SC Chuah | Tahun Baru 2020 |

Kita mulai dengan membaca 2 Korintus 4:6 dari Kitab Suci Komunitas Kristen (KSKK),

Allah yang telah bersabda: “Hendaklah cahaya bersinar dari dalam kegelapan,” juga telah membuat cahaya itu bersinar di dalam hati kami, agar kami menyatakan sinar kemuliaan Allah, seperti yang tampak pada wajah Kristus.

Beberapa hari yang lalu kita merayakan Natal. Natal adalah tentang sebuah kelahiran, yaitu kelahiran Yesus, sang Mesias yang diutus Allah untuk menjadi Juruselamat Dunia. Imbangan dari sebuah kelahiran ialah kematian. Kelahiran dan kematian adalah dua hal yang tak terpisahkan, tetapi juga dua hal yang amat berbeda. Kelahiran selalu membawa suasana sukacita (Yohanes 16:21), tetapi kematian diikuti dengan suasana duka (Filipi 2:27).

Kita akan membuka pesan ini dengan membaca Yohanes 18:37,

Lalu kata Pilatus kepada-Nya, “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus, “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”

Menjelang kematiannya, Yesus mengatakan sesuatu yang sangat penting tentang kelahirannya dan tujuan kedatangannya ke dalam dunia ini. Kalau kita punya mata untuk melihat, hal ini sendiri menjadikan Yesus manusia yang paling unik yang pernah hidup di dunia ini. Setahu saya tidak ada seorang pun yang pernah hidup yang dapat mengutarakan tujuan kelahirannya sejelas seperti yang dinyatakan Yesus. Hal ini kita lihat bukan saja di sini, tetapi di sepanjang Injil. Yesus sama sekali tidak bergumul dengan persoalan tujuan hidup, hal yang paling menghantui seluruh umat manusia dari dulu sampai sekarang.

Kalau saudara tidak percaya, tanyakan kepada orang-orang yang saudara temui dari yang paling muda sampai yang paling tua, “Untuk apa Anda lahir?” Tanyakan juga pada orang yang sekarat di rumah sakit. Saudara akan menyadari hampir setiap insan manusia sedang meraba-raba dalam kegelapan. Saya mencari jawabannya ke Quora, sebuah website untuk para intelektual dan para ahli di bidangnya masing-masing. Jawaban dari seorang “ahli” adalah manusia lahir untuk membuat bayi. Seketika seseorang berhenti membuat bayi, dia sudah kehilangan tujuannya di dunia ini! Berdasarkan jawaban ini, sudah waktunya saya lenyap dari muka bumi ini! Namun sayangnya, itulah kondisi manusia sejak kita putus hubungan dengan sang Pencipta kita. Adam dan Hawa sebelum kejatuhan, diberitahu dengan sangat jelas apa tujuan mereka “lahir” di bumi.

Itu sebabnya tanda kelahiran kembali yang paling jelas ialah sebuah tujuan hidup yang jelas. Kelahiran kembali berarti kita bersentuhan kembali dengan sang Pencipta kita. Orang yang lahir baru tidak lagi bingung, tidak lagi bengong. Seperti Yesus, mereka tidak akan lagi bertanya-tanya mengapa mereka lahir, mengapa mereka ada di dunia ini. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan rohani sedang terjadi saat tujuan hidup kita menjadi semakin jelas dan hari-hari yang dijalani makin hari makin bermakna. Perhatikan saya tidak berkata hidup yang lebih gampang. Dalam kenyataannya, jalan Tuhan adalah jauh lebih sesak dan sempit, dan jauh lebih banyak tantangan, tetapi di jalan inilah kita menemukan makna hidup.

Hari ini kita akan berbicara tentang tiga kebenaran yang dibawa Yesus. Ketika Yesus berbicara tentang kebenaran, yang dimaksudkan adalah kenyataan atau realita rohani. Tiga realita rohani ini dapat disimpulkan dalam tiga kata, yaitu: GOD LOVES YOU


GOD

Yang pertama, God atau Allah. Yesus datang untuk menunjukkan kepada kita seperti apa Allah itu. Itulah realita rohani yang pertama: kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Yesus Kristus. “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah”. Dengan kata lain, tidak seorang pun yang tahu seperti apa Allah itu. Itulah kebenaran mutlak yang tidak dapat diperdebatkan. “Tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, dialah yang menyatakan-Nya.” Kata “menyatakan” dalam bahasa Yunani adalah exegeomai. Menurut Kamus Yunani BDAG, kata itu berarti, “to relate in detail, to set forth in great detail”. Dalam bahasa Indonesia, “menggambarkan secara detail, menyatakan secara sangat rinci”. Perhatikan “secara detail” dan “secara sangat rinci”. Yesus, dengan demikian, memberikan kepada kita gambaran Allah yang sangat akurat dan mendetail.

Hal ini dinyatakan dengan jelas di sepanjang Injil Yohanes. Yesus berulang kali menyatakan bahwa, “Bapa di dalam aku, dan aku di dalam Bapa.” Di satu sisi, Yesus membuat pernyataan-pernyataan seperti ini, “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri” (5:19); “Aku tidak dapat berbuat apa pun dari diriku sendiri” (5:30); “Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendakku” (6:38); “Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri” (8:28); “Aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri” (12:49); “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriku sendiri” (14:10). Di sisi lain, Allahlah yang sepenuhnya berbicara dan bekerja di dalam dan melalui dia. Itu sebabnya Yesus mencerminkan Allah Bapanya dengan sangat akurat sehingga dia dapat berkata, “Siapa saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (14:9). Semua ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa Yesuslah Allah tetapi bahwa “kemuliaan Allah tampak di wajah Yesus Kristus”. Natal ialah jawaban kepada pertanyaan, “seperti apa Allah itu?” Jika saudara merenungkan dan menghayati kehidupan Yesus, saudara akan mendapatkan gambaran yang sangat akurat seperti apa Allah itu. Dalam bahasa Paulus, Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Yesus telah menjadikan Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan.

Dengan kata lain, Allah telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus supaya kita dapat mengenal-Nya. Perjanjian Lama mengandung sebuah nubuatan tentang Perjanjian Baru yang sangat luar biasa:

33  Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman YAHWEH: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34  Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah YAHWEH! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman YAHWEH, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Yeremia 31)

Kata TUHAN aslinya adalah YAHWEH dalam Alkitab Ibrani. Nubuatan ini adalah tentang zaman kita sekarang. Apakah janji Allah kepada bangsa Israel tentang masa Perjanjian Baru? Apakah ciri khas dari umat Perjanjian Baru?  Bahwa mereka semua, besar kecil, semuanya akan mengenal Yahweh! Malah tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya! Ini merupakan hal yang amat luar biasa. Allah telah memperkenalkan diri-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus. Dalam mendefinisikan hidup yang kekal, Yesus secara langsung atau tidak langsung telah menyatakan kepada kita tujuan hidup manusia yang paling tinggi, yaitu untuk mengenal Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah diutus Bapa. Ini membawa kita ke poin yang kedua.


LOVES

Kedua, Yesus datang bukan saja untuk menunjukkan kepada kita seperti apa Allah itu, tetapi secara khusus kasih-Nya bagi kita. Ini merupakan kebenaran usang yang terlalu sering kita dengar sehingga tidak lagi menggetarkan jiwa kita. Hal ini diperburuk oleh cara kata “love” dipakai di zaman modern ini. Di Talent Show umpamanya, para juri menyatakan cinta pada kontestan dengan begitu gampang, “I love you! I love you!” Orang bule yang suka makan ikan akan berkata, “I love fish!” Kata “love” dipakai dalam konteks yang menjadikannya sama sekali tidak bermakna apa-apa. Kata “love” dilontarkan di mana-mana tanpa komitmen apa pun.

Kata “love” dalam Alkitab dipakai dalam konteks hubungan. Ketika disebutkan bahwa “Allah mengasihi kamu”, itu adalah undangan ke dalam sebuah hubungan kasih; hubungan kasih yang melibatkan komitmen total, bahkan sampai mati. Itulah sifatnya kasih Allah bagi kita.

Allah itu mahakuasa, tetapi kasih-Nya pada manusia juga menjadikan-Nya rentan. Dia dapat dilukai oleh kita. Sebuah undangan ke dalam hubungan kasih membuka diri-Nya untuk diabaikan, ditolak, dilukai bahkan dibenci. Karena Allah adalah kasih, Alkitab juga adalah sebuah kitab tentang suka duka Allah. Hanya kasih yang sejati dapat berduka. Lebih dalam kasih seseorang, lebih rentan dia dan lebih dalam penderitaannya.

Yesus datang untuk menunjukkan sejauh mana Allah mengasihi kita. Dalam hidup ini, kita mungkin meragukan banyak hal dan memang wajar kita kita meragukan banyak hal yang dikatakan orang tentang Allah. Namun ada satu hal tidak perlu diragukan lagi, yaitu kasih-Nya bagi kita. Jika saudara perhatikan biografi hamba-hamba Tuhan yang dipakai Allah secara luar biasa, saudara akan perhatikan satu ciri khas ini: dalam keadaan apa pun mereka tidak akan meragukan kasih Allah bagi mereka. Mereka tidak akan melihat situasi dan keadaan mereka dan menilai kasih Allah. Mereka tidak akan melihat situasi mereka dan bertanya, “Apakah Engkau mengasihi aku?” Bagi mereka, kasih Allah tidak perlu diragukan lagi apa pun yang terjadi. Mereka tidak akan menilai situasi mereka tanpa salib Kristus sebagai latar belakang.

Allah sangat ingin kita mengasihi-Nya (Ul 6:4-5, Mat 22:37, Mrk 12:30). Itulah hal yang Dia rindukan dari kita. Banyak orang taat kepada-Nya, menyembah Dia, melayani Dia, bahkan takut akan Dia, tetapi mereka tidak dapat mengatakan dengan tulus, “Aku mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi”. Dapatkah saudara menggambarkan hubungan saudara dengan Allah seperti itu? Jika tidak, itu berarti tujuan Allah dalam hidup saudara belum tergenapi. Jadikanlah itu sebagai tujuan hidup saudara di tahun akan datang ini. Mintalah Allah untuk menginvasi hati kita dengan kasih-Nya. Kita mengasihi karena Dia terlebih dulu mengasihi kita. Apakah saudara memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan akan kasih Allah terhadap saudara?

Pertanyaan “Apakah Engkau mengasihi aku?” bukanlah pertanyaan yang perlu kita sampaikan kepada Allah. Kedatangan Yesus seharusnya telah menguburkan pertanyaan tersebut dari benak kita. Pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku?” adalah pertanyaan dari Dia kepada kita, bukan kita pada Dia.

Jadi poin yang kedua adalah Yesus datang untuk membawa sebuah hubungan. Yesus tidak datang untuk membawa sebuah agama baru, tetapi sebuah hubungan kasih. Yesus tidak datang membawa sebuah daftar “dos and don’ts” yang harus dipatuhi, tetapi sebuah relasi.


YOU

Yang terakhir, semuanya adalah tentang YOU, tentang saudara dan saya. Buku “The Purpose Driven Life” oleh Rick Warren dibuka dengan “It’s not about you.” Ini bisa dimengerti mengingat buku itu adalah buku yang ditulis oleh seorang manusia kepada manusia. Namun jika kita melihat ke dalam hati Allah dan ke dalam Alkitab (yang adalah surat Allah kepada manusia), saudara akan menyadari bahwa “it’s all about you”!

Tadi kita baca dari 2 Korintus 4:6, “kami menyatakan sinar kemuliaan Allah, seperti yang tampak pada wajah Kristus”. Sinar kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Yesus Kristus. Rencana Allah telah digenapi dalam pribadi Yesus Kristus. Tahukah saudara apakah tujuan Allah bagi saudara? Mulai hari ini, coba saudara baca ayat ini seperti ini,

“sinar kemuliaan Allah yang tampak pada wajah ……….”,

… dan bubuh nama saudara di situ! Itulah tujuan Allah bagi saudara!

Seperti Yesus, kita akan mencerminkan sebuah kemuliaan yang bukan milik kita, “aku namun bukan aku”. Tahukah saudara apa artinya “aku namun bukan aku”? Itulah sifatnya sebuah kehidupan penuh makna, seperti kata Paulus di Galatia 2:20, “aku, tapi bukan aku”. Sepertinya saudara yang berbicara, saudara yang berkata-kata, saudara yang beraksi, tetapi di waktu yang bersamaan, bukan saudara. Pernahkah saudara mengalami sesuatu seperti itu? Di sepanjang pelayanan saya, dari waktu ke waktu, saya akan mengalami pengalaman yang seperti ini. Memang sulit untuk dijelaskan, tetapi kata-kata paling mengena untuk menjelaskannya adalah, “aku namun bukan aku”.

Kiranya Allah bersabda ke dalam hati kita. Sebelum Allah bersabda, hati kita itu “tidak berbentuk, kosong dan gelap gulita”. Akan tetapi jika kita mengizinkan Allah berbicara ke dalam hati kita hari demi hari, maka hati kita akan mulai berbentuk, penuh dengan kehidupan dan menjadi terang. Sabda Allah akan membentuk sebuah taman di mana kita bergaul dengan Allah. Kita akan mulai memahami tujuan panggilan Allah bagi kita,

“Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus.” (2 Tesalonika 2:14)

Berikan Komentar Anda: