Pastor Eric Chang |

Tema dari camp ini “Menantikan dan Mempersiapkan Kedatangan Yesus” (Singapura, 18 Desember 1999), sesungguhnya merupakan hal yang sangat sulit untuk dibahas. Hal yang ingin saya lakukan di dalam dua sesi ini adalah, yang pertama, melukiskan suatu gambaran akan peristiwa-peristiwa yang mengarah pada kedatangan Yesus. Di sesi kedua, kita akan berbicara tentang apa yang diajarkan Yesus mengenai mempersiapkan kedatangannya, hal yang saya tidak yakin, saudara ingin mendengarnya.

Khotbah-khotbah saya tidak pernah disampaikan seperti pil yang dibungkus madu; karena itu agak sulit untuk ditelan. Sabda Allah adalah seperti pedang yang menusuk ke dalam hati kita. Kita sedang berada di dalam peperangan rohani yang sangat hebat. Khususnya di hari-hari ini sebelum kedatangan Yesus, intensitas perlawanan akan menjadi semakin kuat. Jadi kita harus sangat memberi perhatian kepada firman Allah karena ada hubungannya dengan keselamatan kita. Perkataan saya tidak bernilai apa-apa, yang Anda harus dengar adalah firman Allah. Namun firman Allah sesungguhnya sangat sulit untuk ditelan. Tepat seperti yang Yesus katakan, “Jalan menuju hidup adalah sangat sempit. Pintu masuk ke dalam kerajaan Allah adalah sebuah pintu yang sangat sempit.” (Matius 7:13-14) Seberapa sempit pintu itu, saudara akan mendapatkan gambarannya pada akhir khotbah ini.

Kedatangan Yesus sama seperti fajar, cahayanya akan muncul. Namun momen sebelum fajar menyingsing merupakan momen yang paling gelap. Ada yang tidak akan bertahan hidup melewati malam untuk menyongsong fajar. Apakah saudara akan termasuk mereka yang akan mampu bertahan sampai fajar menyingsing? Hal ini akan sangat bergantung pada sejauh mana Anda mempersiapkan diri.


KITA TIDAK TAHU KAPAN TEPATNYA YESUS AKAN DATANG

Gambaran umum tentang kedatangannya sudah jelas tetapi yang sulit adalah perinciannya. Hal yang pasti adalah Yesus akan datang, tetapi tentang hari dan saatnya, tidak ada yang tahu secara tepat. Berhubungan dengan kedatangannya yang kedua kali, tentang hari dan tentang saatnya, tidak seorangpun yang mengetahuinya. Kedatangannya akan seperti “pencuri pada waktu malam” (1 Tesalonika 5:2) Bagaimana Anda mempersiapkan untuk sesuatu yang waktunya tidak Anda ketahui? Tepatnya bagaimana membuat persiapan untuk kedatangan seorang pencuri di malam hari?

Ketika saya masih kecil di zaman perang melawan Jepang; ayah saya karena cintanya pada tanah air ikut bergabung untuk melawan musuh. Dia mengesampingkan segala sesuatu untuk memperjuangkan kemenangan bagi negaranya. Ketika tentara Jepang menduduki Shanghai dengan kapal-kapal perang mereka berlabuh di pelabuhan dan bom-bom berjatuhan di kota Shanghai, ayah saya turut bergabung untuk mempertahankan kota. Saat tentara Jepang mulai mengepung kota Shanghai, dia menyelinap keluar dan melanjutkan perlawanan dari Chongqing, ibu kota pada waktu perang.

Ibu dan saya tertinggal di belakang garis musuh di Shanghai. Dengan kata lain, ayah siap meninggalkan keluarganya, meninggalkan pekerjaannya dan meninggalkan segala sesuatu demi bertarung dalam peperangan ini. Seperti itulah pengorbanannya untuk negara. Peperangan itu berlangsung selama bertahun-tahun di Tiongkok, dan ketika dia pergi saya baru saja berusia kira-kira lima tahun. Saya tidak melihatnya lagi sampai enam tahun kemudian. Saya berusia kira-kira sebelas tahun pada waktu dia akhirnya kembali. Setelah kekalahan tentara Jepang saya bertanya pada ibu, “Di mana ayah?” Ibu saya menjawab, “Dia akan pulang.” Lalu saya bertanya, “Kapan”? Jawab ibu, “Di hari-hari ini. Saya tidak tahu persisnya kapan. Setelah perang, negara menjadi kacau. Tidak seperti kalau bepergian melalui bandara dengan pesawat di mana Anda punya waktu kedatangan yang pasti. Ini waktu baru selesai perang. Kami bahkan tidak mengetahui bagaimana dan kapan dia akan pulang. Apakah akan melewati darat? Atau dengan kapal? Jadi bagaimanakah Anda dapat mempersiapkan untuk sesuatu yang tanggalnya saja Anda tidak ketahui?

Sebagai anak kecil, Allah sudah mengajarkan kepada saya pelajaran tentang kedatangan Yesus yang kedua. Saya ingat ketika saya berdiri di jalan melihat ke kiri dan ke kanan, mencari seseorang yang saya bayangkan adalah ayah saya. Namun saya tidak punya bayangan seperti apakah dia. Dapatkah saudara membayangkan hal ini? Mungkin saja saya mempunyai gambaran yang samar-samar karena ibu saya menunjukkan kepada saya fotonya. Saya melihat foto hitam putih yang kecil dan coba membayangkan rupa ayah saya.

Saya mencoba untuk melihat apakah setiap orang yang lewat itu adalah ayah saya. Sedikit sulit untuk mengenalinya karena saya tidak mengetahui berapa tingginya. Sekalipun kalau ibu saya mendeskripsikan kepada saya, saya juga tidak akan dapat membayangkannya. Apakah dia mempunyai potongan rambut yang sama? Atau mungkin rambutnya sudah rontok. Saya mondar-mandir di jalan depan rumah tanpa sedikit gambaran pun tentang seperti apakah orang yang akan saya cari. Saya masih ingat bahwa saya berdiri di depan rumah dari pagi sampai malam, melihat ke kiri dan ke kanan, melihat pada setiap orang yang mungkin sedang membawa tas kecil yang sedang lewat. Saya juga bertanya-tanya apakah ayah saya dapat mengenali saya. Seorang anak lima tahun dan seorang anak sebelas tahun, perubahannya lumayan besar. Bisa saja saya berpapasan dengannya, dan dia tidak tahu saya adalah anaknya.Saya tidak tahu seberapa lama saya berdiri di jalan mencari sesuatu yang saya sendiri tidak tahu apa yang saya cari. Namun saya berdiri di situ dengan setia dan bertanya-tanya yang manakah ayah saya.

Kemudian pada suatu pagi hari, ibu saya membangunkan saya. Dengan susah payah saya membuka mata yang masih ngantuk dan secara samar-samar melihat seseorang yang tidak saya kenal. Dia mendekati saya dan memeluk saya dan saya berpikir “Ah jadi inilah orangnya.” Saya berpikir, pasti ayah saya sangat kecewa karena saya sama sekali tidak bereaksi. Saya berdiri di situ seperti sepotong kayu. Saya tidak tahu bagaimana harus bereaksi; saya hanya melototi dia dengan pandangan yang kosong. Kemudian dia menghabiskan hari-hari dan minggu-minggu berikutnya mencoba untuk menjalin persahabatan dengan saya. Pertama, saya harus melihat pada fotonya dan melihat dia lagi, dan saya berpikir, “Apakah dia benar-benar ayah saya”? Dia tidak membohongi saya bukan? Mungkin ibu saya berpikir bahwa saya sudah sekian lama menunggu dan akan menjadi sangat kecewa jadi dia mencarikan penggantinya agar saya dihiburkan. Secara perlahan-lahan akhirnya baru saya menyadari bahwa sesungguhnya ayah saya sudah pulang.

Sekarang, dalam menunggu kedatangan Yesus, saya sedikit merasa seperti demikian. Seolah-olah saya berdiri di pintu rumah setiap hari dan bertanya-tanya, “Kapan dia datang?” Saya tahu bahwa kita tidak mengetahui tanggal yang tepat, tetapi apakah kita bahkan mengetahui apa yang sedang kita cari?


PERISTIWA-PERISTIWA YANG MENYONGSONG KEDATANGAN YESUS

Saya menghadapi masalah yang sama saat mempelajari Perjanjian Baru. Perinciannya tidak jelas. Firman Tuhan mengatakan, “Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusnya” (Yudas 1:14). Bukankah itu seharusnya membuatnya dengan mudah dapat dikenali? Masalahnya adalah saat kita meneliti perinciannya, ketika kedatangan Yesus yang pertama, dia tidak datang dengan cara seperti itu. Tidak dapat dikatakan bahwa dia datang seperti pencuri di waktu malam jika dia akan datang bersama dengan beribu-ribu malaikatnya! Kalimat “datang seperti pencuri di malam hari”  menandakan adanya unsur kejutan! Ada unsur kerahasiaan! Datang seperti seorang pencuri di waktu malam berarti kita mengira dia datang pada waktu pagi hari, saat fajar menyingsing, tetapi sebelum fajar, saat masih malam hari, dia sudah datang! Perhatikan perumpamaan tentang sepuluh anak gadis (Matius 25:1-13). Digambarkan lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh! Kapankah pengumuman tentang kedatangan mempelai pria? Hal ini tidak terjadi di waktu pagi hari.

Persoalan diperumitkan karena ternyata ada dua tingkatan berhubung dengan kedatangannya. Kesepuluh anak gadis itu menanti kedatangannya, tetapi sayangnya lima dari mereka kedapatan tidak siap. Mungkin mereka berpikir itu hal itu mudah – mereka akan mendengar bunyi terompet, dan akan ada ribuan malaikat atau puluhan ribu malaikat yang pasti akan membangunkan mereka! Di kedatangan Yesus yang pertama, semua orang juga dikejutkan. Raja sudah datang tetapi dia tidak datang bersama sepuluh ribu malaikat! Di manakah dia dilahirkan? Dia lahir di palungan! Raja datang tetapi tidak dengan cara yang diharapkan semua orang. Itulah cara Allah, Dia tahu bagaimana membuat kita kaget.

Tidak mudah untuk menjabarkan secara rinci tetapi saya juga tidak mau terlalu menyederhanakan persoalan. Penyederhanaan yang berlebihan bisa membawa kita ke jalan yang keliru. Ini topik penting dan kita tidak boleh keliru. Namun agar dapat dimengerti, saya akan menyederhanakan gambarannya. Izinkan saya mencoba untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang mengarah pada kedatangan Yesus berdasarkan apa yang dinyatakan di Alkitab. Saya harap paling tidak saudara dapat  menangkap gambaran umumnya.


KASIH ORANG KRISTEN AKAN MENJADI DINGIN

Mari kita mulai dari posisi di mana kita berada sekarang dan melihat pada peritiwa-peristiwa yang akan segera terjadi atau sesungguhnya sudah mulai terjadi. Gambaran dari Alkitab adalah malam akan menjadi gelap dan semakin gelap. Saya khawatir dalam proses penyerderhanaan ini, saya gagal untuk menunjukkan kepada saudara seberapa mengerikan – dan saya memakai kata “mengerikan” dengan maksud memberitahukan seberapa mengerikannya apa akan segera terjadi di masa yang akan datang. Jika saudara tidak berhasil menangkap betapa mengerikannya semua itu, maka saya telah gagal. Kedatangan Yesus akan mengakhiri semua peristiwa-peristiwa yang mengerikan ini. Namun, banyak orang yang tidak akan bertahan sampai pada kesudahannya. Ada yang tidak akan bertahan secara fisik, yang akan mati dalam proses itu, mungkin melalui penganiayaan-penganiayaan dalam takaran yang tidak mungkin dapat dibayangkan. Itulah peringatan dari Alkitab untuk kita. Bukan sebuah gambaran yang menyenangkan. Banyak yang tidak akan bertahan secara rohani. Gambaran yang dilukiskan bagi kita sangatlah mengerikan. Biarlah kita yang punya telinga mendengar dan yang punya mata, melihat.

Bagaimana menggambarkan hal ini? Izinkan saya kembali pada beberapa kesulitan teks. Contohnya, Matius 24:12 berkata, “kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” Ini berarti, saudara bisa saja sangat bersemangat pada waktu ini tetapi semangat itu akan hilang. Satu hal yang kita lihat (bagi mereka yang melayani Tuhan bertahun-tahun) adalah orang-orang yang apinya telah hilang, yang kasihnya menjadi dingin. Di sini dikatakan tentang berhati-hatilah dengan kedurhakaan. Secara eksegese hal ini sulit ditangani. Dari sudut pandang eksposisi, apa yang dimaksudkan dengan kedurhakaan di sini? Jika hal ini merujuk kepada kedurhakaan di dalam dunia, mengapa kedurhakaan di dunia akan mempengaruhi kasih saudara untuk Allah dan umat-Nya? Jika kita melihat pada situasi aktual di dalam dunia, apakah berarti saat ada kedurhakaan di dalam dunia, maka kasih mereka pada Allah juga secara sejajar akan menjadi dingin? Apakah demikian? Pada saat dunia menjadi berantakan dan tak berhukum, apakah itu membuat orang tidak lagi mengasihi Allah? Apakah logika atau kenyataan menunjukkan pada kita bahwa saat ada keteraturan di dalam masyarakat maka kasih orang pada Allah bertambah? Kitab Suci tidak sedang berbicara tentang apakah keagamaan bertambah, tetapi tentang kasih sejati pada Allah.

Hal ini seharusnya dapat mudah diuji berdasarkan pengalaman. Mari kita mengambil contoh di Tiongkok, di periode yang paling kacau, saat revolusi budaya yang berlangsung agak lama. Hal itu benar-benar situasi parah dan tidak berhukum. Apakah pada waktu itu, kasih orang yang mengasihi Allah menjadi dingin? Tidak demikian, malahan pada waktu itu hal yang sebaliknya yang terjadi. Seringkali pada saat ada kekacauan di dalam masyarakat, orang berpaling kepada Tuhan, di dalam-Nya  ada keteraturan. Saat mereka datang kepada Tuhan, saat ke gereja-Nya, mereka menemukan bahwa di tengah-tengah masyarakat yang sungguh-sungguh kacau, masih ada ketertiban di antara umat-Nya. Jadi pada kenyataannya banyak orang yang datang kepada Tuhan pada waktu kekacauan. Menurut beberapa laporan, sejumlah besar orang di Tiongkok berpaling pada Tuhan pada waktu itu.

Jadi saya mau saudara memikirkan pertanyaan yang penting ini: mengapa keadaan tak berhukum (lawlessness) yang ada dalam masyarakat menyebabkan orang kehilangan kasih kepada Tuhan? Teks firman Tuhan tidak sedang berbicara tentang kedurhakaan dalam masyarakat. Tahukah saudara di mana kedurhakaan ini terjadi? Di dalam gereja, di antara umat Tuhan! Kita melihat pokok ini di surat-surat para rasul, yakni di 1 Timotius dan 2 Timotius, Titus, dll. Dengan menggabungkan semua gambaran yang dilukiskan oleh firman, keadaan tidak berhukum itu adalah referensi kepada kemurtadan atau kepada keadaan di dalam gereja saat umat berpaling dari iman mereka. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa salah satu tanda dari hari-hari terakhir adalah banyak orang akan berpaling dari iman mereka. Hal yang mengejutkan adalah kedurhakaan telah menguasai gereja.


KEDURHAKAAN MEMBAWA KEMURTADAN

Apakah kedurhakaan itu? Kedurhakaan adalah tentang berpaling dari kebenaran Allah. Banyak orang tidak memiliki pengertian tentang kebenaran. Apakah saudara memiliki pengertian yang tepat tentang kebenaran dalam hidup saudara? Apakah dosa mengganggu saudara? Mungkin tidak terlalu! Hal ini adalah suatu bencana, karena kedurhakaan sudah dengan pelahan-lahan tetapi pasti menyusup masuk ke dalam gereja, sama seperti cara kerja kanker. Ada banyak orang gereja yang melakukan hal-hal yang sangat memalukan untuk disebut bahkan di antara orang dunia. Berapa banyak sudah terungkap di media tentang para pemimpin gereja yang sangat terkenal di Amerika; bagaimana pemimpin gereja bergaul dengan pelacur; menipu uang saudara seiman dan seterusnya. Tentu saja apakah jumlah uang besar atau kecil, tetap saja itu adalah ketidak-benaran. Kita melihat pekerja-pekerja full time yang menikah dengan orang tidak percaya, tanpa mempedulikan apa kata Kitab Suci. Namun mereka tetap mengaku sebagai orang Kristen. Demikianlah daftar panjang kedurhakaan yang sedang berlangsung.

Adakah sesuatu di dalam hidup saudara yang membuat saudara malu? Jikalau saudara ingin menyiapkan diri untuk kedatangan Yesus, mulailah dari hal itu. Apakah kehidupan saudara tahan uji? Apakah hidup saudara dapat bertahan saat diuji. Pastikan kehidupan saudara murni karena saudara akan dihakimi! Saat dosa terjadi dalam gereja, apakah saudara santai dan membiarkan? Jikalau saudara melihat hamba-hamba Tuhan terlibat dalam dosa, apakah hal itu mengganggu saudara? Saat hamba Tuhan, seorang pemimpin Kristen menikahi seorang yang bukan Kristen, apakah hal itu menganggu saudara, atau apakah saudara berkata, “Oh, itu hal kecil, bukan hal yang serius.” Saya sangat menganggap serius hal-hal seperti ini.  Cinta tanpa kekudusan, tanpa kemurnian bukanlah cinta yang Alkitabiah. Namun begitu banyak dosa di dalam gereja yang dibiarkan begitu saja atas nama ‘kasih’. ‘Marilah kita mengasihi!’ Itu bukan kasih. Kasih tidak pernah mengorbankan kemurnian dan kesucian. Kalau saudara memahami tentang kedatangan Yesus, saudara akan mengerti hal ini, karena kedatangan Yesus ada hubungannya dengan penghakiman, tentang penghakiman atas dosa.


DASAR PENGHAKIMAN: DOSA KELALAIAN

Di dalam Perumpamaan tentang Pemisahan Domba dan Kambing, apa yang menjadi dasar yang membedakan keduanya? Perbedaan di antara keduanya adalah dosa karena tidak melakukan sesuatu (sin of omission), atau dosa kelalaian. Kita masih berada di level melakukan dosa perlanggaran (sin of comission), masih jauh dari level berbuat dosa karena gagal melakukan sesuatu. Standarnya memang tersangat tinggi, saudara-saudaraku!

Apa yang membedakan domba dan kambing di Matius 25? Yang satu  mencuri uang dan yang lain tidak? Tidak sama sekali! ‘Ketika Aku dipenjara, kamu tidak mengunjungi Aku’ – itulah dosa kelalaian. Bukan dosa melakukan tetapi dosa karena tidak melakukan. ‘Ketika Aku lapar, kamu tidak memberi sesuatu untuk Aku makan. Ketika Aku kedinginan, kamu tidak memberikan kepadaku sesuatu untuk dipakai.’ Di Matius 25, tidak dicatat adanya dosa-dosa perlanggaran! Hanya catatan tentang kegagalan untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukan. Sudah siapkah saudara untuk bertemu dengan Tuhan? Standar penghakiman pada dasarnya adalah tentang apa yang saudara lalai lakukan dan bukannya pada apa yang saudara lakukan. Berdasarkan pada standar ini, apakah saudara masih berani untuk bertemu dengan Tuhan?

Pertama, pikirkan tentang semua dosa yang saudara pernah lakukan dan belum dibereskan. Saudara-saudara, kita belum berada di tingkat “domba dan kambing”! Kita bahkan tidak berada di level untuk berbicara tentang domba dan kambing. Kita masih di level berbicara tentang dosa-dosa yang kita lakukan dan belum dibereskan. Kita bahkan masih belum termasuk dalam kategori “domba atau kambing.” Apa yang pernah saudara lakukan? Kapan saudara mengunjungi seseorang atau menghibur seseorang yang menderita untuk Tuhan?  Saudara mungkin berkata, “Saya tidak menemukan orang yang menderita untuk Tuhan.” Terdapat begitu banyak orang yang menderita demi Tuhan. Yang hidup miskin dan teraniaya. Apakah saudara ingin mengetahuinya? Tentu saja saudara tidak ingin mengetahuinya karena jika saudara tahu, itu akan membuat saudara berkewajiban untuk berbuat sesuatu. Jadi saudara menutup telinga dan mata. Tanpa melihat dan mendengar, saudara tidak punya kewajiban untuk melakukannya.

Berapa dari saudara yang sudah pernah ke Myanmar atau pernah mendengarkan laporan-laporan dari mereka yang kembali dari misi ke sana? Terdapat suatu kelaparan yang besar akan firman Tuhan! Apakah saudara tidak merasa bertanggungjawab? Saudara sudah menerima berbagai pelatihan dan diperlengkapi dengan Firman. Di sana, para pendeta sekalipun banyak yang belum pernah menerima pelatihan Firman yang paling mendasar. Saudara mempunyai bekal Firman dan juga kemampuan finansial. Mari kita mulai di sana. Lakukanlah sesuatu. Yesus berkata, “Apa saja yang kamu lakukan untuk saudaraku yang paling hina ini, kamu melakukan untuk aku”. Apakah saudara akan melakukan sesuatu? Janganlah menjadi seekor kambing yang berdosa bukan karena melakukan perlanggaran tetapi justru karena tidak berbuat apa-apa.

Kita sedang berbicara tentang kedurhakaan di dalam gereja. Hal inilah yang sedang terjadi di depan mata dan keadaannya akan menjadi lebih buruk. Standar kebenaran Allah terlalu tinggi bagi kita. Kita sedang berbicara tentang dosa-dosa tidak melakukan apa yang harus kita lakukan, bukan tentang dosa-dosa perlanggaran. Inilah standar kebenaran Allah. Jika kita menangkap bahwa sifat dari permasalahannya adalah dosa karena tidak melakukan, maka hal ini akan membuat kita takut dan gentar.

Saya juga berintrospeksi apakah ada yang sudah saya lalaikan. Apakah ada sesuatu yang seharusnya saya lakukan untuk Tuhan dan untuk kepentingan umat-Nya? Saya dengan keras terus mendorong diri saya untuk mempelajari Firman-Nya. “Manusia tidak hidup dari roti saja tetapi oleh setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Di minggu yang sudah lewat ini, apakah ada roti rohani yang sudah mengisi saudara? Apakah saudara makan dari Firman yang memberi hidup itu? Pemahaman rata-rata orang Kristen tentang firman Tuhan masih begitu lemah.

Berapa banyak hal yang sudah saudara lalaikan? Apakah seharusnya saudara menelepon seseorang yang ayahnya sudah meninggal, yang ibunya lagi sakit? Tahukah saudara bahwa sebuah panggilan telpon yang walau hanya lima menit sangat menguatkan orang yang lagi lemah? “Aku sakit tetapi kamu tidak pernah mengunjungi aku”. Kita tidak sedang berbicara tentang dosa-dosa yang telah dilakukan dan membutuhkan penyesalan tetapi tentang hal-hal yang perlu kita lakukan. Itulah standar kebenaran! Bagaimana kita dapat menghasilkan buah bagi Dia? Bagaimanakah kita dapat melipatgandakan talenta-talenta (Matius 25:14-30)? Kita tidak lagi di level berbicara tentang dosa-dosa pelanggaran, tetapi bagaimana mengembangkan talenta-talenta yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Talenta-talenta ini terlihat lewat kualitas hidup yang ditampilkan melalui perbuatan!

Kita tidak sedang berbicara tentang memperoleh keselamatan melalui perbuatan. Kita tidak berbicara tentang melakukan hal-hal ini agar kita dapat diselamatkan pada akhirnya. Talenta, kehidupan baru telah diberikan sebagai karunia oleh anugrah-Nya. Pertanyaannya adalah apa yang saudara lakukan dengan segala yang sudah Tuhan karuniakan itu? Seringkali, jawabanya adalah, “Tidak melakukan apa-apa”. Itulah keadaan gereja yang sangat memprihatinkan. Akibat dari kegagalan memenuhi standar dari Allah ini, kedurhakaan telah masuk ke dalam gereja hampir tanpa adanya perlawanan. Inilah apa yang sedang terjadi di depan mata kita.

Sesuai dengan Firman Tuhan, segala sesuatu akan menjadi semakin buruk seiring dengan waktu. Yesus menggunakan gambaran tentang orangtua yang mengkhianati anak, anak yang mengkhianati orangtuanya, anggota keluarga saling mengkhianati satu dengan yang lainnya (Matius 10:21). Ada yang berfikir bahwa hal ini berhubungan dengan apa yang akan berlangsung di dunia. Yesus tidak sedang mengatakan tentang apa yang akan terjadi di dunia. Kita adalah satu keluarga di dalam Kristus: bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara perempuan. Firman Tuhan memberitahu kita bahwa kita akan saling mengkhianati! Musuh-musuh terdiri dari anggota keluarga sendiri. Yesus sendiri berkata, “Siapakah saudaraku laki-laki, saudaraku perempuan, ibuku? Barangsiapa yang melakukan kehendak Bapaku di surga”. Yesus sedang berkata bahwa akan ada konflik di antara anggota keluarga Allah. Apakah kasih saudara akan menjadi dingin? Tentu saja! Inilah kedurhakaan yang akan secara mendalam mempengaruhi kerohanian kita. Saat kita melihat saudara-saudara menangani kita dengan cara ini, saling mengkhianati. Apabila saudara melihat pemimpin-pemimpin gereja berselisih satu dengan yang lain, tidakkah hal itu mempengaruhi kasih saudara kepada Tuhan?

Jadi saya mengatakan hal-hal ini kepada saudara seperti yang telah Tuhan peringatkan saya. Tahukah saudara bahwa Tuhan telah mengatakannya kepada kita bahwa hal-hal ini akan terjadi? Jikalau saudara sudah disiapkan, mungkin kasih saudara tidak akan menjadi dingin. Hal-hal ini sudah dan sedang terjadi. Dan akan semakin memburuk dengan berjalannya waktu. Orang-orang di gereja akan bangkit dalam pemberontakan, ketidaktaatan, dan inilah yang dikatakan Firman Tuhan, “Mereka akan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di surga.” (Yudas 1:8).


SEBUAH JEMAAT YANG MEMBERONTAK

Ada satu jemaat yang mengatakan kepada saya bahwa mereka menuntut otoritas yang setara dengan para pemimpin mereka. Dapatkah saudara  membayangkan hal itu? Para diaken yang tugasnya adalah memberi umpan balik dan usulan kepada para pemimpin meminta untuk diberikan hak dan otoritas yang setara dengan pemimpin atau pendeta di dalam jemaat. Menurut saya ini hal yang menarik. Tentu saja saya mau memberikan mereka lebih banyak otoritas tetapi otoritas bukanlah sesuatu yang Anda rampas. Otoritas atau kekuasaan adalah sesuatu yang didelegasikan kepada Anda. Dan kalau saudara bijaksana, saudara akan menerimanya dengan penuh keraguan, yakni dengan penuh kerendahan hati. Bersamaan dengan kekuasaan atau otoritas adalah tanggung jawab, dan saudara harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.

Saya menyampaikan kepada para diaken ini, “Kalian ingin setara dengan pendeta, apakah semuanya, keduapuluh lebih dari kalian? Sudahkah kalian membayar harga yang dibayar para hamba Tuhan? Mereka telah melepaskan pekerjaan dan profesi mereka; mereka berbalik dari dunia; mereka hidup dengan gaji yang kecil; dan mereka melewati pelatihan yang panjang. Lalu, kalian menuntut, saya ulangi, kalian menuntut untuk menjadi setara dengan pemimpin-pemimpin kalian? Sama sekali tidak ada rasa malu!” Inilah kedurhakaan, “Aku ingin melakukan apa yang aku mau.”

Memang bagus untuk membangun sebuah kepemimpinan yang terdiri dari para jemaat. Saran saya pada awalnya adalah untuk melatih tiga atau empat jemaat biasa untuk membantu pelayanan para hamba Tuhan full time. Mereka bisa belajar berkhotbah dan memimpin jemaat – dan lebih banyak tugas diserahkan kepada mereka agar para hamba Tuhan full time bisa punya waktu untuk fokus ke pekerjaan lain. Dan hal ini memang sudah diterapkan di gereja tersebut. Team yang dipilih adalah jemaat yang rendah hati dan mempunyai kualitas yang terpuji. Dan mereka akan dianggap setara dengan para pemimpin yang full time. Dianggap setara bukan karena mereka mempunyai hak tetapi karena mereka layak dianggap setara. Namun para diaken ini berkata, “Kami tidak mau tiga atau empat orang yang dipilih, kami maunya semuanya jadi pemimpin.” Jawab saya, “Kalian tentunya tidak memahami konsep kepemimpinan. Tidak mungkin untuk mempunyai kelompok inti yang berfungsi sebagai pemimpin yang terdiri dari lebih daripada 20 orang. Setiap kali mau mengambil keputusan, harus mengumpukan 25 atau 26 orang. Apakah kalian punya waktu sebanyak itu untuk diberikan? Para pemimpin gereja bertemu seminggu sekali atau lebih untuk mendiskusikan hal-hal penting.” Jadi, saya berusaha membangun jemaat, berusaha memberi mereka otoritas dan yang muncul adalah kedurhakaan. Dengan kata lain, semua hal yang tersembunyi mulai muncul. Hal ini tidak terjadi hanya di level jemaat tetapi lebih-lebih lagi di level para pemimpin jemaat. Situasi seperti ini akan semakin memburuk. Saat saudara melihat hal seperti ini terjadi di dalam gereja, apa yang akan terjadi? Kasih saudara akan semakin dingin. Sangat mempengaruhi kita. Anda akan berpikir, “Saya tidak heran jika dunia seperti ini, tetapi saya tidak menyangka gereja juga seperti ini.” Hal ini berdampak langsung kepada kita.

Saat kasih menjadi dingin, apa yang mereka lakukan? Mereka berpaling dari Tuhan! Itulah kemurtadan. Kemurtadan merupakan tanda akhir zaman. Meninggalkan Tuhan atau berbalik dari Tuhan bukan berarti, saudara berdiri di gereja dan mengumumkan, “Saya sudah berbalik dari Tuhan.” Hal yang menakutkan tentang kemurtadan adalah ia merupakan suatu proses yang terjadi secara pelahan-lahan, dan bahkan terjadi di antara para hamba Tuhan. Dengan berjalannya waktu, seperti cara kerja kanker, ia akan memusnahkan kehidupan rohani seseorang. Tiba ke satu titik, saudara akan meninggalkan gereja. Atau bisa saja, saudara tidak meninggalkan gereja tetapi saudara menjadi pencetus masalah di dalam gereja.

Inilah yang Kitab Suci sebut sebagai “kedurhakaan Korah” (Yudas 1:11). Pada awalnya, saudara mulai berbicara melawan para pemimpin dengan cara mengkritik hal yang sepele, dengan berjalannya waktu kritikan mulai menjadi lebih keras dan lantang. Pada akhirnya semakin berani dan terang-terangan. Lalu saudara mulai mengumpulkan orang untuk melawan pemimpin, menghentikan setiap langkah mereka, dan mengkritik pengajaran mereka. Ada kalanya kritikan seperti ini dapat dibenarkan tergantung pada cara saudara melakukannya. Para pemimpin tidak begitu sempurna. Saya tidak bermaksud bahwa kesalahan-kesalahan mereka tidak boleh diungkapkan. Namun yang dibicarakan di sini adalah suatu pemberontakan dari dalam, suatu kepahitan atau perlawanan. Lalu, suasana dalam gereja mulai terasa tidak menyenangkan. Karena kasih saudara mulai menjadi dingin, cara saudara berhubungan dengan orang-orang lain juga menjadi semakin dingin. Saat bertemu saudara seiman, saudara tidak lagi menyapa. Saat orang baru datang, saudara tidak lagi menyambut mereka. Mulai terasa suatu atmosfir kedinginan di dalam gereja. Gereja mulai mati. Tidaklah mudah untuk mempertahankan kasih di dalam gereja. Lebih sulit lagi untuk memupuk agar kasih menjadi semakin bertambah. Tarikan ke bawah sangatlah kuat kuasanya. Apakah saudara melihat apa yang sedang terjadi?

Lihatlah pada perselisihan yang terjadi di antara gereja-gereja. Gereja yang satu mengkritik gereja yang lain. Bukan kritikan yang bersahabat atau menunjukkan kelemahan yang kita perlu pelajari bersama-sama. Tentu saja, semua gereja perlu bertumbuh, banyak ruang untuk menjadi lebih baik lagi. Namun, saat kita mulai memfitnah gereja-gereja lain, saling memfitnah – itulah salah satu alasan mengapa kasih menjadi dingin. Hal ini akan memimpin pada pemberontakan. Tahukah saudara bahwa unsur kunci iman di dalam Perjanjian Baru adalah ketaatan, ketaatan iman. Di Roma 1:5 dan Roma 16:25, Paulus menggunakan istilah “ketaatan iman”. Namun jikalau kasih menjadi dingin, iman menghilang, dan muncullah ketidaktaatan yang melawan Tuhan dan umat-Nya.


MUNCULNYA ANTIKRISTUS            

Lalu akan muncullah suatu pribadi yang digambarkan Alkitab sebagai suatu pribadi yang menakutkan yang disebut manusia durhaka, yaitu sang Antikristus. Antikrist muncul di tengah-tengah situasi ini. Dia tidak muncul secara tiba-tiba entah dari mana. Situasi kedurhakaan ini memupuk suasana untuk munculnya Antikrist. Antikrist adalah pewujudan dari seluruh pemberontakan ini. Dia akan mendapatkan banyak dukungan dari para pemberontak ini. Terdapat banyak masalah ekesegetis dalam mendefinisikan Antikrist. Namun gambaran umumnya jelas, hanya detilnya yang sulit diuraikan. Berdasarkan fakta yang ada, Antikrist pasti semacam orang Kristen, sangat mungkin seorang Yahudi. Sangatlah sulit untuk menjadi pengganti-Kristus melainkan dia mempunyai banyak kemiripan dengan Yesus sendiri. Dia juga akan memiliki kuasa yang besar, karena dia dapat membenarkan pemberontakannya dengan memperlihatkan kekuasaannya.

Sekalipun saya berkata Antikrist adalah sosok yang menakutkan, itu tidak berarti bahwa dia tidak atraktif. Sosok Antikrist sangat menawan, pribadi yang sangat berkharisma. Pada kenyataannya, semua pemimpin besar sepanjang zaman memiliki kepribadian yang sangat-sangat berkharisma and tangguh. Sudah banyak perbandingan dibuat antara Antikrist dan Hitler. Hitler adalah sosok yang sangat amat berkharisma. Seluruh rakyat Jerman ditakluk olehnya. Setiap perkataannya dipegang oleh orang Jerman. Saat saudara menonton film-film tentang Hitler, Anda bisa merasakan wibawanya yang penuh kharisma dan kuasa. Rakyat Jerman bukanlah orang yang bodoh, tetapi mereka begitu terkesima dengan sosok ini. Sosok yang akhirnya memimpin seluruh bangsa ke dalam kehancuran. Terdapat suatu paralel yang baik di sini. Bagaimana mungkin sebuah bangsa yang begitu cerdas bisa sepenuhnya terperdaya? Pada kenyataannya, sangat mudah, sekiranya saudara memahami prinsip mendasar dari natur manusia. Kita hanya perlu berbicara kepada ego manusia dan mereka akan dengan mudah terperdaya. Itulah perbedaan utama di antara Injil dan dunia.

Injil tidak menawarkan apa pun untuk ego manusia. Namun setiap diktator yang berkharisma tahu bagaimana memperalatkan kelemahan manusia. Saat saudara berbicara kepada ego manusia, maka yang sedang saudara lakukan adalah membangkitkan kedurhakaan dengan mendorong keegoisan manusia. Sangat luar biasa melihat bagaimana manusia dapat ditawan dengan cara ini. Inilah cara Antikrist beroperasi. Ribuan orang akan dipimpin ke dalam kedurhakaan dengan cara ini. Sosok Antikrist akan menerima begitu banyak dukungan dari umat manusia, khususnya dari gereja! (Kita bisa merujuk kepada sejarah Perang Dunia Kedua untuk melihat bagaimana gereja-gereja Jerman pada umumnya mendukung Hitler). Seperti yang dikatakan Alkitab, “Dia meninggikan dirinya sendiri di atas segala allah.” Tentu saja, pengangkatan ini didukung oleh rakyat jelata. Kita hidup di zaman yang sangat menarik dan dramatis. Kita berada di titik historis yang penting karena kita akan masuk ke millennium yang baru – di zaman manusia begitu berbangga atas pencapaian dan keberhasilan. Antikrist tahu bagaimana memanfaatkan semuanya ini. Jikalau saya tidak salah Antikrist itu sudah ada di dunia ini. Gereja-gereja yang seharusnya menjadi gereja-gereja Kristus – kondisinya sudah dipersiapkan untuk kedatangannya. Tidak banyak lagi yang perlu terjadi untuk dia muncul.

Kitab Suci berkata bahwa saat pohon ara mulai bersemi, maka waktunya sudah tiba. Hal ini dapat dibaca di Matius 24 dan Markus 13. Apa yang diwakili oleh pohon ara? Tentu saja itu adalah gambaran bagi Israel. Kita hidup di masa-masa yang luar biasa karena bisa menyaksikan bagaimana sebuah bangsa yang sudah dibinasakan hampir selama 2000 tahun telah dihidupkan kembali pada tahun 1948. Pohon ara ini kelihatannya telah mati pada musim dingin. Daun-daunnya sudah rontok, tidak ada yang tersisa. Namun kemudian saudara melihat ia mulai berdaun. Bangsa Israel kembali menjadi sebuah bangsa lagi. Mengapa hal ini penting?

Dikatakan di 2 Tesalonika 2 bahwa Antikrist, manusia durhaka itu akan menempatkan dirinya sendiri di dalam bait Allah. Tidak ada bait Allah jika tidak ada Israel! Ayat di 2 Tesalonika 2:4 berkata bahwa manusia durhaka akan menempatkan dirinya sendiri di bait Allah. Matius 24 dan Markus 13 berbicara tentang pembinasaan, lambang pembinasaan, yang akan muncul di tempat kudus. Pembinasa Keji akan ada di bait Allah. Siapakah itu? Itulah Antikrist. Dia akan mendirikan takhtanya di Tempat Yang Maha Kudus. Satu petanda penting tentang siapa Antikrist itu adalah dia akan disebut sebagai Manusia Durhaka. Dalam terjemahan bahasa Inggris, anak durhaka diartikan sebagai yang akan hilang, dibinasakan atau semacam itu. Namun di Yohanes 17:12, anak durhaka menggambarkan Yudas. Satu-satunya sosok lain yang disebut sebagai anak durhaka (son of perdition) di Perjanjian Baru adalah Yudas. Siapakah Yudas? Dia adalah salah satu dari kedua belas rasul, rasul yang mengkhianati Yesus. Dan Antikrist diberi titel yang sama dengan Yudas. Itulah sebabnya saya katakan bahwa sudah hampir pasti bahwa Antikrist bukan saja seorang Kristen, tetapi pemimpin Kristen yang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi.


TANDA ITU SUDAH SIAP SECARA TEKNOLOGI

Suatu waktu akan datang ketika terjadi penganiayaan ke atas orang-orang yang masih tetap setia kepada kebenaran Allah, yang tidak mengikuti Antikrist. Akan terjadi penganianyaan yang tak terbayangkan. Di Matius 24:21, dikatakan oleh Yesus, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.” Suatu masa penganiayaan dan penderitaan yang bahkan tidak dapat saudara bayangkan. Kelihatannya Antikrist akan muncul sebagai pemimpin tinggi agama. Kelihatannya dia juga seorang pemimpin politik. Kitab Wahyu menggambarkan dia sebagai memiliki kekuasaan yang sedemikian tinggi sehingga dia dapat memberikan suatu tanda kepada setiap orang, Jika saudara tidak memiliki tanda itu, saudara bahkan tidak dapat membeli makanan untuk dimakan. Saudara akan perlahan-lahan menderita kelaparan sampai mati. Sebesar itulah kekuasannya.

Saya menonton sebuah video Korea yang diproduksi oleh seorang ahli komputer yang mengatakan bahwa teknologi sudah ada untuk menanamkan sebuah chip kecil ke dalam kulit tanpa rasa sakit hanya dalam waktu satu detik. Chip ini bisa ditanam di tangan atau dahi. Dengan adanya chip ini, data pribadi saudara dengan mudah dapat discan. Teknologinya sudah tersedia. Specialis komputer itu mengatakan bahwa penanaman chip ini akan diberlakukan atas nama hukum dan aturan; bukannya atas nama kedurhakaan, tentunya. Chip yang tertanam itu akan sangat mempermudah urusan. Mengapa? Saat saudara bepergian, saudara tidak lagi membutuhkan paspor. Apabila saudara ingin berbelanja, saudara tidak perlu membawa kartu kredit lagi. Tidak perlu khawatir kehilangan passpor. Informasi identitas diri semua terkandung di dalam chip. Sekarang untuk membuktikan identitas diri kita harus membawa kartu identitas dan segala macam kartu.

Dengan adanya chip yang tertanam di tangan atau dahi kita, tidak ada masalah lagi. Bahkan pembelian tiket menjadi urusan mudah. Tidak perlu mencetak tiket, data-data semua disimpan di dalam chip saja. Tidak perlu bawa uang, tidak perlu bawa paspor dan tidak perlu mencetak tiket kalau bepergian. Hanya perlu membawa sikat gigi karena hal itu tidak dapat dilakukan oleh chip. Saat Anda terluka atau kecelakaan, sangat mudah untuk mencari tahu siapa saudara. Tinggal membaca informasi di dalam chip. Jadi demikianlah, Antikrist memegang kendali sepenuhnya, tentu saja atas nama hukum dan menjaga ketertiban.

Saat berbicara tentang tanda, bukan berarti semua orang dapat melihatnya. Hanya dapat dideteksi dengan scanner. Teknologi sudah tersedia, tinggal diimplementasi. Di Amerika Serikat, teknologi ini sudah diterapkan pada anjing. Bukan keharusan tetapi secara sukarela sudah ada pemilik anjing yang memasang chip ini pada anjing mereka.

Dalam waktu singkat yang ada, saya berusaha untuk melukiskan garis besarnya. Apakah gambarannya gelap atau tidak segelap yang dibayangkan? Di permukaan semuanya kelihatan baik-baik saja. Namun itu bukanlah keadaan sebenarnya. Separah mana situasinya, kita hanya mengetahuinya saat penganiayaan datang dan kita harus menyerahkan nyawa kita.


PERSIAPAN UNTUK KEDATANGAN YESUS ADALAH PERSIAPAN UNTUK MATI!

Dalam sejarah gereja, menyerahkan nyawa bukanlah hal yang baru. Menyerahkan nyawa juga bukanlah hal paling buruk yang dapat terjadi pada saudara. Banyak yang berkata bahwa kematian bukanlah bagian yang paling sulit, tetapi penderitaan sebelum kematian, itulah yang paling menakutkan. Dan kalau saudara melihat apa yang dialami oleh beberapa martir, itu cukup untuk membuat saudara berkeringat dingin. Sangat luar biasa bagaimana manusia dapat memikirkan berbagai macam cara penyiksaan yang kejam. Bagaimana dengan salib sebagai alat kematian? Seorang dapat tergantung di atas salib selama lebih dari tiga hari, dan selama itu darah akan menetes keluar secara perlahan-lahan. Selama itu juga, orang yang tergantung di kayu salib dalam keadaan sadar dan mengalami penderitaan yang tak terkatakan. Yesus tidak pernah memanggil kita untuk melewati apa yang belum pernah dia sendiri lewati.

Kita sedang berbicara tentang persiapan untuk kedatangannya. Bagaimana saudara mempersiapkan diri untuk mati? Bagi saya, saya mempersiapkan diri untuk mati setiap hari. Saya tahu hal itu akan terjadi. Semua pemimpin gereja harus siap untuk mati. Satu kali saya berbicara pada sekelompok pemimpin gereja kami. Dengan air mata saya berkata kepada mereka bahwa mungkin saya sudah menuntun mereka ke dalam kematian. Meskipun itu adalah pilihan mereka sendiri, tetapi tanpa adanya saya, mungkin mereka tidak perlu mengalami semuanya itu. Hampir pasti, semua pemimpin gereja yang tetap setia kepada Tuhan akan mati. Banyak sekali yang akan tetap setia, meskipun bukan pemimpin gereja. Siapkah saudara? Sudahkah saudara siap untuk kedatangannya? Jangan mengira bahwa kita hanya perlu lebih meningkatkan kualitas worship atau nyanyian kita dan ketika Yesus datang kita semua akan mulai menyanyi. Saya tidak yakin pada waktu itu, kita masih diizinkan untuk menyanyi. Jika ada kesempatan, tentu saja kita bisa bernyanyi dan menyembah. Namun, ada di antara kita yang mungkin tidak diberi kesempatan itu.

“Mempersiapkan kedatangannya” berarti siap untuk mati. Itulah cara sederhana untuk memahaminya. Gereja tidak cukup mengajarkan tentang kematian. Dengan kematian, saya tidak bermaksud bahwa saudara berdiri di sana dan orang akan melepaskan satu tembakan ke kepala. Itu sangat mudah. Bagaimana kalau saudara dipaksa bekerja tanpa makanan dan pakaian yang memadai? Bagaimana kalau saudara dipukul? Bagaimana kalau disiksa dengan alat-alat penyiksaan? Bagaimana dengan segala penganiayaan yang dipakai untuk mendatangkan rasa sakit yang maksimal seperti menggilas jempol kaki pelan-pelan dengan sekrup. Kematian yang datang merupakan suatu melegaan yang mendatangkan sukacita pada akhirnya. Saat pistol dikeluarkan dan saudara ditembak, saudara akan berkata, “Kenapa baru sekarang?”

Saya menyampaikan hal ini karena banyak orang berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang terjadi seketika. Saudara mungkin akan berkata, “Kayaknya saya tidak seharusnya datang ke kamp ini. Saya bayar untuk datang berlibur tetapi saya malah mendengar khotbah tentang kematian dan bagaimana mempersiapkan diri untuk penyiksaan!” Renungkan hal ni. Malam, akan menjadi semakin gelap sebelum fajar menyingsing. Kalau hal ini saya sampaikan ke saudara-saudara yang di Tiongkok, mereka akan berkata, “Kami sudah melewati semua ini. Apakah akan ada lagi?” Namun hal-hal seperti ini tidak terjadi di Singapura, jadi saudara tidak khawatir. Giliran saudara akan datang. Namun apakah saudara siap? Berada  di kamp ini tidaklah begitu nyaman, tetapi ini belum seberapa dibandingkan dengan penjara nanti.


PENGANGKATAN ORANG-ORANG KUDUS

Saya sedang berusaha untuk melukiskan bagi saudara gambaran yang umum tentang apa yang akan terjadi ke depannya. Lalu, akan datang hari itu, saat kita tiba-tiba diangkat. Saudara akan melihat ke bawah dan ada yang tidak diangkat. Situasinya kelihatan parah. Saya tidak tahu apakah saudara akan merasa senang atau sedih, saat melihat ke bawah, dan orang-orang yang saudara kasihi masih berada di sana. Jika saudara sudah berusaha untuk memenangkan mereka, maka hati nurani saudara tidak akan menyalahkan saudara. Namun, tetap saja saudara akan merasa bisa berbuat lebih.

Ide pengangkatan merupakan sesuatu yang menarik. Tidak ada manusia yang dapat memikirkan atau membayangkan hal ini. Menurut saya, tidak ada manusia yang dapat mengarang ajaran seperti ini. Di sinilah letaknya elemen kejutan – kita tidak tahu kapan hal ini akan terjadi. Yang kita ketahui adalah, hal ini akan terjadi di tengah-tengah penganiayaan yang dahsyat. Pengangkatan adalah semacam usaha penyelamatan, seperti di Entebbe (operasi penyelamatan halilintar oleh pasukan Israel terhadap para sandera yang ditawan teroris di bandara Uganda pada 4 Juli 1979). Pasukan payung terjun datang dan menyelamatkan para sandera. Bagi saya, pengangkatan bukan hanya sesuatu tindakan ilahi semata tetapi merupakan usaha untuk memberi manusia satu kesempatan terakhir untuk bertobat. Karena orang yang tersisa akan melihat apa yang terjadi dan mereka akan diberi kesempatan untuk bertobat. Kelihatannya Allah akan melakukan segala sesuatu agar orang diinsafkan dan bertobat. Karena yang pasti, pengangkatan adalah suatu peristiwa yang menakjubkan.


TUHAN AKAN BERURUSAN DENGAN ANTIKRIST DI BUMI INI

Kita tidak mengetahui jarak waktu antara pengangkatan dan kedatangan Yesus ke bumi ini. Terdapat beberapa kesulitan eksegetis. Sepertinya, setelah pengangkatan, Yesus belum datang ke bumi, saudara akan bertemu dengannya di udara! Tahap selanjutnya adalah untuk Yesus menginjakkan kakinya di atas bumi. Di Kisah Para Rasul 1, para malaikat berkata kepada murid-murid, “Apa yang kamu cari dengan melihat ke langit? Dia yang terangkat ke surga dengan cara ini, dia juga akan datang kembali di atas Bukit Zaitun, sebagaimana kamu melihatnya berangkat.” Saya mendapat kesan bahwa sejumlah besar malaikat akan tetap berdiri di atas sementara Yesus turun dan berdiri di atas Bukit Zaitun memandang kepada bait Allah. Saya membayangkan bahwa mungkin para rasul akan datang bersama-sama dengan Yesus, seperti pada zaman dahulu kala, mereka akan berjalan turun dari Bukit Zaitun menuju ke bait Allah.

Tidak ada tanda arogansi atau kesombongan – Yesus dengan rendah hati akan berjalan bersama-sama dengan murid-muridnya, menuruni bukit melewati Getsemani dan mendaki di sisi yang lain. Dia akan berjalan dari Lembah Kidron untuk  masuk melalui Pintu Gerbang Emas dan langsung ke dalam bait Allah yang baru selesai dibangun itu. Saya membayangkan Antikrist dalam usaha pemberontakannya yang terakhir akan duduk di atas takhta di Tempah Maha Kudus di dalam bait Allah. Bagaimana dengan kekuatan besar angkatannya? Semua kekuatannya tidak berkutik, pasukannya tidak dapat menggunakan senjata, jip tidak dapat bergerak, semua chip di tank tidak berfungsi dan tidak ada senjata yang dapat menembak. Pasukan besar malaikat memenuhi langit seperti awan.

Kemudian Yesus berjalan ke bait Allah. Seperti yang dikatakan oleh nabi Maleakhi, “Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari akan masuk ke bait-Nya.” (Maleakhi 3:1) Hal ini terjadi dengan sangat mendadak karena tidak diperlukan waktu yang lama untuk berjalan dari Bukit Zaitun ke Bait Allah. Bagi yang sudah pernah ke Yerusalem, dapat dengan mudah membayangkan rutenya. Ketika Yesus masuk ke Bait Allah, di sana masih ada Antikrist yang menyatakan dirinya. Alkitab berkata bahwa dia akan dimusnahkan oleh nafas mulut Yesus (2 Tesalonika 2:8, 1:8). Antikrist akan berubah menjadi timbunan abu. Dia dengan takhtanya akan lenyap. Di momen itu, saya membayangkan seruan dari para malaikat dan bala surgawi, “Tuhan berdaulat” dan “Diberkatilah nama-Nya selama-lamanya.”

Kiranya saudara sekarang setidaknya mempunyai sedikit gambaran. Kapan semuanya ini akan terjadi? Saya kira tidak lama lagi. Tentu saja Kitab Suci tidak mengizinkan kita untuk menetapkan satu tanggal. Namun, intinya adalah kita tidak mempunyai banyak waktu. Kita tidak mempunyai banyak waktu untuk hidup di era ini, mungkin juga tidak banyak waktu sebelum kita mati. Namun saudara akan berkata, “Kalau kita mati, kita tidak akan menyaksikan semua ini.” Jangan khawatir. Saudara akan melihatnya jika saudara adalah miliknya. Di 1 Tesalonika 4, saat pengangkatan terjadi, semua orang kudus yang telah mati akan dibangkitkan. Semua yang masih hidup akan diangkat setelah semua yang mati dibangkitkan. Sekarang kita melihat satu lagi tujuan dari pengangkatan. Mereka akan menjadi saksi-saksi yang menyaksikan kedatangan Yesus ke bumi. Mereka tidak akan melewatkannya. Itulah keindahan dan keajaibannya!

 

Berikan Komentar Anda: