Pastor Eric Chang | Matius 5:5 |

Sekarang kita sampai pada bagian ketiga dari Ucapan Bahagia, sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 5:5,

“Berbahagialah orang yang lemah lembut (atau, rendah hati), kerena mereka akan memiliki bumi.”

Berbahagialah! Sebagaimana telah kita baca, berarti suatu suasana senang, gembira, diberkati. Berbahagia karena Allah telah memberkati orang ini. “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”  Ketika kita mempelajari Ucapan Bahagia yang pertama “orang yang miskin dihadapan Allah”, kita telah memahami bahwa ungkapan ini pada dasarnya berarti lemah lembut. Tetapi pada saat ini kita perlu bertanya lebih jauh: apa yang dimaksudkan dengan “lemah lembut”?  Untuk itu kita perlu mempelajari pokok ini lebih mendalam.

Saya mau mengatakan sekali lagi bahwa, sangat penting bagi kita untuk mengerti akan pengajaran Tuhan tentang keselamatan. Dan saya mengatakan sekali lagi, bahwa pengajaran Tuhan tentang keselamatan bukanlah suatu keselamatan melalui suatu syahadat pengakuan iman, maksudnya kita tidak diselamatkan hanya dengan memiliki pengakuan iman semata. Kita juga tidak diselamatkan melalui perbuatan-perbuatan baik, meskipun perbuatan baik itu penting (sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus, “Kita telah diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik“). Sekarang timbul pertanyaan, jika kita diselamatkan bukan melalui pengakuan iman atau perbuatan-perbuatan baik, lalu bagaimana kita diselamatkan? Jawabannya:  Dengan jalan menjadi manusia baru melalui anugerah dan kuasa Allah!  Allah menjadikan kita manusia yang baru. Kita hanya diselamatkan oleh kuasa Allah yang diberikan kepada kita di dalam anugerah-Nya, untuk mengubah kita menjadi manusia-manusia baru.

Manusia-manusia baru itu seperti apa? Gambaran manusia baru itu secara tepat disampaikan kepada kita dalam Ucapan Bahagia. Inilah gambaran dari pada manusia baru: manusia baru itu adalah orang yang diberkati Allah karena ia miskin dihadapan Allah; ia lemah lembut. Allah memberkati dia karena ia berdukacita atas dosa dan karena ia mencintai kebenaran; ia membenci ketidakadilan. Allah memberkati dia karena ia rendah hati. Ia rendah hati bukan karena ia berusaha memperlihatkan diri kepada orang lain bahwa ia seorang yang rendah hati, misalnya berusaha menundukkan kepala, berusaha berperilaku seperti orang yang berdukacita atau berkabung. O, tidak! Ia rendah hati karena Allah telah merubah kehidupannya menjadi manusia baru seperti ini.


Injil: Solusi Terhadap Persoalan Umat Manusia

Saya menemukan bahwa Injil itu sangat ajaib, karena hanya Injil yang sesungguhnya dapat menyelesaikan persoalan-persoalan umat manusia, karena hanya Injil saja yang dapat menemukan akar persoalan. Apa akar persoalan itu? Hati manusia! Tepat di sana terdapat akar persoalan untuk merubah manusia dari dalam. Tidak ada cara lain dimana persoalan-persoalan manusia dapat diselesaikan. Anda dapat memperbaiki kondisi ekonomi; anda dapat memperbaiki kondisi kesehatan; anda dapat memperbaiki harapan hidup melalui obat-obat antibiotika dan hal-hal seperti itu; tetapi kegiatan-kegiatan seperti ini tidak dapat merubah manusia dari dalam. Ia tetap sama sebagai orang yang egois, orang yang mengutamakan diri sendiri. Melalui pendidikan ia belajar menjadi sedikit lebih halus dalam cara mengekspresikan egoismenya. Ia belajar menjadi lebih cerdik dan ini membuatnya lebih berbahaya. Sebelum ia mengekspresikan egoismenya begitu jelas, ia datang dari A ke B secara langsung; namun, kini karena ia sudah terdidik, ia lebih pandai dalam menyembunyikan niatnya yang hanya menguntungkan  kepentingan pribadinya. Tetapi ia tetap saja egois. Ia pada dasarnya orang yang sama seperti sebelumnya, kecuali kini lebih cerdik dalam mengekspresikan dirinya. Ia mau memperoleh suatu dunia yang lebih baik. Ia ingin memiliki suatu dunia dimana ada kelimpahan, ada kedamaian dan ada kemakmuran. Tidak ada jalan!

Lihatlah kepada dunia saat ini. Jari setiap orang terletak pada pelatuk. Persoalannya ialah persoalan keseimbangan kekuasaan. Apakah kita dapat menjaga keseimbangan kekuasaan? Apa yang terjadi kalau keseimbangan ini terganggu? Kita hidup dalam suatu situasi yang sangat bahaya, suatu situasi yang sangat rawan. Bagaimana kita dapat menjaga segala sesuatu agar tetap berada dalam keseimbangan? Sangat sulit! Bila keadaan tidak mudah diatur agar tetap seimbang, maka suatu peristiwa kecil saja sudah cukup untuk mengganggu keseimbangan itu. Apa yang terjadi bila keseimbangan itu sementara waktu terganggu?  Maka salah satu pihak akan mengambil kesempatan untuk menyerang lebih dahulu. Kita sama sekali tidak hidup dalam situasi yang menjamin rasa aman kita.

Hanya ada satu jalan dimana hal ini dapat dicapai, yakni jalan yang dikerjakan Allah dalam hikmat-Nya. Manusia harus diubah dari dalam dirinya. Bila ada orang yang mengatakan, “Apakah  yang orang-orang Kristen lakukan mengenai persoalan-persoalan sosial?” Nah, kita melakukan banyak hal. Kita melakukan hal-hal yang paling berarti. Kita mendekati hati manusia dan mengubahnya. Ketika kita memiliki manusia-manusia baru, kita memiliki awal dari pada suatu masyarakat baru. Ketika kita memiliki suatu masyarakat baru, kita memiliki suatu bumi yang baru.

Mereka akan memiliki bumi“. Allah masih belum selesai dengan bumi ini. Harap perhatikan ini. Pada saat ini ada suatu jenis ajaran yang melupakan dunia ini. Kita semua akan ke surga, seolah-olah kita mengatakan, “Selamat tinggal, bumi” dan “Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi padamu. Saya sudah selesai dengan bumi ini”. Allah belum selesai dengan bumi ini. Allah akan mendirikan kerajaan-Nya di atas bumi ini. Ingatlah baik-baik kesaksian Alkitab ini. Ajaran kita bukanlah suatu jenis ajaran pelarian. Kekristenan bukanlah suatu penolakan untuk menghadapi persoalan-persoalan dunia. “Saya tidak peduli apa yang terjadi dengan dunia ini. Saya akan ke surga, ah, saya tidak peduli”.  Nah, Allah peduli! “Orang yang lemah lembut akan memiliki bumi“. Bumi sekarang ini! Aneh bukan? Allah tetap prihatin dengan bumi ini. Mungkin hal ini aneh bagi pikiran kita, tetapi tidak aneh untuk Allah. Allah menciptakan bumi ini dan Ia akan mengadakan kebenaran-Nya disini, di atas bumi ini. Bagaimana cara Ia akan melakukannya? Yang akan dilakukanNya adalah: pertama, dengan jalan mengubah kita. Apa anda sudah mendapatkan solusi yang lebih baik untuk dunia ini? Jika anda sudah mendapatkannya, beritahukan kepada saya, karena saya belum pernah mendengarnya. Lihatlah dunia ini dan kerusakan yang ada di dalamnya. Tidak ada cara anda dapat menghasilkan suatu masyarakat yang lebih baik, atau menegakkan keadilan dan kebenaran di atas bumi, sampai anda mengubah manusia dari dalam.

Oleh sebab itu, saya telah memahami bahwa pada dasarnya Injil merupakan satu-satunya solusi, satu-satunya solusi yang fundamental terhadap persoalan-persoalan di atas bumi ini. Saya menantang setiap orang untuk menemukan satu solusi yang lebih baik. Tidak ada sama sekali. Itulah kenyataannya. Anda tidak dapat menciptakan suatu masyarakat yang baik, suatu masyarakat baru, tanpa manusia yang baru didalamnya. Anda tidak dapat menghasilkan manusia baru melalui pendidikan, bukan? Dapatkah anda menghasilkan manusia yang baik dengan memberikan kepada setiap orang satu kolam renang dan dua buah mobil? Ada begitu banyak bandit yang memiliki kolam renang dan dua mobil. Bahkan mungkin memiliki lima mobil pribadi! Jika status ekonomi yang baik dapat mengubah manusia, maka saya mau setiap orang memiliki dua buah mobil dan tiga buah rumah atau apa saja yang diperlukan untuk membuat manusia baru. Tetapi ini tidak akan berhasil. Status ekonomi tidak dapat mengubah manusia dari dalam. Allah harus masuk ke dalam hidup manusia dan merubahnya dari dalam. Lalu bagaimana anda tahu bahwa anda telah diubah?

Seorang guru sekolah minggu bertanya kepada gadis cilik yang baru saja membuat pengakuan iman. “Menurut kamu”, tanya si guru kepada si gadis cilik itu “karena sekarang kamu sudah menyerahkan dirimu kepada Yesus, apakah kamu memiliki satu hati yang baru dalam dirimu?” Gadis cilik itu menjawab, “O, ya, saya pikir demikian, Guru”. Guru itu bertanya lagi, “Bagaimana engkau tahu?” Ia menjawab, “Nah, begini. Hal-hal yang aku suka sebelumnya, aku biasa cintai sebelumnya, aku benci sekarang. Dan hal-hal yang biasanya aku benci sebelumnya, sekarang aku sukai”.

Saudara-saudara sekalian, gadis cilik itu mengungkapkan apa yang baru saja dikatakan disini. Ketika saya masih remaja, jika ada orang yang berkata kepada saya, “Berbahagialah orang yang lemah lembut“, saya tentu akan mengejek. Lemah lembut?  Itulah hal terakhir yang saya inginkan. Saya mau mengejar seperti seekor singa, berjalan seperti seekor harimau. Lemah-lembut itu untuk ayam! Oh, tidak. Itu untuk orang-orang yang tak berarti. Bagi orang-orang seperti kita ini – orang-orang atasan, orang-orang elit – siapa yang mau jadi lemah-lembut? Anda tahu pepatah orang Cina: “Ia berjalan seperti harimau” mengandung makna bahwa ia seorang yang penting, sangat berkuasa. Bagaimana kalau belajar menjadi seperti seekor domba? Oh, lemah dan tidak berdaya. “Tidak, kita tidak mau seperti ini.”  Jadi hal yang saya benci sebelumnya adalah lemah-lembut.

Namun Allah telah mengubah hidup saya sehingga sekarang saya mencintai kelemah-lembutan. Dan seraya saya belajar kembali bagian Alkitab ini, saya berkata sendiri, “Betapa ajaibnya!” Betapa ajaibnya perbuatan Allah sehingga saya dapat berdiri di sini dan berbicara tentang  “Berbahagialah orang yang lemah-lembut“! Jika anda mengenal saya semasa saya masih non-Kristen, maka anda akan tahu bahwa kelemah-lembutan bukanlah satu sifat yang saya pikirkan. Saya menganggapnya sebagai sampah. Mungkin jika anda bukan orang Kristen sekarang dan anda mendengar kata-kata,  “Berbahagialah orang yang lemah-lembut“, anda akan berkata, “O, berkat macam apa ini? Kualitas macam apa ini?” Namun setelah Allah mengubah anda, maka pemikiran anda akan samasekali berubah. Lalu anda mulai mengerti bahwa sesuatu telah terjadi dalam hidup anda.


Perubahan Merupakan Solusi Bagi Akar Persoalan

Pernah saya berpikir bahwa uang begitu penting. Saya mendengar percakapan-percakapan dan setiap orang berbicara tentang uang; bagaimana mereka memperoleh keuntungan besar dalam bisnis mereka; alangkah berhasilnya mereka; bagaimana mereka muncul di pertunjukan TV dan hal-hal lain seperti itu. Lucu! Bagaimana jadinya? Ketika saya duduk di sana mendengar hal-hal seperti ini, saya sedikitpun tidak tertarik dengan percakapan demikian. Hal-hal yang pernah mempersonakan saya sebelumnya, kini tidak lagi memikat hati saya. Allah telah mengubah pengertian saya akan nilai. Jadi sama seperti anak sekolah minggu tersebut, hal-hal yang saya benci sebelumnya, yang saya anggap hina sebelumnya – dan ini termasuk orang-orang Kristen yang saya remehkan – sekarang saya cintai. Hal-hal yang sebelumnya saya cintai, kini saya tolak, saya benci, yaitu hal-hal seperti keangkuhan dan kesombongan. Allah telah mengubah saya!

Anda tahu pada saat ini, terjadi juga satu hal yang aneh, yaitu, banyak kali saya merasa saya dipersalahkan, namun heran benar, saya tidak merasakan dendam dan pahit. Kenyataan ini berbeda dengan keadaan saya pada masa lampau karena, terkutuklah setiap orang yang berani mengganggu saya. Tetapi sekarang saya tidak merasa ada dendam. Aneh! Seringkali ketika orang-orang menceritakan hal-hal yang buruk tentang saya, saya tidak merasa tersinggung. Bahkan saya tidak membela diri. Saya tidak mau berkata, “Tidak, tidak. Anda salah, saya sama sekali tidak seperti itu.” Jika anda mau percaya bahwa Eric Chang itu jahat, “Haleluya!” Saya baik-baik saja. Itu sama sekali tidak mengganggu saya. Aneh, bukan? Itu tidak mengganggu perasaan saya. Dan ketika orang lain memuji saya, cukup aneh bahwa hal itu juga tidak mempengaruhi saya sama sekali. Saya tidak merasa bangga. Saya tidak merasakan sesuatu yang khusus karena pujian itu. Mengapa? Karena saya tahu bukan saya, tetapi Ia yang telah melakukannya. Kristus yang berarti; sedang saya tidak berarti apa-apa.

Salah satu pengarang musik terbesar, pengarang Italia yang bernama Toscanini, disebut sebagai orang sangat rendah hati. Pernah suatu ketika ia sedang mengadakan latihan dengan kelompok orkesnya, dan ia mengilhami kelompok orkesnya ketingkat penampilan yang begitu tinggi, sehingga kelompok orkesnya sendiri menyadari bagaimana mereka sendiri telah diangkat. Pada saat penutupan latihan mereka meletakkan instrumen mereka dan memberikan aplus kepada Toscanini. Ini baru pada tahap latihan! Dan Toscanini, dalam linangan air mata mengatakan, “bukan aku; tapi Beethoven” Ia telah melakukan sesuatu yang bermutu tetapi ia rasa bahwa ia cuma menampilkan apa yang ada di Beethoven. Ia tidak melakukan apa-apa. Betapa rendahnya hati orang ini. Saat saya merenungkan kata-kata Toscanini ini, “Ini bukan karena saya; melainkan Beethoven,” kata-kata ini mengingatkan saya akan kata-kata Yohanes Pembaptis, “Bukan aku tetapi Kristus“.

Jadi ketika orang memuji anda, sebenarnya apa yang dipuji mereka? Anda tidak menjadikan dirimu manusia baru. Hanya Kristus yang dapat mengubah anda dari dalam. Inilah yang saya maksudkan dengan kerendahan hati; kelemahlembutan. Kita tidak kesana kemari sambil membuat diri kita kelihatan lemah-lembut dengan membungkukkan badan – seolah-olah kerendahan hati ditentukan dari sudut belakangmu! Barangkali semakin anda membungkuk, semakin anda menjadi rendah hati. Jika anda memiliki perawakan yang bagus sekali, anda sangat congkak, sombong. Saya berperawakan jelek, yang harus saya akui. Tetapi keadaan tubuh saya yang demikian tidak membuat saya rendah hati. Kerendahan berasal dari hati, karena Kristus telah mengubah kita dari dalam. Saat Kristus telah mengubah kita dari dalam, saat itulah kita mulai memahami pengajaran ini. Ketika Yesus mengatakan, “berbahagialah orang yang lemah-lembut“, Ia tidak bermaksud bahwa anda harus berjalan kesana kemari sambil membungkukkan badan ketika memberi salam kepada orang. Maksud Yesus adalah, “Lemah-lembutlah dalam hatimu”. “Belajarlah padaku” , Yesus mengatakan dalam Matius  11:29, “karena Aku lemah-lembut dan rendah hati“. Orang yang rendah hati tidak selamanya kelihatan dari luar bahwa ia lemah-lembut. Lemah-lembut itu berada dalam hati. Janganlah menilai seseorang hanya melalui penampilan luar.

Seorang pendeta pernah bercerita kepada saya bagaimana ia pada satu ketika pergi ke suatu pertemuan dan menyaksikan paduan suara berdiri di depan dan sedang menyanyi. Ia melihat seorang laki-laki yang berdiri tegak dan menyanyi dengan kepalanya yang menghadap ke atas, dalam suasana kebanggaan, dengan hidungnya yang terangkat. Pendeta ini mengatakan kepada saya bahwa ia begitu marah dan muak dengan penampilan orang ini dan seluruh tingkah-lakunya, cara dia tampil dan menyanyi seperti ini. Ia begitu terganggu, sampai setelah pertemuan usai ia bertemu dengan orang yang menyanyi dengan penampilan tersebut, dan pendeta itu menemukan bahwa orang itu buta. Kemudian ia sadar bahwa orang ini menyanyi dengan kepala yang terangkat ke atas karena ia buta, karena ia tidak dapat melihat sama sekali. Banyak orang buta mempunyai sikap tubuh seperti ini bukan karena mereka angkuh, tetapi karena inilah cara mereka berada. Janganlah menilai orang lain dari penampilan luar. Kerendahan hati adalah sesuatu yang berasal dari hati.


Hati Membutuhkan Perubahan

Kita memiliki pepatah Cina yang bagus sekali yang menggambarkan apa yang sedang dikerjakan Tuhan, bahwa bila anda merubah manusia dari dalam hatinya, maka suatu saat nanti akan wujud satu bumi di mana keadilan dan kebenaran ditegakkan; suatu masyarakat di mana warganya benar-benar lemah-lembut dan tidak berusaha meninggikan diri dengan menekan orang lain ke bawah, atau mempergunakan orang lain sebagai tangga untuk naik ke atas; suatu masyarakat di mana tidak ada lagi kompetisi (persaingan) yang mematikan,  yakni memperoleh keuntungan dengan mengorbankan orang lain; suatu masyarakat dimana setiap orang benar-benar saling memperhatikan yang lain dan menilai orang lain lebih baik dari pada dirinya sendiri. Pepatah Cina ini, telah saya lihat di banyak tempat ketika saya bepergian kemana-mana. Saya melihat banyak di toko-toko, kartu-kartu kecil dengan kata-kata yang menarik untuk digantung di tembok rumah untuk mengingatkan anda akan kata-kata bijak itu. Beberapa diantaranya baik sekali, tentu saja beberapa diantaranya juga merupakan omong-kosong belaka. Ada satu kartu yang saya lihat, mengutip pepatah Cina seperti ini :

“Jika ada kebenaran dalam hati,
maka ada keindahan dalam karakter.
Jika ada keindahan dalam karakter,
maka ada kerukunan di rumah.
Jika ada kerukunan di rumah,
maka ada ketentraman dalam negeri.
Jika ada ketentraman dalam negeri,
maka ada damai di atas bumi”.

Damai di atas bumi! Pepatah Cina ini melihat bahwa, anda harus memulai dari hati manusia, “Jika ada kebenaran dalam hati”. Kita akan melihat sebentar lagi, bahwa kelemah-lembutan sangat berhubungan dengan kebenaran. Begitu mengherankan! Begitu dalamnya pengajaran Yesus! Ia benar-benar menangani pokok persoalan. Ia langsung menangani inti persoalan.


Suatu Studi Dari Kutipan Asli di Mazmur 37

Sekarang, bagaimana untuk memahami ucapan, “Berbahagialah mereka yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi” ini? Baiklah, banyak dari antara kita tahu bahwa ayat ini, yakni Matius 5:5, sebenarnya dikutip langsung oleh Yesus dari Mazmur  3:11 yang berbunyi :

“Tetapi orang-orang yang rendah hati (atau, lemah lembut) akan mewarisi negeri (atau, bumi) dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.

Kata Ibrani dan Yunani adalah ‘damai sejahtera’ yang diterjemahkan oleh LAI sebagai ‘kesejahteraan‘. Orang yang lemah-lembut akan memiliki ‘bumi’ atau ‘negeri’. Itu adalah kata yang sama baik dalam bahasa Ibrani maupun bahasa Yunani, yang memang dapat diterjemahkan sebagai ‘bumi’ atau ‘negeri’.

Bagaimana kita dapat menjelaskan bagian dari pengajaran Yesus ini? Caranya ialah dengan melihat dari mana Tuhan mengambil kata-kata ini dan mempelajarinya dalam konteksnya. Kenyataannya, Mazmur 37 adalah unik. Mazmur 37 unik karena ia menggunakan kata ‘mewarisi’. Sebenarnya PL dalam bahasa Yunani (atau, Septuaginta) mempergunakan kata yang sama dan tense yang sama seperti dalam PB bahasa Yunani: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi“. [Diterjemahkan LAI dengan ‘memiliki’] Kata ‘mewarisi’ dipakai lima kali dalam Mazmur 37 ini. Dan ketika kita membandingkan apa yang disebutkan dalam bahasa Ibrani sebagai ‘pernyataan paralel’ (parallel statement), kita dapat menarik makna dengan mengamati paralel-paralel itu.


1)   Orang yang Lemah Lembut Menantikan Tuhan

Pertama-tama, ketika kita memperhatikan Mazmur 37 ini, kita mencatat ada dua jenis orang yang berbeda dalam Mazmur ini, yakni: orang benar dan orang fasik. Orang benar yang disebut dalam ayat 11 digambarkan sebagai yang memiliki sifat yang lemah-lembut atau rendah hati. Anda tidak dapat menjadi orang benar tanpa menjadi orang yang lemah lembut. Orang yang lemah lembut adalah orang benar, dan orang benar adalah orang yang lemah lembut. Jadi kita belajar dari Mazmur ini tiga hal mengenai orang yang lemah lembut. Pertama, kita belajar bahwa orang-orang yang lemah lembut adalah mereka yang menanti-nantikan Tuhan. Perhatikanlah ayat 9 dan anda akan melihat ungkapan yang sama. Mazmur 37:9

“Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan; tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan akan mewarisi negeri”.

Bila anda membandingkan bagian kedua, kedua ayat ini berkaitan dengan orang yang akan ‘mewarisi negeri’; dan pada bagian  pertama, tentu saja, ‘rendah hati’ dan ‘menanti-nanti’ berada dalam paralel. Jadi mereka yang rendah hati atau lemah lembut adalah mereka yang menanti-nantikan Tuhan.

Pertanyaan yang harus diajukan adalah: apa maksudnya menanti-nantikan Tuhan? O ya, dalam ayat 34 anda menemukan paralel  yang sama kembali:

“Nantikanlah Tuhan  dan tetap ikutilah jalannya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri”.

Jadi dua kali dalam Mazmur ini, orang-orang yang akan mewarisi bumi mengacu kepada mereka yang menantikan Tuhan yang akan diangkat oleh-Nya. “Rendahkan dirimu di hadapan Allah dan Tuhan akan mengangkat kamu“. Ia akan mengangkat anda. Orang-orang yang rendah hati adalah mereka yang merendahkan diri mereka karena mereka percaya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang akan diangkat dan ditinggikan oleh Allah dengan kuasaNya.

Ini membawa kita kepada satu pokok lain, yang sangat penting. Di sini, kita sedang membahas tentang prinsip-prinsip kuasa rohani. Ada banyak orang Kristen yang sangat kekurangan dalam dinamisme rohani dan kuasa rohani, karena mereka tidak mengizinkan Allah melaksanakan pekerjaan transformasi dalam kehidupan mereka. Jika anda membiarkan Allah melakukan pekerjaan transformasi itu – membuat anda menjadi rendah hati (bukan rendah hati dari luar, tetapi mengizinkan Dia mengubah anda menjadi sungguh-sungguh rendah di dalam) – maka anda akan mengalami kuasa rohani, kuasa manusia baru, dan karya Roh dalam hidupmu. Jadi ini merupakan prinsip kuasa, dan orang yang rendah hati adalah orang yang menantikan Tuhan.

Lalu, apa artinya ‘menantikan Tuhan’? Baiklah, ayat 7 dalam Mazmur ini menjelaskan kepada kita, “Berdiam dirilah“, tenanglah, “nantikanlah Dia dengan sabar“. Apa maksudnya? Menantikan Tuhan artinya memperbolehkan Allah bertindak bagi pihakmu, karena anda percaya kepadaNya. Artinya, “Jangan marah…”. Kata dalam bahasa Ibrani berarti membakar, membakar karena kemarahan. Jangan marah dan panas hati. Biarlah saya menyebutkan pokok yang lain di sini: bagaimana tabiat marahmu? Bagaimana kemarahanmu pada akhir-akhir ini? Jika anda orang yang cepat marah, maka lebih baik anda memohon kepada Tuhan agar Ia membarui hidupmu. Kemarahan semacam ini berlawanan dengan kerendahan hati. Orang yang cepat marah adalah bukti bahwa ia belum pernah dibarui atau tidak sepenuhnya dibarui. Ia masih jauh dari apa yang seharusnya. “Jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya“. Di sini kemarahan itu dikarenakan orang-orang yang jahat, yang berhasil dalam hidupnya. Orang benar diinjak-injak kebawah, sedangkan orang curang, orang yang jahat hidup makmur, berhasil hidupnya.

Diantara kita yang mengenal masyarakat Hong Kong sering kali merasa jengkel atas karakter-karakter buruk ini, terutama para pejabat kepolisian yang korup, para pejabat pemerintah yang menjadi kaya karena korupsi, yang memiliki mobil-mobil mewah seperti Cadillac, atau Mercedes Benz, atau apa saja, dan yang hidup dalam pola hidup mewah. Mereka adalah bajingan-bajingan dan perampok-perampok. Anda rasa jengkel, marah dan panas hati. Seperti yang telah dikatakan, bahwa orang-orang fasik hidup makmur, sementara orang-orang benar terinjak kebawah. Namun dikatakan disini, “Janganlah marah“. Kemudian ayat 8 mengatakan, “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu” dan sekali lagi “jangan marah“. Jangan engkau marah. Kemarahan hanya akan membawa kepada kejahatan. Tidak ada gunanya menjadi marah. Anda berkata, “Mengapa kami tidak boleh marah? Kami harus melakukan sesuatu mengenai hal ini!” Jangan kuatir! Allah akan berbuat banyak. Ayat 9: “Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mewarisi negeri“. Allah adalah Allah yang adil. Dunia ini di mana kita hidup, Ia akan melaksanakan keadilan di atasnya. Janganlah anda berpikir bahwa orang jahat akan lolos! Allah akan menghabisi mereka. Dan kemudian di ayat 10 dikatakan: “Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik“. Walaupun anda mencari di tempatnya, ia tidak ada di sana. Anda akan mencari-cari di tempatnya dan berkata, “Dimana dia? Saya pikir ia ada di sekitar sini sebelumnya.” Semua monumen-monumen yang dibangun untuk dirinya sendiri, semua tropi-tropi kemuliaannya, Allah akan melenyapkan semuanya. Anda akan mencari dia dan tidak akan menemukan satu bayanganpun. Nah, itulah konteksnya. Kemudian kita membaca dalam ayat 11, “Orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri, dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah“.

Dunia ini memiliki satu pribahasa, yang didukung oleh prinsip-prinsip evolusi, yakni “kelangsungan hidup adalah untuk yang paling kuat” (survival of the fittest). Alam dikatakan berkembang dalam lingkungan dimana terjadinya saling menelan dan saling mencakar. Banyak dari kita dibesarkan dalam lingkungan seperti ini (dan karena itu saya tidak suka ajaran tentang kelemahlembutan dan kerendahan hati yang saya anggap semuanya sebagai omong kosong belaka) karena kita dibesarkan untuk “Berjuang untuk dirimu sendiri!” Jika anda tidak berjuang untuk dirimu sendiri, siapa yang berjuang untuk anda? Tetapi Alkitab menjawab, Allah akan berjuang untuk anda. Jika anda tidak beriman, anda tidak akan mempercayainya. Jadi anda akan berjuang untuk diri anda sendiri. Tapi masalahnya ialah, bila anda bertemu dengan orang yang lebih kuat dari anda, maka anda akan ditelan hidup-hidup. Itulah akhir daripada perjuanganmu. Atau sebaliknya, anda harus mengakui dia sebagai guru atau boss, sebagai orang yang superior, “OK, kamulah boss besar.” “OK, boss. Kamu lebih kuat dari saya, bagaimana kalau kamu tinggalkan sedikit remah-remah untukku setelah kamu selesai makan.” Karena tidak semua orang dapat menjadi kuat – dan demi kelangsungan hidup – akhirnya anda akan tunduk kepada seseorang. Jadi inilah peraturannya Law of the survival of the fittest – apakah benar demikian?

Ada diantara kita pernah mendengar tentang Richard Wurmbrand, pendeta dari Rumania, yang dalam salah satu bukunya menyinggung tentang hal ini. Beliau menanyakan, “Dalam kasus “survival of the fittest“, jika benar apa yang terkuatlah yang dapat berlangsung hidup, mengapa pada akhir seluruh proses evolusi ini, masih tetap ada binatang-binatang yang tidak berdaya seperti domba-domba? Bagaimana anda dapat menjelaskan hal ini?” Beliau mengatakan bahwa domba-domba itu tidak dapat berlari dengan sangat cepat. Mereka tidak bertanduk. Mereka tidak dapat berkelahi. Bagaimana mungkin masih ada makhluk yang disebut domba pada akhir proses ini? Sebetulnya, hanya singa-singa yang bisa hidup pada saat ini. Karena menurut teori evolusi, hanya makhluk-makhluk yang terkuat sajalah yang dapat bertahan hidup, maka dibandingkan dengan singa-singa, binatang-binatang apalagi yang dapat bertahan hidup di sekitar kita? Baiklah, mungkin terdapat beberapa poin yang benar di sini. Saya tidak tahu bagaimana domba dapat bertahan hidup. Saat ini saya tidak tahu apakah sudah ada tantangan terhadap doktrin “survival of the fittest” ini. Namun apa yang saya tahu adalah: Yesus mengatakan,

“Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16).

Anak-anak domba tidak berdaya. Siapa yang akan menjadi pembela kita? “Kamu akan disembelih” sebagaimana dikatakan oleh rasul Paulus “sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan” (Roma 8:36). Namun pembela kita adalah Allah! Pokoknya di sini ialah: apakah anda mempercayai kekuatan diri sendiri atau anda mempercayai kekuatan Allah? Saya mendengar bahwa beberapa hari yang lalu, ada di antara kita yang belajar tentang “berikan juga pipi kirimu” dalam kelompok PA. Saya berharap anda juga sudah memahami pokok bahasan ini. Orang yang memberikan lagi pipi kirinya setelah pipi kanannya ditampar adalah orang yang percaya kepada Allah sebagai pembelanya. Orang yang membalas kejahatan orang lain, mempercayai dirinya sendiri sebagai pembela. Anda mungkin seorang ahli Kung-fu. Itu baik. Namun itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuatan Allah. Bila kekuatan Allah bekerja, bila kekuatan-Nya mulai nyata, tidak ada ahli Kung-fu yang terlalu kuat untuk diperhitungkan.

Saya masih ingat di gereja kami di Liverpool, Inggris, pernah ada seseorang yang hendak dibaptis, dan saudaranya marah. Saudaranya adalah seorang guru  Kung-fu. Ia menelepon saya, tetapi saya tidak berada di rumah. Biasanya kami mengadakan pelayanan baptisan di suatu gereja Inggris, jadi ketika orang ini tahu bahwa pelayanan baptisan itu akan dilangsungkan di gereja itu, ia menelepon pendeta gereja Inggris itu dan mencaci-maki dia, dan berkata, “Jika engkau berani untuk tetap mengadakan baptisan itu, saya akan ada disana untuk mengadakan perhitungan dengan engkau. Engkau lebih baik mempersiapkan tempat tidurmu di rumah sakit karena saya akan memukulmu jika engkau berani membaptis saudaraku”. Ia begitu geram. Saya diberitahukan, seketika saya kembali, “Engkau tahu, hal-hal mengerikan sedang terjadi. Saudara kita ini mau dibaptis tetapi saudara kandungnya seorang guru Kung-fu;  ia berkata bahwa ia akan datang ke gereja dan mengganggu pelayanan itu dan memukul pendeta. Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita pergi memanggil polisi?” Saya berkata, “Nah, saya tidak akan memanggil polisi karena baptisan itu bukan dilangsungkan di gereja kita. Baptisan itu dilaksanakan di gerejanya. Terserah kepadanya untuk memanggil polisi, kalau ia mau memanggil polisi.” Jadi saya menelepon pendeta itu dan berkata kepadanya, “Apakah kamu mau memanggil polisi”? Ia mengatakan, “Tidak” Ah, orang ini mengetahui prinsip ini! Ia berkata, “Saya akan mempercayakan hal ini kepada Tuhan agar Ia menjadi pembelaku. Semuanya beres”. Saya mengatakan, “Puji Tuhan”! Masih ada orang yang percaya kepada Allah. Ia mengatakan, “Saya tidak mau memanggil polisi dan menjaga gedung gereja. Masyarakat akan bingung nanti, jenis pelayanan apa ini?” Jadi saya berdoa mengenai hal ini, dan memang, guru Kung-fu tersebut menelepon saya saat ia mendengar bahwa saya sudah pulang. Ia berkata, “Saya datang sekarang dan bertemu dengan engkau”. Nah, ia akan memukul saya bahkan sebelum kebaktian berlangsung! Ia bahkan tidak mau menunggu kebaktian dimulai! Karena itu saya menyerahkan masalah ini kepada Tuhan.

“Tuhan yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku” (Mazmur 144:2).

Ketika saya menanyakan kepada saudara yang akan dibaptis, saya berkata kepadanya, “Apakah ia berpura-pura, atau ia sungguh-sungguh memaksudkannya?” Ia menjawab, “Saya tahu saudaraku, ia sungguh-sungguh memaksudkannya. Kalau ia berkata akan melakukan sesuatu, maka ia akan mewujudkannya”. Dan ia telah mengatakan, bahwa bukan saja ia akan memukul pendeta, ia juga akan membunuh saudaranya. Dan ia sedang dalam perjalanan, maka saya menyerahkan masalah itu kepada Tuhan dalam doa. Ketika ia membunyikan bel di pintu, saya membuka pintu dan ia berdiri di sana sambil berkata, “Saya minta maaf, beribu maaf  sudah mengganggumu. Saya minta maaf, karena telah menyita waktumu, mengambil waktumu seperti ini”. Saya berkata (kepada diriku sendiri), “Hai! Inikah orang yang datang memukulku?” Jadi saya berkata kepadanya, “Silahkan masuk, masuklah ke dalam”. Dan ia begitu ramah, begitu baik. Saya pikir, “Apa yang sudah terjadi kepadanya?” Kami mengadakan percakapan bersama yang sangat baik sehingga kami menjadi sahabat dalam satu percakapan. Kemudian ia mengatakan kepada saya, “Saya tidak berkeberatan bila engkau membaptiskan saudaraku dengan satu syarat. Yang saya minta adalah agar ia tidak menceritakan hal ini kepada orang tua kami. Itu saja. Karena jantung ibu kami lemah”. Saya berkata, “Nah, itu adalah keputusannya”.

Kita percaya kepada Allah untuk membela kita. Maksud saya, jika ia mewujudkan Kung-funya, ia mungkin sudah menghantar saya ke rumah sakit dalam dua detik. Tetapi Allah-ku adalah pembelaku. Apa yang terjadi dengan Kung-funya? Ia menjadi sahabat saya. Anda lihat, memberikan pipi lain untuk ditampar lagi berarti ini: anda dapat membalas, tentu anda dapat; anda dapat membela dirimu sendiri. Hal ini lebih sulit jika anda sendiri adalah seorang ahli Kung-fu. Jika seorang menampar mukamu dan anda berpikir , “Hei, saya dapat merobohkan dia dengan satu pukulan!” Tetapi sebaliknya anda percaya kepada Allah untuk membelamu. Inilah pokok persoalannya di sini. Nantikanlah Tuhan. Itulah yang dimaksudkan di sini. Maksudnya jangan menjadi tidak sabar, jangan panas hati dan langsung membalas. Sabar! Sabarlah! Berikanlah hak tersebut kepada Allah – adalah hak-Nya untuk menjadi hakim. Biarlah Dia menjadi pembela. Jika anda tidak mempercayai Allah, anda tidak akan melakukan hal ini. Ini membawa kita kepada pokok yang kedua.


2)   Orang yang Lemah Lembut Percaya kepada Allah

Pokok kedua tentang menjadi lemah lembut berkaitan dengan iman. Tanpa iman, anda tidak akan pernah memiliki kesabaran; anda tidak akan pernah memiliki kemauan untuk membiarkan Allah untuk bertindak bagi pihakmu. Jadi pokok yang kedua adalah percaya kepada Allah. Bacalah ayat 3:

“Percayalah kepada Allah dan lakukanlah yang baik”.

Perhatikan bahwa, orang yang menantikan Tuhan adalah orang yang percaya kepadaNya. Saya tidak membalas karena saya percaya kepada Tuhan. Tidak menjadi masalah apakah saya dapat mengalahkan dia atau tidak. Jika anda tidak membalas karena anda takut tidak dapat mengalahkan dia, itu berarti anda seorang penakut. Jika anda membalas karena anda tahu anda dapat mengalahkan dia, maka anda seorang penggertak (orang yang suka mengganggu orang lemah), karena anda tahu anda dapat mengalahkan dia. Dan jika anda membalas ketika anda tidak tahu apakah anda dapat mengalahkan dia atau tidak, apa akibatnya nanti? Anda mungkin dipukul sehingga cedera parah atau dia pula yang akan dipukul sehingga cedera parah, jadi pada akhirnya tidak ada yang menang. Anda belum membereskan masalah sama sekali. Tetapi ia yang percaya kepada Allah mempercayai Allah untuk membelanya: ialah orang yang lemah lembut. “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri, berlakulah setia“, di Tanah Perjanjian,“dan anda akan menikmati rasa aman”, rasa aman yang berasal dari Tuhan.  Kemudian ayat 5, “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan; percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” Itulah tujuannya memberikan pipi kirimu: Ia akan bertindak. Dan kemudian ayat 6: “Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang dan hakmu seperti siang“. Ia akan menegakkan kebenaranmu, dan Ia akan menegakkan hakmu.

Ada satu hal yang sangat menarik yang saya perhatikan tentang orang fasik: meskipun mereka memiliki pendapatan yang jauh lebih besar dari saya, mereka kelihatannya selalu dililit hutang. Mereka memperoleh dua atau tiga kali dari apa yang saya miliki, tetapi mereka selamanya hidup dalam hutang. Saya tidak dapat memahami hal ini. Mengapa mereka yang memiliki pendapatan yang sedemikian besar hidup dari kartu-kartu kredit? Akhir-akhir ini, Presiden Carter telah berusaha untuk membatasi penggunaan kartu-kartu kredit karena negara-negara Barat adalah negara-negara yang hidup dengan hutang. Mereka semua tidak punya uang. Mereka semua hidup dengan utang dan seterusnya menghabiskan sisa hidup mereka untuk membayar kembali utang-utang mereka kepada bank. Sangat aneh! Saya tidak mau berhutang, karena saya tidak yakin saya dapat melunasinya. Karena itu, saya tidak mau memiliki hutang. Saya takut kepada kartu-kartu kredit. Namun kebanyakan orang pada saat ini, hidup dengan beban utang yang berat. Karena anda dapat meminjam tidak sesuai dengan pendapatanmu – anda dapat pinjam $2000 dan membayar kembali $25 setiap bulan. Berapa lama anda harus membayarnya kembali dengan tingkat bunga 21% per tahun untuk hutang sebesar $2000? Jadi selamanya anda dikejar dengan hutang yang tak kunjung habis. Anda selalu hidup dalam hutang. Orang fasik meminjam tetapi tidak dapat melunasinya. Kenapa? Karena ia tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Ia menginginkan lebih banyak. Ia ingin mobil yang lebih baik, yang lebih bagus. Tetangga baru saja membeli mobil model 1979. Saya harus beli model tahun 1980. Saya harus menjadi satu tahap lebih baik dari dia. Jika ia telah membeli mobil keluaran 1980, maka saya harus mendapatkan mobil model 1981. Jadi anda hidup berlomba dengan orang lain terus. Ia memiliki jaket kulit, maka saya juga harus memilikinya. Tidak baik bila milikku itu jaket plastik. Atau jika ia punya jaket kulit maka saya harus punya jaket bulu cerpelai. Saya yakin anda sangat mengenal keadaan di Hong Kong. Saya selalu berusaha memahami hal ini. Saya tidak dapat memahami mentalitas seperti ini di Hong Kong. Saya masih tidak dapat memahaminya  tetapi saya berusaha untuk memahaminya. Orang fasik meminjam dan tidak dapat mengembalikannya.

Tetapi orang benar ia mungkin miskin tetapi ia terus memberi. Itulah yang begitu indah. “Adalah lebih baik memiliki sedikit”, sebagaimana dikatakan dalam ayat 16:

“Lebih  baik  sedikit pada orang benar daripada berlimpah-limpah pada orang fasik”.

Anda boleh memiliki sangat sedikit, tetapi sepanjang anda orang benar, itulah yang berarti. Orang fasik hidup dalam kelimpahan, tetapi itu tidak menguntungkannya sama sekali. “Sebab lengan orang-orang fasik akan dipatahkan“. Ah, ini betul-betul mengherankan! Jalankanlah kehidupan kekristenan dan saksikanlah apakah dapat dikerjakan. Saya percaya akan Injil karena saya tahu ia benar. Sungguh benar. Orang lain mungkin memfitnah dan menyerang saya. Tidak apa-apa. Allahku adalah pembelaku. Jika saya bersalah, maka saya memang seharusnya dihakimi. Dan jika ia bersalah, semoga Tuhan mengasihani dia karena Allah akan menghakiminya. Begitu mengagumkan! Praktekkan prinsip ini dan anda akan melihat bagaimana Allah membela anda. Sebagaimana saya ceritakan tadi, jika seorang ahli Kung-fu datang menyerang anda, Tuhan yang akan berurusan dengan dia. Tuhan  akan mengubah dia sehingga ia menjadi sahabat anda. Lain kali bila ada seseorang datang menyerang anda, barangkali ia harus berhadapan dengan sahabatmu yang ahli Kung-fu itu.


3)   Orang yang Lemah Lembut adalah Orang Benar

Hal ketiga yang hendak kita perhatikan mengenai orang yang lemah lembut, adalah bahwa ia seorang yang benar. Jika anda memperhatikan ayat 29 dari Mazmur 37 ini, maka anda dapat melihat adanya satu paralel disini:

“Orang-orang  benar akan mewarisi negeri”.

Perhatikan bahwa orang-orang yang lemah lembut adalah orang-orang benar – mereka akan mewarisi negeri; mereka akan memiliki bumi; “dan tinggal di sana senantiasa“. Itu mengagumkan sekali! Allah telah menjanjikan bumi ini kepada orang-orang benar, kepada orang-orang yang lemah-lembut, kepada mereka yang menanti-nantikan Dia, kepada mereka yang percaya kepadaNya. Mereka inilah yang akan mewarisi bumi.

Sekarang marilah kita memahami satu hal. Dalam 1Yoh. 3:7 dikatakan: “Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar“. Ini sangat penting. Janganlah membiarkan seorangpun memperdaya anda. “Ia yang melakukan kebenaran adalah benar, sebagaimana Kristus adalah benar”. Ini merupakan satu pokok yang dasar: yakni orang benar adalah orang yang bukan saja berbicara tentang kebenaran tetapi juga mempraktekkannya.  Sebelumnya dalam pasal yang ke-2,  rasul Yohanes menyatakan: “Setiap orang yang berbuat kebenaran lahir dari Allah” [1Yoh. 2:29] – dan itulah yang kita temukan di sini.  Ketika kita kembali ke kitab Mazmur, kita melihat bahwa itulah sebabnya orang-orang benar ini disebut “orang-orang kudus” (saints) di Mazmur 37:28. (Terjemahan LAI menyebut “orang-orang yang dikasihiNya”.) Orang-orang benar kepunyaan Allah adalah orang-orang kudus. Dan ingat ketika saya menjelaskan tentang Pemuridan, saya mengatakan bahwa rasul Paulus lebih suka menggunakan kata “orang-orang kudus”. Kemudian pemazmur menjelaskan selanjutnya bahwa mereka adalah orang-orang kudus karena Taurat Allah ada di dalam hati mereka, (Maz. 37:31) dan karena itu mereka tidak bercacat dan benar.

Saya percaya anda sudah melihat bagaimana Yesus mengutip ayat ini dari Mazmur 37 supaya kita dapat memahami maksudNya. Dari Mazmur ini kita dapat melihat, pertama, bahwa orang yang lemah lembut adalah orang yang percaya kepada Allah. Ia menantikan Tuhan. Kedua, orang yang lemah lembut adalah orang yang murah hati dan suka memberi karena ia percaya kepada Allah. Ketiga, ia adalah orang yang melakukan apa yang benar. Ayat 27 dari Mazmur 37 mengatakan : “Lakukanlah yang baik dan jauhilah yang jahat“. Selanjutnya ayat 29 mengatakan : “Orang-orang benar akan mewarisi negeri“.


Akibat dari Kelemah-lembutan Ini

Sesudah kita mengerti apa yang dimaksudkan dengan orang benar, apa artinya menjadi orang yang lemah lembut, kita akhirnya tiba pada pertanyaan terakhir, yakni apa akibat daripada kebenaran ini? Apa akibat daripada kelemahlembutan ini? Apa yang dibawa? Pertama-tama, kelemahlembutan membawa keselamatan. Kalau anda perhatikan bagian terakhir dari Mazmur 37 tepatnya ayat 39 dan 40, anda dapat melihat bahwa semuanya berkaitan dengan keselamatan.

“Orang-orang benar diselamatkan oleh Tuhan; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan, Tuhan menolong mereka dan meluputkan mereka, sebab mereka berlindung padaNya”.

Orang-orang yang lemah lembut adalah mereka yang akan diselamatkan. Sebagaimana telah dikatakan pada awal pembahasan ini, keselamatan tidak hanya berkaitan dengan apa yang anda percayai, tidak hanya berkaitan dengan apa yang anda lakukan diluar, tetapi berkaitan dengan orang macam apa anda itu. Dan anda hanya dapat menjadi orang semacam itu melalui kuasa pembaharuan Allah.

Kedua, orang yang lemah lembut adalah orang yang memiliki damai. Apakah anda mengalami damai di hatimu?  Apakah anda menikmati ketenangan? Matius 11:28 dan Mazmur 37:11 berbicara tentang hal ini. Sebagaimana telah kita lihat, Mazmur 37:11 mengatakan ini: “mereka akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah“. Di Matius 11:28,29 Yesus mengatakan hal yang sama:

“Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada Ku, karena Aku lemah lembut dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.

Ada begitu banyak orang Kristen pada masa kini yang resah. Mereka terganggu, cemas dan tertekan. Kita hidup dalam suatu masyarakat yang memberikan banyak tekanan kepada kita. Anda harus mengikuti ujian yang tak ada habis-habisnya; anda tertekan karena beban kerja yang melampaui batas kemampuan. Kehidupan ini penuh dengan tantangan-tekanan yang harus kita hadapi, tetapi orang yang lemah lembut menemukan ketenangan batin. Tidak menjadi masalah apakah ada tekanan-tekanan luar, orang yang lemah lembut mengalami ketenangan di dalam.

Jadi, pertama ada keselamatan. Kedua ada ketenangan. Dan ketiga ada kemenangan. Orang-orang yang lemah lembut mendapatkan kemenangan. Ini adalah sesuatu yang sangat indah. Mari kita perhatikan Mazmur 149:4 

“Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (atau, kemenangan)”. 

Bukankah itu indah? Orang-orang yang rendah hati adalah mereka yang menang. Bukankah itu luarbiasa? Kita sering berpikir bahwa orang-orang yang keras, yang kuat, yang kasarlah yang menang. Tidak sama sekali! Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang Allah mahkotai dengan kemenangan. Matius 21:5 menceritakan kepada kita tentang Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem. Dikatakan bahwa “Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai“. Keledai adalah alat atau binatang yang melambangkan damai. Sebaliknya, kuda adalah alat peperangan. Yesus masuk ke kota Yerusalem dalam kemenangan, namun menunggang seekor keledai. Orang-orang yang lemah lembut dan rendah hati adalah mereka yang dimahkotai dengan kemenangan. Merekalah orang-orang yang akan Tuhan berikan pembenaran; sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 37:6.

Saya memakai lebih banyak waktu untuk membahas tentang kemenangan karena banyak orang Kristen yang hidup dalam suasana kekalahan. Apakah anda mendapati diri dalam keadaan dikalahkan? Maka disinilah jawabanmu: berilah kesempatan kepada Allah mengubahmu! Pada saat ini, kita hidup dalam suatu masyarakat yang mempelajari teknik-teknik. Bagaimana menjadi sukses? Langkah-langkah dan teknik-teknik apa yang dapat kita pakai agar menjadi sukses? Jawaban Alkitab tidak ada hubungan dengan teknik-teknik. Jawaban Alkitab tentang kemenangan dan keberhasilan rohani berhubungan dengan perubahan karakter. Jika anda terus-menerus kalah dalam kehidupan kekristenan, maka anda perlu memohon kepada Allah agar Ia membarui anda, agar Ia mengubah anda dan membuat anda menjadi manusia baru.

Keempat, kita perhatikan bahwa orang-orang yang lemah lembut dan rendah hati adalah mereka yang menemukan pedoman hidup. Begitu banyak orang Kristen yang mencari pedoman hidup. Apa yang patut saya buat dalam situasi yang seperti ini? Apa yang harus saya lakukan dalam kondisi seperti itu? Dan sering pendeta harus menggunakan banyak waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pedoman hidup. Jika anda pergi ke toko buku untuk mencari sebuah buku yang dapat memberikan kepadamu teknik-teknik untuk mendapatkan pedoman dari Allah, maka anda berada di jalan yang keliru. Apa yang kita butuhkan bukanlah sebuah teknik atau cara. Apa yang kita perlukan ialah karya Allah dalam kehidupan kita sehingga kita diubahkan. Anda akan mendapati bahwa, tanpa mencari teknik-teknik, Allah selalu menuntun anda langkah demi langkah. Sebagaimana kita telah lihat dalam Mazmur 37:23,

“Tuhan menetapkan langkah orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya”.

Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang rendah hati, orang yang lemah lembut di dalam hatinya. Orang-orang seperti ini tidak mengalami kesulitan dengan pedoman hidup. Mereka tidak selamanya bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan di waktu yang akan datang. Apa langkah berikutnya? Bagaimana saya tahu kehendak Allah? Banyak orang mengajukan pertanyaan seperti ini, masalah mereka bukanlah untuk mengetahui teknik-teknik mengenal kehendak Allah; masalahnya ialah; “Apa yang Allah buat dalam kehidupan anda?” Mulailah dengan berkata, “Tuhan, ubahlah hati saya, sehingga saya dapat mengenal kehendak-Mu karena saya mau menjadi orang yang dapat mengerti, yang dapat mendengar suaraMu, dan mengerti kehendakMu”.

Pokok yang ke-lima dan terakhir adalah bahwa orang yang lemah lembut dan rendah hati akan mewarisi bumi. Itulah yang paling menakjubkan! Kita kembali kepada pokok ini lagi. Apa artinya “mewarisi bumi”? Apa yang akan kita peroleh? Baik, kita harus mengingat kembali apa yang dikatakan di Matius 5:3 dalam Ucapan Bahagia: “orang yang miskin di hadapan Allah akan mempunyai kerajaan Allah“. Apakah ini merupakan dua hal yang berbeda? Bahwa anda akan mewarisi kerajaan Allah dan kemudian mewarisi bumi? Tidak samasekali, tidak, ini adalah satu hal yang sama, karena kerajaan Allah akan didirikan di atas bumi ini. Allah belum selesai dengan bumi ini. Allah akan mendirikan kerajaanNya di atas bumi ini.

Oleh karena itu dalam Doa Bapa Kami, Yesus berkata, “Datanglah kerajaanMu“. Datang di mana? Datanglah kepada kita! Datanglah ke bumi ini! “Jadilah kehendakMu, di bumi” di sini,  di mana kehendakNya akan jadi – “seperti di surga“. Jadi bila kerajaanNya datang di bumi, maka kehendak-Nya akan jadi di bumi, seperti terjadi di surga. Ingatlah dengan baik hal ini. Allah belum selesai dengan bumi ini. Kerajaan Allah akan didirikan disini dan sekarang di atas bumi ini. Kerajaan-Nya sudah ada di sini, tetapi akan dibangunkan dengan sepenuhnya bila Yesus datang kembali. Subyek tentang kerajaan Allah adalah satu subyek yang sangat besar. Perlu waktu yang cukup banyak untuk menguraikannya. Pada dasarnya, Kerajaan Allah datang secara bertahap. Pada tahap yang terakhir bila Yesus datang yang kedua kali, kerajaanNya akan dibangun dengan sepenuhnya di atas bumi. Allah  akan mendirikan pemerintahanNya di dunia dan semua orang kudus akan memerintah bersama-sama dengan Dia. Mewarisi kerajaan tidak hanya berarti anda akan berada di sana. Kita tidak hanya tinggal bersenang-senang di sana. Kita akan diberi tugas untuk memerintah bersama dengan Dia.

Dan mereka yang dipilih Allah adalah orang-orang yang rendah hati dan lemah lembut di hati. Akan ada langit yang baru dan bumi yang baru dan orang-orang kudus akan memerintah bersama dengan Dia. Kita membaca tentang pemerintahan orang-orang kudus dalam kitab Wahyu 5:10 dan Wahyu 22:5. Setelah kita memahami hal-hal ini, kita memahami maksud Allah yang mulia.


Allah Sedang Mencari Orang Yang Berkenan Di Hati-Nya

Sebagai ringkasan, apa yang dikatakan Ucapan Bahagia ini kepada kita? Apa yang Yesus mau katakan kepada kita disini? Tahukah anda apa yang saya lihat? Saya melihat bahwa Allah sedang melihat ke dunia dalam generasi ini dan mencari-cari orang yang berkenan di hatiNya, dan saya merasa sangat gairah mengenai hal ini. Mata Allah  sedang berlari kesana-kemari atas bumi ini pada saat ini karena Ia sedang memilih umat yang akan memerintah bersama-sama dengan Dia, yang akan membangun bumiNya yang baru, yaitu kerajaan Allah. Ia akan mendirikan kerajaan-Nya. Ia akan menciptakan suatu masyarakat baru yang disebut kerajaan Allah di mana ada kebenaran, di atas bumi ini. Ia akan membangun suatu masyarakat baru dengan membangun suatu umat baru, yang terdiri dari manusia-manusia baru. Itulah kebijaksanaan-Nya – hikmat Ilahi-Nya yang agung – suatu masyarakat yang baru karena manusia-manusia baru ada di dalamnya.  Mata Tuhan melintasi bumi untuk mencari orang-orang yang menyenangkanNya.

Anda tahu, setiap hari kita hidup seolah-olah di bawah pemeriksaan. Allah mengawasi kita bagaimana kita menangani setiap situasi, dan setiap krisis. Ia sedang menguji kita. Sebagaimana dikatakan dalam 1Petrus 1:7, 

“Untuk membuktikan kemurnian imanmu yang  jauh  lebih  tinggi nilainya dari pada  emas yang fana,  yang diuji  kemurniannya  dengan  api”.

Allah menghendaki umat yang suci seperti emas murni. Ia mau mengamati bagaimana anda menangani setiap krisis karena itulah api yang menguji iman. Jika anda dihina apakah anda membalas? Allah sedang mengawasi. Allah sedang bertanya, “Apakah ia mempercayai Ku atau ia mempercayai tangan kanannya sendiri, yang sebenarnya tidak seberapa kuat”. Allah sedang memeriksa dunia ini. Ia mengamati bagaimana anda bergaul dengan orang-orang lain, bagaimana anda menangani ujian sekolah, bagaimana anda berperilaku di tempat kerja, bagaimana anda mengambil keputusan-keputusan. Ia sedang mencari orang-orang yang menyenangkan hati-Nya. Ia sedang mencari suatu umat yang berkenan di hati-Nya. Di I Samuel 13:14, nabi Samuel berkata kepada Saul:

“Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya menjadi raja atas umat-Nya Israel”,

…yaitu Daud. Kembali lagi dalam Kisah Para Rasul 13:22, Daud disebut sebagai, 

“seorang yang berkenan di hati Allah dan yang melakukan segala kehendak Allah”.

Allah sedang membentuk suatu generasi umat yang baru yang terdiri dari orang-orang yang telah dibarui, dan Ia membentuk mereka ke dalam gambar Kristus. Ia akan membangun masyarakat yang baru ini. Itulah sebabnya ketika Yesus datang Ia memberitakan kerajaan Allah. “Bertobatlah, sebab kerajaan Allah sudah dekat!” Pemerintahan Allah sedang datang. Pemerintahan Allah akan didirikan di bumi. Akan ada suatu generasi umat yang baru. Akan ada damai sejahtera karena ada umat yang baru disana. Sekarang ini Ia sedang mencari orang-orang tersebut.

Saya mendapati hal ini sangat membangkitkan gairah. Seperti apa umat baru itu? Nah, Ia telah memberitahu kita, Ia menyatakan di sini dalam Khotbah di Bukit, bahwa orang-orang seperti inilah yang akan berada dalam kerajaan Allah: orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang berdukacita karena dosa, orang yang lemah lembut. Kita tahu bahwa kita tidak dapat menjadi seperti itu, kecuali Roh Allah datang ke dalam hidup kita, dan mengubah kita. Anda tahu, kelemahlembutan yang disebut di sini merupakan salah satu dari buah Roh yang disebut di Galatia 5:23. Kelemahlembutan adalah buah Roh. Kelemahlembutan itu bukanlah sesuatu yang dapat kita capai dengan kekuatan kita sendiri; kita tidak dapat membuat diri kita menjadi manusia baru semacam ini. Itu merupakan sesuatu yang dilakukan Allah. Saya berdoa supaya saat kita mendengar Khotbah di Bukit, kita memahami rencana Allah bagi kerajaanNya, kita memahami maksud Allah yang menyelamatkan; kita memahami maksud Allah bagi dunia ini. Allah tidak menyembunyikan hal-hal ini dari kita. Alkitab begitu menakjubkan karena ia menceritakan kepada kita, “Inilah rencanaKu bagi dunia ini. Kejahatan akan disapu bersih. Orang-orang jahat akan dibinasakan, tetapi Aku sedang membangunkan suatu umat yang digambarkan oleh kesembilan Ucapan Bahagia ini. Inilah jenis orang yang akan Kubentuk dalam kerajaan-Ku, manusia-manusia baru,”. Semoga Allah berkenan agar setiap dari kita akan menemukan suatu tempat di dalam kerajaan itu. Semoga Roh Kudus masuk ke dalam hidup anda dan mengubah anda. Anda akan mengalami anugerah dan kuasa-Nya!

 

Berikan Komentar Anda: