new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Ini sebuah kisah sederhana tentang pergumulan dan pentingnya hal ini dalam pembentukan kepribadian kita.

“Seorang pria menemukan satu kepompong kupu-kupu. Suatu hari satu celah kecil muncul di kulit kepompong itu; pria itu duduk dan memerhatikan bagaimana kupu-kupu itu bergumul selama berjam-jam untuk memaksa tubuhnya keluar dari celah yang sempit itu. Namun setelah beberapa waktu, sepertinya tidak ada perkembangan yang berarti. Bagi sang pemerhati kupu-kupu itu sudah menyerah dan tidak lagi dapat berbuat apa-apa.

Lalu pria yang baik hati itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu itu. Ia mengambil gunting dan memotong sarang ulat itu. Dengan bantuan pria itu, kupu-kupu tersebut dengan mudahnya dapat keluar dari kepompongnya. Tetapi tubuhnya terlihat bengkak dan tidak seimbang dengan sayapnya yang kecil.

Pria itu terus memerhatikan kupu-kupu itu karena ia menyangka dengan cepat sayapnya akan menjadi besar dan akan dapat menopang tubuhnya yang pasti akan mengecil.

Tetapi kedua hal tersebut tidak terjadi, kupu-kupu itu hanya dapat merangkak dan coba mengimbangi tubuhnya yang besar dengan sayapnya yang cacat. Sepanjang hidupnya ia berada dalam keadaan yang menyedihkan itu. Ia tidak pernah dapat terbang.

Pria yang baik itu dalam keinginannya untuk membantu gagal untuk memahami bahwa celah sempit dan pergumulan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu itu untuk keluar adalah cara alam memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu untuk masuk ke dalam sayapnya. Dengan demikian kupu-kupu itu akan siap terbang saat ia berhasil bergumul keluar dari kepompong itu.

Ada kalanya pergumulan justru merupakan apa yang kita perlukan di dalam kehidupan kita. Jika alam mengizinkan kita melewati hidup kita tanpa hambatan apa pun, hidup kita malah akan dilumpuhkan. Kita tidak akan menjadi sekuat yang diperlukan.

Dan kita tidak akan pernah dapat terbang.”

Tentu saja, kita semua memerlukan bantuan di titik-titik tertentu di dalam kehidupan kita. Dan yang kuat harus selalu memerhatikan yang lemah.

Tetapi saya percaya cara yang lebih baik adalah untuk memimpin lewat teladan dan mengajarkan orang bagaimana untuk bergumul; dan bukan malah menghilangkan kesempatan untuk mereka bergumul.

(Dikutip dan diterjemahkan dari tulisan yasminthestoryteller)