Renungan singkat dari Fenelon dalam menjawab pertanyaan seorang saudara yang meminta pengarahan spiritual darinya
Saya tentu saja mau Anda memiliki ketenangan batin. Tetapi saya kira Anda tahu bahwa ketenangan ini tidak eksis melainkan bagi yang rendah hati. Dan tidak ada kerendah hatian yang sejati melainkan hal itu dihasilkan oleh Tuhan di dalam setiap situasi. Ini terutamanya benar dalam situasi-situasi d mana kita dipersalahkan karena sesuatu hal oleh orang yang tidak berkenan terhadap kita, dan juga saat kita menyadari kelemahan batin kita. Tetapi sebaiknya kita terbiasa menghadapi pencobaan-pencobaan ini karena kita akan berulang kali diperhadapkan dengan hal-hal ini.
Tanda yang pasti bagi kerendah-hatian yang dilahirkan dari Tuhan adalah saat kita tidak lagi dikagetkan dengan koreksi oleh orang lain, atau kaget karena hati kita menolaknya. Seperti anak-anak kecil, kita tahu dengan baik bahwa orang yang mengoreksi kita itu benar, tetapi kita juga harus dengan rendah hati mengakui fakta bahwa kita tidak dapat, oleh diri kita sendiri, membuat koreksi yang diperlukan itu. Kita tahu siapa kita, dan kita tidak punya pengharapan untuk menjadi lebih baik melainkan melalui rahmat Tuhan. Teguran-teguran dari orang lain, keras dan seolah-olah tidak berperasaan, sebenarnya kurang dari apa yang kita sesungguhnya layak terima. Jika kita menemukan diri kita memberontak dan marah, kita harus memahami bahwa sikap lekas marah pada saat dikoreksi itu jauh lebih parah dari semua kelemahan kita dijumlahkan. Dan jika demikian keadaannya, kita tahu bahwa koreksi itu tidak akan menjadikan kita lebih rendah hati. Jika kita menyimpan dendam karena ditegur itu justru menunjukkan betapa kita membutuhkan teguran itu. Pada kenyataannya, sengat teguran tidak akan dirasakan jika manusia lama kita sudah mati. Jadi, semakin teguran itu menyakitkan, semakin kita sebetulnya membutuhkannya.
Saya mohon maaf jika saya sudah berkata terlalu keras. Tetapi tolonglah jangan meragukan kasih saya terhadap Anda. Ingatlah bahwa apa yang saya katakan itu tidaklah berasal dari saya. Hal itu dari Tuhan. Dan tangan Tuhanlah yang memakai saya untuk memberikan satu pukulan yang menyakitkan kepada “si aku” yang sedang memberikan Anda begitu banyak masalah. Jika saya telah menyebabkan Anda merasa sakit, ingatlah bahwa rasa sakit itu membuktikan bahwa saya telah menyentuhkan titik yang sensitif di dalam diri Anda. Jadi tunduklah kepada Tuhan dan terimalah semua penanganan-Nya terhadap diri Anda, dengan demikian Anda akan dengan segera memperoleh damai dan ketenangan di dalam jiwa Anda.
Anda telah seringkali memberitahu orang lain tentang pentingnya penyerahan kepada Tuhan. Sekarang, sangatlah penting bagi Anda untuk mengambil nasihat Anda sendiri. Oh, betapa indahnya kasih karunia yang akan turun ke atas Anda jika Anda dapat seperti seorang anak kecil menerima semua koreksi dan teguran yang Tuhan pakai untuk membuat Anda rendah hati dan tunduk. Saya berdoa agar Dia akan sepenuhnya membinasakan kehidupan “si-aku” di dalam Anda agar “si aku” itu sama sekali tidak lagi ditemukan.
(Fenelon, atau nama penuhnya Francois de Salignac de La Mothe Fenelon, adalah Uskup Agung Cambrai di Perancis pada abad ke-17. Renungan singkat di atas diambil dari koleksi surat-suratnya)