SC Chuah |
Yohanes 8:58 merupakan satu ayat yang sering dikutip untuk membuktikan kepraadaan Yesus dan juga keilahian Yesus. Kita sering diberitahu bahwa Yesus mengeklaim sebagai Yahweh melalui pernyataannya ini. Namun, apakah itu satu-satunya cara untuk memahami ayat ini?
Terjemahan bahasa Indonesia lebih menekankan kepraadaannya:
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, aku telah ada.”
Kebanyakan terjemahan Inggris pula, mengaitkannya dengan Keluaran 3:14:
Jesus said to them, “Truly, truly, I say to you, before Abraham was, I am.
Konteks pembicaraan ada di ayat 53, “Apakah engkau lebih besar daripada bapak kita Abraham!” Yesus sekalipun tidak secara langsung menjawab, tetapi mengiyakannya dengan menegaskan bahwa kemuliaannya berasal dari Bapa. Yesus kemudian menyatakan bahwa Abraham dengan mata iman telah melihat kedatangan Hari Mesias (Ibrani 11:1, 8-10). Hari kedatangan Mesias sudah ada (atau “pra-ada”) dalam pikiran Abraham. Orang Yahudi salah memahami pernyataan Yesus. Mereka pikir Yesus membuat klaim tidak masuk akal bahwa dia seangkatan dengan Abraham, yang telah lama mati. Yesus kemudiannya menegaskan lagi keunggulan absolutnya dalam rencana Bapa dengan sebuah klaim yang menakjubkan, “Before Abraham was, I am.”
Untuk memahami kalimat I am, “akulah” atau ego eimi dalam ayat ini, penting untuk kita membandingkan cara kalimat ini dipakai dalam Injil Yohanes. Untungnya, kalimat ini sering sekali muncul dalam Injil Yohanes terutamanya di bibir Yesus, sehingga artinya mudah sekali dilihat. Di beberapa kesempatan, kalimat itu berhubungan dengan Kemesiasan Yesus:
Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Katanya kepada mereka: “Akulah dia.” (Yoh 18:5)
Tetapi ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” (Yoh 6:20)
Orang [buta yang disembuhkan] itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.” (Yoh 9:9)
Kata Yesus kepadanya: “Akulah dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” (Yoh 4:26)
jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh 8:24)
Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa akulah dia, (Yoh 8:28)
Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa akulah dia. (Yoh 13:19)
“Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” …dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, dialah itu!” (Yoh 9:35-37)
Bdk. Jikalau engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya…” (Yoh 10:24-25)
Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa kalimat ego eimi yang begitu terkenal ini, pada dasarnya berarti, “Akulah dia”, “Akulah yang dijanjikan itu”, “Akulah yang bersangkutan”, “Akulah yang berkenaan”, “Akulah yang engkau cari-cari itu”. Pada titik ini juga, kita harus sekali lagi mengingat tujuan Injil Yohanes ditulis, yaitu “supaya kamu percaya, Yesuslah Mesias” (Yoh 20:31). Seluruh Injil Yohanes adalah tentang kemesiasan Yesus. Oleh karena itu, pernyataan “Akulah” di bibir Yesus dapat sewajarnya dipahami sebagai sebuah klaim sebagai Mesias. Pada umumnya para penerjemah dengan tepat menambahkan kata “dia” kepada “Akulah” menjadi, “Akulah dia [yaitu, sang Mesias itu]”. Demikian juga di Yohanes 8:58 Yesus menyatakan, “Sebelum Abraham ada, akulah [dia, Mesias yang ditetapkan itu].” Sebagai Mesias, tentu saja Yesus lebih besar daripada Abraham.
Setelah Yesus membuat pernyataan tersebut, orang Yahudi mengambil batu untuk melempari dia bukan karena Yesus mengeklaim sebagai Yahweh, suatu hal yang mustahil karena Yahweh tidak pernah dikenal hanya dengan ego eimi pada zaman itu, tetapi karena Yesus mengeklaim lebih besar daripada Abraham sebagai Mesias. Yesuslah yang telah ditetapkan sebagai Mesias bahkan sebelum Abraham ada. Yang membangkitkan amarah orang Yahudi adalah klaim lebih besar daripada Abraham, yang merupakan konteks bagi percakapan tersebut.
Untuk meletakkan persoalan ini diluar keraguan, kita hanya perlu memperhatikan dua pernyataan yang serupa:
John bore witness about him, and cried out, “This was he of whom I said, ‘He who comes after me ranks before me, because he was before me.'” (Joh 1:15)
This is he of whom I said, ‘After me comes a man who ranks before me, because he was before me.’ (Joh 1:30)
Alkitab bahasa Inggris dikutip, karena terjemahannya lebih literal, tanpa kata-kata penjelasan tambahan yang dapat mengubah arti yang sebenarnya. Kita sering memahami kata before (sebelum) dan after (sesudah) dalam pengertian waktu. Namun, di sini before dan after di sini tidak ada hubungannya dengan waktu, tetapi rank, yaitu “kedudukan”, “pangkat”, atau “kebesaran”. Kitab Suci tentu tidak begitu dangkal untuk menilai kebesaran seseorang dari segi waktu. Apakah seseorang datang sebelum atau sesudah seorang yang lain, bukanlah cara untuk menilai kebesaran. Anak sulung tidak semestinya lebih besar daripada anak bongsu. Kebesaran tidak ditentukan oleh siapa lahir dulu, atau siapa ada dulu! Melalui dua pernyataan Yohanes Pembaptis ini, dia sebenarnya ingin menegaskan bahwa Yesus lebih besar daripada dirinya.
Dengan cara yang sama, ketika Yesus berkata di Yohanes 8:58, “Before Abraham was, I am”, Yesus sedang menegaskan kebesarannya di atas Abraham, bapa kepada bangsa Yahudi. Melalui pernyataannya ini Yesus secara langsung mengiyakan pernyataan sinis para penentangnya, “Apakah engkau lebih besar daripada bapak kita Abraham!” Karena itulah Yesus dilempari batu. Ayat ini tidak ada hubungannya dengan klaim kepraadaan atau klaim sebagai Yahweh. Inilah tafsir yang lebih koheren dengan konteks langsung di Yohanes 8, dan juga lebih koheren dengan Injil Yohanes secara keseluruhan.