Pastor Eric Chang | Filipi 1 |


KASIH SETIA ALLAH LEBIH BAIK DARIPADA HIDUP!

Kita baru saja bersama-sama menyanyikan lagu tentang kasih setia Tuhan yang lebih baik daripada hidup. Bait yang baru dinyanyikan ini adalah ayat pembuka di dalam catatan saya. Saya bahkan tak pernah tahu ada lagu bertemakan ayat ini. Saya baru pertama kali mendengarnya. Kiranya hati kita diarahkan untuk mengetahui bahwa kita berkumpul di sini untuk bersama-sama berjumpa dengan Allah, Allah yang hidup, bukan sekadar untuk bersenang-senang. Walaupun tak ada salahnya bersenang-senang tetapi kita ingin lebih dari itu. Kita ingin bertemu dengan Allah, Allah yang hidup, Allah yang maha baik, Allah yang maha kuasa, Allah yang maha pemurah. Namun di atas semua itu, supaya kita semua tahu bahwa Dialah Allah, dan Dialah Allah yang hidup – Allah yang mengerjakan perkara yang mustahil, Allah yang mengerjakkan perkara-perkara luar biasa di tengah generasi ini.

Jika Anda datang ke tempat ini tetapi belum bertemu dengan-Nya, itu berarti Anda telah datang dengan sia-sia. Namun jika Anda telah bertemu dengan-Nya, jika Anda telah mengenal Allah sebagai Allah yang hidup, bukan sekadar suatu pandangan filsafat, bukan sekadar pemikiran, melainkan sebagai Allah yang menjalin hubungan pribadi dengan kita, sebagai Pribadi yang kita bisa bercakap-cakap dengan-Nya, sebagai Pribadi yang mengasihi kita, dan sebagai Pribadi yang kita kasihi, maka tak ada satupun hal di dalam hidup ini yang layak dibandingkan dengan-Nya. Demikianlah, si pemazmur berkata, kasih setia-Mu itu lebih baik daripada hidup (Mazmur 63:4). Adakah sesuatu yang lebih baik daripada hidup? Ya, ada sesuatu yang lebih dari hidup, yakni kasih setia Allah. Jika Anda bisa mengalami kasih setia itu hari ini, maka Anda akan tahu bahwa hal itu memang lebih baik daripada hidup. Dan saya sudah mengalaminya.

Saya adalah warga negara Tiongkok. Sampai dengan hari ini, saya masih pemegang paspor Tiongkok. Ya, Anda mungkin terkejut akan hal itu, akan tetapi, Allah telah membawa saya keluar dari Tiongkok. [Ed. Pdt Eric Chang keluar dari Tiongkok pada tahun 1956, yaitu pada masa yang hampir mustahil untuk keluar dari Tiongkok. Untuk membaca kisahnya, silakan membaca buku kesaksiannya,Bagaimana Aku Mengenal Allah”.] Dia mengerjakan hal yang mustahil. Sebelas tahun yang lalu, ketika semua orang berkata bahwa tidaklah mungkin untuk bisa keluar dari Tiongkok, terutama bagi orang muda seusia saya, ternyata Allah mengerjakan hal yang mustahil itu – Dia mengeluarkan saya. Saya cukup siap untuk tetap tinggal di Tiongkok jika itu memang kehendak Allah. Saya berlutut untuk berdoa dan saya berkata, “Tuhan, jika Engkau ingin agar aku tinggal di negeri ini, maka aku akan tetap tinggal. Beritahu saja apa yang harus kukerjakan. Namun jika Engkau ingin aku meninggalkan negeri ini, hanya Engkau yang bisa membuka jalan dan membawaku keluar dari negeri ini.” Allah berbicara kepada saya lewat kata-kata yang tak akan pernah saya lupakan.

Di dalam Perjanjian Lama sering disebutkan, “Dan Tuhan berfirman,” saat Dia berfirman kepada para nabi. Saya membatin, “Bagaimana Tuhan berbicara kepada mereka?” Saya mati-matian ingin tahu bagaimana cara Allah berbicara kepada nabi-nabi itu. Mengapa orang-orang tersebut mendapat kesempatan istimewa untuk mendengarkan suara Allah? Saat saya berlutut di hadapan Allah dan serahkan hidup saya kepada-Nya, sesuatu yang ajaib terjadi. Saya serahkan semuanya kepada-Nya dan berkata, “Tuhan, jika Engkau menghendaki agar aku tinggal di Tiongkok dan melayani Engkau di sini, aku akan tinggal. Namun jika Engkau ingin agar aku pergi, maka hanya Engkau yang bisa membuka jalannya, hanya Engkau yang memiliki kuasa.” Firman dari dalam kitab Wahyu datang kepada saya, “Jika Aku membuka pintu, maka tak seorangpun yang bisa menutupnya. Jika Aku menutup pintu, maka tak seorangpun yang bisa membukanya.” Hanya Dia yang bisa mengerjakan hal-hal ajaib di zaman sekarang ini, bukan hanya di masa Perjanjian Baru, tetapi juga sampai di hari ini, Dia adalah Allah yang hidup. Saat saya berlutut di hadapan-Nya, suara Tuhan berbicara kepada saya dengan sangat jelas, “Eric, Aku akan membawamu keluar dari negeri ini.” Saya tidak bisa mempercayai telinga saya! Apakah saya sedang bermimpi? Apakah saya sedang berkhayal? Apakah ada orang lain di ruangan itu yang berbisik kepada saya? Tidak, tak ada orang lain di ruangan itu. Allah telah berbicara kepada saya, sama jelasnya dengan suara saya yang Anda dengarkan sekarang ini, ya sejelas itu.

Tahukah Anda apa yang saya perbuat? Saya bangkit dan mulai berkemas. Saya masih orang Kristen yang baru saat itu, baru sekitar tiga tahun, tetapi saya sudah menghadapi masa-masa yang sangat sulit, pelatihan yang keras. Seperti yang tertulis di Filipi pasal 1 ini, jika Anda melalui penderitaan dan pencobaan, bersyukurlah kepada Allah karena Dia menilai Anda layak menanggung semua hal itu demi nama-Nya. Jangan mengeluh, saat hujan turun, seperti tadi malam, saat cuaca menjadi dingin, saat keadaan menjadi berat. Jika Anda termasuk jenis orang yang suka mengeluh, maka Anda masih belum memahami isi pesan dari Filipi pasal 1. Allah membawa saya, sebagai orang Kristen yang baru, melalui tiga tahun masa pencobaan, tiga tahun kelaparan. Saya tidak mengenal arti kelaparan sampai dengan masa itu, ketika perut Anda berbunyi, merindukan roti atau sesuatu untuk dimakan. Tidak ada makanan. Namun Tuhan mengajari saya untuk mencari Dia.

Firman dari Khotbah di Bukit mengatakan bahwa Dia akan memberi makan burung-burung di udara, Dia mendandani bunga bakung. Apakah hal itu terdengar seperti dongeng bagi Anda? Saya telah menguji firman itu selama 3 tahun, dan setiap Firman Allah itu benar. Dia memberi saya makan ketika seperti tak ada harapan sama sekali. Di dalam Perjanjian Lama, ada kejadian ajaib tentang minyak yang tak habis-habisnya, dan juga tentang tepung yang tak ada habis-habisnya. Ingatkah Anda akan hari-hari yang ajaib itu? Saya mengalami peristiwa yang serupa dengan itu. Bahan makanan yang sangat sederhana, hanya minyak dan tepung. Allah tidak menyediakan daging panggang. Allah tidak menyediakan daging steak. Minyak dan tepung, memang jenis kebutuhan dasar. Bagaimana menurut Anda? Apakah kita menjadi Kristen untuk menjadi kaya? Untuk bisa hidup enak? Untuk menjadi gemuk? Tidak, tetapi Allah berkata, “Jika kamu mengikut Aku, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu, sangat mirip dengan yang disampaikan dalam Filipi pasal 4 – Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Saya telah membuktikannya. Saya punya makanan yang sangat sederhana. Kala itu adalah masa ketika ransum pasukan Amerika bisa dibeli di pasar-pasar, di toko-toko di Shanghai. Dan saya berhasil membeli sekaleng lobak kering. Mungkin tidak terlalu membangkitkan selera, tetapi di saat Anda kelaparan, segala makanan akan terasa lezat. Dan Anda tahu, lobak di dalam kaleng ini tampaknya tak pernah habis! Saya memakannya setiap hari, dan selalu saja ada lobak kering di dalamnya. Saya membatin, “Mungkinkah ini terjadi? Kapan lobak kering ini bisa habis? Ajaib sekali!” Saya menyendok lobak yang dikeringkan ini, yang akan mengembang saat direndam ke dalam air. Pada saat makan berikutnya, saya menyendoknya lagi, kaleng itu tidak pernah kosong. Ajaib sekali! Saya sama sekali tak bisa mengerti. Di dalam kelemahan saya, karena setelah lewat dua minggu, saya merasa kesulitan untuk terus makan lobak kering itu. Lalu saya menyatakannya dengan jujur kepada Tuhan. Saya bukannya mengeluh, melainkan sekedar mengusulkan sekiranya menu ini bisa diganti sedikit. Dan ajaibnya, lobak dari kaleng itu menghilang begitu saja. Tak ada lagi lobak untuk dimakan.

Saat Anda mendengarkan dan membaca kisah-kisah semacam ini di dalam Alkitab, bukankah semua ini terdengar seperti dongeng? Sudah pasti, mukjizat-mukjizat semacam itu terdengar seperti dongeng. Namun jika Anda mengalaminya, maka Anda akan tahu bahwa Allah adalah Allah yang hidup. Kasih setia Allah memang lebih baik daripada hidup. Tanpa kasih setia-Nya, saya tidak akan menemukan makna hidup ini, tak ada lagi tujuan hidup ini. Namun dengan mengenal Allah beserta kasih setia-Nya, oh sangat hebat sekali! Inilah yang saya doakan, bahwa selama KKR ini, Anda bisa bertemu dengan-Nya. Saya tidak akan mau memberitakan Injil jika saya belum pernah bertemu dengan-Nya. Sebelumnya, saya tidak pernah membayangkan untuk menjadi pemberita Firman Allah, tetapi inilah saya sekarang! Saya tidak akan menceritakan kepada Anda bagaimana saya menjadi Kristen karena Anda bisa jadi harus duduk di sini sampai lima jam. Cukuplah dengan memberitahu Anda bahwa Allah mengerjakan perkara yang ajaib dan membawa saya keluar dari Tiongkok.

Saya sampaikan semua ini kepada Anda supaya Anda paham mengapa saya memegang paspor China. Urusan ini menimbulkan persoalan. Iblis memasukkan saya ke dalam perangkap kecil baru-baru ini, karena ketika tahun lalu saya pergi ke Kanada untuk pelayanan, kedutaan Kanada langsung saja memberi saya visa di London. Tak ada masalah sama sekali. Lalu, dua minggu yang lalu, ketika saya pergi ke Manchester menemui wakil konsul, dia berkata, “Oh, Anda ingin pergi ke Kanada? Baiklah. Tidak masalah.” Namun, di hari Jumat kemarin, ketika saya datang untuk mengambil visa saya, mereka berkata, “Maaf, kami tidak bisa memberi Anda visa.” Saya bertanya, “Apa maksudnya?” Mereka jawab, “Tidak, kami tidak bisa memberi Anda visa.” Saya berkata, “Tapi tahun lalu, Anda memberi saya visa. Dan dua minggu yang lalu, saya bertemu wakil konsul, dan dia katakan tidak ada masalah. Namun sekarang, pada menit terakhir, dengan tiket pesawat yang sudah dibayar, saat semuanya sudah siap, Anda memberitahu saya bahwa Anda tidak bisa memberi saya visa?” Mereka menjawab, “Maafkan kami, ada sedikit kesalahan.” Saya bertanya, “Kesalahan apa? Apakah peserta KKR ini harus membayar akibat kesalahan Anda? Apa maksudnya ini?” Dan mereka menjawab, “Maafkan kami, kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk persoalan ini.”

Demikianlah, ketika saya keluar dari ruangan itu, saya katakan kepada istri saya, “Ada banyak serangan tertuju kepada orang benar, tetapi Tuhan akan meluputkannya dari semua itu.” Dengan cara itulah Anda mengenal kasih setia Allah. Bagaimana Anda bisa mengenal kasih setia Allah jika Anda tidak menghadapi serangan dan perlu diluputkan? Saat segalanya terasa enak, Anda tidak perlu menghadapi ujian, keluarga mengirimi Anda uang setiap minggu, Anda tinggal dengan nyaman, tak ada serangan sama sekali, hari selalu cerah ketika Anda bepergian. Maka, kapan Anda bisa mengenal pembebasan dari Allah atas segala hadangan? Di Senin itu, masih hari tanggal merah. Lalu bagaimana saya bisa sampai ke sini tepat waktu? Bahkan pihak konsulat memberitahu saya bahwa dibutuhkan waktu paling cepat satu minggu. Saya berkata, “Satu minggu? Ini sudah hari Jumat! Jumat depan KKR sudah dimulai. Dan jika saya tidak segera berangkat, tiket pesawat susah didapat, memesan tiket lain mungkin tidak sempat lagi!” Mereka menjawab, “Maafkan kami.” Anda tentu tahu, seperti itulah jawaban resmi.

Setelah itu, saya pulang ke rumah, datang kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, Engkau adalah Allah yang mengerjakan perkara mustahil, dan saya akan memohon kepada-Mu untuk melakukan hal yang mustahil ini. Saya mohon agar pada hari Selasa visa itu sudah ada. Pada hari Rabu, saya sudah mendapatkan kabarnya. Dan pada hari Jumat, saya sudah dalam penerbangan. Engkau adalah Allah yang mampu melakukan hal itu, dan saya sekarang ini memohon kepada-Mu, demi nama-Mu, bagi kemuliaan-Mu, bagi jemaat di KKR nanti, saya memohon demi kemuliaan-Mu.” Lalu apa yang terjadi? Saudara kita, Stephen, menelpon saya di hari Selasa pagi dan berkata bahwa visanya sudah keluar. Dan pada hari Rabu, pihak konsulat menelpon saya dan berkata, “Visa Anda sudah keluar. Silakan datang dan mengambilnya.” Pada hari Kamis, saya sudah dalam penerbangan. Tepat sekali, Allah mengerjakan perkara yang mustahil! Kasih setia-Nya lebih baik daripada hidup!


INJIL ITU SANGAT TINGGI TUNTUTANNYA, TIDAK MURAHAN

Apa yang ingin disampaikan oleh Allah di dalam surat Filipi ini? Di dalam pasal yang indah ini, Dia ingin menyatakan sesuatu kepada kita. Injil tidak menawarkan sesuatu yang murahan. Injil adalah sesuatu yang sangat besar tuntutannya. Anda ingin mengenal Allah, maka Anda harus siap untuk membayar harganya. Kerajaan Allah, kata Yesus, adalah seperti mutiara yang paling berharga. Dan dengan cara apakah Anda mendapatkan mutiara itu? Apakah dilemparkan ke pangkuan Anda? Apakah dijatuhkan ke tangan Anda? Apakah dimasukkan ke dalam saku Anda? Yesus berkata, “Kamu harus jual segala milikmu untuk mendapatkan mutiara yaang paling berharga ini.” Sejujurnya apa yang ditawarkan Injil sama sekali tidak murah. Jika Anda berharap untuk mengenal Allah yang hidup, dan kasih setia-Nya seperti mendapat kado gratisan, maka itu bukanlah makna dari kasih karunia, itu juga bukan makna dari iman. Allah menawarkan anugerah-Nya, itu memang betul. Karena di seluruh dunia ini, Anda tidak akan bisa temukan mutiara yang paling berharga itu. Namun mutiara itu akan menuntut Anda mengorbankan segala-galanya untuk mendapatkannya. Saya tidak pernah mengencerkan Injil. Saya beritakan Firman Allah apa adanya, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kepada saya. Saya tidak berhak untuk menjadikannya gampang. Beberapa orang di Skotlandia berkata kepada saya, sesaat setelah saya berkhotbah tentang salib Kristus, “Mengapa Anda membuat hal menjadi Kristen itu sulit?” Saya menjawab, “Bukan saya. Saya tidak pernah membuat hal ini jadi sulit. Saya hanya memberitakan apa yang tertulis di sana. Silakan Anda periksa sendiri isi Firman Allah. Anda teliti Firman-Nya, dan Anda tentukan apakah saya menyampaikan hal yang benar atau salah. Jika saya telah salah menguraikannya, silakan Anda koreksi saya, Anda tunjukkan di mana letak kesalahan saya. Dan saya akan menerima koreksi itu jika Anda bisa menunjukkannya berdasarkan Firman Allah.” Dia tidak bisa menunjukkannya kepada saya, karena apa yang saya kerjakan adalah menguraikan perkataan Yesus. Saya tidak menyatakan pendapat saya sendiri. Jadi, saya tegaskan bahwa apa yang ditawarkan Injil tidaklah murah. Memang benar saya menawarkan sesuatu yang sangat indah, mutiara yang paling berharga, akan tetapi harganya sangat mahal. Jika Anda ingin mendapatkan ajaran murahan, maka Anda tidak akan menemukannya pagi ini.

Sebagian orang mengira Injil itu sama seperti urusan penanganan masalah sementara, seperti orang pergi ke toko obat untuk mencari obat pusing rohani untuk mengobati sakit kepala. Sebagian orang memandang Injil seperti itu, semacam obat pusing rohani, semacam obat pemberi rasa senang setelah beribadah ke gereja, memberi sedikit dorongan semangat, memberi sedikit rangsangan. Tidak, Injil tidak menawarkan hal yang semacam ini. Injil menawarkan jauh lebih dari itu. Bukan obat murahan untuk mengatasi sakit kepala, melainkan Firman kehidupan yang mengubah jiwa, yang menjadikan kita manusia baru. Jika saya tidak yakin bahwa Firman Allah ini mengubah kita, menjadikan kita manusia baru, maka saya tidak akan mau membuang waktu untuk memberitakan Injil. Saya bisa saja mencari pekerjaan lain. Saya memberitakan Firman Allah dari keyakinan saya, karena saya telah mengenal Dia sebagai Allah yang hidup, karena saya telah menguji kasih setia-Nya yang memang lebih baik daripada hidup ini.


TEMA SURAT FILIPI: SUKACITA

Kunci pemahaman di dalam surat Filipi ini adalah sukacita. Kata ‘sukacita’ dalam bentuk kata benda muncul sebanyak lima kali, dan sebanyak delapan kali dalam bentuk kata kerja. Bagaimana keadaan Paulus saat menuliskan surat ini? Dia menulis surat ini dari dalam penjara. Umumnya surat-surat Paulus ditulis dari dalam penjara. Lantas, apa itu sukacitanya? Sukacita apa? Harap diperhatikan, ini adalah sukacita di dalam Tuhan. Itulah sebabnya saya berbicara tentang kasih setia. Bagaimana mungkin Anda bisa bersukacita di dalam Tuhan? Bagaimana mungkin Anda bisa bersukacita di dalam Tuhan jika Anda belum merasakan kasih setia-Nya? Dari mana sukacita ini berasal? Paulus bersukacita di dalam Tuhan! Hal ini menunjukkan betapa dia sangat mengenal Allah. Kiranya sebelum Anda meninggalkan tempat ini, Anda bisa mengenal Dia jauh melampaui pengenalan Anda yang sekarang ini.


KOMITMEN TOTAL MEMBAWA SUKACITA

Namun persoalannya adalah bagaimanaa kita bisa memiliki sukacita ini? Banyak sekali orang Kristen, bahkan mereka yang melayani, masih merasakan adanya sesuatu yang hilang. Mereka merasakan kekosongan di dalam hati mereka. Mereka kekurangan sesuatu yang sangat mereka butuhkan. Mereka berkata, “Kami belum punya sukacita, sukacita di dalam Tuhan. Apa yang harus kami perbuat?” Beberapa minggu yang lalu, saya sedang berada di Inggris bagian timur, dan saya sedang berbicara dengan seorang pekerja Kristen, orang yang menjadi Kristen sudah sangat lama, yang telah memimpin pendalaman Alkitab, yang pernah mengurusi persekutuan kaum muda dan lain-lainnya. Namun dia berkata kepada saya, “Kau tahu. Sejujurnya kukatakan. Aku ini kekurangan sukacita di dalam kehidupan Kristen. Aku merasa ada kekosongan di dalam hati, ada sesuatu yang hilang di hati ini.” Saya bertanya, “Tahukah kamu apa sebabnya?” Dia berkata, “Aku tahu.” Saya bertanya, “Apa itu?” Dia menjawab, “Aku kurang berkomitmen total.” Saya berkata, “Engkau benar. Engkau justru tahu itu. Mengapa belum kau jalankan?” Dia menjawab, “Yah, aku masih bergumul dengan ego di dalam diriku ini.”

Percakapan tadi merangkum dengan baik tema utama dari surat Filipi ini. Tema utama surat Filipi adalah tentang kemuliaan hidup di dalam Kristus. Tema surat Efesus adalah kemuliaan gereja di dalam Kristus. Filipi berbicara tentang kemuliaan hidup di dalam Kristus, tentang kehidupan Kristen. Kolose adalah tentang kemuliaan Kristus sendiri. Ketiganya adalah kitab-kitab yang membahas tentang kemuliaan. Lalu mengapa Anda bisa mendapatkan kemuliaan, dan mengapa orang lain tidak bisa? Rahasianya sederhana: yakni komitmen total kepada pengajaran Kristus. Berbicara tentang mutiara yang berharga, bagaimana cara Anda memperolehnya? Dengan menjual semua yang lain! Apa arti dari menjual semua yang lain? Bukan sekadar menjual semua milik Anda. Anda bisa saja menjual segala milik Anda tanpa memberi diri Anda. Yang pertama dan utama adalah memberikan diri Anda sepenuhnya, tanpa syarat, kepada Kristus. Jika Anda belum lakukan ini, maka Anda tidak akan pernah tahu apa itu sukacita di dalam Tuhan. Anda tidak memiliki sukacita di dalam Tuhan karena Anda menjalani kehidupan Kristen yang terbagi-bagi, kehidupan Kristen tanpa komitmen total. Justru karena masalah ini ada banyak orang Kristen yang sangat menderita.

Beberapa tahun yang lalu, saya pergi ke Cambridge untuk mengunjungi orang-orang Tionghoa di sana. Saya selalu pergi untuk bekerja di tengah mereka dan juga untuk menyambut pendatang baru. Namun kadang kala, saya juga menemui orang–orang yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya. Di kunjungan kali ini, saya bertemu dengan seorang saudara seiman. Dia adalah orang yang selalu tersenyum. Senyuman selalu melekat di wajahnya, tampaknya tak akan ada hal yang bisa menghapuskan senyum itu dari wajah orang-orang semacam ini, dan hal itu akan membuat Anda iri. Maksud saya, kadang kala Anda bisa merasakan sukacita, tetapi entah mengapa, Anda gagal menaruh senyum di wajah Anda. Saudara ini adalah orang Inggris. Pada hari itu dia bertanya kepada saya, “Apakah kamu ada waktu sebentar untukku?” Saya katakan, “Tentu saja,” Untuk pertama kalinya, saya tidak melihat senyum di wajah itu. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya dan dia terlihat sangat kacau. Saya bertanya, “Ada masalah apa?” Dia katakan, “Itulah hal yang ingin kubicarakan dengaanmu. Mari kita jalan-jalan.”

Kami lalu berjalan-jalan dan dia bercerita kepada saya, “Kau tahu, aku sedang mengalami gangguan mental.” Semestinya, dia ini termasuk jenis orang yang paling sukar mengalami gangguan mental! Dia ini selalu kelihatan ceria. Orang semacam ini tidak mudah mengalami kehancuran mental. Orang yang gemar mengeluh itulah yang mudah depresi dan mengalami gangguan mental. Saudara itu berkata, “Aku tidak bisa tidur nyenyak selama dua minggu terakhir ini. Aku banyak memikirkan hal yang bodoh seperti bunuh diri.” Dalam dua minggu lagi, dia harus menyerahkan tesis S3-nya. Dia hanya ada waktu dua minggu untuk menyerahkan tesisnya tetapi dia berkata, “Aku tidak mempedulikan tesisku lagi, aku tidak mempedulikan kuliah aku lagi. Aku mau buang semuanya! Aku tidak berminat pada apapun sekarang ini. Untuk saat ini, aku bahkan tidak tertarik pada hidupku sendiri.” Saya menatap matanya dan berkata, “Ijinkan saya bertanya satu hal, apakah kamu pernah secara total, tanpa syarat, menyerahkan hidupmu kepada Kristus?” Dia berkata, “Ya.” Saya katakan, “Aku tidak ingin kamu menjawabnya sekarang.” Dia berkata, “Namun aku memang sudah melakukannya.” Saya katakan, “Tolong, jangan buru-buru dijawab sekarang.” Namun dia terus saja berkata, “Aku memang sudah melakukannya.” Saya berkata, “Dengarkan, maukah kamu memberi jawabannya besok saja?” Dia menjawab, “Baiklah, besok akan kuberikan jawabannya.”

Pagi berikutnya, saya temui dia lagi, dan saya berkata, “Bagaimana?” Dia berkata, “Kamu benar. Aku belum melakukannya. Kupikir aku sudah melakukannya, ternyata belum.” Saya berkata, “Itulah sebabnya mengapa kamu berada dalam keadaan seperti ini sekarang. Itulah sebabnya mengapa Iblis bisa menyerangmu, sehingga ketika kamu berdoa, surga terasa seperti kuningan dan bumi terasa seperti besi.” Dia tidak bisa melangkah ke mana-mana. Dia berada dalam keadaan putus asa. Dia nyaris gila! Dia berkata, “Aku sadar sekarang bahwa apa yang kau katakan itu benar. Saya tidak bisa berdoa lagi sekarang. Semuanya seperti tertutup. Semuanya terasa gelap. Sepertinya aku sedang terbelenggu.” Ya, dia memang sedang terbelenggu dan dalam keadaan sangat berbahaya. Iblis berhasil menyerang dan membelenggunya sehingga dia tidak merdeka lagi. Sungguh mengerikan! Saya tidak sedang membahas teologi, ataupun berargumentasi. Yang sedang saya bicarakan ini adalah fakta. Orang ini sebelumnya adalah seorang Kristen yang bersinar, seorang Kristen yang aktif, tetapi entah melalui jalan apa, dia berakhir dalam belenggu Iblis.

Hanya ada satu jalan untuk membebaskannya. Saya berkata kepadanya, “Brian, hanya ada satu jalan, dan cara itu adalah, aku harus menyuruh setan itu keluar di dalam nama Yesus. Bersediakah kamu menempuh jalan ini?” Dia menjawab, “Tentu saja aku mau dibebaskan.” Saya berkata, “Kalau begitu, mari kita ke kamarmu.” Saya lalu memohon kepada Tuhan untuk mematahkan belenggu Iblis dan memerintahkan setan untuk meninggalkannya. Pada saat saya memerintahkan – di dalam nama Yesus – agar dia dimerdekakan, sejak saat itu, belenggu itu terlepas. Dia bersujud dalam pujian dan rasa syukur. Seketika saja dia sudah dibebaskan.


SEORANG KRISTEN ADALAH SEORANG GLADIATOR DI TENGAH ARENA

Kita ini sedang berada di tengah pergumulan dahsyat, di tengah pertempuran. Itulah tema dari Filipi pasal 1. Jika Anda menginginkan sukacita, berarti harus ada komitmen total. Menjadi seorang Kristen berarti menjadi orang yang berkomitmen total. Saat mempelajari Filipi pasal 1, apakah visi atau gambaran yang muncul? Gambaran apakah yang muncul? Di Filipi 1:30 ada kata “pergumulan (conflict)”. Tadi saya memakai istilah ‘pertempuran (battle)’. Dari kata bahasa Yunani itu, muncullah kata ‘agony (penderitaan, pergumulan)’ di dalam bahasa Inggris. Kata di dalam bahasa Yunaninya sendiri adalah agon. Di dalam pergumulan Yesus di Taman Getsemani, kata agonia dipakai untuk menggambarkan pergumulan itu. Kata yang dipakai di Filipi 1:30 ini adalah kata agon, dan kata ini diterjemahkan sebagai ‘conflict (pergumulan)’. Sebenarnya, kata agon ini bermakna ‘battle (pertempuran)’. Kata agon ini juga dipakai di tempat lain, misalnya di 2Timotius 4:7, lalu di 1Timotius 6:12, di mana Paulus menyebut tentang “mengakhiri pertandingan yang baik”, “pertandingan iman yang benar.” Kehidupan Kristen itu suatu pertempuran. Seperti sedang menghadapi suatu pertempuran. Gambaran apa yang muncul? Gambaran tentang seorang prajurit, atau gladiator, yang sedang bertempur di arena. Gladiator itu bertempur di dalam arena sampai mati. Menjadi seorang prajurit berarti menjadi orang yang berkomitmen total, dan komitmen itu sedemikian besarnya sehingga bisa menuntut pengorbanan nyawa Anda.

Di Inggris sekarang tidak lagi dilakukan wajib militer. Angkatan bersenjatanya adalah angkatan bersenjata yang profesional. Orang mendapat gaji dengan menjadi tentara. Saya sangat kaget melihat iklan yang mereka buat. Iklan itu berisi gambar orang sedang menaiki perahu motor, bersenang-senang sambil memakai pakaian selam. Ada juga gambar orang yang sedang menikmati acara menembak dengan senapan mesin, dan bersenang-senang mengendarai tank. Ikan itu memberitahu bahwa seorang tentara bisa berpelesiran ke Jerman, Kanada dan sebagainya. Di sepanjang iklan itu, tak ada satu katapun yang menyebutkan tentang peperangan! Sungguh mengherankan! Coba bayangkan. Jika Anda ingin menghimpun pasukan dengan iklan semacam ini, pasukan macam apakah yang bisa Anda himpun? Rombongan turis! Anda tidak akan mendapatkan tentara. Bagaimana bisa angkatan perang yang terhimpun seperti ini bisa berperang? Apa terjadi jika ada perang, sementara orang-orang yang mendaftar itu masuk tentara hanya supaya bisa berkano, atau mungkin mendaki gunung? Bagaimana prajurit semacam bisa bertahan di medan perang?”

Saya tidak akan memberitakan Injil yang semacam itu. Saya tidak akan memberitahu Anda bahwa jika Anda menjadi Kristen, maka Anda akan bisa menikmati permen setiap hari dan akan menikmati saat-saat yang selalu menyenangkan. Anda akan bersenang-senang. Hidup Anda akan terasa sangat indah. Jika Anda ingin ada mesin cuci, Anda tinggal minta kepada Allah dan Dia akan memberi Anda mesin cuci. Jika Anda tidak punya uang untuk membeli mobil, Anda tinggal berdoa saja kepada Allah dan Dia akan memberi Anda mobil. Jika Anda tidak punya uang untuk membeli rumah, katakan saja kepada Allah dan Dia akan memberikan Anda rumah. Injil macam apa yang sedang diberitakan ini? Sejujurnya saja, saya tidak memberitakan Injil yang semacam ini. Kita dipanggil untuk menjadi prajurit. Namun ada begitu banyak orang di dalam gereja yang tertarik masuk karena terpancing iklan yang salah. Mereka berduyun-duyun datang sebagai turis. Mereka datang untuk melihat-lihat jendela hias. Mereka bergabung bukan untuk berperang. Anda bisa bayangkan para tentara yang tergoda iklan ini, ketika mereka akan diberangkatkan ke medan perang, mereka akan berkata, “Apa-apaan ini? Aku datang mencari apa yang sesuai iklan itu. Aku datang untuk belajar berkano di Kanada, untuk menjelajahi pegunungan Rocky. Aku tidak mau ke medan perang!”

Hal yang disampaikan oleh Filipi pasal 1 adalah: jika Anda ingin menjadi seorang Kristen, berarti Anda harus menjadi seorang prajurit. Paulus berkata di ayat 30, “Kamu berada di dalam pertempuran yang sama, di dalam pergumulan yang sama yang sedang kujalani. Kita berperang bahu membahu di dalam peperangan yang sama.” Dan Anda harus siap melihat jatuhnya korban; Anda harus siap terluka. Tak ada orang yang berangkat ke garis depan hanya untuk menembakkan senapan mesin saja. Di seberang sana, ada orang lain yang juga menembaki kita. Bukan Anda saja yang sedang menembak. Anda juga bisa jadi terkena peluru dari salah satu senapan musuh. Demikianlah, jika Anda menjadi orang Kristen, Anda harus siap menghadapi jatuhnya korban. Saya tidak mengerti dengan orang-orang Kristen yang terluka dan mereka menggerutu akan hal ini. Mereka berkata, “Mengapa aku terluka?” Apa maksud pertanyaan Anda? Apa arti pertanyaan itu? Bisakah Anda membayangkan, jika Anda masuk tentara lalu ada tentara lain yang berkata, “Mengapa aku tertembak di bahu ini?” Anda tentu akan berkata, “Pertanyaan apa itu? Tidakkah kamu tahu kamu sedang berada di dalam angkatan perang?” Akan tetapi orang-orang Kristen tampaknya tidak pernah diberitahu bahwa mereka itu berada di dalam bala tentara Kristus. Ketika mereka terkena masalah, dan mengalami masa sukar, mereka mulai mengeluh dan meratap, “Mengapa bisa jadi begini?”


BAPTISAN: PENDAFTARAN MASUK KE DALAM ANGKATAN TENTARA ALLAH

Di Liverpool, kami sangat berhati-hati mempersiapkan orang untuk baptisan. Kami tidak begitu saja menerima orang yang datang lalu berkata, “Aku ingin dibaptis.” Kami akan berkata, “Tunggu dulu.” Kami akan biarkan mereka menunggu. Kami tidak buru-buru membaptiskan orang. Kami ingin pastikan bahwa mereka tahu apa yang mereka perbuat, bahwa mereka itu sedang mendaftarkan diri ke dalam bala tentara Tuhan dan dipersiapkan untuk melangkah bersama dengan Allah. Ketika persoalan datang melanda, kami berharap agar mereka bertahan. Seringkali segera setelah dibaptiskan, orang-orang ini biasanya segera berhadapan dengan berbagai masalah. Ujian itu datangnya cepat sekali, untuk menguji seberapa kuat landasannya, seberapa kuat mereka bertahan. Saudara-saudari, harap dipahami bahwa jika Anda adalah seorang Kristen, maka Anda adalah seorang prajurit. Jadi, berdirilah tegak, dan perlengkapi diri Anda sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus di dalam 1 Korintus. Jadilah prajurit yang tangguh.

Kita ini dipanggil untuk masuk laskar Tuhan. Saya ingin bersikap jujur terhadap orang yang bukan Kristen. Saya tidak akan meminta Anda untuk menjadi Kristen dengan memakai rayuan palsu, yang membuat nantinya Anda bisa berkata, “Eric, engkau penipu! Kau katakan kalau menjadi orang Kristen itu maka aku akan menikmati hari-hari yang indah, aku akan lulus semua ujian kuliah. Allah akan memberkati semua ujianku dan memberiku semua jawabannya. Bagaimana mungkin aku sekarang menghadapi kesukaran menghadapi semua itu?” Tidak, saya tidak mengatakan bahwa Anda akan menikmati hari-hari yang mudah. Saya akan mengatakan bahwa Anda akan mengalami saat-saat yang sukar, tetapi Anda akan masuk ke dalam peperangan yang layak untuk dimasuki. Tak ada hal yang lebih layak untuk dijalani selain peperangan demi kebenaran, demi Allah yang hidup. Jika, sebagai seorang non-Kristen, Anda puas dengan tidak melakukan apa-apa, tidak menjadi apa-apa, tidak tahu harus menuju ke mana, tidak mengetahui dari mana Anda berasal dan ke mana Anda akan pergi, jika Anda puas dengan semua itu, itu adalah pilihan Anda. Namun jika Anda menginginkan hidup yang kekal, jika Anda ingin berada di pihak kebenaran, maka Anda harus siap menjadi prajurit. Itulah isi pesan dari Filipi pasal 1.


BERJUANG SAMPAI MATI

Kata lain yang kita temukan di sini adalah kata yang terdapat di ayat 27. Kata yang diterjemahkan dengan ‘striving (berjuang)’ – sehati sejiwa berjuang. Apakah arti berjuang? Berjuang adalah kata lain yang berkaitan dengan pertikaian dan pergumulan, dengan pengerahan segenap upaya. Ini adalah kata Yunani yang berkaitan dengan kata Inggris ‘athletics (atletik)’, ‘athlete (atlet)’ dan sebagainya. Kata ini memiliki makna berjuang maju. Olahraga atletik pada zaman itu berbeda dengan yang ada di zaman sekarang ini yang hanya memperlombakan lari, lompat dan sejenisnya. Memang ada beberapa bidang yang masih sama. Di sini, bidang atletik yang dibicarakan oleh Paulus adalah jenis yang sama dengan yang dibahas di Ibrani 10:32, bidang atletik yang agak berbeda. Ini bukanlah sekadar cabang olahraga. Bidang ini mencakup pertarungan di tengah arena. Atletik di sini melibatkan gladiator, yaitu suatu pertarungan sampai mati. Demikianlah, kita bisa baca di sana, ‘kamu banyak bertahan dalam perjuangan berat dan penderitaan.’ Atletik di sini bukanlah sekadar cabang olahraga; ada penderitaan yang terlibat di dalamnya. Penderitaan bukanlah kata yang populer tetapi penderitaan adalah kata yang paling indah, sebagaimana yang akan kita lihat di Filipi pasal 3 nanti. Itulah jalan untuk mengenal Allah. Janganlah lari dari kesukaran. Jangan lari dari penderitaan. Jika Anda ingin mengenal Allah, maka pahamilah arti persekutuan di dalam penderitaan Kristus. Oh, begitu banyaknya orang Kristen yang tidak jelas juntrungannya, bukan prajurit, bukan apa-apa. Yang kita butuhkan sekarang ini adalah manusia-manusia Allah, prajurit salib, orang–orang yang berbaris maju bagi Kristus.

Sebenarnya, kalau saya tidak menjadi Kristen di Tiongkok, saya tidak yakin apakah saya akan pernah menjadi Kristen. Saya sangat meremehkaan orang Kristen. Saya bersekolah di sekolah Kristen selama bertahun-tahun, dan hal itu membuat saya mual! Saya berkata, “Jika ini yang mereka maksudkan sebagai hal menjadi orang Kristen, maka aku tidak mau ikut di dalamnya! Aku tidak mau berhubungan dengan sampah-sampah ini!” Mereka gemar memakai jas hitam, dengan kerah tinggi, kalung salib bergelantungan, gedung yang dihiasi kaca berhias dan harum oleh kemenyan – apa hubungan semua ini dengan Kristus? Dan cara mereka berperilaku – astaga! Saya teringat ketika seorang pendeta sedang berjalan sambil membaca sesuatu, mungkin Alkitabnya, atau buku doa, atau apapun itu. Dia sedang membaca buku berwarna hitam, dan dia sedang mondar-mandir di tempat itu. Mendadak muncul seorang anak laki-laki berlari dari sebuah sudut dan menabraknya. Anak ini lalu berdiri gemetar, ketakutan karena telah menabrak gurunya! Lalu pendeta itu langsung memukul kepala anak itu dengan buku yang ada di tangannya! Orang Kristen macam apakah itu? Namun saya bersyukur kepada Allah. Mengapakah saya menjadi Kristen? Saya menjadi Kristen mulai tahun 1953. Pada tahun-tahun itu sudah tidak ada lagi misionaris, setidaknya sudah tidak lagi seaktif dahulu. Kemudian saya mulai mengenal orang Kristen Tiongkok. Ah! Mereka ini orang-orang yang berbeda. Mereka orang-orang yang bertahan menghadapi tekanan penolakan, yang berpihak pada Kristus sekalipun menghadapi keadaan yang mustahil! Mereka berbeda! Mereka adalah para prajurit Kristus! Mereka memiliki sesuatu dan aku membutuhkan apa yang mereka miliki!


KESAKSIAN SAUDARA HENRY CHOI

Sebagai contoh adalah saudara Henry Choi. Saya selalu membahas tentang dia dalam rasa sayang yang luar biasa. Dia adalah orang Kanton tetapi dia tinggal di Shanghai dan dialah yang memimpin saya untuk bertemu dengan Tuhan. Dia adalah manusia Allah yang sangat berdedikasi dan rendah hati sekalipun dia adalah seorang peneliti kimia. Ketika kaum komunis datang, semua orang lari ke Hong Kong, Amerika, kemanapun mereka bisa lari. Setiap orang – pendeta, pekerja gereja, missionaris – berkemas dan lari secepat mungkin. Orang-orang juga berkata kepada Henry Choi, “Sebaiknya kamu lari! Orang-orang Komunis sudah dekat!” Dia berkata, “Aku tetap di sini. Allah ingin agar aku tetap di sini. Aku tahu bahwa penderitaan akan datang, tetapi di sinilah aku akan tetap tinggal. Di sini aku akan melayani Tuhan sampai terangku habis.” Di mana Anda bisa temukan orang semacam ini sekarang? Tanpa orang-orang semacam ini, saya tidak akan bisa menjadi Kristen. Jika Henry lari juga, bagaimana jadinya dengan saya? Bagaimana saya bisa kenal dengan Tuhan? Henry tetap tinggal; dia teguh bertahan. Dia menolak untuk lari. Sedemikian besarnya dedikasi orang ini kepada Kristus. Dia juga menolak untuk menikah agar bisa melayani Tuhan tanpa terganggu perhatiannya, seperti yang tertulis di dalam 1 Korintus 7. Padahal dia adalah seorang yang sangat tampan. Perlu perjuangan untuk menolak pihak-pihak yang ingin menjodohkannya. Dia adalah orang yang mempesona baik dalam hal penampilan dan dalam kepribadian. Nyata sekali, keindahan Kristus bersinar terang dari dalam dirinya. Seorang manusia Allah yang hebat!

Jika dia berkhotbah, ratusan orang – saya tidak mau membesar-besarkannya tetapi memang benar berduyun-duyun – orang datang kepada Tuhan melalui dia. Seorang prajurit Kristus! Setelah memimpin saya kepada Tuhan, dia juga melatih saya. Dia seperti seorang ayah bagi saya. Dia memberi saya apa yang dia miliki dalam masa susah itu. Dia memimpin pendalaman Alkitab mengenai Injil Yohanes, dan saya ingat betapa saya selalu merindukan pertemuan PA selanjutnya. Saya harus menunggu seminggu untuk mengikuti PA selanjutnya. Kami hanya mengadakannya di hari Minggu. Dan saya selalu menanti-nanti – kapan hari Minggu berikutnya tiba supaya kami bisa melanjutkan PA? Begitu kuatnya daya tarik PA yang dia pimpin mengenai Injil Yohanes ini. Firman Allah menjadi hidup bagi saya. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa membalas hutang budi saya kepadanya, atas segala hal yang telah dia bagikan kepada saya selama beberapa bulan itu. Sungguh seorang prajurit Kristus yang terbaik!

Hati saya terasa sangat berat, bahkan nyaris hancur, ketika beberapa bulan kemudian, setelah PA seperti biasanya, dia lalu pulang. Polisi sudah menunggu di depan rumahnya. Dia bahkan tidak boleh masuk ke rumah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya, untuk mengambil sikat giginya. Tepat di depan pintu rumahnya, dia ditangkap. Itulah kali terakhir saya melihat dia. Saya masih sering mengenangnya. Saya berhutang banyak kepadanya di dalam Allah. Saya selalu berdoa supaya Allah membuat karya-karya yang hebat melalui dirinya. Dia dihukum kerja paksa. Saya tidak tahu di mana dia berada sekarang. Namun mereka itulah manusia-manusia Allah yang sejati. Pelatihan rohani saya dijalankan oleh manusia-manusia Allah. Saya lebih berhutang kepada mereka ketimbang kepada sekolah Alkitab, kepada seminari teologi atau lembaga lainnya. Merekalah orang-orang yang mengajarkan saya bagaimana menjadi seorang prajurit Kristus. Itulah kesempatan istimewa saya, yaitu mendapat pengajaran dari para prajurit Kristus China.


KESAKSIAN SAUDARA YANG ZHI JIE

Ada lagi saudara yang lain, yakni saudara Yang Zhi Jie. Saya sangat berhutang budi kepadanya! Anda lihat betapa indahnya rencana Allah. Setelah malam penangkapan Henry Choi, saya tidak lagi memiliki ‘bapa’ rohani. Dan di saat itu, munculah Yang Zhi Jie. Dia ini adalah salah satu manusia Allah yang hebat di Tiongkok daratan. Dia tadinya adalah seorang guru. Satu hari, ketika sedang duduk di halaman rumahnya, demikian ceritanya kepada saya, dia mendapat penglihatan bahwa Allah sedang memanggilnya untuk memberitakan Injil. Lalu dia berangkat. Istrinya menceraikan dia. Istrinya berkata, “Kamu ingin menjadi penginjil? Keluar dari rumah ini! Aku tidak mau bersuamikan penginjil!” Dia menjawab, “Baiklah. Allah sudah memanggilku dan aku harus berangkat.” Dia mengasihi Yesus. Seperti kata Yesus, “Barangsiapa mengasihi ayahnya, ibunya, suami, istri atau anak-anaknya, atau apapun itu, melebihi aku, ia tidak layak bagiku.” Dia mengasihi istrinya tetapi dia lebih mengasihi Yesus. Dia lalu berangkat. Dia dipenjarakan; dan ketika dia keluar dari penjara, dia tetap memberitakan Injil. Tak ada hal yang menakutkan dia.

Manusia Allah yang hebat ini mengajari saya untuk beberapa bulan berikutnya. Sungguh suatu kesempatan yang sangat istimewa! Dia bagikan kepada saya perkara-perkara yang berasal dari Allah. Dia ajari saya betapa ajaibnya Allah yang hidup. Dia memimpin sebuah persekutuan doa, dan saya ikut di dalam persekutuannya, di sana mata saya terbuka. Hal-hal tersebut tidak terjadi lagi di zaman sekarang ini. Peristiwa-peristiwa seperti itu terjadi di zaman Perjanjian Baru, akan tetapi tidak terjadi lagi di zaman modern. Namun tahukah Anda, ternyata mukjizat-mukjizat itu terjadi! Dia memberitakan Injil – dia bukanlah penyembuh Iman – namun setelah dia berkhotbah, dia akan meminta supaya orang-orang yang sakit, baik yang jasmani ataupun yang rohani, untuk maju ke depan dan dia akan berdoa bagi mereka. Dan mukjizat terjadi! Orang yang berpenyakit kanker disembuhkan! Yang tuli mendengar kembali. Orang yang menderita radang usus selama 20 tahun disembuhkaan. Mukjizat terjadi! Saya membatin, “Hey! Apa ini mimpi? Apakah Perjanjian Baru sedang terwujud lagi di depan mataku?” Dan memang demikianlah adanya, Perjanjian Baru bangkit kembali! Dia adalah orang yang selalu berdoa – siang dan malam dia berdoa kepada Allah, dia memiliki hati yang selalu bernyanyi dan bersukacita di dalam Tuhan.

Saya tadi katakan bahwa tema dari Filipi ini: sukacita di dalam Tuhan! Dan Saudara Yang ini sungguh-sungguh bersukacita! Setiap pagi, dia akan bangun dan bernyanyi kepada Tuhan. Dia adalah seorang penyair; dia gemar menyusun puisi. Dan seringkali di pagi hari, dia akan mendatangi saya dan berkata, “Saudara Chang, coba dengarkan puisi yang kubuat pagi ini.” Lalu dia akan bagikan pujiannya kepada Tuhan dengan saya sampai hati saya membara. Dia akan menceritakan perkara-perkara yang dikerjakan oleh Allah, dan kami menjadi lupa waktu, tampaknya kami saat itu sedang berada dalam kekekalan, dan di saat tersadar, kami dapati bahwa jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sungguh hari-hari yang indah!

Dia adalah seorang prajurit Kristus, yang menanggung penderitaan demi namanya. Polisi selalu mencari dia ke mana-mana. Mereka berkata, “Siapa orang ini yang bisa membuat tempat dia berkhotbah menjadi penuh sesak. Di saat kami akan menangkapnya, dia selalu menghilang!” Dia adalah salah satu orang yang saya sebut sebagai ‘gerilyawan Tuhan’! Saya rasa Ketua Mao tidak tahu akan adanya gerilyawan Kristen ketika dia menuliskan buku tentang taktik gerilya. Orang ini sungguh hebat. Dia bisa muncul, lalu menghilang, lalu muncul lagi. Dan sungguh hebat hal-hal yang dikerjakan oleh Allah melalui orang ini! Betapa berat kehidupannya! Setiap saat, bisa saja terdengar ketukan di pintu dan dia ditangkap, tetapi dia selalu penuh sukacita. Dia tidak pernah ketakutan. Dia selalu di dalam damai sejahtera, bersyukur kepada Tuhan, memuji Tuhan.

Kami sering makan bersama. Saya tidak bisa memasak. Dan dia hanya bisa memasak satu macam masakan; dia hanya bisa memasak ikan. Jadi kami masak ikan setiap hari. Demikianlah, setiap hari kami menikmati satu mangkok besar nasi dan ikan murah yang bisa kami beli dari pasar, dan dialah yang memasaknya. Saat hendak makan, dia akan mengucapkan syukur. Dia akan memuliakan Allah atas makanan tersebut, pemberian makanan yang penuh kasih dari Tuhan. Cara dia berdoa membuat saya bertanya-tanya, ada apa yang tersedia di meja? Adakah sesuatu yang istimewa di meja? Yang bisa saya lihat hanya satu ikan kecil di atas meja. Namun dia memuji dan mengucap syukur kepada Allah dengan penuh sukacita. Seorang prajurit Kristus yang hebat!

Orang yang sangat saya kagumi sedemikian tinggi adalah Paulus. Sungguh seorang hamba Allah yang sangat mulia! Seorang prajurit Kristus! “Aku telah menyelesaikan pertandingan yang baik. Aku telah mencapai garis akhir. Dan kamu berada di dalam pergumulan yang sama denganku.” Apakah Anda berada dalam pergumulan yang sama? Jika saya bertanya, “Berapa banyak dari antara Anda yang merupakan prajurit Kristus yang bertarung di dalam pergumulan yang sama?” Ada berapa dari Anda yang berani, dengan sejujurnya di hadapan Allah, untuk mengacungkan tangan? Berapa banyak dari antara Anda yang berani mengacungkan tangan mengaku sebagai prajurit Allah yang berkomitmen total? Apa yang sudah Anda tanggung demi Kristus? Pernahkah pintu kamar Anda digedor sewaktu-waktu? Pernahkah Anda menanggung kelaparan demi Dia? Aniaya? Dipermalukan? Tak mampu menjalani pendidikan? Itulah harga yang kadang harus di bayar prajurit Kristus!

Seorang sahabat saya di Shanghai, karena dia orang Kristen, tidak bisa memperoleh pendidikan. Dia tidak boleh menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena dia adalah orang Kristen. Apa yang pernah Anda derita bagi Kristus? Apakah Anda mengeluh karena kesulitan kecil yang Anda derita? Bacalah Filipi pasal 1 tentang prajurit Kristus. Merekalah orang yang mengalami kasih setia dan kuasa Allah. Merekalah orang-orang yang bersukacita di dalam Allah.

Surat Filipi memiliki empat pasal, dan ke-empat pasal itu memberi kita empat macam gambaran tentang kehidupan Kristen. Sama seperti empat Injil yang memberi kita empat macam gambaran tentang Yesus, demikian pula Filipi memberi kita empat gambaran tentang orang Kristen. Gambaran dari orang Kristen di pasal 1 adalah prajurit Kristen, seorang gladiator di tengah arena. Dan mata seluruh dunia menatap ke arah Anda. Tahukah Anda apa tanggung jawab Anda jika membawa nama Kristus? Sesama mahasiswa, rekan kerja di kantor atau pun di tempat kerja manapun itu, semua mata mereka tertuju kepada Anda, tahukah Anda akan hal itu? Anda membawa namanya, sama seperti prajurit yang lain. Anda sedang memakai seragam rohani. Dan orang-orang akan mengamati apakah seragam Anda rapi, bersih, apakah kehidupan Kristen Anda tahan uji. Atau apakah Anda egois, tidak toleran, sombong, cinta uang. Jadi, gambaran yang pertama adalah tentang prajurit Kristen.


PRAJURIT KRISTEN HARUS MENANGGUNG KESUKARAN DEMI ALLAH

Apakah yang dikerjakan oleh prajurit Kristen? Kita sudah melihat satu hal: dia mempersiapkan diri untuk menderita. Di ayat 7, Paulus berkata, dia adalah seorang tahanan, seorang yang dipenjara bagi Kristus, menderita di penjara bagi Tuhan. Itulah hal yang harus siap dihadapi oleh seorang Kristen.

Ayat 7 juga berbicara tentang ‘membela (defense)’, suatu istilah militer juga, ‘membela dan meneguhkan Berita Injil’. Anda bisa menemukan istilah-istilah militer ini di sepanjang pasal ini.

Di ayat 19, ada kata ‘pertolongan (rescue)’, pembebasan – ya, Paulus berbicara tentang operasi penyelamatan rohani. Suatu hal yang memang terjadi padanya; dia keluar dari penjara. Allah sanggup membebaskan dia. Suatu operasi penyelamatan seringkali datang dari atas. Anda tentunya tahu tentang misi-misi penyelamatan di lingkungan militer – dan misi penyelamatan Mussolini mungkin merupakan operasi penyelamatan yang paling menegangkan. Mussolini diloloskan oleh pasukan Jerman, ‘diselamatkan’ dari cengkeraman pihak sekutu.

Kemudian di ayat 20 dan seterusnya, setiap prajurit harus siap menghadapi realitas maut. Kita bisa melihat kualitas seseorang saat dia menghadapi maut. Banyak orang Kristen yang menjadi lembek ketika berhadapan dengan maut. Ketika maut di depan mata, dunia serasa sudah kiamat bagi mereka. Namun Paulus bukan jenis yang seperti itu. Di ayat 21 dia berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Itu adalah ucapan seorang prajurit. Renungkanlah hal itu. Hidup adalah Kristus – tanpa Kristus, tak ada lagi tujuan hidup ini, tak ada lagi makna hidup ini, tak ada arah yang layak ditempuh. Segenap tujuan hidup saya adalah untuk Kristus, untuk memuliakan dia, untuk melayani dia, untuk menaati dia, untuk menjalankan pekerjaannya, untuk ikut dalam peperangannya. Bagi saya, hidup itu berarti Kristus! Jika Anda singkirkan Kristus, maka hidup ini tak ada artinya lagi untuk dijalani. Namun, syukur kepada Allah, tak ada orang yang bisa menyingkirkan Kristus. Mati berarti bencana, suatu tragedi? Bukan sama sekali! Mati berarti keuntungan – memperoleh mahkota, memperoleh penghargaan tertinggi yang bisa diraih oleh seorang prajurit. Pengorbanan nyawanya itu untuk memperoleh apa? Memperoleh hidup yang kekal tentunya. Sesuatu yang tidak bisa diharapkan oleh prajurit dunia manapun. Lalu mengapa orang Kristen takut mati?

Setiap orang Kristen di Tiongkok tahu akan hal ini. Tak satupun dari kami yang menjadi Kristen di Tiongkok tanpa memahami bahwa kami ini dipersiapkan untuk membayar harga pengorbanan yang tertinggi, mungkin bahkan dengan nyawa kami. Itu adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada seorang prajurit. Menjadi buntung, cacat, buta – semua itu justru lebih buruk ketimbang mati! Dan setiap prajurit harus siap untuk menghadapi itu. Banyak sekali sekarang ini prajurit Kristen di Tiongkok yang pada saat ini, menderita demi namanya. Suatu hari nanti, jika Allah berkehendak, jika pekerjaan saya masih belum berakhir, maka kita akan membawa Injil ke Tiongkok. Kerja keras mereka tidak boleh sia-sia. Saya keluar dari sana bukan untuk bersenang-senang. Allah membawa saya keluar ke negara-negara Barat bukan untuk menikmati kehidupan yang enak, melainkan untuk siap-siap berperang, mempersiapkan pasukan, bala tentara bagi Tuhan supaya kita bisa berperang bersama, dan siap juga menanggung derita perang. Jadi, setiap orang Kristen harus siap menghadapi persoalan maut secara jelas dan yakin. Paham bahwa bagiku mati adalah keuntungan! Demikianlah, seperti yang kita lihat di dalam ayat 27, kita siap untuk berperang, berjuang, bergumul, bergerak maju!

Di ayat 28, Anda melihat rujukan tentang pihak ‘lawan (opponent)’, musuh, suatu istilah militer lagi. Setiap prajurit tahu bahwa dia memiliki lawan. Demikian pula, Paulus berkata di sini, “Tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu.” Ya, kita menghadapi banyak lawan, musuh-musuh yang kuat, sangat berkuasa. Namun seorang prajurit Kristus tidak takut pada perbandingan tersebut. Dia tahu bahwa Allahnya mampu menyelamatkan, tak peduli dengan jumlah besar atau kecil. Malahan, Allah lebih suka menyelamatkan dengan jumlah sedikit, tahukah Anda akan hal itu? Jika Anda baca Perjanjian Lama, Anda akan temukan kisah Gideon. Allah berkata, “Aku tidak akan berperang dengan segenap tentara Israel. Berikan aku 300 orang saja, 300 orang yang punya pengabdian, dan aku akan menunggang-balikkan musuhmu.” Banyak orang Kristen yang masih berpikir bahwa jumlah menentukan kekuatan – kita begitu sedikit, sedangkan mereka begitu banyak. Namun jika Anda berpikir seperti ini, maka Anda belum mengerti jalan pikiran Allah. Kualitas orang-orang itu yang penting bagi-Nya, bukan jumlah mereka.


PRAJURIT KRISTEN HARUS MAJU!

Demikianlah, kita tahu bahwa prajurit Kristen harus maju! Di dalam pasal ini, ayat 12 dan 25, terdapat kata ‘kemajuan (progress)’ dan kata ‘maju (advance)’, sebenarnya kedua kata ini adalah satu kata yang sama di dalam bahasa Yunaninya. Seorang prajurit yang baik tidak mundur. Dia melangkah maju, bergerak maju menghadapi musuhnya. Dia tidak tertekan. Dia tidak lari di hadapan musuhnya. Dia melangkah maju, dengan tiada digentarkan oleh apapun, tidak oleh tembakan senapan, tidak oleh apapun yang ditembakkan ke arahnya. Mereka melangkah maju sebagai prajurit yang baik. Seperti itulah yang disebut prajurit. Saya baru saja memberikan Anda gambaran dari seluruh pasal ini. Setelah mendapatkan gambarannya, maka seluruh pasal ini bisa dengan mudah dipahami. Gambaran yang terlihat dari pasal ini adalah tentang seorang prajurit Kristen.

Setelah mendengarkan khotbah ini, dan Allah telah berbicara di dalam hati Anda, katalah kepada Tuhan, “Tuhan, tolonglah aku, agar dengan kasih karunia-Mu, aku menjadi prajurit-Mu yang baik. Ampunilah aku yang selalu mengeluh di masa lalu, mengeluh akan semua kesukaran kecil yang kualami; saat Engkau mempersiapkanku menuju medan perang, tetapi aku tidak sanggup menjalani pelatihannya. Tuhan, berilah aku kekuatan untuk berdiri buat-Mu hari ini. Aku ingin menjadi prajurit Yesus Kristus yang baik, sebagaimana kata Paulus tentang Timotius, ‘ikut menderita sebagai prajurit Kristus Yesus yang baik.’” Itulah hal yang perlu kita kerjakan. Inilah pesan dari Filipi pasal 1.

Lihatlah ke dalam hati Anda dan tanyakan diri Anda sendiri hari ini, “Apakah aku ini? Apakah aku ini Kristen?” Itulah uraian Paulus tentang orang Kristen di dalam pasal 1. Apakah hidup Anda menunjukkan panggilan yang mulia itu? Itulah panggilan mulia bagi kita semua. Kiranya Allah berbicara ke dalam setiap hati.

 

Berikan Komentar Anda: