Pastor Eric Chang | Matius 28:18-20


Teladan dari orang tidak percaya

Di kota Madras, India dilaporkan tentang tiga orang Australia yang berdiri di dalam saluran air. Terdapat banyak saluran air di Madras dan saluran-saluran air itu tergolong sebagai saluran air yang paling jorok di dunia dan jelas bukan tempat yang terbaik untuk didatangi. Namun di sanalah ketiga anak muda dari Australia itu berada. Mereka harus menanggung resiko terinfeksi berbagai penyakit karena mereka seharian meredam di dalam saluran yang kotor dengan air yang setinggi leher mereka.

Anda tentu bertanya-tanya, “Apa yang dikerjakan oleh ketiga orang ini di sana?” Orang banyak segera berkerumun menonton perbuatan orang-orang asing di lokasi yang paling kumuh dari kota Madras itu. Segera saja berita ini sampai ke media massa, dan para wartawan berdatangan untuk mencari tahu apa yang sedang dikerjakan oleh ketiga anak muda yang berusia 20an tahun ini. Justru hal itulah yang diharapkan oleh mereka. Mereka ingin menarik perhatian semua pihak – baik dari penduduk sekitar maupun dari pihak media massa – terhadap persoalan kemiskinan di distrik kumuh tersebut. Mereka mempertaruhkan kesehatan mereka dan menghadapi resiko disebut ‘gila’. Dan sebenarnya mereka memang sudah disebut gila – bukan hanya oleh media massa melainkan juga oleh masyarakat setempat yang penasaran dengan hal yang sedang mereka lakukan. Mereka adalah anak muda yang telah meninggalkan kehidupan mereka yang nyaman di Australia untuk datang dan tinggal, bukan sekadar di daerah miskin di India, melainkan di distrik yang paling miskin dari negeri itu, yakni di daerah kumuh di Madras.

Tujuan mereka melakukan semua itu adalah untuk menarik perhatian – terutama dari pihak pemerintah – untuk mengambil tindakan yang nyata membantu orang-orang miskin ini. Mereka mau pemerintah membersihkan saluran air supaya bahaya penyakit menular di kalangan masyarakat miskin bisa ditekan. Saluran-saluran air itu sudah tersumbat oleh sampah, kotoran manusia dan sebagainya. Semua jenis sampah tertimbun dan menyumbat saluran-saluran tersebut. Hal ini jelas sangat membahayakan kesehatan masyarakat  yang sangat miskin itu. Mereka tergolong yang tidak mampu berobat kalau terkena penyakit. Untuk kehidupan sehari-hari saja sudah sangat sulit bagi mereka.

Tindakan ketiga orang ini diberitakan di beberapa koran selama dua minggu terakhir ini. Peristiwa ini menunjukkan bahwa berdiri di tengah saluran air ternyata bisa menghasilkan dampak yang luas. Jadi, jika Anda ingin menarik perhatian umum terhadap suatu persoalan, mungkin Anda perlu mencari sebuah saluran air yang kotor dan berdiri di tengahnya, dan tindakan Anda mungkin akan disiarkan ke seluruh dunia. Mungkin kita bisa coba melakukannya karena kita perlu memberitakan Injil ke seluruh dunia. Mungkin kita bisa mengorganisir suatu tim yang akan berdiri di tengah saluran-saluran air.

Banyak hal yang perlu direnungkan dari peristiwa ini. Sejauh yang saya ketahui, ketiga orang ini bukanlah orang Kristen. Mengapa tiga orang Australia yang bukan Kristen ini begitu peduli pada orang-orang miskin di daerah kumuh di Madras? Ini benar-benar suatu tantangan bagi saya. Apakah hal ini menjadi suatu tantangan bagi Anda? Banyak orang Kristen begitu terikat dengan kepentingan pribadi, masalah pribadi dan kebutuhan pribadi mereka. Kadang kala, saya merasa sangat kecewa dengan orang-orang Kristen karena yang mereka pikirkan hanyalah kebutuhan, persoalan dan masa depan mereka sendiri saja. Jika setiap saat berpikir, “Bagaimana dengan nasibku nanti? Bagaimana dengan bisnisku? Keluargaku? Masa depanku? Siapa yang masih punya waktu untuk memikirkan nasib orang-orang miskin di tempat lain? Untuk memikirkan orang-orang miskin di sini saja sudah tidak sempat, apalagi di Madras. Siapa yang peduli dengan India? Persoalan kita sendiri saja sudah berat.” Bagaimana menurut Anda?

Misalnya sejak Anda bangun di pagi hari, apakah Anda ada terpikir tentang orang lain? “Tulang punggungku sakit. Kakiku pegal. Kepalaku pusing karena aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam.” Semua berkutat di masalah pribadi, dan ketiga orang Australia ini telah mempermalukan kita. Mereka tidak berpikir, “Australia adalah negeri yang makmur. Aku sudah merasa nyaman tinggal di sini.” Bagi yang sudah pernah ke Australia, tentunya akan tahu bahwa Australia memang negeri yang makmur. Siapa yang mau pergi ke tempat panas dan kotor di India? Namun ketiga pemuda ini berangkat ke sana. Seringkali, orang non-Kristen bisa sangat mempermalukan kita. Saya ingin menjadikan orang-orang non-Kristen seperti mereka ini sebagai tantangan bagi kita, untuk melihat apakah orang Kristen sanggup mencapai standar mereka itu. Saat saya masih menjadi orang non-Kristen, standar pribadi saya cukup tinggi dan saya merasa bahwa orang-orang Kristen tidak bisa mencapai standar yang setinggi saya. Buat apa saya menjadi Kristen? Ini adalah pertanyaan yang bagus. Mengapa teman Anda harus menjadi Kristen? Mengapa saudara Anda yang bukan Kristen harus menjadi Kristen? Buat apa orang tua Anda  yang belum percaya harus menjadi Kristen? Mungkin mereka lebih baik daripada orang-orang Kristen. Kepedulian mereka pada sesama manusia lebih tinggi daripada kepedulian yang ditunjukkan oleh orang Kristen.


Misi yang diberikan oleh Allah kepada gereja

Saya ingin menyampaikan tentang misi yang diberikan oleh Allah kepada gereja. Apa tanggung jawab seorang pendeta dalam konteks gereja yang harus dia gembalakan? Kemana arah dan tujuannya? Apa itu gereja? Apa misi gereja?

Saya ingin memulainya dengan tantangan yang pertama: jika gereja bahkan tidak mampu mencapai standar yang diraih oleh orang non-Kristen, maka kita tidak punya apa-apa pun yang bisa kita sampaikan kepada dunia. Tidak ada pesan yang bisa kita sampaikan kepada dunia, bukankah begitu? Jika kepedulian kita terhadap kesejahteraan orang non-Kristen, terhadap orang-orang miskin masih kalah dibandingkan dengan kepedulian orang non-Kristen, lalu apa fungsi kita? Apakah gereja hanya berfungsi mengumpulkan orang-orang yang sekadar berkata, “Aku percaya ini, aku percaya itu?” Memang bagus jika Anda mempercayai hal-hal tersebut. Akan tetapi jika kepercayaan Anda itu tidak membuat cara hidup Anda berbeda, jika orang-orang mengamati Anda lalu berkata, “Standar Anda masih lebih rendah daripada orang non-Kristen,” lantas pesan apa yang bisa Anda sampaikan?


Seorang Kristen dipanggil untuk memikirkan kepentingan orang lain

Ada salah seorang rekan sekerja yang selalu membicarakan masalah pribadinya setiap kali berbicara dengan saya; tentang masa depannya dan juga tentang kebutuhannya. Setelah beberapa waktu, saya menjadi jenuh mendengarkan keluhannya, lalu saya berkata kepada dia, “Saya adalah orang yang bersikap terbuka dan tidak suka menutupi apa-apa, sejauh yang saya ingat, selama dua atau tiga tahun ini, setiap kali kita bercakap-cakap tidak ada hal lain yang Anda bicarakan kecuali masalah pribadi Anda saja, tentang kebutuhan Anda, tentang masa depan Anda. Saya ingin mendengar dari Anda tentang kebutuhan dari rekan-rekan satu tim Anda, tentang jemaat yang Anda layani, tentang kebutuhan orang-orang non-Kristen di sekitar Anda.” Saya berbicara dengan sangat terbuka. Saya katakan, “Bagaimana mungkin selama ini yang saya dengar dari Anda hanya urusan kebutuhan dan persoalan pribadi Anda? Mungkin titik persoalan Anda justru ada di sana. Kalau saja Anda bisa melupakan diri Anda, kebutuhan dan masalah pribadi Anda, mungkin persoalan-persoalan Anda tidak akan menjadi berat lagi.”

Saya mengutarakan hal ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Ada orang yang bertanya kepada saya, “Bagaimana Anda menangani persoalan Anda sendiri, kebutuhan rohani Anda? Bagaimana Anda mengatasinya? Apakah Anda memiliki persoalan pribadi?” Saya jawab, “Mungkin saya punya, akan tetapi saya tidak punya waktu untuk memikirkannya. Dan mungkin karena itulah saya jadi tidak punya masalah.” Saya termasuk kategori orang yang begitu sibuk mengurusi kebutuhan dan persoalan orang lain sehingga tidak punya waktu lagi untuk berpikir apakah saya punya masalah pribadi. Mungkin kalau saya punya banyak waktu, saya juga akan memikirkan masalah pribadi saya, kalau memang ada. Buat waktu ini, saya tidak punya waktu untuk memikirkannya. Orang yang hidupnya difokuskan untuk mengurusi orang lain, tidak akan punya waktu untuk memikirkan masalah pribadinya.

Banyak orang Kristen yang tertindih oleh begitu banyak persoalan karena mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri saja. Jika Anda bisa melupakan diri Anda dan memikirkan kebutuhan serta persoalan orang lain, maka Anda akan terkejut mendapati bahwa persoalan Anda ternyata tidak seberat yang Anda kira. Hal itulah yang coba saya sampaikan kepada orang ini. Dia sebetulnya tidak memiliki masalah yang berat. Akan tetapi, jika Anda terus saja memusatkan perhatian Anda pada persoalan pribadi Anda, “Oh, tulang punggungku sakit sekali, oh lututku juga sakit! Aku bisa mati gara-gara sakit tulang punggung ini.” Saya belum pernah mendengar ada orang mati gara-gara sakit punggung, namun jika Anda terus saja memikirkannya, suatu hari nanti hal itu bisa saja terjadi pada diri Anda. Mereka begitu sibuk mengkhawatirkan hal-hal semacam itu. Mengapa tidak dilupakan saja? Mungkin itulah cara terbaik untuk mengatasinya.

Saya menyampaikan hal ini sebagai orang yang tahu apa itu sakit tulang punggung. Jika saya tidak pernah kena sakit punggung, tentunya saya tidak akan menyampaikan contoh seperti ini. Kadang-kadang, saat saya berjalan-jalan dengan rekan-rekan sekerja saya, saya akan melangkah beberapa ratus meter, lalu saya berkata kepada mereka, “Saya harus merendahkan diri saya sekarang,” dan mereka akan menyaksikan saya berjongkok untuk mengurangi rasa sakit di tulang punggung, setelah sekitar satu atau dua menit, saat rasa sakit itu hilang, saya bangkit lagi dan kami melanjutkan perjalanan untuk beberapa ratus meter lagi, dan mereka akan menyaksikan saya berjongkok lagi. Saya harus terus merendahkan diri saya. Akan tetapi saya tidak akan membiarkan mereka mengkhawatirkan keadaan saya. Saya sendiri tidak punya waktu untuk memikirkan rasa sakit itu lalu mengeluh, “Oh, tulang punggungku sakit sekali.” Saya bisa menjadi tidak berdaya jika bersikap seperti itu. Orang-orang Kristen begitu terpaku pada masalah-masalah pribadi mereka. Coba renungkan tentang ketiga orang Australia yang berdiri di tengah saluran air ini. Setiap kali Anda menghadapi godaan untuk merenungkan tentang hidup Anda yang penuh bencana berikut segala macam persoalannya, itulah saatnya bagi Anda untuk memikirkan orang lain. Jika Anda adalah bagian dari gereja, itulah panggilan bagi diri Anda.


Inspirasi dari Gandhi, seorang Hindu yang sangat mengagumi Yesus

Ketiga anak muda dari Australia ini, bagaimana mereka bisa begitu peduli pada orang-orang miskin di India? Semua ini berawal dari sebuah film yang sangat menarik, yang bercerita tentang kehidupan Gandhi. Film oleh sutradara terkenal, Richard Attenborough. Dia membuat film tentang pemimpin besar India ini. Gandhi, sebagai seorang non-Kristen sangat  mempermalukan sebagian besar dari kita: Kualitas hidupnya begitu luar biasa, kesediaannya untuk mencurahkan hidupnya demi kebutuhan bangsanya – dan terutama bagi orang-orang miskin dari kalangan bangsanya. Dia selalu menyamakan dirinya dengan orang-orang miskin. Yang pernah melihat gambar atau foto Gandhi akan mengingat dia sebagai seorang yang sangat kurus dengan kaki dan tangan yang seperti kerangka saja, dan tubuh yang hanya diselubungi oleh lilitan sepotong kain. Tubuhnya setengah telanjang karena dia hanya mengenakan lilitan sepotong kain sebagai penutup tubuhnya, sama seperti yang dikenakan oleh kebanyakan orang miskin di India. Malahan, ketika dia meninggal, dia tidak memiliki harta benda sekalipun dia adalah seorang pemimpin bangsa. Sekalipun dia memiliki kekuasaan yang sangat besar di negaranya, dia tidak memiliki harta benda selain kain, kaca mata, sebuah mangkuk dan beberapa buku. Hanya itu harta bendanya. Saya rasa dia bahkan tidak menganggap buku-buku itu sebagai miliknya. Dia adalah orang yang sangat besar.

Bagi dia, salah satu teladan utamanya adalah Kristus. Sungguh mengejutkan, dia menjadikan Kristus sebagai teladannya sekalipun dia beragama Hindu. Dan dia tertarik kepada Kristus karena Kristus adalah Pribadi yang selalu peduli dengan orang miskin. Dia mendapatkan rasa peduli yang besar terhadap orang miskin ini justru dari Yesus. Dia tidak meninggalkan agama Hindu, akan tetapi dia menjadikan Yesus sebagai teladan yang harus dia tiru.


Kehidupan Gandhi meniru semangat kehidupan Kristus

Sungguh suatu hal yang luar biasa saat seorang non-Kristen, seorang Hindu justru sangat mengagumi Yesus, mengikuti teladan hidup Yesus. Sementara orang-orang Kristen sendiri tidak bersikap seperti itu. Saya sendiri bertanya-tanya, pada Hari Penghakiman nanti, saat kita berdiri di hadapan Allah, siapa yang lebih diinginkan oleh Allah pada Hari Penghakiman itu? Orang-orang Kristen yang mengklaim mereka percaya kepada Yesus, yang mengklaim memiliki doktrin yang benar tapi melecehkan orang Hindu sebagai penyembah berhala akan tetapi kehidupan mereka justru tidak memperlihatkan kualitas seperti Kristus, tidak ada kepedulian terhadap orang miskin dan terhadap sesama manusia di sekitar mereka? Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri saja – keselamatan diri mereka sendiri saja. Semua harus berpusat pada diriku, yang penting aku, aku harus selamat. Oh, keegoisan orang-orang Kristen sangat membuat kita menjadi mual, bukankah begitu? Benar-benar memualkan. Sementara Gandhi adalah seorang non-Kristen yang hidupnya justru lebih lebih dekat dengan gambaran ideal dari kehidupan Kristus jika dibandingkan dengan kebanyakan orang Kristen yang Anda atau saya kenal. Silakan Anda sebutkan nama seorang Kristen yang menurut Anda kualitas kehidupannya mendekati kualitas kehidupan Gandhi dalam meniru kehidupan Kristus. Silakan Anda sebut nama satu orang yang Anda kenal, orang yang telah berpaling dari dunia.

Gandhi dulunya adalah seorang pangacara yang sukses. Dia tidak berasal dari petani miskin. Dulunya dia adalah seorang pengacara yang sukses di Afrika Selatan. Namun demi kepentingan rakyatnya, dia tinggalkan karirnya di bidang hukum. Bagi Anda yang telah mengorbankan sesuatu demi Kristus – sebelum kita menjadi terlalu bangga atau mulai memuji diri – cobalah pikirkan tentang Gandhi ini. Dia meninggalkan segala-galanya dan bergerak melayani rakyatnya. Dia dianiaya oleh pemerintah Inggris. Sering dia berpuasa demi rakyatnya. Beberapa kali dia nyaris mati. Itulah sebabnya dia menjadi sangat kurus. Karena lamanya dia berpuasa, bertirakat dan berdoa, dia adalah orang yang sangat religius. Dan dia mengejar cita-cita kemerdekaan India itu lewat cara-cara yang damai – dalam istilah Hindu disebut ahimsa, tanpa kekerasan. Bukannya dengan mengangkat senjata, untuk pertama kali dalam sejarah manusia – sejauh yang kita ketahui – lewat cara damai, dia mendorong kerajaan Inggris yang terkenal kuat pada saat itu untuk memberikan kemerdekaan bagi India. Orang Inggris tidak bisa memahami Gandhi. Ada yang mengagumi dan ada juga yang merasa sangat terusik olehnya, akan tetapi mereka semua tidak bisa memahaminya.


Apa misi Anda dan saya?

Apakah misi gereja? Ini adalah pertanyaan yang penting karena Anda dan saya adalah unsur pembentuk gereja, jadi, apakah misi Anda? Apakah misi saya? Misi kita, sebagaimana yang disampaikan oleh Yesus, adalah memberitakan Injil kepada orang miskin, di manapun mereka berada. Apakah Anda sedang menjalankan tugas itu? Anda tidak harus berangkat ke Madras, seperti yang dikerjakan oleh ketiga orang Australia ini, akan tetapi Anda bisa memulainya dari lingkungan Anda. Saya ingin bacakan sebuah perikop dari Matius 11:2-6 buat Anda:

Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadanya: “Engkaukah yang akan datang (Mesias) itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Yesus menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”


Setiap orang Kristen harus meniru Kristus – peduli pada orang miskin

Ketika Yohanes Pembaptis mengajukan pertanyaan, “Engkaukah dia yang diutus oleh Allah? Engkaukah Mesias itu? Haruskah kami menunggu orang lain lagi?” Yesus tidak berkata, “Ya, Akulah Mesias. Seharusnya kamu tahu hal itu.” Ketika Yohanes membaptis Yesus, Roh Kudus turun ke Yesus dalam bentuk merpati. Seharusnya Yohanes Pembaptis tahu akan hal itu, akan tetapi saat mengajukan pertanyaan ini dia sedang berada di penjara dan keyakinannya agak goyah. Dia telah mendengar kabar-kabar yang disampaikan kepadanya, dan kabar-kabar itu tampaknya tidak sesuai dengan harapannya tentang pekerjaan Mesias. Lalu bagaimana cara Yesus menjawabnya? Yesus menjawab dengan berkata, “Sampaikan kepada Yohanes tentang apa yang kamu lihat dan kamu dengar. Orang buta melihat. Orang lumpuh berjalan.” Dia menyebutkan lima hal, termasuk tentang orang mati yang dibangkitkan. Semua itu adalah mukjizat. Semuanya adalah hasil dari kuasa Allah yang bekerja di dalamnya. Dan setelah menyebutkan kelima hal tersebut, dia menyebutkan satu hal lagi: kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Sungguh menarik. Pokok yang keenam bukanlah mukjizat. Yang keenam adalah pemberitaan kabar baik – bukan kepada setiap orang – tetapi kepada orang miskin! Secara khusus dia menyebut orang miskin. Yesus selalu peduli pada orang miskin.

Dan Gandhi benar. Dia lebih memahami pesan Yesus dibandingkan kebanyakan orang Kristen. Sekalipun dia orang Hindu, dia paham pesan itu. Apa buktinya? Dia meniru kehidupan Yesus. Hal ini seharusnya dilakukan oleh setiap orang Kristen. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata, “Jadilah peniru-peniruku sebagaimana aku telah meniru Kristus.” Yang dimaksudkan oleh Paulus adalah, “Tirulah teladan hidupku karena aku sendiri menjadikan Yesus sebagai teladan bagi hidupku.”

Orang Kristen sejati bukan sekadar orang yang percaya ini dan itu. Pengorbanan apa yang dibutuhkan untuk mempercayai beberapa hal? Tidak ada. Saya bisa mempercayai hal ini dan itu. Anda bisa mempercayai apapun hal yang Anda inginkan. Kepercayaan Anda mungkin benar. Ada sebagian orang yang mempercayai hal yang tidak benar. Memang lebih baik jika mempercayai hal yang benar. Akan tetapi, sekadar percaya saja tidak menuntut pengorbanan apa-apa. Sungguh indah jika bisa mempercayai bahwa Yesus telah mati bagi kita. Apakah hal itu menuntut pengorbanan dari Anda? Tidak. Namun memang penting untuk percaya bahwa Yesus telah mati bagi kita karena hal itu memang benar. Masalahnya, sekadar percaya dan berkata, “Aku telah diselamatkan oleh hal itu,” tidak menuntut pengorbanan apa-apa dari Anda.

Yesus menegaskan pengorbanannya. Dia berkata, “Kamu tidak bisa menjadi muridku kalau kamu tidak memikul salibmu. Tidak cukup sekadar percaya bahwa aku telah mati bagimu. Tidak cukup sekadar berkata bahwa aku telah memikul salib buatmu. Kamu harus memikul salibmu dan mengikut aku. Artinya, jalani hidupmu dengan meniru teladanku. Aku pergi ke kayu salib, maka kamu juga pergi ke kayu salib. Teladanilah hidupku.” Gandhi benar-benar memahami hal tersebut. Orang-orang Kristen tidak paham hal itu. Sampai sekarang ini, mereka masih tidak paham juga.

Tahukah Anda apa akibatnya? Akibatnya adalah orang-orang non-Kristen tidak mau mendengarkan Anda. Akibatnya adalah gereja tidak berarti apa-apa bagi dunia. Anda tahu hal itu. Silakan berbicara dengan teman-teman non-Kristen Anda, apakah mereka terkesan dengan gereja? Gereja telah gagal menjalankan tugasnya. Inilah masalahnya. Gereja tidak punya misi di dunia sebab orang non-Kristen tidak mendengarkannya. Anda bukan siapa-siapa! Anda tidak punya pesan apa-apa. Tidak ada pesan dari Anda yang mau mereka dengarkan.


Orang Kristen harus hidup di dalam kuasa Roh Kudus

Hal apa yang disampaikan oleh Yesus kepada murid-murid Yohanes Pembaptis? “Apa yang kau lihat? Apa yang kau dengar? Katakan itu kepadanya!” Lalu hal apa yang mereka lihat dan dengar? Karya-karya yang luar biasa. Siapa yang mengerjakan karya-karya tersebut? Orang-orang yang menjalani hidupnya dengan meneladani Yesus. Kita tidak menyaksikan banyak karya besar karena hanya sedikit orang yang meneladani hidup Yesus. Jangan mengira bahwa karena Anda percaya akan hal ini dan itu lalu Anda bisa membuat karya besar. Tidak bisa, Anda sendiri tahu akan hal itu. Kuasa itu datang dari cara hidup di dalam kuasa Roh Kudus yang selalu mendorong kita untuk meniru teladan Yesus, menjadikan dia sebagai teladan kita.

“Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”

Demikian kata Paulus di Roma 8:14. Siapakah anak-anak Allah itu? Apakah mereka yang berkata, “Aku percaya ini dan itu”? Paulus berkata, “Bukan, melainkan mereka yang dipimpin oleh Roh Allah, mereka itulah anak-anak Allah.” Ke arah mana Roh memimpin kita? Kepada Yesus, untuk mengikuti jejak langkahnya. Di Roma 8:29, Paulus berkata,

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Apa arti pernyataan itu? Artinya adalah teladanilah hidup Yesus. Itulah karya yang akan dibuat oleh Roh Kudus – menjadikan kita serupa dengan Yesus.


Seorang gembala harus mengajak jemaatnya meneladani Yesus

Akan tetapi, apakah pesan ini sering dikhotbahkan sekarang? Tidak. Yang dikhotbahkan hanya urusan percaya ini dan itu. Hal semacam itu tidak menuntut pengorbanan apa-apa. Di dalam teologi, hal ini kita sebut dengan istilah ‘kasih karunia murahan’ atau ‘kepercayaan yang gampangan’.

Apakah pekerjaan pendeta? Pertama, dia sendiri harus meneladani hidup Yesus. Kemudian dia harus mengajak segenap jemaatnya untuk mengikuti dan menjadikan hidup Yesus sebagai teladan. Jika Anda menjalankan hal ini, maka dunia akan memperhatikan Anda. Dunia akan berkata, “Ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang luar biasa dari orang-orang ini. Saya tidak tahu apa itu, tetapi saya melihat sesuatu yang luar biasa yang mirip dengan Yesus.” Jadi, ketika Anda berbicara tentang Yesus, lalu mereka akan berkata, “Aku tahu. Aku sudah melihatnya dalam kehidupanmu.” Ini adalah pokok yang sangat penting.


Orang harus melihat bahwa Anda berbeda

Saya selalu merasa bahwa saya baru berhasil jika ada orang yang berkata, “Aku telah berteman denganmu untuk beberapa waktu. Aku tidak tahu apa itu, tetapi aku melihat bahwa kamu berbeda. Ada suatu kualitas yang berbeda di dalam kehidupanmu.” Dan, kadang kala, kuasa dari perbedaan itu sangat menyolok.

Saat saya berlajar di Sekolah Alkitab di Skotlandia, saya ingat betul tentang seorang mahasiswa India. Saat itu saya tinggal di Y.M.C.A. yang bersebelahan dengan Sekolah Alkitab. Karena asrama sekolah Alkitab itu sangat penuh dan kami harus bergantian tinggal di asrama Y.M.C.A. yang berada tepat di samping sekolah. Di sana ada seorang mahasiswa dari India yang sering mengamati kami para mahasiswa Sekolah Alkitab. Dia adalah seorang yang beragama Hindu, dia mengamati kami dengan seksama untuk mengetahui apa yang kami kerjakan.

Setelah beberapa bulan, dia mendatangi saya. Kebetulan saat itu saya sedang sakit. Saya sedang terserang flu. Dan dia masuk ke dalam kamar saya dan berkata, “Aku ingin berbicara denganmu tentang hal kekristenan.” Saya berkata kepadanya, “Sebaiknya kamu datang di hari lain saja karena aku sedang terkena flu. Kalau kamu terus saja berbicara denganku, maka kamu juga akan tertular. Aku tidak mau kamu tertular. Mengapa kamu tidak kembali di lain hari saja?” Dia berkata, “Tidak, aku tidak bisa menunggu sampai lain hari. Aku ingin berbicara dengamu sekarang juga.” Dan saya membatin: Dia sudah berbulan-bulan tinggal dengan kami di asrama Y.M.C.A, dari dari sekian waktu itu, dia memilih untuk berbicara denganku di saat ini! Akan tetapi Roh Allah bekerja dengan sangat kuat di dalam dirinya sehingga dia memaksa agar dia bisa berbicara dengan saya saat itu juga. Lalu saya berkata, “Baiklah, kamu duduk agak jauh. Jangan terlalu dekat.”

Lalu dia duduk di ujung tempat tidur dan bertanya kepada saya, “Bagaimana caranya untuk menjadi orang Kristen?” Saya balik bertanya, “Mengapa kamu ingin menjadi orang Kristen?” Dia menjawab, “Karena aku telah mengamati kalian semua dan aku melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri kalian.” Saya bertanya, “Oh ya? Hal apa yang kamu lihat?” Dia berkata, “Yah, aku tidak tahu persis. Akan tetapi ada sesuatu yang berbeda di dalam diri kalian. Mungkin karena kalian mirip dengan Kristus.” Saya berkata, “Benarkah? Lalu apa yang mau kau lakukan?” Dia menjawab, “Nah, aku ingin menjadi seperti itu juga. Aku ingin menjadi orang Kristen. Aku ingin ikut Yesus.” Saya bertanya, “Tahukah kamu pengorbanan apa yang dituntut di sini?” Dia berkata, “Aku tidak peduli dengan pengorbanannya. Beritahukan saja padaku apa yang harus kukerjakan.” Lalu saya menjelaskan segala sesuatunya kepadanya dan dia berlutut di sebelah ranjang saya dan menjadikan Yesus sebagai Raja atas kehidupannya. Dan tentu saja, akhirnya dia juga tertular flu tapi dia tidak peduli akan hal itu. Tahun-tahun kemudian, dia melanjutkan langkahnya bersama Tuhan.


Misi seorang Kristen – M
emberitakan Injil kepada orang Miskin

Hal yang membuatnya tertarik bukanlah karena kami berkhotbah kepada orang-orang di Y.M.C.A. Hal yang menariknya adalah karena dia telah mengamati hidup kami dan dia menyimpulkan, “Orang-orang ini sungguh berbeda. Ada sesuatu yang unik dalam diri mereka.” Dan hal itulah yang menarik dia kepada Tuhan. Bukan karena saya membuka beberapa buku, menceramahi dia dan berkata, “Ini adalah hal yang terbaik, yang paling masuk akal. Injil tidak menuntut pengorbanan apa-apa, dan kamu juga tidak akan pernah sakit. Cukup percaya saja kepada Yesus. Itulah hal yang terpenting.” Tidak, hal semacam itu tidak akan menariknya. Jika Anda adalah seorang Kristen yang semacam itu Anda tidak akan bisa bertahan lama. Orang Kristen seperti ini tidak akan sanggup bertahan.

Saya harap Anda bisa memahami panggilan surgawi yang telah diberikan kepada kita, yakni bahwa tugas kita adalah untuk menjalani hidup yang memancarkan sinar kemuliaan Kristus. Selanjutnya pergi menjangkau orang-orang, bukannya menunggu mereka untuk datang. Kitalah yang pergi kepada mereka. Sungguh menguntungkan bagi saya untuk tinggal di asrama Y.M.C.A. karena jika semua orang tinggal di dalam asrama Sekolah Alkitab, maka orang-orang non-Kristen tidak bisa melihat kami. Justru karena kami berada di luar asrama sekolah, maka mereka memiliki kesempatan untuk mengamati kami, untuk melihat keadaan kami yang sebenarnya. Apakah kualitas kehidupan Anda tahan uji? Jika orang-orang mengamati kehidupan Anda, apakah mereka akan berkata, “Wah! Orang ini berbeda!” Atau mereka justru berkata, “Huh! Orang non-Kristen lebih baik daripada mereka. Buat apa aku menjadi Kristen?” Alasan mengapa saya begitu lama tidak mau menjadi Kristen dulu adalah karena saya melihat orang-orang Kristen yang saya kenal pada saat itu berada di bawah standar kehidupan saya sehingga saya tidak pernah mau menjadi Kristen. Orang-orang non-Kristen yang saya kenal pada waktu itu jauh lebih baik daripada orang Kristen.

Perhatikan lagi apa jawaban Yesus kepada Yohanes Pembaptis. “Apakah engkau adalah dia yang diurapi oleh Allah? Apakah engkau berasal dari Allah?” Jawaban Yesus adalah, “Kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Kamu melihat karya mukjizat dan kamu juga melihat bahwa aku pergi memberitakan kabar baik kepada orang miskin.” Itulah jawaban Yesus. Apakah Anda seorang Kristen sejati? Dapatkah Anda memberi jawaban yang sama dengan jawaban Yesus saat menghadapi pertanyaan Yohanes Pembaptis? “Ya, kuasa Allah terwujud di dalam kehidupanku, dan melalui diriku juga. Itu adalah kuasa Allah, bukan kekuatanku. Dan kamu lihat apa yang kukerjakan? Aku pergi memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin dengan kasih karunia Allah.” Bisakah Anda mengucapkannya? Itulah tanda orang Kristen sejati. Itulah pekerjaan yang menunaikan misi kita. Misi kita adalah menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Dan semua mukjizat hanya sekadar menegaskan pemberitaan itu. Secara tersendiri, mukjizat-mukjizat itu tidak memiliki arti apa-apa. Semua itu hanya untuk menegaskan bahwa kuasa Allah bekerja di dalam pemberitaan Injil. Jika Anda memberitakan Injil, maka akan terjadi hal-hal besar. Saya tahu akan hal ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Bisakah Anda meyampaikan hal yang semacam itu berdasarkan pengalaman Anda?


Empat hal yang harus dimiliki oleh gereja

Satu pokok lagi sebelum kita tutup. Saat saya membaca tentang ketiga orang Australia yang berdiri di tengah saluran air tersebut, saya melihat tentang empat hal yang harus dimiliki oleh gereja untuk menggenapi misinya.


(1) Visi

Pertama, mereka memiliki visi. Apa itu visi? Visi berarti melihat adanya suatu kebutuhan dan bergerak untuk memenuhinya. Mereka sebelumnya tinggal di tanah yang makmur, Australia, di rumah mereka yang nyaman, akan tetapi mereka melihat bahwa nun jauh di Madras sana, ada orang-orang miskin yang sedang menderita. Orang-orang miskin yang berdiam di tengah kotoran, bau, lumpur dan udara yang pengap. Mereka menangkap visi itu. Mari berangkat menolong masyarakat di sana.

Yesaya, di kitab Yesaya pasal 6 telah menangkap visi dari Allah. Di ayat 8, Allah berkata,

“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!'”

Dibutuhkan visi dari Allah sendiri. Ketiga orang muda ini juga mendapat visi, walau tidak sebesar visi dari Yesaya, akan tetapi cukup untuk membangkitkan semangat, “Kita menikmati kehidupan yang enak di sini, kehidupan yang nyaman. Mari pergi menolong orang-orang di sana!”

Ada sukacita besar saat bisa menolong orang lain. Cobalah sewaktu-waktu. Melayani orang lain ada sukacita tersendiri. Pernahkah Anda memberi uang kepada orang yang membutuhkan? Jika pernah, Anda akan tahu tentang rasa senang yang muncul sesudahnya. Anda memberikan uang itu dan Anda merasa sangat senang. Untuk uang yang jumlahnya tidak seberapa itu, Anda telah membeli kegembiraan yang sangat besar. Tindakan semacam ini memberi sukacita pada orang yang melakukannya.


(2) Belas kasihan

Hal kedua adalah mereka memiliki belas kasihan. Karena jika Anda melihat adanya suatu kebutuhan akan tetapi Anda tidak memiliki belas kasihan, Anda akan berkata, “Baiklah, memang terlihat ada suatu kebutuhan, namun biarkan orang lain saja yang memenuhinya.” Belas kasihanlah yang mendorong orang untuk berkata, “Ini aku, aku akan mengerjakannya.” Jangan mengira bahwa orang non-Kristen tidak punya belas kasihan.

Anda tahu, pada Hari Penghakiman, akan ada banyak kejutan. Paulus sendiri sudah memperingatkan kita akan adanya kejutan ini nanti. Di Roma pasal 2, dia berkata bahwa akan ada orang non-Kristen yang tidak memiliki hukum Taurat akan tetapi secara naluri menjalankan tuntutan hukum Taurat itu. Ini adalah salah satu pernyataan yang paling misterius bagi para ahli teologi. Bahwa ada orang non-Kristen yang akan bisa memenuhi tuntutan hukum Taurat, yang biasanya tidak sanggup dicapai oleh kebanyakan orang Kristen. Bagaimana kita akan memahami hal ini? Mungkin kita tidak bisa memahaminya. Namun yang penting adalah jangan pernah kita meremehkan orang non-Kristen dan berkata, “Aku orang Kristen. Aku diselamatkan. Aku orang terpilih. Aku boleh meremehkan orang lain.” Jangan terkejut nanti. Orang non-Kristen bisa lebih baik dari pada Anda dan saya. Saya tidak akan terkejut kalau Gandhi jauh lebih besar daripada saya. Dan mungkin dia mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah, yang mungkin tidak tersedia bagi sebagian dari kita. Anda mungkin berkata, “Apa? Seorang Hindu di dalam Kerajaan Allah?” Saya beritahu Anda, Allah tidak peduli dengan doktrin. Yang dia lihat adalah siapa diri Anda.

Saya pernah berkhotbah tentang isi Matius 25:31 tentang perumpamaan tentang kambing dan domba. Yesus, kepada para domba di Hari Penghakiman, tidak bertanya, “Apakah kamu percaya? Apakah kamu percaya pada doktrin yang benar? Ah, kamu orang fundamentalis! Kamu masuk surga.” Orang yang satunya lagi adalah orang liberal, dia masuk neraka! Dia tidak bertanya, “Apa ajaran yang kamu percayai?” Yang dia katakan adalah, “Saat aku di penjara, kamu menjenguk aku. Saat aku lapar, kamu memberiku makan. Saat aku haus, kamu memberiku air minum. Saat aku telanjang, kamu memberiku pakaian. Kamu adalah orang-orang yang diberkati oleh Allah,” demikian kata Yesus kepada para domba. Yang diperhatikan oleh Allah adalah cara Anda menjalani hidup Anda. Ajaran apa yang Anda yakini di dalam kepala Anda itu terserah Anda. Namun jika kepercayan Anda itu tidak dijalankan di dalam hidup Anda, di dalam pandangan Allah, hal itu tidak ada gunanya. Percayalah, keyakinan Anda itu tidak ada gunanya. Keyakinan itu harus dijalankan di dalam hidup Anda. Doktrin yang benar harus dijalankan dalam wujud cara hidup yang benar. Jika cara hidupnya tidak benar, doktrin Anda tidak ada gunanya. Jelas ada yang salah.


(3) Komitmen

Hal ketiga yang dimiliki oleh orang-orang Australia ini adalah komitmen. Mereka memiliki komitmen. Anda bisa saja memiliki belas kasihan, “Oh, aku sangat prihatin dengan nasib orang-orang miskin. Benar, mereka sangat kekurangan dan aku kasihan pada mereka, tapi sekarang ini ada begitu banyak hal yang harus kukerjakan. Aku tidak punya waktu. Malahan, aku juga tidak punya waktu untuk pergi ke gereja. Tidak ada waktu untuk ikut Pendalaman Alkitab. Kapan aku punya waktu untuk mengurusi orang-orang ini?” Ketiga orang Australia ini memiliki komitmen sehingga mereka tinggalkan kehidupan yang nyaman di negeri yang makmur, mereka tinggalkan pekerjaan dan karir mereka, lalu pergi untuk membantu orang-orang miskin. Hal ini membuat saya merasa malu dengan gereja. Kita seharusnya sangat malu karena tidak mampu menyaingi anak-anak muda dari Australia ini.


(4) Kegigihan

Hal keempat yang mereka miliki adalah kegigihan. Mereka tekun berkutat di sana. Mereka memulai tindakan ini empat tahun yang lalu. Dan mereka masih ada di sana sekarang! Pada hari ini, mereka masih ada di saluran air itu! Empat tahun kemudian, mereka masih bangun pagi-pagi dan membawa sekop dan keranjang, lalu pergi ke saluran air itu dan membersihkan sampah di sana. Satu-satunya perubahan adalah bahwa visi mereka telah tersebar. Dan sekarang ini, ada banyak anak muda dari Australia yang datang dan membantu mereka membersihkan saluran-saluran air di sana. Juga ada banyak orang India yang ikut bekerjasama dengan mereka. Anda lihat, hidup mereka telah menarik banyak orang untuk ikut dalam misi mereka. Mereka gigih. Mereka tekun berkutat di sana.

Tahukah Anda di mana mereka tinggal? Mereka tinggal di daerah kumuh bersebelahan dengan WC umum di sana. Bisakah Anda membayangkan seperti apa baunya? Namun di sanalah mereka tinggal sekarang. Mereka membangun rumah di sana. Hal ini membuat saya merasa lebih malu lagi. Di mana ada orang Kristen yang bisa menyamai kualitas tersebut? Yang memiliki kegigihan semacam itu? Jika Anda mengira bahwa visi besar mereka itu akan lenyap dalam dua atau tiga minggu, berarti Anda keliru. Empat tahun kemudian, mereka masih di sana. Dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi dari sana. Lalu datanglah orang-orang lain, mereka menangkap visi tersebut dan menggabungkan diri dengan misi itu.


Kita dipanggil untuk melayani, bukan dilayani

Saya sebetulnya sedih karena hari ini saya harus menyajikan ketiga orang non-Kristen itu sebagai contoh bagi gereja, dan menantang Anda untuk hidup seperti mereka. Entah mereka tahu atau tidak, yang jelas mereka telah mengikuti jejak langkah Yesus. Mereka meninggalkan Australia untuk pergi ke India. Yesus sangat prihatin dengan kemiskinan rohani kita yang sangat parah dan dia menjalani hidupnya untuk menjadi Pelayan kita.

Saat ketiga orang Australia ini datang untuk pertama kalinya di Madras, seorang pejabat lokal bertanya, “Apa tujuan Anda datang ke sini?” Tahukah Anda apa jawab mereka? Mereka berkata, “Kami datang untuk membersihkan WC.” Pejabat ini mengamati mereka dan berkata, “Apa? Anda datang untuk membersihkan WC?” Mereka menjawab, “Tunjukkan kepada kami di mana WC-nya.” Itulah cara mereka memulai ‘pelayanan’ mereka di India. Maukah kita memulai pelayanan kita dengan cara ini di India? Hal itulah yang dilakukan oleh ketiga orang muda ini. Mereka benar-benar berada di atas saya. Saya harus berpikir dua kali, apakah saya mampu atau tidak, untuk melakukannya.

Pejabat ini lalu membawa ketiga orang tersebut ke sebuah WC umum dan berkata, “Ini dia WC-nya. Akan tetapi yang ini sudah dibersihkan.” Lalu mereka berkata, “Yang ini terlalu bersih. Tunjukkan yang masih kotor kepada kami.” “Apa? Mau membersihkan yang masih kotor?” Tadinya, dia berusaha bersikap sopan kepada ketiga orang itu dan membawa mereka ke WC yang bersih. Akan tetapi mereka memintanya untuk menunjukkan yang masih kotor. Lalu dia bawa mereka ke WC yang masih kotor, dan memang benar-benar sangat jorok. Lalu dia berkata, “Ini dia WC-nya. Kapan kalian akan mulai membersihkannya?” Dan mereka berkata, “Sekarang juga.” Dan di hadapan pejabat lokal itu, mereka mulai bekerja membersihkan WC tersebut.

Yesus berkata, “Anak Manusia datang ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” Dan untuk melayani itu berarti mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar. Ketiga orang Australia ini memahami ajaran Yesus di dalam prakteknya, melebihi pemahaman yang kita miliki. Bukankah ini luar biasa? Ini sungguh hebat! Saya ingin pergi menemui mereka dan belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan Kristen dari mereka. Saya harap kisah tentang ketiga orang Australia ini akan terus tertanam di dalam benak Anda. Setiap kali Anda mengingat pokok pembahasan kita hari ini, yakni tentang misi gereja, maka apa yang telah dikerjakan oleh ketiga orang muda itulah yang menjadi panggilan bagi kita.

Bagi saya ketiga anak muda ini merupakan suatu tantangan bagi saya. Untuk menjalani hidup sedemikian hingga dunia mengamati dan berkata, “Orang-orang ini berbeda. Mereka luar biasa. Mereka unik bukan karena mereka menyuruh kita untuk percaya pada doktrin yang lain melainkan karena kualitas hidup mereka. Kualitas kepedulian terhadap sesama manusia di dalam diri mereka. Kepedulian terhadap orang miskin, dan kualitas itu luar biasa.”

 

Berikan Komentar Anda: