SC Chuah |

Saya pernah mendengar seorang pendeta yang “menjelaskan” bahwa Yesus menyatakan diri sebagai Yahweh ketika dia menggunakan kalimat ego eimi (“I am”, “Akulah”) untuk dirinya.  Pendeta ini kemudiannya mengutip Yohanes 8:24, “Karena itu tadi aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa akulah dia, kamu akan mati dalam dosamu” untuk mengancam jemaatnya supaya menerima pemberitaannya itu, bahwa Yesus sedang mengeklaim sebagai Yahweh. Kononnya, kalimat “ego eimi” sebagaimana dipakai Yesus ada kaitannya dengan ego eimi ho on (AKU ADALAH AKU) dari Keluaran 3:14.

Kemudian pendeta ini mengutip separuh dari ayat 28 untuk menegaskan betapa pentingnya pokok itu: Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa akulah dia,…”

Andai saja pendeta ini memahami arti dari “AKU ADALAH AKU”, dia akan menyadari betapa mendekati penghujatan hujjahnya itu. Arti dari “AKU ADALAH AKU”, sangat sulit didefinisikan dengan tepat, tetapi rata-rata teolog mengakui kalimat itu paling sedikit berarti the self-sufficient one, yaitu “yang serba cukup”; “yang tidak bergantung kepada apa atau siapa pun”; “yang tidak ditentukan oleh apa atau siapa pun”; “yang serba bebas”.

Mengutip Yohanes 8:28 sepenuhnya,

Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa akulah dia, dan bahwa aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri, tetapi aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaku.

Apakah pendeta ini ingin mengatakan bahwa Yesus di satu sisi menegaskan bahwa dialah Yahweh, dan di sisi yang lain, dalam nafas yang sama, menegaskan ketidakberdayaannya dan ketergantungan totalnya kepada Bapa? Apakah itu yang ingin disampaikan oleh Yesus? “Akulah Yahweh, dan bahwa aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri”? Saya percaya para pembaca yang budiman dapat menilai sendiri seberapa dekatnya hujjah semacam ini dengan hujat.

Lagi pula, kalau Yesus bermaksud untuk menyatakan diri sebagai Yahweh sesuai dengan Keluaran 3:14, mengapa ego eimi yang dikutip dan bukan ho on yang notabene jauh lebih berarti?

Pernyataan-pernyataan “Akulah” dari bibir Yesus merupakan suatu ciri khas dari Injil Yohanes. Artinya harus dinilai dari tujuan Injil ini ditulis, yaitu:

tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namanya. (Yoh 20:31)

Tujuan Injil Yohanes ditulis adalah untuk membuktikan bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah. Di bibir Yesus sendiri, “Yesuslah” atau “dialah” tentu saja berubah menjadi “Akulah”. Jadi, kalimat “Akulah” yang demikian menonjol di Injil Yohanes merupakan pernyataan-pernyataan Mesianik, dan bukanlah klaim sebagai Yahweh. Ini dengan mudah dapat dibuktikan dengan menyelidiki dan mempelajari konteks dari semua kalimat ego eimi dalam Injil Yohanes yang muncul sebanyak 24 kali. Ketujuh pernyataan “Akulah” yang terkenal (roti hidup, terang dunia, pintu, kebangkitan dan kehidupan, gembala yang baik, jalan, kebenaran dan hidup, pokok anggur), bukanlah pengakuan sebagai Yahweh, melainkan deskripsi dari pelayanan sang Mesias dari pelbagai sudut.

Dari 24 kali yang ada, 23 kali dipakai oleh Yesus dan sekali oleh orang buta yang disembuhkan oleh Yesus di Yohanes 9:9.

Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang (buta) itu sendiri berkata: “Benar, akulah (ego eimi) itu.”

Apakah ada yang ingin memperjuangkan keilahian orang buta ini? 

 

Berikan Komentar Anda: