Pastor Eric Chang | 1 Korintus 3:5-17 |

Kita semua sudah dibeli dengan darah Kristus yang tak ternilai. Pada zaman itu budak adalah komoditi yang diperjual-belikan. Firman Tuhan berkata kita dibeli dengan darah Kristus, ini berarti melalui kasihnya, kita telah menjadi budak Kristus. Seorang budak bukanlah seorang anak tuan yang tinggal di dalam rumah tanpa berbuat apa-apa. Banyak orang Kristen yang memandang dirinya hanya sebagai sebagai anak yang harus dilayani dan tidak memandang bahwa jalan hidup mereka adalah untuk melayani. Mereka ingin dilayani oleh orang lain.

Lagi pula, bukankah pekerja full-time di gereja tugasnya adalah untuk melayani? Bukankah untuk melayani kita? Lalu seluruh jemaat menunggu untuk dilayani. Konsep kekristenan semacam ini sama sekali bukanlah konsep yang alkitabiah. Kita diselamatkan untuk melayani. Kita bahkan tidak dapat menjadi anak-anak Allah jika kita tidak belajar menjadi budak, sama seperti Yesus sendiri yang telah menjalani proses tersebut. Yesus adalah Anak Allah akan tetapi dia merendahkan dirinya untuk menjadi budak dan melayani semua orang. Karena itu, jika kita berkata bahwa kita boleh menjadi anak-anak tanpa menjadi budak, itu berarti kita belum memahami Injil.

Saya ingin menyampaikan prinsip-prinsip Kitab Suci mengenai bagaimana melayani Tuhan. Kita akan membahas sebagian dari perikop di 1 Korintus 3:5-17. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam melayani Tuhan. Prinsip-prinsip ini berlaku bagi para hamba Tuhan yang melayani secara full-time, tetapi secara umum juga berlaku bagi kita semua yang sudah dibeli menjadi budak.

Jadi, siapakah Apolos? Siapakah Paulus? Pelayan-pelayan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.
6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang menumbuhkan.
7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang menumbuhkan.
8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
9 Karena kami adalah kawan sekerja untuk Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
10 Sesuai dengan anugerah Allah, yang diberikan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang terampil telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
11 Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan tampak, karena hari Tuhan akan menyatakannya. Sebab hari itu akan tampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang, akan diuji oleh api itu.
14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian; ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
16 Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian.


1. Ketidak-layakan (Rasa Tidak Layak)

Man_prayingAyat yang menjadi titik awal pembahasan adalah ayat 5. Di ayat ini Paulus berkata, “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus?” Di sini kita menarik prinsip yang pertama. Siapakah kita ini? Kita bukan siapa-siapa. Kita ini sekadar budak. Kata “pelayan” memang enak didengar, tetapi di dalam bahasa Yunani kata yang dipakai adalah diakonos. Kata diakonos sekadar bermakna ‘pelayan’ – tanpa arti tambahan yang istimewa. Prinsip pertama di dalam melayani Tuhan adalah memahami bahwa kita ini bukan siapa-siapa. Kita hanya sekadar budak, bukan siapa-siapa. Pelayanan yang kita jalani adalah karunia dari Allah. Pelayanan bukanlah prestasi kita, bukan sesuatu yang dapat kita raih berdasarkan kemampuan kita. Pelayanan adalah hal yang diberikan oleh Allah kepada kita. Tak ada hal yang boleh dibanggakan dari pelayanan. Tak peduli apapun posisi Anda di dalam gereja, Anda adalah budak. Bagi yang akan ditahbis menjadi pendeta, janganlah lupa bahwa Anda hanyalah budak dan akan selalu menjadi budak. Anda tidak punya alasan apapun untuk membanggakan hal ini. Setiap kali Anda merasa ada dorongan untuk menyombongkan diri, ingatlah selalu: Apakah Apolos? Apakah Paulus? Para budak. Itulah hakikat kita. Inilah landasan dari setiap pelayanan. Sekalipun Anda sudah melayani selama 30 tahun, 40 tahun, hal itu tidak membuat Anda naik melewati posisi seorang budak. Saya hanya sekadar budak. Setiap kali Anda merasa bahwa diri Anda lebih dari budak, maka Anda sedang membuat diri Anda tidak layak untuk pelayanan. Pelayanan kepada Tuhan harus dijalani dengan rasa tidak layak, tidak berarti apa-apa. Di saat Anda mulai berpikir bahwa Anda orang penting, maka Anda menjadi tidak layak untuk melayani Tuhan lagi.

Kita memang tidak layak untuk masuk ke dalam pelayanan, tetapi ini bukan alasan untuk hidup secara tidak layak bagi pelayanan. Kita harus jalani hidup kita sesuai dengan panggilan kita, tetapi bukan untuk merasa layak menerima panggilan tersebut. Usahakanlah untuk memahami pokok ini: kita tidak layak tetapi itu bukan berarti bahwa kita boleh menjalani pola hidup yang tidak layak menurut ukuran injil. Camkanlah bahwa entah Anda seorang pendeta atau bukan, tak seorang pun dari kita yang layak menerima kasih Allah yang telah diberikan kepada kita di dalam Kristus. Ini berarti kerendahan hati merupakan prinsip yang mendasari pelayanan kepada Tuhan. Satu hal yang kadang-kadang membuat saya takut adalah ketika seorang Kristen mengambil sikap: “Kamu orang berdosa, aku sudah diselamatkan, berarti aku orang benar. Aku orang yang dipilih Allah tetapi kamu hanya orang berdosa.” Anda tidak bisa datang kepada orang yang tidak percaya dengan membawa sikap bahwa “kamu orang berdosa dan aku orang benar”. Saya adalah orang berdosa tetapi sudah diubah oleh kemurahan Allah. Namun kemurahan Allah tidak memberi saya alasan untuk berbangga. Kemurahan Allah justru membuat saya semakin merendahkan diri. Persoalan ini sudah mengakibatkan banyak orang Kristen yang justru membuat orang non-Kristen menjauh. Camkanlah prinsip pelayanan yang pertama ini, kerendahan hati karena merasa tidak layak. Kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah dan memang hanya oleh kasih karunia-Nya saja.


2. Pemahaman yang kokoh akan Firman Allah

Prinsip yang kedua juga terdapat di ayat 5. Ayat ini memberitahu kita bahwa pelayanan yang diberikan kepada kita adalah untuk membawa orang kepada Kristus. Kita adalah para budak dari pribadi yang kita percayai. Lalu bagaimana orang akan percaya kepada Yesus? Anda dapat membacanya di Roma 10:17 – iman timbul dari pendengaran, yakni mendengar Firman Allah. Ini berarti untuk menunaikan pelayanan ini Anda harus paham atau akrab dengan Firman Allah. Bagaimana iman timbul? Dari pendengaran. Namun apa yang didengarkan? Pemikiran manusia? Tentunya pendengaran tentang Firman Allah. Dengan demikian, jika Anda ingin melayani Tuhan, maka prinsip yang kedua adalah Anda harus paham akan Firman Allah. Perikop ini menyinggung tentang Apolos dan Paulus. Keduanya adalah orang-orang yang sangat menguasai Firman Allah. Sangat menarik melihat di Kisah 18:24, Apolos disebutkan sebagai orang yang ‘sangat mahir’ dalam soal-soal Kitab Suci. Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah ‘dunatos’ yang memiliki arti ‘kuat’. Dia sangat kuat dalam pemahaman akan Firman Allah. Berapa banyak dari Anda yang sangat kuat dalam pemahaman akan Firman Allah? Kemahiran ini, dari satu sisi, datang dari Allah, tetapi di sisi lain, kemahiran ini juga berasal dari ketekunan dalam mempelajari Firman Allah, seperti yang dapat kita baca di 2 Timotius 2:15. Ayat ini menyebutkan,

“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”

Jadi, di satu sisi, kemahiran itu merupakan anugerah Allah, tetapi di sisi lain, kemahiran itu juga ditumbuhkan dengan ketekunan belajar Firman Allah. Allah tidak menganjurkan kemalasan.

Jadilah hamba yang rajin supaya dipandang layak oleh Allah, bukan untuk dipandang oleh manusia. Anda bekerja bukan untuk dipuji manusia, “Oh,  dia orang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci.” Pelayanan kita bukan untuk membuat kagum orang lain. Kita datang ke hadapan Allah sebagai para budak-Nya. Apolos adalah orang yang sangat mahir, kuat dalam pemahaman akan Firman Allah. Bagaimana agar bisa menjadi mahir di dalam Firman Allah? Di satu sisi, adalah dengan berdoa, karena Allah yang akan memberi kemahiran tersebut. Di sisi lain, melalui ketekunan belajar dan menggali firman-Nya.

young-man-prayingSaat saya masih baru menjadi Kristen, saya sudah gemar mempelajari Alkitab. Masalahnya adalah saya sering menemui uraian yang tidak saya pahami. Saya membaca bagian-bagian tersebut berulang kali dan tetap tidak mengerti dan saya hanya bisa membatin: “Aku tidak paham apa arti bagian ini.” Kadang kala saya begitu frustrasi dan berkata, “Aku harus bisa memahaminya.” Lalu saya berlutut di lantai, di kamar saya di Shanghai. Dan saya berdoa, “Tuhan, saya tidak mengerti apa yang Engkau sampaikan di bagian ini. Bukalah firman-Mu untukku. Saya akan berlutut di sini menunggu Engkau membukakan arti firman ini.” Dan Tuhan selalu membukakan makna firman-Nya kepada saya. Di sini Anda dapat melihat hubungan antara pengungkapan yang Tuhan berikan di satu sisi, dan ketekunan di sisi lain.

Hal yang sama pentingnya adalah untuk menjadi mahir dalam soal-soal Kitab Suci bukanlah sekadar perkara mempelajari untuk mendapat pemahamannya, karena pemahaman ini terkait dengan kualitas hidup kita. Ini adalah perkara bagaimana cara hidup kita dapat menyenangkan Allah, berkenan bagi Allah. Begitu Anda berhenti menyenangkan hati Allah, kemahiran Anda dalam hal Kitab Suci juga menghilang. Pengetahuan intelektual Anda masih ada, tetapi kuasa rohani yang melengkapinya sudah hilang. Anda tidak lagi memiliki kekuatan pemahaman dalam arti kuasa Allah tidak lagi bekerja melalui Anda. Di sini kita temukan prinsip yang kedua, bahwa kita harus menjadi efektif dan memiliki kekuatan pemahaman mengenai Firman Allah. Berapa banyak waktu yang Anda berikan untuk merenungkan firman Allah? Di dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa orang benar merenungkan Firman Allah siang dan malam. Anda tahu apa artinya? Artinya adalah bahwa hal itu dilatih sampai menjadi kebiasaan. Saya merenungkan Firman Allah setiap saat. Saya rasa istri saya sudah terbiasa dengan kelakuan saya. Kadang kala di saat dia sedang berbicara dengan saya, dia merasakan bahwa pikiran saya berada di tempat lain. Dan dia tahu bahwa saya sedang memikirkan hal lain. Demikanlah, seringkali saya tidak menjadi teman yang baik. Dia membahas sesuatu hal dan saya memikirkan hal lain, terpaku dalam renungan firman. Seringkali secara mendadak saya berkata kepadanya, “Ada pena? Ada kertas?” Selanjutnya, dia hanya bisa mengamati bagaimana saya sibuk menuliskan hal-hal yang Tuhan ungkapkan kepada saya, saya bergegas menuliskan semua itu. Tindakan merenungkan Firman Allah setiap saat kemudian menjadi bagian dari kebiasaan saya. Dan kadang kala, istri terkejut karena saat menghadiri persekutuan, saya bisa bangun dan membagikan Firman. Kenapa dia tidak melihat saya duduk di meja sebelumnya dan mempersiapkan firman? Karena persiapan untuk menyampaikan khotbah sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa hari dan minggu sebelumnya. Pikiran saya terikat dalam renungan tentang firman setiap saat.

Jadi prinsip yang mendasari adalah, pertama-tama, kerendahan hati. Kita adalah para budak-Nya. Melayani Tuhan adalah suatu panggilan istimewa sekaligus merupakan kewajiban kita. Prinsip yang kedua adalah pemahaman yang mendalam akan Firman Allah. Anda tidak perlu menjadi seorang hamba Tuhan yang full-time untuk masuk ke dalam perenungan setiap saat akan firman-Nya. Saya sendiri sudah membiasakan diri merenungkan Firman Allah setiap saat jauh sebelum mauk ke dalam pelayanan full-time.


3. Kerjasama team

sowingPrinsip yang ketiga dapat kita lihat di ayat 6. Bidang pelayanan Firman Allah memiliki dua aspek. Paulus berkata, “Aku menanam, Apolos menyiram.” Dua aspek dalam pekerjaan tersebut adalah: menanam dan menyiram. Apakah prinsip yang dapat kita tarik dari pernyataan tersebut? Kerjasama tim. Jadi, prinsip yang ketiga adalah kerjasama tim. Jangan menganggap bahwa Anda sudah sangat mahir akan isi Kitab Suci sehingga Anda tidak lagi membutuhkan orang lain. Jangan punya pemikiran bahwa “Aku dapat melakukan semuanya”. Apakah Paulus membutuhkan Apolos? Pada dasarnya Paulus bukan sekadar mahir dalam hal Kitab Suci, dia bahkan lebih mahir jika dibandingkan dengan Apolos. Dalam ayat 10 di pasal ini disebutkan bahwa Paulus adalah ahli bangunan yang meletakkan dasar bagi gereja. Tahukah Anda cara membangun bangunan? Dibutuhkan keahlian yang tinggi untuk memulai pembangunan, dan hal itu masih ditambah dengan kebutuhan akan kemampuan membuat perencanaan bangunannya. Demikianlah, Paulus memandang Alkitab sebagai petunjuk dasar pembangunan. Hal yang dibutuhkan selanjutnya adalah keahlian untuk mengikuti pedoman pembangunan dalam petunjuk dasar tersebut. Di sini kita temukan dua orang yang sangat kuat pemahamannya akan Kitab Suci. Akan tetapi Paulus tidak berkata, “Aku tidak membutuhkan Apolos. Aku pun dapat menyirami tanaman dengan baik.” Jangan pernah berpikir seperti ini. Paulus tahu arti penting kerjasama tim. Memang ada banyak pelayan yang masih belum memahami prinsip ini. Banyak yang mengira bahwa mereka dapat mengerjakan semua hal sendirian.

Farmer's hand watering a young plantMemang ada kalanya kita masuk ke dalam kerja perintisan yang tidak memungkinkan kita untuk bisa bekerja dalam tim. Saya pernah mengalami masa-masa seperti ini. Semua pekerjaan dijalankan sendiri. Namun hal ini bukan karena saya tidak membutuhkan orang lain, ini terjadi karena memang tidak ada rekan lain di sekitar saya saat itu. Dalam pekerjaan perintisan, kadang-kadang, Anda memang harus bekerja sendiri. Di awal pelayanan saya di gereja Tionghoa di London, saya harus mengerjakan semua hal sendirian dan tidak ada kepuasan sama sekali dalam menjalankan kerja sendirian. Saya menyampaikan pengumuman, memimpin lagu, dan karena tak ada pemain piano atau organ saat itu, maka saya yang memainkannya. Di dalam gereja tersebut, mimbar berada di depan dan organ berada di belakang, maka bayangkan apa yang terjadi pada waktu itu. Saat ibadah berlangsung: saya berdiri di depan dan mengumumkan lagu yang akan dinyanyikan, dan sesudahnya saya harus bergegas menuju barisan belakang untuk memainkan organ. Alat musik ini belum pernah saya mainkan sebelumnya. Saya tahu sedikit bagaimana memainkan piano, tetapi organ elektronik adalah hal yang baru bagi saya saat itu. Jadi saya berusaha sebisanya untuk dapat memainkan organ elektrik ini dan berharap semoga suaranya enak didengar. Ketika lagu sudah selesai dinyanyikan, saya harus bergegas ke depan lagi untuk menyampaikan khotbah. Selesai menyampaikan khotbah, saya harus mengumumkan lagi lagu berikut yang akan dinyanyikan serta bergegas ke barisan belakang untuk memainkan organ. Dapatkah Anda membayangkan peristiwa ini berlangsung setiap minggu dalam waktu yang cukup lama?

Akhirnya, dengan kasih karunia Tuhan, mulai berdatangan beberapa orang dengan beragam keahlian dan sebagian dari mereka mampu memainkan alat musik lebih baik dari saya. Selanjutnya, secara bertahap, kami mulai mendapat tambahan rekan sekerja dan terbentuk semacam tim kerja. Setiap hamba Allah yang sejati adalah bagian dari suatu tim kerja. Seorang individualis sama sekali tidak cocok untuk bekerja dalam pelayanan Tuhan. Anda dapat mengenali seorang hamba Allah yang sejati saat dia bekerja secara harmonis dengan orang lain. Jadi, prinsip yang ketiga adalah kerjasama tim.


4. Anda harus menanam dan menyiram

Poin yang keempat. Dari surat Paulus kepada jemaat Korinthus, kita melihat bahwa Paulus adalah orang yang menanam benih jemaat di Korintus. Kemudian Apolos datang dan menyirami apa yang sudah ditanam oleh Paulus. Hal yang penting untuk diketahui adalah Paulus sendiri tentunya memiliki kemampuan untuk menyirami tanaman sebaik Apolos, dan Anda boleh yakin bahwa Apolos juga paham cara menanam. Namun di sini mereka berbagi tugas dan bekerja sama. Bukan karena Apolos hanya bisa menyiram dan tidak tahu cara menanam. Tentu saja tak ada orang yang akan beranggapan bahwa Paulus hanya tahu cara menanam tanpa tahu cara menyiram. Dia tahu cara menabur benih dan dia juga tahu cara menyirami tanaman. Poin yang keempat, terutama bagi para pelayan full-time, adalah bahwa Anda harus menguasai kedua hal ini. Tentu saja, jika Anda bukan pelayan full-time, jika Anda mampu menguasai kedua hal ini, maka hasilnya akan sangat ajaib dan indah. Menanam berarti memberitakan Injil, mengerti cara memberitakan Injil. Menyampaikan Injil kepada orang yang tidak percaya. Ada sangat banyak orang Kristen yang tidak pernah membawa orang kepada Tuhan, dan hal ini sangat meresahkan saya, karena hal tersebut menunjukkan bahwa Anda tidak tahu cara menanam. Jika Anda tidak tahu cara menanam, maka saya tidak yakin apakah Anda tahu cara menyirami tanaman.

Sharing-the-gospel-at-ChristmasPaulus menyuruh Timotius untuk memberitakan Injil. Jadi orang yang menanam adalah orang yang memberitakan Injil. Kegiatan menanam adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang Kristen. Belajarlah untuk menarik orang kepada Tuhan. Dan Anda akan mengalami sukacita menyaksikan orang datang kepada Tuhan, entah orang itu adalah orang tua Anda, rekan kerja atau sahabat Anda. Apakah kehidupan Anda tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan orang lain? Apakah kehidupan Anda tidak membuat orang lain tertarik? Jika kehidupan Anda tidak menarik orang lain kepada Tuhan, berarti pelayanan Anda tidak efektif. Jadi, ini adalah pokok yang penting, Anda harus menguasai kedua aspek tersebut: menanam dan menyirami tanaman. Apolos tidak selalu menyirami bibit yang ditanam oleh Paulus. Sebagai contoh, di Efesus Paulus menghabiskan waktu tiga tahun untuk menyirami bibit yang dia tanamkan. Jemaat di Efesus adalah salah satu jemaat terbaik yang ditumbuhkan oleh Paulus. Dia curahkan energinya untuk membangun dan menyirami tanaman tersebut. Demikianlah, berdasarkan gambaran di dalam ayat ini, menanam berarti meletakkan landasan dan menyirami berarti mebangun di atas landasan tersebut.

Saya sampaikan sekali lagi kepada semua rekan sekerja: pastikanlah bahwa Anda adalah para pemenang jiwa, yakni para juru tanam supaya Anda dapat meletakkan fondasi yang tidak lain adalah Yesus di dalam hidup mereka. Selanjutnya Anda akan dapat membangun di atas landasan tersebut. Atau bisa saja ada rekan sekerja yang lain yang membangun di atas landasan tersebut. Saya sampaikan sekali lagi, bukan hanya kepada jemaat yang ada di sini, tetapi juga kepada siapa saja yang akan mendengarkan isi khotbah ini di berbagai belahan bumi: jangan pernah kehilangan pedoman bahwa Anda juga bertanggung jawab untuk menanam, yakni memenangkan jiwa bagi Kristus. Saya kerap menanyakan satu hal kepada setiap orang yang mengajukan lamaran untuk masuk ke dalam pelayanan full-time, “Pernahkah Anda memenangkan jiwa bagi Kristus?” Hanya sedikit dari mereka yang menjawab pernah. Ini adalah persoalan besar. Anda ingin masuk ke dalam pelayanan full-time tetapi Anda belum pernah memenangkan jiwa bagi Kristus? Itu berarti bahwa kehidupan Anda tidak menarik orang untuk datang kepada Tuhan. Ini berarti bahwa Roh Kudus belum memegang kendali penuh di dalam hidup Anda. Karena jika Roh Kudus memegang kendali penuh di dalam hidup Anda, maka Dia akan menarik orang datang kepada Tuhan sekalipun Anda tidak menyadarinya. Saya dapat menyampaikan kesaksian demi kesaksian tentang hal semacam ini. Bahkan di saat Anda tidak berusaha menyampaikan kesaksian kepada orang lain, mereka tetap tertarik datang kepada Tuhan melalui kehidupan Anda.

Saya sudah pernah sampaikan kesaksian yang ini. Saya sedang menumpang kapal laut menuju ke Eropa, saat itu saya baru keluar dari Tiongkok di sekitar tahun 1950-an. Di kapal tersebut ada satu penumpang dari Austria, seorang dokter yang berangkat ke Eropa juga. Dokter ini adalah orang yang sangat duniawi, sangat berhikmat menurut ukuran duniawi, sangat kaya, angkuh dan mengumbar tabiat dosa. Setiap kali dia membuka mulut, yang keluar adalah umpatan, makian dan kata-kata kotor lainnya. Kapal tersebut hanya memuat 11 penumpang karena sebenarnya ia adalah kapal barang, jadi kami sering bertemu dan berkumpul bersama. Dan salah satunya adalah dokter dari Austria ini – sebenarnya dia memiliki 3 paspor, tetapi dia lebih suka disebut sebagai orang Austria. Dia menumpang bersama istrinya yang berusia 20-an tahun, padahal dia sendiri berusia sekitar 60-an tahun. Saya memakai dia sebagai ilustrasi karena wataknya benar-benar memberi gambaran lengkap keduniawian. Dia tidak merasa malu dengan dosa-dosanya. Dia sering dengan bangga menceritakan kepada saya tentang bagaimana dia menguras uang pasiennya. Apanya yang hebat? Saya justru muak mendengarkan hal-hal tersebut. Seorang dokter mengejar keuntungan sebesar-besarnya dari orang yang sakit? Dan dia akan melanjutkan dengan bercerita tentang berbagai dosa-dosa lain yang dia perbuat. Dia gemar mengucapkan, “Oh! Yesus Kristus!” bercampur dengan aneka macam umpatan. Suatu kali, pada waktu makan malam saya berkata kepadanya – saat itu saya berusia sekitar 20-an tahun dan dia cukup tua untuk menjadi kakek saya, ditambah lagi dengan ukurannya yang tiga kali lipat badan saya, dia dapat meratakan saya dengan tanah kalau dia mau – dan saya mengucapkan hal ini dengan tegas, “Jika Anda tidak keberatan, nama Yesus Kristus sangat berharga buat saya. Mungkin nama ini tidak berarti bagi Anda, akan tetapi nama ini adalah segala-galanya buat saya. Jadi jika Anda tidak keberatan, tolong berhenti memakai nama ini.” Dia sangat terkejut oleh nada ucapan saya. Lalu dia berkata, “Oh, maafkan saya. Maaf.” Melihat orang seperti ini meminta maaf adalah hal yang cukup ajaib.

Demikianlah, saya sekadar menjalani hidup saya – seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kebiasaan saya adalah merenungkan firman Allah – saya jalani keseharian saya sesuai dengan panggilan dari Tuhan kepada saya, tanpa merisaukan apa dan bagaimana dampaknya. Kami tinggal bersama di kapal tersebut selama sekitar dua bulan. Ini terjadi karena kapal tertahan di Burma, ada pemogokan buruh pelabuhan di sana. Dalam waktu dua bulan tersebut, saya melihat kuasa Allah bekerja dalam hidupnya, akan tetapi saya tidak begitu memperhatikannya. Saya tidak pernah menginjili dia. Dan ketika kapal sudah semakin dekat dengan Eropa, suatu hari, saya sedang berdiri di dek paling atas dan melihat-lihat pemandangan di kapal, dia datang mendekati saya dan bertanya, “Kamu benar-benar percaya pada Yesus Kristus?” Saya menjawab, “Ya benar.” Dia melanjutkan bertanya, “Kamu percaya pada kebangkitan orang mati?” Saya jawab, “Saya percaya.” Dia termenung sejenak dan berkata, “Sungguh ajaib! Ada sesuatu dalam diri kamu yang membuat saya takjub. Saya tidak tahu apa-apa tentang kamu tetapi ada sesuatu dalam dirimu yang membuat saya takjub.” Saya bertanya, “Benarkah? Saya sendiri tidak tahu ada sesuatu hal dalam diri saya.” Dia lalu meminta satu buku Perjanjian Baru untuk dia baca nantinya.

Demikianlah, saya beri dia satu Kitab Perjanjian Baru. Tahukah Anda bahwa dia kemudian menghentikan kegemarannya mengumpat? Perilakunya mulai berubah. Ini sungguh ajaib! Dan itu semua terjadi tanpa saya pernah menginjili dia. Apakah kehidupan Anda di kantor atau di sekolah membuat orang lain berpikir: orang ini berbeda? Jika mereka tidak mencari tahu mengapa Anda berbeda dan apa rahasia perbedaan itu, tidak ada hal yang dapat Anda bagikan sebagai kesaksian. Kuasa Tuhan sangatlah ajaib. Namun jika Anda ingin melayani Tuhan, sedangkan Anda tidak pernah memimpin orang untuk datang kepada Tuhan, lalu mengapa Anda memilih untuk melayani Tuhan? Setiap orang Kristen harus menjadi terang. Dan terang tentunya akan tampil menyolok di tengah kegelapan. Anda tidak akan dapat bersembunyi. Terang yang diberikan kepada Anda akan membuat orang lain untuk datang kepada Tuhan, karena Dia adalah Terang.

Saya rangkum sekali lagi, prinsip yang keempat adalah kita harus menguasai dua aspek dari pelayanan yaitu menanam, yakni membawa orang datang kepada Tuhan, sekaligus menyirami tanaman, yakni membangun mereka di dalam Kristus.


5.
Anda harus berdoa

Mari kita segera masuk ke prinsip yang kelima. Apakah hal yang paling penting dalam kegiatan bercocok tanam? Apa yang paling penting menurut Anda? Mungkin Anda memiliki sebidang tanah yang dapat ditanami di rumah Anda dan Anda ingin menanam sesuatu di sana. Lalu Anda membeli bibit bunga yang Anda sukai, mungkin bibit mawar, dan Anda tanam di halaman Anda. Setelah menanam, apa lagi hal yang perlu Anda lakukan? Menyiraminya. Jika Anda sudah menanam dan menyiraminya, hal apa lagi yang diperlukan? Hal apa lagi yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut? Tentu saja, Anda mungkin ingin memberi tanaman Anda hal yang lebih dari sekadar air biasa. Lalu Anda menambahkan pupuk supaya tanaman Anda dapat menikmati bahan pertumbuhan yang lebih dari sekadar air biasa.

growthAnda mungkin mengira, selain dari menanam dan menyirami, tidak ada hal lain lagi yang dibutuhkan, bukankah demikian? Namun Paulus tidak berpendapat demikian. Bagi Paulus ada satu hal lagi yang jauh lebih penting dari tindakan menanam dan menyirami. Apa hal yang lebih penting itu? Paulus menegaskan hal itu sebanyak dua kali di dalam pasal ini, di ayat 6 dan 7. Aku menanam dan Apolos menyiraminya, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Tindakan menanam dan menyirami tidak ada artinya jika dibandingkan dengan hal yang dikerjakan oleh Allah. Apa maksud ucapan Paulus? Tentu saja, para petani akan lebih memahami hal yang disampaikan oleh Paulus karena mereka sadar sekalipun sudah menanam dan menyiram, apalah gunanya jika terjadi badai? Bagaimana jika terjadi banjir? Semua jadi sia-sia. Kanada adalah negara dengan pertanian yang maju; negara yang menjadi lumbung gandum bagi dunia. Sebenarnya, bahkan Tiongkok membeli gandum dari Kanada. Namun setiap petani sadar bahwa jika tidak turun hujan, maka akan terjadi kegagalan panen. Di Tiongkok, ada banjir musiman yang akan menghancurkan lahan tanam. Jadi para petani menyadari bahwa ada hal lain yang lebih penting dari sekadar menanam dan menyirami tanaman. Bahkan bunga di dalam pot Anda bisa saja diserang oleh hama. Akan tetapi, Paulus sedang menyampaikan hal yang lebih dari semua itu. Yang dia maksudkan adalah bahwa Allah yang memberi pertumbuhan adalah Pribadi yang memberi kehidupan. Karena memberitakan Injil berkenaan dengan kehidupan. Jika Allah tidak memberi Anda hidup, tak ada satu hal pun yang dapat Anda miliki. Kita bergantung sepenuhnya kepada Dia. Jadi prinsip yang kelima ini adalah setiap orang yang ingin melayani Tuhan harus menyadari bahwa pembangunan jemaat Tuhan tidak bergantung pada diri kita. Semua kembali kepada Dia yang merupakan Pemberi Hidup. Dan kita bergantung sepenuhnya kepada Dia. Kita memiliki ketergantungan pada Dia di dalam membangun jemaat, dan ketergantungan ini melebihi ketergantungan petani pada cuaca serta faktor penentu panen lainnya. Semua upaya kita tidak akan ada artinya kecuali jika Allah memberi pertumbuhan. Prinsip ini membuat setiap hamba Allah yang sejati menjadi orang yang memanfaatkan banyak waktunya untuk berdoa.

Namun ketika seseorang berhenti berdoa dia kehilangan kuasa. Saya tahu ada pelayan Tuhan yang ternyata tidak berdoa, saya tahu hal ini saat berhubungan dengan mereka dan dari khotbah mereka yang hampa, lalu saya bertanya kepada mereka, “Biasanya Anda berkhotbah dengan membawa kuasa, namun khotbah Anda sekarang ini, saya bahkan tidak tahu apa yang Anda sampaikan. Ada masalah apa dengan Anda?” Oh, terlalu sibuk. Sibuk dengan hal apa? Jika Anda terlalu sibuk sampai tidak punya waktu untuk berdoa, berarti itu saatnya bagi Anda untuk menghentikan kesibukan Anda. Banyak orang yang fasih berbicara, sangat pandai, tetapi Anda sukar memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Lalu mereka terpaksa mengakui bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk berdoa. Saya berkata, “Anda tidak punya waktu untuk berdoa? Mungkin saya perlu mengeluarkan Anda dari pelayanan ini. Anda mungkin memang perlu dikeluarkan dari pelayanan karena khotbah semacam ini akan menghancurkan jemaat.” Anda harus memiliki kehidupan doa, entah dengan berlutut atau dengan posisi apapun itu, yang jelas Anda harus berdoa. Itulah prinsip yang penting.


6. Bekerjasama dengan Team dalam Kesatuan

Pokok yang keenam dapat dilihat di ayat 8. Apakah hal yang disampaikan oleh ayat 8 ini? Paulus berkata bahwa baik yang menanam maupun yang menyiram adalah satu. Kata ‘sama’ di dalam terjemahan bahasa Indonesia ditarik dari kata Yunani yang bermakna ‘satu’. Mereka adalah satu. Apa maksud ungkapan ini? Maksudnya adalah rasa kesatuan. Anda tidak sekadar bekerjasama, karena Anda bisa saja bekerjasama dengan orang lain tanpa rasa kesatuan. Anda dapat memiliki suatu tim yang bekerja bersama-sama tetapi mereka tidak menyatu. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal yang sedang dikerjakan. Tak ada rasa kesatuan di dalam tim. Rasa kesatuan adalah sikap hati. Tanpa rasa kesatuan ini, jangan harap Allah akan memberkati. Di Yohanes 17, Yesus berdoa supaya para murid menjadi satu. Demikian pula halnya dengan Paulus yang mendoakan kesatuan dalam Roh yang mempersatukan semua dalam damai sejahtera.

Saya pernah melatih sebuah tim bola. Kami sering bertanding melawan tim lain di Shanghai. Tim kami mampu naik peringkat dengan cukup pesat di dalam liga kota Shanghai saat itu. Saya belajar satu pokok penting dalam proses pembangunan tim ini, semangat persatuan. Sangatlah indah jika semangat persatuan itu muncul di dalam tim. Sangatlah indah untuk melihat kesatuan di dalam tim. Saya melihat bahwa di tim yang lain, setiap orang bekerja secara indivualis; mereka mau memamerkan kemampuan masing-masing, keahlian mereka. Namun, kami bekerja di dalam tim kami untuk menghasilkan kesatuan, dan itulah rahasia kemenangan kami. Saat setiap orang tanding, mereka tidak main sendiri-sendiri. Mereka main sebagai bagian dari tim, berusaha memikirkan bagaimana permainannya akan mempengaruhi anggota yang lain. Itulah yang penting dalam melayani Tuhan. Saya memerhatikan anggota tim apakah mereka memikirkan idea dan rencana sendiri, atau apakah mereka berusaha untuk hidup harmonis dengan yang lain.

Alangkah baiknya dan indahnya kalau saudara seiman tinggal bersama dengan rukun, sebagaimana yang digambarkan di Mazmur 133. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “dengan rukun” itu adalah “mereka diam dalam kesatuan.” Ini sesuatu yang sangat indah. Saat Anda mengalaminya, Anda akan tahu mengapa keprihatian utama kami adalah untuk menwujudkan keharmonisan.

Ada anggota team yang selalu memecah belah tim. Mereka bersikeras dengan pendapat mereka sendiri. Menurut mereka, cara mereka lebih baik dari orang lain. Namun, ada juga yang menyatukan. Ada rasa saling memiliki. Itulah harusnya sebuat jemaat. Apakah Anda termasuk yang menyatukan? Atau apakah Anda termasuk yang selalu melawan, mengkritik dan memecah belahkan gereja. Apakah Anda orang yang sering memikirkan kesalahan dan kekurangan orang lain.

Di Roma 16:17-18, inilah yang dikatakan oleh Paulus, kesatuan, hati yang bersatu adalah sangat penting. Hal yang menarik tentang ayat-ayat di sini adalah, Paulus sedang mengakhiri suratnya kepada jemaat di Roma, dan dia sedang memberikan salam ke orang-orang yang berbeda, satu daftar yang panjang. Dan tiba-tiba, dia menghentikan ucapan salamnya, di tengah-tengah itu, dia menulis ayat 17 –

“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” Kenapa? “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.       

Dalam melayani Tuhan, saat seorang itu tidak lagi peduli tentang kesatuan, pelayanannya sudah selesai. Paulus berkata, jangan terbuai dengan kata-kata yang muluk-muluk. Saya telah melihat orang yang punya sikap yang kritis, contohnya, tetapi mereka sangat bertalenta, berkemampuan, dan dalam pengertian tertentu orang-orang yang baik, tetapi karena sikap mereka yang menyebabkan perpecahan, pelayanan mereka sama sekali tidak ada kekuatan. Pelayanan yang dari manusia bukan Allah.


7. Bekerja bersama Allah

slaves of GodMari kita masuk ke pokok yang terakhir. Ayat 9 – Paulus membuat statemen yang luar biasa, “kita ada kawan sekerja Allah”.  Ungkapan yang unik, “kawan sekerja Allah”. Kita dipanggil untuk bekerja bersama Allah. Bukankah ini hal yang luar biasa? Karena dalam bekerja bersama-Nya, kita mengalami Dia.

Saya senantiasa mengalami Allah di dalam proses bekerja sama dengan-Nya.  Mereka yang melayani Allah sepenuhnya bergantung kepada Dia, sepenuhnya berada di dalam kendali-Nya, tetapi itu bukan berarti Anda sepenuhnya pasif. Banyak orang yang mengira, di bawah kendali Roh berarti menjadi boneka. Allah tidak mencari boneka yang sekadar digerakkan oleh dalangnya; Allah sedang mencari kawan sekerja. Dan semua kawan sekerja ini adalah orang-orang yang digerakkan dan dikuasai oleh kasih Kristus, sebagaimana yang tertulis di 2 Korintus 5:14 – kasih Kristus menguasai kita. Kasih ini yang menggerakkan orang mengelilingi dunia untuk memberitakan Injil. Mereka pergi ke tempat yang paling sukar untuk memberitakan Injil.

Ada yang di Tiongkok yang meresikokan nyawa dan kebebasan mereka, pergi ke tempat-tempat yang pelosok untuk memberitakan Injil. Kita telah bertemu dengan mereka yang dikuasai oleh kasih Kristus. Mereka tidak punya uang; keluar masuk penjara; dianiaya secara jasmani; dan bahkan sampai meninggal. Di dalam proses itu, mereka menceritakan tentang kisah-kisah dan pengalaman mereka dengan Allah. Bagi mereka ini, Allah sangatlah nyata.

Apakah Allah nyata bagi Anda? Apakah Allah hanya sebuah ideal? Kehidupan Kristiani kita sangat miskin saat kita tidak mempunyai pengalaman langsung akan Allah, atau sangat sedikit. Namun, jika Anda sadar bahwa Allah telah memanggil kita untuk menjadi kawan sekerja-Nya, sekalipun kita hanya jemaat biasa, kita akan banyak mengalami Allah. Sejujurnya, tanpa begitu banyak pengalaman nyata dengan Allah, saya tidak akan melayani-Nya. Jadi, bekerja samalah dengan Allah dan Anda akan mengalami-Nya. Allah akan menjadi sangat nyata bagi Anda.

 

Berikan Komentar Anda: