Pastor Jeremiah C | Yakobus 1:2-4 |

Dalam pendalaman Alkitab kita yang lalu, kita memusatkan perhatian kita pada Yakobus 1:1. Hari ini, kita akan memusatkan perhatian pada Yak 1:2-4.

2  Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
3 sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
4 Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan apa pun.

Terdapat suatu tema yang sangat menonjol di dalam Yak 1:2-8. Segenap bagian bacaan ini berbicara tentang ujian. Ujian macam apakah yang dibicarakan oleh Yakobus? Ada berbagai sisi dari ujian di dalam Alkitab seperti penderitaan akibat kemiskinan; sakit penyakit serta kelemahan jasmani; penganiayaan; tekanan emosi; dan sebagainya. Semua itu adalah hal-hal yang tidak kita inginkan.

Yakobus menyampaikan satu hal yang memusingkan di ayat 2 – dia menyuruh kita bersukacita di dalam berbagai ujian itu! Mentalitas macam apakah ini? Apakah itu berarti bahwa dia ingin agar kita mencari-cari penderitaan? Mengapa kita harus bersukacita di dalam berbagai-bagai ujian? Bagaimana kita dapat bersukacita saat menghadapi berbagai macam perkara yang tidak kita senangi? Mungkin kita perlu membaca sedikit lebih jauh lagi untuk mencari petunjuk tentang hakekat dari ujian-ujian yang disebutkan di sini. Bagaimana pun juga, kita tahu persis bahwa ujian yang dibicarakan oleh Yakobus ini jelas bukan hal-hal yang menyenangkan.

Sebelum kita masuk dalam pengertian mengapa kita harus bersukacita di dalam berbagai ujian, pertama-tama kita harus mengerti ujian macam apa yang dibicarakan oleh rasul Yakobus di sini. Jika Anda baca Yak 1:2-8, Anda akan segera melihat bahwa Yakobus sedang berbicara tentang ujian iman. Kita bisa melihat poin ini di dalam ayat 3. Saudara, tahukah Anda bahwa iman Anda kepada Allah harus melalui pengujian? Banyak orang yang berpikir bahwa percaya kepada Yesus itu adalah hal yang sangat mudah. Banyak orang berpikir bahwa dengan menyatakan diri mereka ‘percaya’ kepada Yesus maka mereka sudah menjadi Kristen. Selanjutnya segenap kehidupan mereka akan aman dan terjamin, segala sesuatu akan berjalan lancar, dan mereka bisa menikmati kehidupan yang stabil di dunia ini, tinggal menunggu saat pergi ke surga saja.

Suatu hari, saat mereka menghadapi kesulitan dan ujian, mereka akan sangat terkejut, mereka akan mulai mengeluh, dan beberapa orang bahkan akan meninggalkan iman mereka. Mereka tidak tahu bahwa orang-orang Kristen harus menghadapi banyak ujian. Anda bisa katakan bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan Kristen. Ujian juga merupakan satu aspek yang sangat penting dari kehidupan Kristen.

Di sini, Yakobus ingin mengingatkan kita bahwa iman kita kepada Allah pasti akan diuji. Saat kita menghadapi ujian, bagaimana pun juga, kita tidak boleh lupa bahwa berkat Allah tersembunyi di dalam ujian itu. Inilah tepatnya hal yang disampaikan di dalam ayat 12 –

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah.

 

Tujuan akhir ujian

Mengapa kita harus bersukacita di tengah berbagai macam pencobaan? Ayat 4 memberitahu kita alasannya. Ujian iman membantu kita untuk menjadi sempurna, utuh, tidak kekurangan sesuatu apapun. Apa maksudnya? Menjadi ‘sempurna’ bukan berarti menjadi tanpa cela. Bukan berarti bahwa seseorang tidak lagi membuat kesalahan apapun. Kesempurnaan yang disebutkan di sini berkaitan dengan kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani adalah kehidupan yang berlimpah, tidak kekurangan sesuatu apapun – mencakup hikmat, kuasa dan kasih rohani. Inilah tepatnya makna dari kata ‘utuh, tidak kekurangan sesuatu apapun’.

Dengan kata lain, ujian bisa membantu kita bertumbuh secara rohani menuju kedewasaan, menuju kepenuhan kedewasaan Kristus. Apakah Anda ingin memiliki pertumbuhan rohani yang pesat? Apakah Anda ingin lebih mengenal Allah? Apakah Anda ingin mengalami hidup yang berkelimpahan? Yakobus sudah memberitahu kita jalan menuju pertumbuhan rohani. Yakobus memberitahu kita bahwa kita harus menghadapi berbagai macam pencobaan jika kita ingin dewasa di dalam kehidupan rohani kita. Saat Anda menghadapi pencobaan dan kesukaran, Anda harus menyadari bahwa semua itu adalah cara Allah untuk membantu Anda bertumbuh.

Sebenarnya, bahkan orang non-Kristen juga sadar akan fakta ini – bahwa pencobaan membantu kita bertumbuh. Untuk bisa bertumbuh di dalam kehidupan ini, seseorang harus melalui berbagai macam sukacita dan kesedihan. Kita tidak bisa menyebut seseorang yang belum menghadapi badai kehidupan, belum menghadapi berbagai kesukaran dan pencobaan, sebagai orang yang dewasa. Kedewasaan sejati tidak datang bersamaan dengan usia atau pendidikan, melainkan lewat pemahaman dari pengalaman hidup. Kita semua tahu bahwa proses pertumbuhan itu bagi setiap orang terasa sangat berat, penuh dengan sukacita dan kesedihan yang silih berganti. Akan tetapi, proses ini harus dilalui oleh setiap orang dewasa.

Prinsip yang sama berlaku di dalam pertumbuhan Kristen. Iman kita harus menghadapi ujian. Hanya melalui ujian-ujian yang beragam itu baru kehidupan rohani kita bisa bertumbuh menuju kedewasaan. Bagaimanapun juga, setiap orang harus mencamkan poin bahwa ujian iman bukan kemalangan. Hal itu dipersiapkan bagi kita menurut tujuan dan waktu yang ditetapkan oleh Allah.

 

Ujian dan Terik Matahari

Yesus sudah memberitahu kita dengan sangat jelas akan hal ini di dalam perumpamaan tentang penabur benih. Saya menyinggung tentang perumpamaan penabur benih karena saya ingin agar setiap orang mengerti bahwa semua yang dikatakan oleh rasul Yakobus itu dilandasi oleh ajaran Yesus. Tanah jenis kedua di dalam perumpamaan itu mengingatkan kita akan poin ini. Matahari di dalam perumpamaan ini melambangkan kesukaran dan aniaya, yaitu pencobaan (Mat 13:21). Setelah membaca perumpamaan tentang penabur, pernahkah Anda berpikir mengapa tanah jenis yang kedua tidak menghasilkan buah? Apakah karena terik matahari (pencobaan) yang membuat mereka menjadi gagal? Bukankah mereka akan bisa sampai dengan selamat ke dalam kerajaan jika Allah tidak membiarkan mereka terkena pencobaan? Salah siapakah ini? Matius 13:21 dengan jelas memberitahu kita bahwa alasan mengapa mereka gagal adalah karena mereka tidak berakar, bukan karena ujian itu.

Cobalah renungkan makna perumpamaan itu – adakah tanaman yang tidak membutuhkan sinar matahari untuk membantu pertumbuhannya? Hampir semua tanaman memerlukan sinar matahari untuk bisa bertumbuh. Kita bukan saja tidak bisa menuduh matahari sebagai biang kegagalan tersebut, matahari justru membantu pertumbuhan tanaman tersebut, ia membantu tanaman itu memperdalam akarnya. Berhadapan dengan terik matahari, tanaman harus mencari jalan untuk memperdalam akarnya ke dalam tanah, dalam rangka mencari air supaya bisa bertahan menghadapi panas yang bisa mematikan itu.

Demikianlah, di dalam ujian iman ini, entah pencobaan itu berbentuk kesukaran atau aniaya, entah besar atau kecil, semua dipakai Allah untuk membantu kita memperdalam akar rohani, untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah, supaya kita bisa bertumbuh dan menghasilkan banyak buah bagi Tuhan.

Alkitab menggunakan gambaran lain lagi untuk melukiskan makna penting ujian iman. Rasul Petrus menggunakan gambaran pemurnian emas di dalam 1 Pet 1:6-7. Rasul Petrus memakai api sebagai gambaran ujian. Allah baru akan mendapatkan emas yang murni dengan memanaskannya dengan api. Semakin kuat panas dan lama emas itu berada di dalam api maka semakin murni dan berharga emas yang dihasilkan. Inilah yang dimaksudkan oleh rasul Yakobus sebagai menjadi sempurna, utuh dan tidak kekurangan sesuatu apapun.

 

Bagaimana caranya menghadapi ujian?

Bagaimana bertahan menghadapi pencobaan? Bagaimana kita dapat bersukacita menghadapi pencobaan? Jelaslah, karena ini adalah ujian iman, maka kita harus menghadapinya dengan iman. Pencobaan itu sendiri melibatkan penderitaan yang besar; ini bukanlah hal yang mudah. Itu sebabnya mengapa rasul Petrus juga ikut bersimpati atas tekanan yang diakibatkan oleh ujian itu (1 Pet 1:6-7). Akan tetapi, dia juga berkata bahwa tekanan itu hanya bersifat sementara. Jika kita tidak melihat ujian itu melalui mata iman, maka hati kita akan menjadi sangat berat, kita akan menggerutu terhadap setiap orang dan terhadap segala sesuatu, dan kita akan kehilangan harapan. Seorang Kristen yang bertahan di dalam iman kepada Tuhan akan melihat bahwa ujian ini hanya bersifat sementara. Imannya kepada Allah akan memberi dia harapan; dan harapan itu akan memampukan dia untuk mengatasi semua kesukaran dan aniaya.

Tentu saja, saat Yakobus memberitahu kita bahwa kita harus bersukacita, dia tidak bermaksud menyuruh kita untuk bersenang-senang di dalam penderitaan. Dia mengingatkan kita untuk memandang ujian ini melalui mata iman. Hanya dengan demikian, maka kita dapat melihat indahnya tujuan dan berkat yang Allah sediakan bagi kita di dalam ujian itu.

Saya teringat ketika Tuhan membiarkan saya melewati beberapa pencobaan di saat saya pertama kali mempercayai Dia. Orang tua saya dan seluruh keluarga saya sangat menentang keyakinan saya karena saya adalah orang pertama di tengah keluarga saya yang menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Setiap kali saya makan di rumah saudara perempuan saya, saya berdoa mengucap syukur kepada Allah karena telah memberi saya makan. Setiap kali saya berdoa, ipar saya akan mengeluarkan komentar yang kasar untuk mengejek saya. Dia memberitahu saya bahwa makanan itu tidak jatuh dari langit, makanan itu dibeli dengan uang yang diperoleh dengan susah payah. Sekalipun reaksinya itu menimbulkan tekanan yang besar bagi saya, saya tetap bertahan mengucapkan syukur sebelum makan.

Ketika saya tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari universitas. Keluarga saya memanfaatkan kesempatan ini untuk menegur saya, dengan berkata bahwa saya kurang berusaha keras dalam mencari pekerjaan karena saya selalu pergi ke gereja. Sebenarnya, hal itu bukan karena tidak ada lowongan pekerjaan. Hanya saja, saya bertekad untuk tidak memakai cara yang tidak jujur di dalam mendapatkan pekerjaan. Sebagai contoh, saya tidak memiliki pengalaman kerja, dan saya tidak mau membual bahwa saya punya pengalaman kerja. Saya terus meminta kepada Tuhan untuk memberi saya pekerjaan akan tetapi Tuhan tidak menjawab doa saya. Kadang kala, saya merasa tertekan. Suatu kali, saudara perempuan saya mengusahakan pekerjaan buat saya dan mengatur jadwal wawancara buat saya di tempat kerjanya. Pada wawancara itu, kepala unit meminta saya untuk bekerja di hari Minggu. Saya tidak mau mengorbankan ibadah hari Minggu. Dengan demikian, saya kehilangan kesempatan besar itu. Anda bisa bayangkan kemarahan keluarga saya saat itu.

Pada saat itu, saya hanya dapat terus bersandar pada penyediaan Tuhan dengan iman. Suatu hari, seorang teman sekelas saya mengambil inisiatif untuk datang ke tempat saya dan memberitahu bahwa dia tidak bisa bekerja dalam waktu setahun karena tulang tangan kanannya patah akibat kecelakaan lalu lintas. Dia memperoleh pekerjaan sebagai seorang programer komputer setelah lulus universitas dan dia ingin agar saya menggantikan tempatnya. Prestasi teman sekelas saya ini biasa-biasa saja, tetapi dia pandai berbicara, dan dengan mudah, dia berhasil mendapatkan pekerjaan. Demikianlah, betapa mudahnya saya mendapat pekerjaan dengan kondisi kerja yang sangat memuaskan (dari segi waktu, gaji dan lain-lainnya) bahkan tanpa perlu melewati wawancara.

Sangat mudah untuk mengenang kembali hal-hal di masa lalu. Akan tetapi sebenarnya, setiap ujian itu tidaklah mudah untuk saya tanggung. Saya bisa mengalami Allah setiap kali saya bersdia menghadapi ujian dengan iman. Setiap pengalaman itu meningkatkan daya tahan saya di dalam menghadapi ujian yang baru. Di dalam proses ini, hidup kita secara perlahan akan diubah oleh Allah, dan kita akan melangkah menuju kesempurnaan. Namun, pertama-tama, Anda harus memiliki iman kepada Allah. Kita bisa sandarkan iman kita kepada Allah untuk mengatasi ujian. Mari kita baca Yakobus 1:5.

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah  —  yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit  —  maka hal itu akan diberikan kepadanya.

Yakobus 1:5 memberitahu kita untuk meminta kepada Allah. Rasul Yakobus menggeser perhatian kita dari ujian itu ke arah Allah. Ini adalah poin yang sangat penting. Kita tidak bisa mengubah fakta bahwa ujian itu telah datang kepada kita, akan tetapi kita bisa memilih untuk menghadapinya dengan sikap hati yang seperti apa. Kebanyakan orang Kristen di saat menghadapi pencobaan dan ujian, mereka akan mulai menuduh orang lain dan segala sesuatu: mereka mulai menggerutu kepada Allah karena tidak menolong mereka; mereka akan menggerutu kepada orang lain karena tidak mengasihi; mereka akan meratapi betapa berat hidup yang mereka jalani. Akan tetapi semua keluhan itu tidak akan menolong kita mengatasi pencobaan itu. Menuduh orang lain, hanya akan membuat keadaan kita bertambah buruk.

Yakobus memberitahu kita bahwa pencobaan pasti akan menimpa semua orang Kristen. Kita perlu mengalihkan mata kita ke arah Allah, meminta Dia menganugerahkan kita kekuatan dan hikmat untuk menghadapi [ujian itu]. Jika kita memiliki hikmat rohani untuk memahami bahwa berkat Allah tersembunyi di dalam ujian itu, memahami kehendak Allah bagi kita, memahami bahwa Allah sedang membuat kita menjadi semakin serupa dengan Yesus melalui ujian itu – jika kita memahami semua itu, kita akan memandang ujian itu dengan sikap hati yang berbeda. Jika kita kekurangan hikmat rohani, mari kita arahkan mata kita kepada Allah, dan meminta Dia untuk menganugerahkan kita hikmat itu, supaya kita bisa memahami kehendakNya yang indah itu.

 

Rangkuman

Waktu untuk Pendalaman Alkitab kita hari ini sudah hampir habis. Saya akan merangkumnya secara singkat di sini. Hari ini, kita telah menelaah Yakobus 1:2-8. Secara khusus, kita hanya mengamati ayat 2-4 hari ini. Bagian bacaan ini terutama berbicara tentang ujian iman. Dari bacaan ini, kita melihat ada tiga poin yang penting:

  1. Iman setiap orang Kristen harus melalui pengujian. Yakobus mengingatkan kita untuk menghadapi setiap ujian itu dengan sikap hati yang berisi sukacita.
  2. Mengapa Yakobus ingin agar kita menghadapi ujian itu dengan sukacita? Yakobus 1:3-4 memberitahu kita bahwa ujian iman itu membantu kita bertumbuh, membantu kehidupan rohani kita menjadi dewasa, utuh dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Allah mengubah hidup kita melalui pencobaan-pencobaan itu, untuk membuat kita menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus. Hanya dengan cara itu kita bisa memperoleh berkat yang telah Allah siapkan bagi kita di dalam ujian-ujian itu.
  3. Di samping memiliki sikap hati yang benar dan aktif di saat menghadapi ujian-ujian itu, kita juga perlu mengarahkan mata kita kepada Allah, karena hanya Dia yang bisa menganugerahkan kita kekuatan dan hikmat untuk mengatasi ujian tersebut.

Apakah Anda sedang dalam kesukaran atau pencobaan? Pernahkah Anda berpikir bahwa apa yang sedang Anda hadapi adalah ujian iman persis seperti yang dibicarakan oleh rasul Yakobus ini? Sikap apa yang Anda pilih dalam menghadapi semua ujian itu setelah mendengar saran-saran dari Yakobus? Kiranya Allah menganugerahkan iman, hikmat dan kekuatan untuk mengatasi semua ujian itu melalui ucapan Yakobus.

Jika Anda belum menjadi seorang Kristen, atau mungkin, Anda sekarang ini sedang mempertimbangkan untuk percaya kepada Yesus, saya harap Yakobus 1:2-4 akan membantu Anda mempersiapkan diri Anda lebih baik lagi. Apakah Anda siap untuk menghadapi ujian iman? Perhitungkan dulu pengorbanan yang akan terjadi sebelum membuat keputusan apapun!

Karena keterbatasan waktu, kita hanya bisa menelaah ayat 2:4 hari ini. Nanti, kita akan lanjutkan membahas ayat 5-8. Mengapa Yakobus ingin agar kita meminta hikmat kepada Allah? Apakah hubungan antara hikmat di sini dengan ujian iman? Apakah tepatnya isi dari hikmat yang dibicarakan oleh Yakobus itu? Kita akan membahas semua pertanyaan itu nanti.

 

Berikan Komentar Anda: