, jika manusia berbuat dosa, dia akan kehilangan kewenangannya, dia akan kehilangan kuasanya. Seorang Kristen yang berbuat dosa akan segera kehilangan kuasanya. Jika Anda adalah seorang Kristen yang belum pernah dimerdekakan dari dosa, maka Anda tidak akan pernah tahu apa itu kuasa. Itulah sebabnya ada orang Kristen yang begitu besar kuasanya dan ada juga yang kuasanya nyaris tidak ada. Sebagian orang Kristen membawa kuasa yang begitu besar, baik di saat memberitakan Firman Allah, mengerjakan pekerjaan Allah, berdoa bagi orang sakit, dalam hal apapun, termasuk dalam hal mengusir setan. Anda hanya perlu membaca biografi para hamba Allah yang hebat itu, dan Anda akan tahu mengapa mereka begitu luar biasa.

Mengapa Allah bisa memakai orang seperti John Sung bukan hanya untuk menyembuhkan orang sakit, tapi bahkan untuk membangkitkan orang mati? Rahasianya ada di dalam kata favorit John Sung itu. Kata favoritnya adalah kekudusan. Semua karya tulis dan tafsirannya selalu membahas tentang kekudusan. Begitu Anda berbuat dosa, saudara-saudariku, Anda kehilangan kuasa. Orang yang berjalan di dalam kekudusan dan kebenaran membawa kuasa Allah dalam dirinya. Demikianlah, ketika Adam berbuat dosa, dia kehilangan kemuliaan Allah yang tadinya ada dalam dirinya. Itulah pokoknya, jika Anda kudus, maka Anda membawa kemuliaan Allah bersama Anda. Namun begitu Anda berbuat dosa, Anda menjadi kotor, gelap dan kehilangan kuasa. Di kitab Roma dikatakan bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Mereka tidak lagi mempunyai kemuliaan.

Demikianlah, saat Yesus berkata, “Segala kuasa berikut hal-hal yang menyertai kuasa tersebut telah diberikan kepadaku,” artinya, Yesus sedang berbicara sebagai penebus, manusia yang telah membalikkan apa yang telah diperbuat oleh Adam dalam dosa. Di dalam terang pengertian inilah kita harus memahami bahwa Yesus sedang menggenapi nubuat di Daniel 7:13-14. Apakah yang tertulis di dalam Daniel pasal 7? Di sana tertulis tentang anak manusia. Yesus disebut sebagai anak manusia. Kitab Daniel pasal 7 memberitahu kita bahwa segala kewenangan, kerajaan dan kekuasaan diberikan kepada anak manusia ini. Jadi kita bisa melihat bahwa rencana penyelamatan Allah telah digenapi di dalam Kristus melalui firman di Matius 28:18 ini.


Seorang murid yang sejati mengikut Yesus dan menjadi perwakilannya

Demikianlah, saat kita diutus ke tengah dunia, kita diutus dengan membawa kuasa. Kuasa Allah ada bersama kita – kuasa yang di atas bumi dan sorga yang telah diberikan kepada Yesus, dan yang telah Yesus memberikan kepada kita. Jadi, seorang murid adalah orang yang mengikut Yesus dan membawa kuasa. Dia mewakili Yesus kemanapun dia pergi. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Jika ada orang yang menolakmu, berarti dia telah menolakku.” Bayangkanlah kewenangan yang kita emban itu. Jika ada orang yang menolak saya, berarti dia telah menolak Yesus! Ini adalah hal yang perlu kita renungkan! Setiap orang yang menerima saya, demikian menurut Yesus, berarti dia sedang menerimanya. Tentu saja, dengan syarat bahwa saya adalah seorang murid sejati. Jadi, saat kita telah memahami betapa besarnya keistimewaan dan tanggung jawab serta kekuasaan seorang murid, maka kita harus dengan cermat memahami apa arti menjadi seorang murid itu. Kita perlu bertanya: Bagaimana agar bisa menjadi seorang murid?


Bagaimana menjadi seorang murid?

Kata ‘murid’ adalah kata yang sangat sering muncul di dalam Perjanjian Baru. Kata ini muncul sebanyak 262 kali. Lalu apa arti kata ini? Kata murid ini pada dasarnya berarti seseorang yang belajar dari orang lain. Orang yang sedang magang. Orang yang tidak sekadar belajar secara jarak jauh melainkan orang yang hidup bersama dengan gurunya, seperti seorang santri. Pada zaman itu, jika Anda ingin belajar suatu keahlian Anda tidak datang ke sebuah kampus untuk mempelajari keahlian tersebut. Anda akan pergi ke seorang ahli yang akan mengajari Anda keterampilan itu, orang yang mengetahui seluk beluk urusan tersebut.

Sebagai contoh, Paulus adalah seorang pembuat tenda. Bagaimana cara dia belajar membuat tenda? Dia tidak pergi ke University of Yerusalem, lalu mendaftar di kursus pembuatan tenda. Dia mendatangi seorang ahli pembuatan tenda, dan pakar tersebut akan mengajarinya hal-hal tentang pembuatan tenda, untuk itu dia harus tinggal bersama sang pakar untuk beberapa waktu sampai dia menguasai seluk beluk pembuatan tenda. Di Tiongkok, kita tidak asing dengan cara belajar semacam itu. Itulah tepatnya cara belajar setiap tukang di Tiongkok. Mereka mempelajarinya langsung dari sang pakar atau orang yang ahli tentang hal tersebut. Jadi, jika Anda ingin belajar ilmu pengobatan di Tiongkok, Anda akan pergi menjadi santri dari seorang tabib. Itulah sebabnya mengapa ada rahasia-rahasia yang hilang karena sang guru bisa saja tidak mengajarkan semuanya. Namun selama Anda adalah muridnya, Anda akan menjalani hidup Anda bersama pakar tersebut, Anda akan ikut kemanapun dia pergi, dan sambil dia menjalankan praktik pengobatannya, Anda mengamati hal-hal yang dia kerjakan. Sampai seberapa jauh Anda bisa mengembangkan keahlian Anda akan sangat bergantung pada tingkat keahlian guru Anda. Demikianlah, hal yang sama juga berlaku di Israel, orang-orang pergi mencari guru-guru di berbagai bidang keahlian, menjadi santri mereka untuk mempelajari keahlian para guru itu.


Seorang murid mengikuti, memerhati dan belajar dari gurunya

Sudah tentu, kata kunci dari hal pemuridan di dalam Perjanjian Baru adalah kata ‘mengikut’. Inilah sebabnya kata ‘ikut’ sering muncul di dalam Perjanjian Baru. Pokok yang diajukan selalu tentang hal mengikut Yesus. Demikianlah, para murid mengikut Yesus kemanapun dia pergi.

Di gereja mula-mula tidak ada Sekolah Alkitab. Tak ada orang yang pergi belajar ke seminari atau Sekolah Alkitab. Sekolah-sekolah semacam itu tidak ada. Lalu dari mana munculnya manusia-manusia Allah yang perkasa itu? Dari mana munculnya para hamba Tuhan dan penginjil tersebut? Mereka belajar dengan cara yang sama; mereka menjadi pengikut manusia Allah yang lain sampai akhirnya mereka menguasai bidang tersebut darinya. Demikianlah, kita dapati bahwa Paulus memiliki sekumpulan murid yang ikut kemanapun dia pergi, dia mengajar sambil bekerja. Dan orang-orang ini, seperti Timotius, Titus – para manusia Allah yang hebat ini – mereka semua dilatih sendiri oleh Paulus. Kesempatan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan dari kita, yakni dididik langsung oleh Paulus! Namun, hal yang lebih indah daripada itu adalah diajar langsung oleh Yesus!

Jadi, arti murid adalah orang yang mengikuti gurunya di sepanjang hidupnya, di mana dalam masa pendidikan itu dia hidup bersama dengan gurunya. Anda bisa belajar bidang teknik atau kedokteran tanpa harus tinggal bersama dengan guru Anda. Anda bisa mengikuti kuliah. Namun, saya rasa, jika Anda berkesempatan untuk tinggal bersama dengan professor teknik ataupun profesor kedokteran, maka Anda akan belajar jauh lebih banyak tentang bidang-bidang tersebut dibandingkan dengan jika Anda belajar dari ruang kuliah. Bayangkanlah, jika Anda belajar ilmu kedokteran, bukannya dengan cara membaca buku atau mengikuti perkuliahan, namun Anda diberi kesempatan istimewa untuk tinggal bersama ahli bedah yang paling pandai, Anda diizinkan untuk menanyakan segala sesuatu kepadanya, boleh mengamati cara kerjanya, tentunya Anda akan menimba lebih banyak ilmu dari pakar tersebut. Anda akan bisa menimba ilmu jauh lebih banyak dengan cara tinggal bersamanya selama tiga tahun daripada dengan cara membaca buku atau menyimak ceramah beberapa jam setiap harinya. Setiap mahasiswa tahu bahwa seberapa sering pun mereka membaca buku pelajaran mereka, tetap ada banyak hal yang tidak bisa mereka pahami. Lalu kepada siapa mereka akan bertanya? Sungguh beruntung jika sang profesor mau meluangkan waktunya sekitar lima menit untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan Anda. Akan tetapi, bayangkanlah keruntungan orang yang mendapat kesempatan untuk tinggal bersama profesornya! Sebab sang profesor adalah buku berjalan baginya.

Bidang kedokteran dan teknik adalah bidang-bidang yang akan lebih baik jika Anda pelajari dengan cara tinggal bersama pakarnya, akan tetapi Anda juga tidak harus mempelajarinya dengan cara demikian. Akan tetapi, di dalam hal kehidupan rohani, Anda tidak bisa mempelajarinya lewat buku-buku saja. Anda tidak akan bisa belajar dengan efektif melalui cara tersebut. Kehidupan rohani bukan sekadar masalah pengetahuan saja, ini adalah persoalan hidup! Kedokteran dan teknik hanya sekadar masalah pengetahuan saja. Anda bisa mendapatkan pengetahuan tersebut melalui buku-buku atau dengan cara lain. Akan tetapi, semua orang tahu bahwa kebersamaan dengan umat Allah akan membuat hidup Anda berbeda.

Saya sering menyampaikan tentang betapa berharganya masa-masa awal pelatihan saya ketika saya mendapat kesempatan untuk hidup bersama manusia Allah seperti Yang Zhi Jie, dari mana saya bisa menyerap bukan saja pengetahuan tapi semangat dari seorang manusia Allah. Saya bisa belajar dari cara dia mengerjakan sesuatu hal, bukan sekadar dari apa yang dia katakan atau dari buku yang dia tulis, melainkan dari cara dia mengerjakannya. Saya bisa mengamati karakternya. Saya bisa mengamati bagaimana, dan dengan sarana apa, Allah berkarya melalui orang ini. Semua itu bukan hal yang bisa Anda pelajari dari buku, ini adalah hasil dari pengamatan langsung. Dan seperti itulah cara Yesus melatih para muridnya. Dia tidak sekadar berceramah kepada mereka. Mereka bisa bercakap-cakap dengannya, menanyakan segala sesuatu kepadanya dan mengikuti dia ke mana-mana. Demikianlah, kita perlu mencermati pokok tentang hal mengikut Yesus ini.

Dari ini kita juga bisa melihat arti dari mengikut Yesus. Menjadi pengikut seseorang berarti Anda harus meninggalkan segala sesuatunya. Sama seperti orang yang ingin menjadi murid dari seorang tabib atau pembuat tenda, dia harus meninggalkan rumahnya, harus meninggalkan segala-galanya, termasuk harta dan pekerjaan untuk bisa hidup bersama gurunya. Jadi, jika Anda ingin mengikut Yesus, hal yang sama akan berlaku juga. Anda harus meninggalkan segala-galanya, sampai ke orang-orang yang Anda cintai, untuk bisa mengikut dia.

Hal-hal apa saja yang harus kita tinggalkan? Menurut Yesus: segala-galanya. Dia berkata, “Jika seseorang mengasihi ayah, ibu, saudara, saudari, suami, istri atau anak-anaknya melebihi aku, maka dia tidak layak bagiku.” Dan yang terpenting serta yang paling pertama yang harus kita tinggalkan adalah dosa-dosa kita. Untuk menjadi seorang murid, Anda harus menjalankan ketiga hal ini sekaligus.

Perhatikan hal-hal yang sedang kita teliti di Matius 28:18-20 ini. Kita akan melihat adanya tiga hal yang perlu dilaksanakan berkenaan dengan hal pemuridan ini: Pertama, harus dibaptiskan dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Kedua, belajar menaati semua hal yang diperintahkan oleh Yesus. Dan ketiga, harus tinggal di dalam persekutuan dengannya, dan dia akan berkata, “Aku selalu bersamamu.”

Kita akan secara ringkas membahas ketiga poin itu dalam rangka mengikut Yesus. Untuk menjadi seorang murid, maka Anda harus mengerti dan menjalankan ketiga hal berikut.


(1) Dibaptiskan

Baptisan berarti putus hubungan dengan cara hidup yang lama dan melangkah maju untuk mengikuti jalan hidup baru bersama Kristus.

Jadi, jangan ada orang yang bermain-main dengan baptisan. Baptisan adalah hal yang sangat serius. Saya ingin menanamkan hal ini dengan kuat ke dalam benak setiap jemaat gereja zaman sekarang, terutama di gereja-gereja yang memandang enteng atau bahkan tidak memahami arti baptisan. Jadi, begitu kita disatukan dengan Yesus di dalam baptisan, berarti kita telah mengambil langkah besar yang pertama untuk mengikut Kristus. Sama seperti seorang istri yang mengambil langkah besar memasuki pernikahan, pasangan tersebut membuat komitmen timbal-balik, dan selanjutnya si istri akan ikut kemanapun suaminya pergi.


(2) Mengajarkan murid-murid untuk menaati dan dikendali oleh semua yang diajarkan Yesus

Di dalam hal mengikut Yesus, pada umumnya, orang memandang ada dua macam cara mengikut Yesus. Seolah-olah ada dua macam tingkatan di dalam hal mengikut Yesus: kelas yang tinggi dan yang rendah. Umat yang termasuk kelas atas adalah mereka yang secara harfiah mengikut Yesus, yang meninggalkan pekerjaan, profesi dan segala-galanya untuk mengikut Yesus, menjadi seorang pelayan full-time. Demikianlah, terdapat pengikut yang full-time dan yang awam. Keduanya adalah sama-sama pengikut, akan tetapi golongan yang satu dianggap lebih tinggi dari golongan yang lainnya. Lalu, golongan Kristen yang satunya adalah jemaat awam, mereka yang tidak secara harfiah mengikuti Yesus, mereka hanya secara rohani mengikuti Yesus, artinya, mereka mengikuti ajarannya akan tetapi tidak meninggalkan segala sesuatu demi mengikut dia.

Masalah tersebut membawa kita pada poin yang kedua. Kita harus melangkah mengikuti kebenaran, bukan melangkah mengikuti kemauan kita. Hanya jika kita melangkah mengikuti kebenaran baru kita bisa sampai pada hidup kekal. Lalu apa kebenaran dari situasi ini?

Ada orang-orang yang mengikut Yesus secara harfiah, suatu tindakan yang cukup benar. Dan mereka telah meninggalkan pekerjaan serta harta benda mereka – jika mereka memang memiliki harta benda. Ada banyak penginjil zaman sekarang yang tak pernah meninggalkan apa-apa dalam mengikut Yesus. Jika mereka tidak menjadi penginjil, mungkin mereka sudah kelaparan. Namun mereka yang telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus, apakah hal ini menunjukkan suatu tingkatan yang lebih tinggi dalam hal mengikut Yesus? Tidak selalu begitu.

Pada zaman dulu, ada banyak orang yang mengikut Yesus secara harfiah. Di antara mereka, ada satu orang yang bernama Yudas yang – sama seperti para rasul lainnya – telah meninggalkan segala-galanya. Pikirkanlah tentang orang yang bernama Yudas ini. Apakah dia mengikut Yesus? Ya. Apakah dia menjawab panggilan Yesus dan meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus? Ya. Dia memberikan tanggapan. Dia mendengarkan panggilan Yesus. Yesus memanggilnya dan Yudas mengikuti dia. Lalu apa yang salah?

Inilah masalah dalam poin kedua yang akan kita bahas:

“Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu.”

Kata ‘segala sesuatu’ ini kata yang sangat penting. Kata ‘segala sesuatu’ ini merupakan kata kunci bagi poin yang kedua ini. Suatu kebenaran haruslah merupakan kebenaran yang utuh, kebenaran yang lengkap, bukan sekadar kebenaran yang separuh saja. Kebenaran separuh lebih berbahaya daripada kebohongan. Kita akan sangat mudah tertipu oleh kebenaran yang separuh-separuh. Kebohongan yang terang-terangan tidak akan bisa menjebak kita, akan tetapi pernyataan yang mengandung  mungkin 80% yang benar dan hanya 20% yang bohong, akan sangat mudah menjebak kita. Oleh karenanya, kalimat ini sangatlah penting. “Ajarlah mereka bukan sekadar untuk taat pada apa yang kuajarkan, melainkan untuk taat pada segala sesuatu yang telah kuajarkan, seluruh bagiannya.”

Anda bisa melihat bahwa kejatuhan Yudas terletak di titik ini. Dia telah mengambil langkah yang pertama, dia telah dibaptiskan, dia mengikut Yesus, namun tidak semua kebenaran ditaatinya. Masalah ini membawa kita pada pokok tentang kebenaran dari Yesus. Kebenaran yang harus masuk ke dalam hidup kita dan mengendali hidup kita. Hanya saat segenap kebenarannya mengendali hidup kita, baru kita bisa lolos dari bahaya yang menghadang Yudas.


Apakah Anda mengikut Yesus dengan niat yang salah?

Lalu apa maksud uraian ini? Kita bisa mengikut Yesus dengan berbagai macam niat. Kita bahkan bisa meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus dengan beragam niat. Kita bisa saja mengorbankan segala-galanya karena menganggap – bahwa dengan mengikut Yesus ini – kita akan mendapat lebih dari yang telah kita korbankan. Yang ditinggalkan tidak harus harta benda, mungkin hal-hal lain yang dipandang berharga. Ada sebagian orang yang tidak menemukan kedamaian dan sukacita di tengah dunia, dan mereka akhirnya malah muak dengan keduniawian, lalu mereka dapati bahwa menjadi murid Yesus bisa memberi mereka rasa kepuasan yang mereka butuhkan dan yang tidak bisa mereka dapatkan dari dunia. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Akan tetapi, dasar ini saja tidaklah cukup. Karena jika hanya itu alasan Anda untuk mengikut Yesus, maka Anda sedang mengikut dia dengan niat yang salah. Anda mengikut Yesus karena dia adalah kebenaran, dan bukan karena Anda ingin mendapatkan sesuatu dari sana, jika tidak maka Anda telah mengikut Yesus dengan alasan yang salah.

Sebagian orang tertarik dengan gereja karena mereka mendapati bahwa gereja memberi mereka banyak kesempatan. Dan saya curiga banyak anak muda yang pergi ke gereja karena mereka tahu bahwa mereka bisa memanfaatkan gereja untuk banyak hal – yang tampaknya benar. Sebagai contoh, mereka bisa berlatih musik, nyanyi dan kepemimpinan di gereja. Mereka juga bisa berlatih untuk berbicara di depan orang banyak. Anda akan terkejut mendapati betapa banyak orang yang pergi ke gereja demi mencari keuntungan dari gereja, memanfaatkan gereja sebagai tempat berlatih. Saya kenal seorang pengacara yang tampaknya pergi ke gereja memang dengan tujuan tersebut, yakni agar dia bisa latihan berdebat di dalam rapat-rapat majelis gereja. Di gereja Anda juga bisa belajar bagaimana menangani orang. Ini memang hal yang sangat menguntungkan. Dari sudut pandang sosiologi dan psikologi, ini adalah hal yang sangat bagus. Anda tahu bahwa orang-orang di gereja adalah orang-orang yang baik, mereka tidak akan mencelakai Anda. Sementara, jika Anda pergi ke kalangan orang dunia, siapa tahu, orang-orang akan memangsa Anda. Akan tetapi gereja terdiri dari orang-orang yang baik sehingga Anda bisa merasa aman.

Selanjutnya, ada lagi alasan-alasan yang lainnya. Sebagai contoh, di gereja ada banyak gadis dan pemuda yang ramah. Demikianlah, jika Anda ingin mendapat pasangan hidup yang baik dan ramah, di mana lagi kalau bukan di gereja? Di kalangan dunia, Anda tidak akan bisa temukan gadis-gadis yang ramah dan religius. Demikianlah, ada cukup banyak alasan yang sekilas tidak terlihat jahat. Mencari pasangan hidup yang baik memang tidak salah. Namun, ketahuilah bahwa ada banyak hal yang bisa mendorong orang masuk ke gereja dengan niat yang keliru.

Tentu saja, hal ini bukan berarti bahwa setiap orang yang datang ke gereja dengan cara ini bukan orang Kristen sejati. Namun masalahnya adalah apa yang benar-benar menjadi motivasi mereka. Jadi Anda bisa lihat mengapa ada orang-orang seperti Yudas yang datang ke gereja. Bisa saja mereka masuk dengan niat awal yang benar. Namun di tengah jalan, niatnya berubah. Dan perubahan niatnya ini terjadi karena tidak semua ajaran Yesus dia taati. Inilah poin pentingnya. Tidak semua ajaran Yesus menjadi bagian dari dirinya.


Ajaran Yesus tidak banyak dikenal oleh orang-orang Kristen

Untuk dapat menaati semua ajaran Yesus, kita harus mengetahui apa yang diajarkan oleh Yesus. Namun sayangnya, orang Kristen tidak tahu apa yang diajarkan oleh Yesus, ini termasuk orang yang sudah belajar teologia. Banyak yang tidak memahami makna dari perumpamaan,  misalnya dari Matius pasal 13. Apakah Anda mengerti prinsp-prinsip rohani yang terdapat di dalam perumpamaan tersebut? Apa yang sedang Yesus sampaikan di dalam perumpamaan tersebut? Jika Anda tidak tahu prinsip apa yang terkandung di dalam ajaran Yesus, lalu bagaimana Anda bisa menaati apa yang telah dia perintahkan? Yesus memerintahkan kita untuk menaati semua yang telah dia ajarkan, akan tetapi Anda bahkan tidak tahu apa ajarannya, lalu bagaimana Anda akan menaatinya?

Apa yang sedang terjadi dengan gereja zaman sekarang? Gereja-gereja zaman sekarang tidak tahu apa yang diajarkan oleh Yesus. Anda akan mendapati bahwa dari mimbar-mimbar, tidak ada ajaran Yesus yang dikhotbahkan. Mungkin mereka akan berbicara tentang sedikit bagian dari kehidupan Yesus. Namun tidak banyak ajaran Yesus yang diuraikan dari mimbar. Umat perlu tahu akan hal ini. Poin yang kedua – “Ajarlah mereka untuk menaati semua hal yang telah kuperintahkan kepada mereka” –  ini merupakan perintah dari Yesus.

Pengajaran dari Yesus berada di tingkat yang benar-benar berbeda dari ajaran lain yang ada di dalam Kitab Suci. Hal ini juga disebutkan di dalam Kitab Suci. Contohnya di Ibrani 1:1 – Allah telah berbicara kepada kita melalui berbagai nabi dan ahli taurat, akan tetapi di akhir zaman ini Dia berbicara kepada kita melalui Anak-Nya. Dan Anak-Nya ini sangat berbeda dengan semua hamba yang lain. Pengajaran di dalam Perjanjian Lama bisa dimodifikasi oleh Yesus. Dia berkata, “Kamu telah mendengar firman bahwa mata diganti mata, gigi diganti gigi, tetapi Aku berkata kepadamu…” Apa yang telah Yesus lakukan sesungguhnya adalah menaikkan standar seperti yang terjadi di Khotbah di Bukit. Dia tidak membatalkan ajaran di Perjanjian Lama tapi dia menaikkan standar itu ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Itulah sebabnya mengapa firman yang lain bisa berlalu akan tetapi ajaran dari Yesus tidak akan berlalu. Di dalam semua kitab Injil akan Anda temukan ajaran dari Yesus yang mengatakan, “Langit dan bumi akan berlalu namun firmanku kekal.” Di Yohanes 6:63, Yesus berkata, “Perkataan-perkataan yang kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Demikianlah, kita mendapati bahwa firman dari Yesus berdiri dalam kategori yang sangat berbeda dari bagian-bagian lainnya.


Rasul Paulus juga mengajar tentang hal mengikuti semua ajaran Yesus

Rasul Paulus adalah juru tafsir dari ajaran Yesus. Semua tulisannya adalah tafsiran atas ajaran Yesus. Tidak ada hal baru yang dituliskan oleh Paulus. Begitu Anda memahami isi ajaran Yesus, maka semua yang terdapat di dalam tulisan Paulus akan menjadi sangat jelas untuk dipahami. Jika Anda memahami naskah utamanya, maka naskah tafsirannya akan Anda pahami juga. Namun, jika Anda tidak memahami naskah utamanya, sudah pasti Anda tidak akan bisa memahami naskah tafsirannya juga.

Tulisan dan pengajaran rasul Paulus jelas sangat berharga bagi kita karena dia adalah penafsir dan ekspositor ajaran Yesus yang paling handal. Jika Anda periksa tulisan-tulisan Paulus, Anda akan menyadari bahwa dia adalah seorang manusia Allah yang telah menyerap ajaran Yesus sepenuhnya. Dia dididik oleh Roh Allah, dipimpin masuk ke dalam kebenaran untuk menguraikan kebenaran firman Allah kepada kita. Karena itu di Kolose 3:16, Paulus mendorong setiap orang Kristen dengan perkataan,

“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu,”

Sama seperti bagaimana firman Yesus itu telah diam dengan segala kekayaannya di dalam dirinya.

Di 1 Timotius 6:3,4 dia berkata, “Jika ada orang yang tidak sepaham, tidak terima, tidak mau taat ajaran Yesus, maka dia adalah orang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.” Demikianlah, Paulus sendiri mendefinisikan murid sebagai seorang pengikut, yang taat kepada ajaran Yesus. Dan Anda bisa melihat bagaimana Paulus sendiri mendidik murid-muridnya, contohnya Timotius untuk menaati semua ajaran Yesus (1 Timotius 6:3 dan 4.)

Di Kisah 9:25, kita membaca tentang para murid Paulus yang menolong dia ketika dia bermasalah di Damsyik. Hal yang luar biasa tentang Paulus adalah di dalam kehidupan Kristennya yang masih baru itu, Paulus sudah memiliki murid sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendidikannya yang cukup tinggi sebagai seorang rabbi.


Apakah arti mengikuti Yesus?

Kita akan merangkum poin yang kedua ini. Poin yang kedua ini menunjukkan bahwa mengikut Yesus berarti mengikuti semua ajarannya. Pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah: sebagai seorang pengikut Yesus, apakah persyaratannya hanya mengikuti dia di dalam kebenaran spiritual? Apakah kita hanya perlu mengikuti ajarannya dan kita tidak perlu secara harfiah mengikuti dia dengan cara meninggalkan segala harta benda kita?

Tidak, bukan hal semacam itu yang dimaksudkan. Kita harus mengikut Yesus secara rohani dulu sebelum kita bisa mengikut dia secara harfiah. Artinya, kita harus mengikuti urutan yang benar. Bukannya mengikut dia secara harfiah dulu dan selanjutnya berharap agar kita bisa mengikuti dia secara rohani. Demikianlah, hanya jika kita sudah mengikut dia secara rohani baru kita dinyatakan layak, berada di posisi yang benar untuk bisa melangkah ke tahapan selanjutnya, yakni mengikut dia secara harfiah.


Bagaimana kita tahu kita dipanggil untuk melayani secara ‘full-time’?

Bagaimana kita tahu bahwa kita juga seharusnya berada di antara mereka yang mengikut dia secara harfiah? Bagaimana kita tahu bahwa kita seharusnya menjalankan pelayanan full-time? Bagaimana kita tahu bahwa kita telah dipanggil untuk mengikut dia secara full-time dan bukan sekadar di jalur rohani saja? Dalam hal makna ‘full-time’ ini, sebenarnya setiap orang Kristen sejati adalah pelayan full-time. Akan tetapi, makna ‘full-time’ yang dimaksudkan di sini hanya sebatas bahwa Anda tidak melakukan pekerjaan lain kecuali sebagai penginjil, pengajar atau pendeta. Lalu bagaimana kita tahu bahwa kita telah dipanggil? Bagaimana panggilan Allah yang semacam ini disampaikan kepada seseorang?

Jika Anda telah mengikut Yesus di jalur yang rohani, maka Anda akan terbuka pada panggilannya di dalam pengertian yang khusus ini. Dan yang dimaksudkan dengan panggilan di tahap yang kedua ini, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa panggilan ini berbeda dengan panggilan yang bersifat umum, melainkan bahwa panggilan ini adalah bagian dari panggilan umum itu. Namun bagaimana panggilan itu bisa sampai kepada kita? Bagaimana seorang hamba Allah yang sejati bisa tahu bahwa Allah ingin agar dia pergi memberitakan Injil secara full-time? Apakah dia mendengar suatu suara tertentu? Apakah dia mendapat penglihatan dari langit? Apa itu panggilan?


Dorongan dari Roh Kudus akan menjadi semakin berat untuk ditolak

Panggilan itu bersifat rohani. Yang saya maksud dengan rohani adalah Roh Kudus berkarya di dalam hati Anda dan mendorong Anda. Anda akan mendapati bahwa isi dari panggilan ini mendorong dengan sedemikian kuatnya; Roh Kudus mendorong Anda dengan sangat kuat. Anda akan mendapati bahwa daya tarikan rohani ini, panggilan rohani dari Allah yang hadir dalam bentuk dorongan ini, akan menjadi semakin berat untuk ditolak.

Dan kadang kala, panggilan bagi seorang hamba Allah yang sejati bisa muncul melalui penglihatan. Namun pada umumnya, panggilan itu berupa dorongan batin dari Roh Kudus. Seperti yang terjadi pada diri saya, sekalipun sebagai seorang Kristen yang masih baru, saya mendapatkan bahwa tarikan dari Tuhan begitu kuatnya sehingga saya hanya bisa menurut saja. Saya mengalami banyak pengalaman spiritual yang bisa dikategorikan sebagai spektakuler, akan tetapi semua pengalaman itu tidak menunjukkan adanya suatu panggilan. Panggilan itu selalu terjadi jauh di dalam batin; Roh Kuduslah yang menarik Anda.

Dan kata ‘menarik’ ini justru dipakai dua kali oleh Yohanes, Bapalah yang menarik Anda, Anda akan merasakan tarikan ini.


Anda bisa secara efektif menghentikan panggilan ini

Namun apakah itu berarti bahwa karena kita telah menerima panggilan ini, lalu kita tidak akan mampu untuk menolaknya? Tidak benar juga. Anda bisa menolak panggilan tersebut dan menolaknya secara efektif, sebagaimana yang telah diperbuat oleh banyak orang. Jika setiap orang tidak menolak panggilan dari Allah, akan ada banyak orang yang terlibat di dalam pelayanan full-time sekarang ini. Poinnya adalah bahwa Anda bisa secara efektif menghentikan panggilan ini.

Sama seperti orang muda yang kaya di Lukas pasal 18. Yesus memanggil dia. Yesus berkata kepadanya, “Juallah segala milikmu dan ikutlah Aku.” Sungguh kesempatan yang luar biasa! Yesus telah memanggilnya. Pikirkanlah, dia telah dipanggil untuk menjadi salah satu murid yang mengikut Yesus secara pribadi. Namun apakah dia mau ikut? Tidak, dia tidak mau. Dia pergi. Dia tidak mengikut Yesus sekalipun Yesus telah secara khusus memanggilnya. Saya rasa dia akan menjadi salah satu orang yang paling sedih di sepanjang masa. Dia memiliki begitu banyak kekayaan. Dia tidak mau meninggalkan kekayaan tersebut. Lalu di mana kekayaannya itu sekarang? Tidak ada! Dia kehilangan segalanya saat di masuk liang kubur. Dia telah mencampakkan kesempatan seumur hidup untuk menjadi murid Yesus, untuk bisa bersama para rasul yang lain. Dengan mencampakkan kesempatan semacam itu, orang kaya ini menjadi contoh orang bodoh yang tidak memiliki penilaian akan apa yang penting dan kekal!

Akan tetapi, berapa banyak orang Kristen yang melakukan hal yang sama di zaman sekarang ini? Mereka bisa merasakan tarikan yang begitu kuat dari Allah akan tetapi mereka membuat berbagai macam dalih seperti yang diajukan oleh orang muda yang kaya ini, dan mereka tidak mau ikut. Mereka tidak mau ikut dalam cara yang semestinya. Jika dia sama sekali tidak mempercayai Yesus, tentunya dia tidak mau mendatangi Yesus dengan cara seperti itu. Namun dia tidak mau ikut Yesus ketika Yesus menariknya masuk ke dalam pengertian murid yang full-time, sebagai rasul.


(3) Tinggal di dalam Yesus

Demikianlah, kita bisa melihat bahwa seorang murid adalah orang yang mengikuti jalan kebenaran, yang taat pada semua kebenaran yang ada di dalam Yesus, dan dia mengalami kehidupan di dalam Yesus. Dia mengalami hadirat Yesus tinggal di dalam dirinya. Seperti yang dikatakannya, “Aku selalu menyertaimu.” Itu adalah suatu janji. Suatu pernyataan. “Aku selalu menyertaimu.”

Akan tetapi begitu banyak orang yang tidak mengalami hadiratnya. Mengapa? Karena mereka tidak melangkah di jalan itu. Mereka tidak melangkah di jalan itu karena mereka belum meninggalkan cara hidup lama mereka, tidak meninggalkan cara hidup mereka yang penuh dosa. Mereka tidak mengalami hadirat Roh Kudus karena mereka tidak mentaati semua kebenaran ajaran Yesus. Mereka bahkan tidak tahu apa itu ajarannya. Jadi bagaimana mereka bisa mengalami kuasa hadirat Yesus lewat Roh Kristus dalam diri mereka?


Tidak akan ada pengalaman tanpa pemuridan

Di sinilah letak keindahan dari pemuridan. Tentu saja, jika Anda mengikut Yesus, maka Anda akan ada bersama dia dan dia bersama Anda. Banyak orang Kristen yang tidak mau mengikut Yesus dan karena itu mereka tidak mengalami hadirat Yesus. Namun mereka malah bertanya, “Mengapa Yesus tidak datang dan menyertai saya?” Jika Anda ingin agar Yesus menyertai Anda, maka Anda yang harus menyertai dia terlebih dahulu.

Seseorang berkata kepada George Washington saat mereka sedang menghadapi perang saudara, “Kalau Tuhan menyertai kita, maka kita pasti menang.” Washington menjawab, “Masalahnya bukan pada apakah Tuhan menyertai kita atau tidak; masalahnya adalah apakah kita ada bersama Tuhan.” Seperti itulah gambaran persoalannya. Jika Anda ingin mengalami penyertaan Yesus, Anda tidak bisa sekadar duduk dan berkata, “Mengapa hadiratnya tidak datang kepada saya?” Anda harus mengikut dia. Selanjutnya, Anda akan menikmati hadiratnya. Jika Anda ingin menikmati hadiratnya, maka caranya hanya satu, yaitu dengan mengikuti Yesus melalui jalur pemuridan.

 

Berikan Komentar Anda: