Pastor Eric Chang | Matius 7:15-20

Kita akan lanjutkan pembahasan tentang ajaran Yesus di Matius 7:15-20

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.

Perikop yang sejajar dengan ini ada di Lukas 6:43-45.


Nabi-nabi palsu ada di tengah jemaat

Yesus berkata kepada para muridnya, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu.” Orang-orang itu akan masuk ke tengah jemaat dengan memakai bulu domba. Namun di balik jubah domba itu, jauh di dalam hati mereka, mereka itu ganas dan kejam. Mereka ganas, rakus dan serakah sama seperti serigala.

Dari luarnya para nabi palsu itu akan terlihat persis seperti domba. Jika Anda mengamati mereka di tengah kawanan domba, Anda tidak akan dapat membedakan mana domba dan mana serigala. Inilah hal yang menakutkan karena Anda tidak tahu bahwa di bawah jubah domba itu, mereka sebenarnya adalah serigala yang ganas. Seperti contoh klasik dari Yunani, mereka itu seperti kuda Troya yang berhasil menyusup ke dalam kota musuh. Dari luar, yang terlihat adalah sebuah patung kuda yang sangat besar dan tidak berbahaya. Penduduk kota menemukan kuda ini di luar pintu gerbang kota lalu membawanya masuk tanpa mengetahui bahwa di dalam patung itu bersembunyi pasukan musuh yang bersenjata lengkap. Demikianlah kota Troya akhirnya jatuh ke tangan musuh.

Yesus telah mengingatkan kita bahwa, “Tidak semua yang terlihat seperti domba adalah domba.” Alkitab menggambarkan orang Kristen sebagai domba. Jadi, jika Yesus berkata bahwa mereka terlihat seperti domba, itu berarti bahwa mereka terlihat benar-benar seperti orang Kristen. Yang paling menyedihkan adalah bukan hanya orang non-Kristen, tetapi orang Kristen sekalipun tidak dapat membedakan mereka. Karena itu, ketika domba palsu ini mengeluarkan taring serigala mereka dan mulai memangsa domba-domba yang lain, maka orang non-Kristen akan berkata, “Lihat apa yang dilakukan oleh kalian orang-orang Kristen.” Bagaimana Anda dapat berkata kepada mereka, “Yang ini bukan orang Kristen tapi serigala”? 

Dari peringatan Yesus ini, kita dapat melihat bahwa musuh yang berada di luar itu tidak seberapa berbahaya dibandingkan dengan musuh yang berada di dalam jemaat. Terhadap serigala yang berada di luar, si gembala bisa bersiaga dan melindungi kawanan dombanya. Namun, biasanya, serigala yang berada di tengah kumpulan domba baru ketahuan setelah terlambat. Pada saat ketahuan, mereka sudah menelan beberapa domba.

Siapakah orang-orang Kristen palsu dan juga nabi-nabi palsu itu? Bagaimana kita dapat mengenal mereka sebelum terlambat atau sebelum terjadi kerusakan yang terlalu parah? Dan jika kita berhasil menemukan mereka, apa yang dapat dilakukan? Setiap orang yang terlibat di dalam pekerjaan Allah di dalam waktu yang cukup lama, pasti akan tahu bahwa memang ada serigala di tengah gereja saat ini.


Jalan yang lebar vs jalan yang sempit

Namun, terlebih dahulu, kita perlu bertanya, “Apa hubungan antara firman ini dengan pembahasan tentang dua macam jalan yang kita bahas sebelum ini?”

Ada jalan yang sempit dan ada jalan yang lebar. Dan Yesus berkata, “Jika kamu ingin masuk ke dalam hidup, maka jalan yang menuju hidup itu adalah jalan yang sempit, akan tetapi, jalan yang menuju pada kebinasaan itu adalah jalan yang lebar.” Jalan yang sempit itu adalah jalan menuju hidup yang kekal. Jalan yang sukar untuk dilalui. Karena itu Yesus memperingatkan kita bahwa untuk menjadi orang Kristen yang sejati bukanlah perkara yang mudah. Dia juga memperingatkan kita bahwa jika Anda menjalani kehidupan Kristen yang sangat mudah, itu menunjukkan bahwa Anda telah salah jalur. Anda tidak sedang melangkah di jalan menuju hidup yang kekal. Jalan yang lebar adalah jalan menuju kebinasaan, dan jalan menuju kebinasaan itu sangatlah nyaman.

Itulah sebabnya, jika Anda menjalani kehidupan sebagai orang Kristen di jalur yang sangat nyaman, waspadalah! Yesus telah memperingatkan kita bahwa, kemungkinan besar, kita sedang salah jalur. Jika Anda tidak menghadapi masalah yang harus digumuli di dalam kehidupan rohani Anda, jika Anda merasa bahwa segala sesuatunya itu mudah dan santai, waspadalah!

Menjadi seorang Kristen sama seperti menjadi seorang prajurit yang dikirim menuju peperangan rohani. Kita diutus oleh Allah untuk masuk ke medan di mana peperangan rohani yang sedang berlangsung. Kita secara aktif terlibat dalam peperangan ini. Menjadi seorang Kristen bukanlah jalan pelarian dari persoalan hidup. Menjadi orang Kristen berarti menghadapi secara langsung persoalan-persoalan tersebut, bertempur dan menang. Setiap orang yang berkata bahwa Injil itu semacam candu bagi masyarakat adalah orang yang tidak tahu apa isi Injil itu.

Namun sayangnya, Injil sering diberitakan dengan cara yang membuat orang-orang membayangkan bahwa menjadi seorang Kristen itu berarti memperoleh dukungan moral untuk melarikan diri dari persoalan hidup. Jadi, kita tidak dapat menyalahkan orang non-Kristen jika dia salah paham tentang isi Injil, atau ketika orang-orang Kristen itu sendiri ternyata tidak mengerti juga. Seorang Kristen yang sejati adalah orang yang tidak takut menghadapi persoalan. Dia bukan orang yang mundur di saat keadaan menjadi berat. Dia adalah jenis orang yang mampu berkata seperti Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” [Flp 4:13]. Orang Kristen sejati tidak pernah dikalahkan karena dia adalah prajurit sejati. Itu sebabnya dia tidak takut melewati jalan yang sempit dan mendaki menuju ke kota Allah. Dia tahu bahwa kuasa Allah atau kasih karunia Allah, tersedia baginya. Dan dia tahu bahwa Allah adalah Allah yang hidup.

Jadi, orang Kristen yang sejati adalah orang yang tak terkalahkan. Dia tidak akan dapat ditaklukkan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa dia dapat dijatuhkan, akan tetapi dia tidak dapat dikalahkan. Anda bisa menjatuhkan dia, akan tetapi itu belum merupakan akhir dari pertarungan. Dia masih akan bangkit. Dia dijatuhkan, akan tetapi dia tidak dikalahkan. Dan setelah dia dijatuhkan, dia akan bangun untuk memenangkan ronde terakhir.

Namun kebanyakan orang tidak mau menempuh jalan yang sukar ini. Mereka gentar menghadapi tantangan dan kesukaran-kesukaran di dalam kehidupan Kristen. Mereka ingin datang ke gereja untuk mendengarkan kata-kata yang melegakan. Mereka datang untuk ditepuk pundaknya. Itulah sebabnya Yesus melanjutkan dengan berkata di dalam Matius 7:14, “Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

Dengan kata lain, orang-orang Kristen yang sejati akan menjadi minoritas dan yang lainnya itu akan menjadi mayoritas. Mungkin Anda akan berkata, “Wah, kalau begitu kita berada di pihak yang merugi. Kita akan menjadi minoritas jika menjadi orang Kristen yang sejati.” Ketahuilah bahwa di dalam sejarah, prestasi besar selalu diraih oleh minoritas. Penemuan-penemuan yang besar selalu dilakukan oleh sedikit orang saja, bahkan oleh perorangan. Amatilah setiap situasi, dan Anda akan tahu bahwa kaum minoritaslah yang selalu memimpin dunia. Anda hanya perlu melihat pada sejarah untuk memahami hal ini.


Kaum minoritaslah yang menentukan arah sejarah

Bagi mereka yang berasal dari China tentunya tahu persis sejarah modern di sana. Dari seluruh bangsa China, hanya ada sekitar 2 juta anggota partai komunis. Dua juta orang inilah yang membawa China, dengan penduduk 800 juta orang, di bawah kendali mereka. Mereka yang 2 juta itulah yang memerintah mayoritas. Silakan Anda hitung persentase 2 juta dari 800 juta orang, berapa angka persen yang Anda dapatkan? Kurang dari 1 persen orang yang mengendalikan segenap negeri. Dan yang 2 juta orang itu dikendalikan oleh beberapa orang saja. Jadi, pada akhirnya yang ada adalah sekumpulan kecil orang yang mengendalikan segenap negeri, menentukan nasib dan masa depan dari segenap bangsa China buat jangka waktu yang agak lama. Akan tetapi memang demikianlah kenyataan di sepanjang sejarah.  Dan tentunya dari sejarah kita menyadari bahwa seluruh gerakan ini pada dasarnya hanya bergantung pada satu pribadi yaitu Ketua Mao.

Hal yang sama ditemukan juga di kekaisaran Roma, kerajaan yang paling berkuasa di zaman itu. Tetapi bagaimana cara mereka menangani orang-orang Kristen? Dengan memasukkan orang Kristen ke penjara. Menjadikan mereka makanan bagi singa-singa. Orang-orang Kristen, pada awalnya, adalah kemompok minoritas yang sangat kecil. Namun jemaat kemudian semakin bertumbuh. Di dalam kurun waktu 200 tahun, suatu masa yang singkat dalam sejarah dunia, kerajaan Roma yang perkasa akhirnya berlutut di hadapan gereja. Kekaisaran yang tidak terkalahkan oleh bangsa-bangsa lain itu, menyerah kepada gereja. Tepat seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Dan alam maut tidak akan menguasainya.” [Mat 16:18].

Hal yang sangat menyolok adalah bahwa gereja dapat memenangkan setiap peperangan tanpa harus menghunus pedang dan bahkan dapat menaklukkan bangsa-bangsa yang kuat secara militer, seperti Roma yang merupakan pasukan yang terkuat pada zaman itu. Jadi, sekalipun mereka yang menemukan jalan sempit itu sedikit saja jumlahnya, tetapi mereka yang sedikit jumlahnya itulah yang menentukan arah sejarah.

Itulah sebabnya Kitab Suci berkata,

“Sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” [1 Sam 14:6]

Dan kita akan diselamatkan cukup dengan jumlah yang sedikit itu.

Itulah sebabnya mengapa di dalam peperangan dahsyat melawan orang Midian, Allah berkata kepada Gideon, “Pasukanmu terlalu banyak! Kamu hanya perlu 300 orang untuk berangkat menghadapi ratusan ribu pasukan musuh itu.” [Hakim-hakim pasal 7]. Dan ketiga ratus orang itu bahkan tidak perlu menghunus pedang mereka. Ini adalah sejarah militer yang sangat unik. Jadi, janganlah khawatir! Banyak orang Kristen, saat mereka datang kepada Tuhan, menjadi khawatir, “Jumlah kita sangat sedikit.” Jangan khawatir, Anda tinggal lihat nanti apa yang dapat Allah  kerjakan dengan jumlah orang yang sedikit itu. Sungguh luar biasa apa yang dapat Allah kerjakan. Melalui satu orang, Martin Luther, Dia mengubah sejarah Eropa. Melalui perubahan sejarah di Eropa, terjadi perubahan sejarah dunia. Semuanya ini hanya melalui satu manusia Allah! Luar biasa, bukankah demikian? Dan Martin Luther bahkan tidak pernah menghunus senjata!

Jadi, sekarang kita melihat adanya dua jalan di hadapan kita: jalan yang lebar dan yang sempit. Jalan yang mana yang akan Anda tempuh? Apakah Anda akan pergi bersama dengan orang banyak, atau mengikuti yang sedikit itu menuju hidup yang kekal? Mentalitas kita selalu mengikuti kerumunan orang banyak. Akan tetapi Yesus berkata, “Mari, ikutlah aku.” Namun pesan semacam itu tidak akan disampaikan oleh nabi-nabi palsu. Di sinilah Anda dapat melihat hubungan antara kedua perikop itu.

Pesan yang akan disampaikan oleh nabi-nabi pasu adalah: “Mari kita masuk ke jalan yang lebar.” Di sepanjang isi Kitab Suci, Anda akan melihat bahwa inilah ciri dari nabi palsu. Mereka adalah penganjur kesenangan dan merupakan penghibur bagi mayoritas orang. Mereka adalah orang-orang yang hanya membuai kesenangan dan perasaan Anda saja. Dengan kata lain, mereka tidak menyampaikan khotbah yang berpusat kepada Allah. Namun mereka akan menyampaikan khotbah yang sekadar menghibur telinga Anda saja. Mereka adalah jenis orang yang akan mengatakan betapa baiknya Anda, betapa hebatnya Anda.

Saya selalu khawatir pada pengkhotbah yang memulai dengan kata-kata, “Kalian umat yang hebat!” Mereka adalah nabi-nabi palsu. Semua orang senang mendengar ungkapan, “Aku hebat.” Nabi-nabi palsu pandai menggelitik telinga Anda. Mereka membuai Anda. Inilah ciri nabi-nabi palsu di dalam Perjanjian Lama. Secara khusus saya akan mengutipkan 1 Raja-raja pasal 22, yaitu tentang nabi Mikha, sebagai contoh tentang nabi yang sejati dan nabi yang palsu.


Ujian bagi nabi sejati

Mari kita baca di 1 Raja-raja pasal 22. Catatan tentang hal ini mencakup seluruh pasal tersebut. Kita akan masuk ke bagian yang khusus ini, yang dicatat sampai dua kali di Perjanjian Lama. Catatan yang kedua dapat dibaca di 2 Tawarikh pasal 18. Ini menunjukkan pentingnya peringatan tentang siapa itu nabi palsu dan nabi yang sejati. Di sepanjang sejarah, masyarakat sangat menghargai para nabi. Namun sayangnya, nabi-nabi yang belakangan ketahuan palsu ini memanfaatkan penghormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka. Hal apakah yang dapat kita lihat di dalam catatan di pasal 22 ini?

Terdapat dua raja, yaitu raja dari kerajaan utara dan selatan, atau raja Israel dan raja Yehuda. Raja selatan bernama Yosafat. Yosafat adalah orang yang baik, namun bukan orang yang cukup kuat. Raja utara adalah orang yang jahat dan bernama Ahab. Ahab ingin memerangi orang Aram. Mereka lalu sepakat untuk maju berperang, lalu Yosafat, berniat untuk bertanya kepada para nabi. Demikianlah, sekumpulan besar nabi dipanggil untuk memberikan nasehat mereka.

Namun para nabi ini tahu apa yang ingin didengar oleh kedua raja itu. Mereka tahu bahwa kedua raja itu ingin maju berperang, jadi mereka menyampaikan hal-hal yang memang ingin didengarkan oleh kedua raja itu. Mereka berkata kepada raja, “Majulah dan kamu akan menang.” “Majulah dan Allah akan menyertaimu.” Dengan enteng mereka memanfaatkan nama Allah. Akan tetapi, entah mengapa, raja selatan tidak terkesan dengan ucapan nabi-nabi dari utara ini. Tampaknya dia bisa membedakan bahwa mereka itu hanyalah ‘orang-orang yang mencari nafkah sebagai nabi [rice prophets]’. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti dorongan perutnya saja. Lalu ia berkata kepada raja utara, “Tidak adakah nabi lain lagi di kerajaanmu?” Raja utara berkata, “Ya ada, ada satu lagi nabi yang bernama Mikha, tetapi nabi yang ini selalu menyampaikan hal yang tidak ingin kudengarkan. Dia selalu mengecewakanku. Dia selalu saja menegurku. Aku tidak mau dengar nabi yang ini.” Namun raja selatan itu berkata, “Bawalah dia kemari dan mari kita dengarkan apa yang akan dia sampaikan.”

Lalu dikirimlah seorang utusan kepada nabi ini. Utusan itu, jelas sudah diperintahkan untuk berkata kepada sang nabi, “Nah, janganlah mengucapkan hal-hal yang menjengkelkan raja. Kau tahu bahwa dia ingin maju berperang.” Mikha menjawab, “Aku akan mengatakan apa yang disampaikan oleh Allah.” Ini adalah hal yang berbahaya karena ada juga nabi yang dipenggal kepalanya karena menyampaikan kebenaran!

Lalu, sampailah nabi Mikha di hadapan kedua raja itu. Ahab, raja utara, berkata, “Apa yang akan kau sampaikan? Haruskah kami maju berperang?” Mikha berkata, “Majulah! Pergilah berperang!” Sang raja, tentu saja, berkata, “Tidak! Aku mau mendengar hal yang sesungguhnya dari kamu. Aku mau dengar kebenarannya.” Orang ini ingin mendengar kebenaran, akan tetapi tidak mau melakukannya. Sama seperti begitu banyak orang Kristen! Bahkan orang non-Kristen juga ingin mendengar kebenaran, asal mereka tidak harus menjalankannya.

Lalu berkatalah Mikha, “Jika kamu maju berperang, maka Israel akan kehilangan kepalanya,” artinya, “kamu akan terbunuh.” Ahab berkata, “Lalu mengapa sekian banyak nabi ini berkata bahwa Allah akan menyertaiku saat aku maju berperang nanti? Kamu hanya satu suara sedangkan mereka banyak. Yang mayoritas selalu benar.”

Banyak orang yang berkata, “Bagaimana mungkin kamu berkata seperti itu? Aku belum pernah dengar ada orang lain yang berkata seperti itu. Mana mungkin semua orang itu salah dan hanya kamu yang benar?” Kita memiliki pemikiran bahwa suara mayoritas itu selalu benar, bukankah begitu? Tampaknya sang raja berkata, “Mereka itu juga nabi, bukankah begitu?” “Benar, mereka adalah nabi-nabi Allah.” Mikha tidak menyangkal hal tersebut. Lalu, bagaimana Mikha membuktikan kebenaran kata-katanya? Dia tidak punya cara untuk membuktikan bahwa dia benar, kecuali setelah peristiwa itu terjadi.


Dari buahnya kamu akan mengenal mereka

Lalu dia berkata kepada raja, “Dari takhta-Nya, Allah berkata, ‘Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang?'” Membujuk berarti membuat dia ingin maju berperang. “Lalu, tampillah roh dusta, roh penipu yang masuk ke dalam mulut para nabi palsu.” Sampai dengan titik itu, orang-orang masih belum tahu bahwa mereka itu palsu. “Dan mereka akan berkata kepada Ahab, ‘Majulah berperang dan kamu akan menang.’ Dengan demikian, ia akan mendapatkan keberanian, [karena] mereka semua berkata seperti itu.”

Lalu, salah satu dari para nabi itu tampil mendatangi Mikha dan menampar pipinya. Amatilah perilaku Mikha: dia tidak mengutuk; dia tidak memukul balik; dia tidak berkata apa-apa. “Dari buahnya” –  ini berarti kita harus memerhatikan perilaku mereka yang memberitakan Injil. Amati cara mereka berperilaku. Amati sikap mereka. Jika Ahab memiliki mata untuk melihat, dia seharusnya mempertanyakan orang yang maju menampar pipi Mikha ini, “Mungkinkah orang ini nabi Allah?” Jadi, kita tidak dibiarkan berada dalam keadaan tanpa bukti. Sebagaimana yang telah saya katakan, Mikha tidak membalas dengan cara apapun. Kita harus mengamati kehidupan dan perilaku mereka yang memberitakan Injil, untuk melihat adakah kebusukan yang muncul.

Lalu Mikha berkata kepada raja, “Jika kamu kembali hidup-hidup hari ini, maka aku bukanlah nabi Allah.” Perhatikanlah: nabi yang sejati mempertaruhkan hidup dan nama baiknya pada kata-katanya. Hal yang sama kita temuakan di dalam diri Yesus, Dia tidak berkhotbah secara kabur. Ucapannya dapat Anda uji. Jika Yesus berbicara, ucapan yang disampaikan itu jelas, tepat dan dapat diuji. Kata-kata Mikha dapat dibuktikan. Dia berkata bahwa raja akan mati jika dia berangkat perang. Tentu saja, jika raja ternyata tidak mati, maka akan terbukti bahwa Mikha salah dan nyawanya berada di tangan sang raja.

Demikianlah, sang raja lalu berangkat berperang, namun dia memenjarakan dulu nabi Mikha. Dia telah salah memenjarakan orang. Yang seharusnya dia penjarakan adalah kumpulan nabi palsu itu, karena merekalah yang telah mengirim dia menjemput maut dengan berkata, “Majulah dan Allah akan menyertaimu.” Padahal, kenyataannya, keberangkatannya itu berarti kebinasaannya.

Maka berangkatlah Ahab berperang. Dia mengira bahwa dia dapat mengakali Allah. Dia menyuruh raja Yosafat memakai kereta perang dan baju tempurnya, supaya pasukan musuh, saat melihat raja selatan ini, mengira, “Orang ini sangat mirip Ahab, raja utara itu.” Ahab menempatkan raja selatan di dalam keadaan yang bahaya untuk melindungi dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri. Ciri-ciri seorang yang buta secara rohani. Dia mengira bahwa dia dapat mengakali Allah, sehingga para pemanah musuh akan keliru menembak orang. Akan tetapi Anda tidak dapat menipu Allah, dan Anda juga tidak dapat membuat agar firman-Nya terbukti salah.

Lalu, apakah yang terjadi? Seperti yang diharapkan oleh Ahab, pemanah musuh memang mengira bahwa Yosafat adalah Ahab, lalu mereka mengarahkan semua tembakan mereka ke Yosafat yang malang. Ajaibnya, sekalipun semua panah diarahkan kepada Yosafat, tak satupun yang mengenai dia. Walau tak ada orang yang menembaki Ahab, ada anak panah yang mengenai dan membunuhnya. Tepat seperti yang dikatakan oleh nabi Allah, malam itu juga dia mati.

Jadi, dari keseluruhan gambaran ini, Anda dapat melihat perbedaan antara nabi palsu dengan nabi sejati. Nabi palsu adalah mereka yang selalu berkata, “Damai sejahtera, damai sejahtera,” padahal tidak ada damai sejahtera. Ini berarti, nabi palsu selalu mengabarkan hal-hal yang membuai perasaan dan khotbah-khotbah yang membuat Anda selalu merasa nyaman, yang sama sekali berbeda dengan jenis khotbah yang saya sampaikan. Khtobah saya membuat orang merasa tidak enak. Pernah ada orang yang berkata kepada saya, “Khotbah Anda tadi membuat saya sangat tidak enak, jadi, sebaiknya lain kali Anda menyampaikan khotbah yang menyenangkan untuk mengimbangi yang tadi.” Namun ini tidak berarti bahwa seseorang yang selalu menyampaikan hal-hal yang tidak enak itu adalah nabi sejati. Tetapi nabi sejati adalah orang yang tidak pernah menyampaikan kata-kata hiburan jika tidak diperintahkan, apa lagi jika situasi menuntut mereka untuk menyampaikan teguran. Gereja sekarang tidak membutuhkan kata-kata hiburan; yang dibutuhkan adalah kata-kata peringatan.


Cara-cara membedakan nabi palsu

Selanjutnya, perhatikan juga hal berikut yang diajarkan oleh Kitab Suci mengenai nabi-nabi palsu. Kata ‘nabi palsu’ dipakai sebanyak sebelas kali di dalam Perjanjian Baru. Jadi, dengan menempatkan semua ayat itu bersama-sama, kita memperoleh gambaran yang bagus tentang pekerjaan para nabi palsu. Mari kita lihat satu bagian bacaan di 2 Pet 2:1-3

Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Dari ayat-ayat yang sangat penting ini, kita belajar tiga hal tentang nabi-nabi palsu. Kita melihat bahwa ajaran mereka, pada intinya, menyangkal Sang Penguasa, menyangkal Kristus. Itulah poin yang pertama. Dan mereka memasukkan ajaran ini secara diam-diam. Apa artinya? Artinya adalah bahwa ajaran itu dimasukkan oleh mereka dengan cara yang sedemikian rupa sehingga sukar bagi Anda untuk memastikan bahwa ajaran tersebut menyangkal Kristus. Dengan kata lain, tidaklah mudah bagi Anda untuk mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi palsu. Tepat seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Mereka datang kepadamu dengan menyamar seperti domba.” Mereka terlihat sama seperti orang Kristen yang lain. Perhatikan bahwa mereka adalah guru dan seorang nabi adalah seorang guru. Dan mereka menyampaikan doktrin semacam ini sedemikian rupa sehingga Anda akan mengira bahwa mereka menyampaikan kebenaran, padahal mereka sedang menyampaikan dusta.

Bagaimana cara mereka melakukan ini? Dengan banyak cara! Pertama-tama, dengan selalu mengutip Kitab Suci. Kitab Suci adalah ‘bulu domba’ yang menyembunyikan ajaran sesat mereka. Segera setelah Anda menyampaikan sesuatu dan mengutip referensi Alkitab, kebanyakan orang akan berpikir, “Ah! Ada referensi ayat yang mendukung ucapan itu. Baiklah. Tentunya ucapan itu benar.” Jangan tergesa-gesa! Periksalah dengan teliti referensi yang diajukan untuk melihat apakah kutipan dari Kitab Suci ini memang benar-benar bermakna seperti yang dimaksudkan oleh orang tersebut.

Saya sering berurusan dengan orang-orang dari berbagai sekte dan Anda akan melihat bahwa mereka gemar mengutip ayat-ayat. Tentu saja, itu berarti bahwa jika Anda tidak menguasai Kitab Suci, maka Anda akan berada dalam kesulitan, karena Anda tidak tahu apakah ayat-ayat tersebut memang bermakna seperti yang dia maksudkan. Namun setidaknya, yang dapat Anda lakukan adalah untuk tidak mudah terpesona pada orang yang menenteng Alkitab dan mengutipkan berbagai ayat. Guru-guru palsu juga berkeliling dengan menenteng Alkitab di tangannya. Dan apabila Anda melihat tulisan ‘Alkitab’ di sampulnya, akan muncul semacam rasa lega di hati Anda, dan Anda berkata, “Ah! Ia pasti orang baik!” Setiap orang bisa saja membeli Alkitab dan membawa Alkitab tidak membuktikan apa-apa tentang seseorang. Dan kenyataan bahwa dia bisa mengutip beberapa ayat juga tidak membuktikan apa-apa. Tehnik mereka adalah berusaha membutakan Anda dengan pengetahuan.

Bagaimana mereka membutakan Anda dengan pengetahuan? Dengan mengutipkan banyak referensi Alkitab! Dia berkata, “Matius 7:16, Matius 8:16 …” demikianlah seterusnya. Dan Anda akan berkata, “Aku tidak bisa mengimbanginya. Dia sangat memahami isi Alkitab.” Sebenarnya, Anda akan mendapati bahwa kebanyakan guru palsu ini tidak pernah menghapal seluruh ayat Alkitab. Kebanyakan hanya itu-itu saja ayat yang mereka ketahui. Jika Anda ingin membuktikannya, ambillah pena dan kertas, dan Anda catat ayat-ayat yang mereka sampaikan. Saat ia memberikan Anda satu ayat referensi, katakanlah, “Mari kita cari referensi berikutnya.” Jika dia menyebutkan ayat lain lagi, katakan, “Mari kita cari yang berikutnya lagi.” Anda akan mendapati bahwa begitu dia mencapai referensi yang kesepuluh, dia sudah kehabisan bahan. Sebenarnya jika ia dapat memberi Anda sepuluh ayat, itu sudah cukup baik.

Saya mendapati hal ini berdasarkan pengalaman langsung. Saya pernah diajak untuk ikut serta dalam sebuah debat terbuka di Skotlandia. Saya tidak menyukai debat terbuka. Namun karena hal itu merupakan permintaan untuk mewakili orang-orang yang merasa kebingungan dan mereka ingin mendengarkan pandangan dari sisi yang lain [maka saya ikut serta dalam debat itu]. Lalu, orang ini mulai melontarkan berbagai ayat Alkitab. Saya meminta dia untuk terus mengajukan ayat-ayat rujukan berikutnya. Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk segera kehabisan bahan referensi, dan selanjutnya adalah giliran saya untuk mengajukan ayat-ayat referensi. Kelihatannya dia tidak tahu kalau ayat-ayat tersebut memang ada di dalam Alkitab. Demikianlah, kita mendapati bahwa jika Anda berurusan dengan nabi-nabi dan guru-guru palsu, saya katakan sekali lagi, janganlah terpesona hanya karena dia memegang Alkitab dan karena dia mengutipkan banyak ayat dari Alkitab. Bahkan setan juga mengutip dari ayat Alkitab.

Suatu hal yang harus diperhatikan untuk tidak ditipu adalah pemakaian kata-kata. Mereka mungkin akan memakai kata-kata dan istilah-istilah yang sama dengan yang Anda gunakan, tetapi dengan makna yang berbeda. Hal ini lazim ditemui jika Anda berurusan dengan para teolog, terutama para teolog liberal. Para teolog liberal ini menggunakan istilah-istilah yang sama persis dengan yang kita gunakan, akan tetapi mereka mempunyai makna yang berbeda. Jadi, mereka bisa berbicara sama seperti Anda mengenai kebangkitan Kristus, akan tetapi ayat-ayat itu tidak mereka artikan bahwa Yesus hidup. Mereka tidak berkata bahwa Yesus adalah Juruselamat yang hidup secara jasmani. Mereka tidak bermaksud mengatakan bahwa Yesus, secara harfiah, telah bangkit secara jasmani dari antara orang mati. Yang mereka maksudkan saat mengkhotbahkan kebangkitan Kristus adalah bahwa ajaran Yesus diteruskan sampai ke gereja zaman sekarang, dan karena itu Yesus hidup di tengah jemaat sekarang ini. Itulah yang mereka maksudkan dengan arti kebangkitan Kristus.

Akan tetapi jika Anda tidak tahu akan hal itu, Anda akan berkata, “Oh! Dia berbicara tentang kebangkitan; itu sangat alkitabiah.” Demikianlah, sekarang Anda dapat lihat betapa berbahaya dan gawatnya situasi di tengah gereja. Banyak dari antara mereka merupakan lulusan Sekolah Theologia. Mereka memahami isi Alkitab lebih baik dari Anda. Itulah sebabnya mereka disebut nabi dan guru palsu.

Mungkin saat Anda mendengarkan hal-hal yang membingungkan Anda, Anda mulai membatin, “Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya bisa tahu bahwa dia sedang bermaksud mengatakan sesuatu yang berbeda walaupun kata-kata yang digunakan itu sama? Bagaimana saya bisa menanganinya jika pengetahuan Alkitabnya jauh melebihi saya?” Tidak heran jika sebagian domba terjerat dalam ajaran palsu. Benar-benar keadaan yang sangat berbahaya! Karena itulah Yesus memperingatkan bahwa keselamatan kita terancam. Akan tetapi, kita boleh bersyukur kepada Allah karena ada hal yang dapat kita lakukan.

Hal kedua untuk mendeteksi nabi-nabi palsu dapat ditemukan di 2 Petrus. Dikatakan di situ bahwa orang-orang itu cara hidupnya dikuasai hawa nafsu. Hal ini dapat dilihat dari perilaku mereka. Kata ‘dikuasai hawa nafsu’ ini pada dasarnya bermakna sensual (tertarik pada hal-hal yang lahiriah, dalam pengertian yang buruk). Artinya, segala sesuatu yang bersifat kedagingan akan sangat menarik minat orang ini. Kadang kala Anda akan dapat melihat bahwa di dalam perilaku dan kebiasaannya akan muncul sifat-sifat kedagingan. Sebagai contoh, mereka cenderung bergaul sangat bebas dengan perempuan. Orang-orang seperti ini harus kita waspadai. Kalimat ‘dikuasai hawa nafsu’ itu di dalam bahasa aslinya menekankan pada masalah berahi. Jadi, guru-guru palsu itu adalah orang-orang yang kelakuannya akan membongkar kedok mereka sendiri. Akan tetapi pada awalnya, tentu saja, mereka akan sangat berhati-hati dalam bertindak. Namun, sejalan dengan waktu, perilaku mereka menunjukkan bahwa mereka termasuk jenis orang yang oleh rasul Petrus disebut sebagai orang yang membuat Jalan Kebenaran dihujat  dan dipermalukan.

Hal ketiga yang kita lihat di dalam ayat-ayat tentang nabi palsu ini adalah keserakahan dan kerakusan mereka. Mereka adalah orang-orang yang ingin memanfaatkan Anda. Mereka adalah jenis orang yang sangat berminat pada uang. Jika Anda bertemu dengan pendeta atau pengkhotbah yang sangat berminat pada uang, waspadalah! Besar kemungkinan bahwa dia itu nabi palsu. Tentu saja, setiap orang perlu uang untuk hidup, akan tetapi yang sedang kita bahas di sini adalah tentang sikap hati, tentang keterikatan dan kecintaan pada uang.

Oleh karena itu, waspadailah tanda-tanda yang menjadi ciri nabi palsu tersebut. “Dari buahnya, kamu akan mengenali mereka.” Akan tetapi situasi yang kita hadapi tidak sesederhana itu, Anda akan mendapati bahwa ini adalah hal yang sangat memusingkan jika Anda tidak berpengalaman di dalam peperangan rohani. Poin yang perlu Anda pahami di sini adalah: kuasa Iblis bekerja melalui nabi-nabi palsu ini, sehingga mereka bisa mengerjakan berbagai mukjizat.

Jadi poin keempat yang bisa kita pelajari dari Kitab Suci mengenai nabi-nabi palsu adalah ini: mereka (sebagian dari mereka, tidak semuanya) akan memperlihatkan tanda-tanda dan mukjizat, dan ini adalah perkara yang paling susah untuk ditangani. Kemampuan ini ada pada mereka karena mereka bekerja dengan kuasa Iblis. Hal ini dapat kita lihat dari ayat 24:24, atau di dalam Why 19:20.

Dengan kuasa iblis, mereka ini mampu melakukan hal-hal yang ajaib. Mereka dapat mengerjakan mukjizat. Mereka bisa berbahasa roh. Mereka bahkan dapat mengerjakan hal-hal yang tidak mampu dilakukan oleh orang Kristen rata-rata. Jadi, kita perlu menambahkan satu lagi peringatan atas peringatan yang sudah ada sebelumnya. Bukan sekadar, “Jangan terpesona pada orang yang membawa-bawa Alkitab sambil mengutipkan ayat buat Anda,” akan tetapi ditambah dengan, “Jangan terpesona pada orang yang bisa berbahasa roh.”

Saya pernah kenal dengan orang jahat yang bisa berbahasa roh. Jangan terpesona pada orang-orang yang dapat mengerjakan mukjizat! Yesus sudah memperingatkan kita bahwa nabi-nabi palsu akan mengerjakan mukjizat juga, dan mereka akan menyesatkan banyak orang, seperti yang kita lihat di dalam 2 Petrus ini. Mereka bisa menyesatkan Anda jika Anda tidak meneliti dan mempelajari prinsip-prinsip penting yang sedang kita bahas hari ini.


Kesaksian seorang pengikut setan yang diselamatkan oleh kuasa Allah

Banyak orang yang tidak mengerti bahwa Iblis juga punya kuasa sampai pada tingkatan tertentu. Saya ingin mendorong Anda semua untuk membaca buku berjudul From Witchcraft to Christ (Dari Sihir ke Kristus). Buku ini ditulis oleh seseorang yang tadinya adalah pengikut setan. Tahukah Anda bahwa di dunia ini ada pengikut setan, yaitu para penyembah setan? Mereka melakukan hal ini, tentu saja, untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Mereka juga kadang-kadang, seperti serigala, akan pergi ke gereja untuk menjalankan pekerjaan maut mereka.

Nah, perempuan ini berbicara berdasarkan pengalaman pribadinya tentang hal-hal yang bisa dilakukan oleh kuasa setan. Dia bahkan terpilih sebagai ratu penyihir aliran hitam di Inggris, di Bournemouth. Untuk bisa dipilih sebagai ratu sihir aliran hitam, dia harus menunjukkan kekuatan yang dahsyat. Demikianlah, ratusan calon akan berkumpul di bagian barat Inggris dan mereka akan berguguran satu persatu, dan mereka yang memiliki kekuatan yang unggul akan disaring lagi hingga tinggal beberapa peserta saja di babak final. Beberapa perserta babak final ini harus berjalan melewati api. Kobaran api itu tingginya mencapai dua meter lebih dan bisa terlihat dari jarak yang sangat jauh. Setiap peserta babak final harus melangkah secara perlahan melewati api yang tingginya lebih dari dua meter itu. Api itu sungguh-sungguh besar. Ratu sihir hitam akan dipilih sendiri oleh setan. Dia akan menyatakan pilihannya dengan cara muncul di dalam kobaran api itu; dia akan tampil terlihat oleh ribuan penyihir yang hadir di sana. Pada saat itu, perempuan inilah, yaitu Doreen Irvine, yang terpilih menjadi ratu. Belakangan hari, oleh kuasa Allah, dia diselamatkan dan diubahkan. Banyak setan yang diusir keluar dari dirinya. Sekarang ini dia berkeliling memberi kesaksian tentang kuasa Kristus. Dia mengalami perubahan dari ratu sihir hitam menjadi anak Tuhan. Saat saya masih tinggal di Liverpool, dia pernah datang ke Liverpool memberikan kesaksian.

Jadi, Iblis juga punya kuasa. Pernahkah Anda mendengar ada orang yang berjalan menembus api setinggi dua meter lebih? Hal ini mengingatkan kita dengan hal yang pernah terjadi pada tiga orang yang dimasukkan ke dalam api oleh Nebukadnezar. Begitu juga dengan apa yang terjadi di Mesir kuno, banyak dari mukjizat yang dikerjakan oleh Musa bisa ditiru oleh para ahli sihir. Jadi, janganlah terpesona pada mukjizat. Ingatlah selalu bahwa mukjizat bukanlah bukti keaslian seorang manusia Allah. Namun, tentu saja, memang sangat mudah untuk terpesona pada mukjizat dan melupakan apa yang telah Anda pelajari hari ini. Perlu saya sampaikan juga bahwa setelah mereka berjalan menembus api itu, para penyihir tersebut keluar tanpa adanya bau terbakar di pakaian mereka, persis seperti yang terjadi di dalam kitab Daniel.


Bagaimana menangani nabi-nabi dan guru-guru palsu

Saudara-saudari yang kekasih, sadarilah bahwa kita ini terjepit di tengah-tengah peperangan rohani, dan pihak-pihak yang melawan kita itu sangat besar kuasanya. Walaupun demikian, kita akan selalu menang di dalam setiap pertempuran itu. Saya sendiri sering terlibat di dalam konflik dengan kuasa jahat dan berhadapan langsung dengan Iblis. Saya telah melihat kuasa yang dipercayakan kepada kita, sekalipun kita ini tidak ada apa-apanya. Walaupun kuasa Iblis itu sangat besar, kuasa di dalam diri kita jauh lebih besar daripada kuasa Iblis, asal kita tahu bahwa kita memiliki kuasa itu. Tepat seperti yang dikatakan oleh Yesus di Lukas pasal 10 [ayat 19], “Aku memberikan kamu kuasa yang mengatasi kuasa musuh.” Saya telah membuktikan hal itu. Kita memiliki segala kuasa untuk mengatasi kuasa musuh.

Oleh karena itu, apakah posisi kita sekadar bertahan? Apakah posisi kita sekadar bertahan karena serigala-serigala itu yang datang ke tengah jemaat? Tidak sama sekali! Kita memiliki kuasa yang besar. Masalahnya adalah kita harus temukan dulu mereka sebelum kita dapat menangani mereka. Banyak guru palsu yang masuk ke gereja, dan saat kedok mereka terungkap gereja sudah berada dalam keadaan yang sangat parah. Saya sudah sering melihat serigala-serigala itu datang dari waktu ke waktu ke tengah jemaat. Jadi, apa yang akan terjadi jika guru-guru palsu itu datang ke gereja? Apa yang akan kita lakukan pada mereka saat kita menemukan mereka?

Apa yang tertulis di sini? Dikatakan, akan dipotong setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik. Pohon itu akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Yang menarik adalah bahwa kalimat ini ditulis bukan dalam bentuk yang akan datang (future tense), melainkan dalam bentuk sekarang (present tense). Kalimat ini menyatakan prinsip tentang hukuman atas perbuatan. Kalimat ini mencerminkan apa yang ada di kitab Ulangan di Perjanjian Lama, misalnya di Ulangan 13:1-5, bahwa nabi palsu akan menerima hukuman mati. Ini bukan berarti bahwa kita, sebagai jemaat, akan menendangnya keluar gereja dan menempatkannya di depan regu tembak. Maksudnya adalah bahwa kuasa Allah akan bekerja mengakibatkan kebinasaan pada dagingnya. Sangatlah mengerikan jika jatuh ke tangan Allah yang hidup.

Ini berarti, jika kita menemukan nabi palsu di tengah gereja, kita harus menyerahkannya pada kebinasan tubuh. Seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus di 2 Petrus di bagian yang sedang kita bahas ini, “kebinasaan atas diri mereka segera datang.” Ini adalah salah satu aspek dari kuasa Allah di tengah jemaat yang sekarang ini jarang dipahami oleh banyak orang Kristen. Namun saya percaya bahwa pada waktunya nanti, Anda semua akan mengerti karena Allah melindungi umat-Nya. Dia memelihara gereja-Nya. Allah adalah Allah yang hidup. Jadi, peringatan ini diberikan bukan karena Allah tidak bisa melindungi domba-domba-Nya tetapi Ia mau agar kita berwaspada. Jika tidak, maka Anda akan pergi mengikuti nabi palsu atas kehendak Anda sendiri. Jadi ingatlah, dari buahnya Anda akan mengenali mereka.


Penghakiman diadakan terhadap setiap pohon

Di [Mat 7] ayat 19, dikatakan bahwa setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang. Dengan kata lain, Yesus tidak membatasi hal penghakiman ini hanya pada nabi-nabi palsu saja. Penghakiman akan datang kepada semua pohon, bukan hanya kepada nabi-nabi palsu. Maksudnya adalah: Jangan menyibukkan diri mencari-cari nabi palsu lantas lupa bahwa melalui buah Anda sendiri, Anda juga akan dikenali oleh orang lain. Karena jika Anda tidak menghasilkan buah yang baik, maka Anda juga akan ditebang. Janganlah berkata, “Aku ini orang Kristen; aku percaya kepada Yesus dan aku sudah dibaptis.” Berapa banyak orang yang mengira bahwa dia orang Kristen hanya karena alasan tersebut? Anda adalah seorang Kristen jika Anda menghasilkan buah yang baik. Itulah hal yang disampaikan oleh Yesus di sini. Pohon macam apakah yang tidak ditebang? Apakah pohon-pohon yang berkata bahwa mereka telah dibaptis, atau yang berkata, “Aku percaya kepada Yesus”? Bukan! Hanya pohon yang berbuah baik!

Apa artinya menghasilkan buah? Artinya adalah perilaku yang muncul dari hidup Anda. Yaitu cara Anda berperilaku dan sikap Anda terhadap orang lain. Itulah hal-hal yang Allah perhatikan. Sebagai seorang anak Allah, kita harus tahu bahwa jika kita menghasilkan buah yang buruk, maka itu berarti kita bukan Kristen sama sekali. Karena di Matius 7:18 dikatakan, “Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,” tepat seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes di 1 Yoh [5:18], “setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa,” artinya, tidak terus menerus berbuat dosa. Jadi, janganlah berkata, “Tak peduli bagaimanapun caraku menjalani kehidupan ini, yang penting aku orang Kristen.” Tak heran jika orang non-Kristen berkata, “Aku tidak dapat melihat di mana letak perbedaan antara seorang Kristen dengan yang non-Kristen.” Seharusnya ada perbedaan yang mencolok antara keduanya. Jika hidup Anda tidak berbeda dari hidup orang non-kristen, maka besar kemungkinan Anda ini bukan orang Kristen sama sekali. Harus ada perbedaan yang nyata antara buah yang baik dengan buah yang tidak baik. Hal tentang arti buah itu sendiri bisa kita lihat di dalam Galatia pasal 5. Di sana kita diberitahu tentang buah dari daging, yang digambarkan sebagai perbuatan daging.

Perbuatan dan buah adalah hal yang sama di dalam Kitab Suci. Banyak ahli kitab, di dalam niat luhur mereka untuk memisahkan makna keduanya, telah melangkah keluar dari jalur. Sebenarnya, jika Anda periksa semua referensi yang ada, istilah buah dan perbuatan adalah kata yang sinonim (punya arti yang sama). Dengan demikian, di dalam kehidupan seorang Kristen yang sejati, Anda akan melihat adanya kasih, sukacita yang tertib, damai sejahtera, kelemah lembutan, kerendahan hati – semua yang diuraikan di Galatia 5. Hal-hal ini akan membuat orang yang bersangkutan tampil berbeda dari yang lain. Bisa terlihat dari semua hal-hal kecil yang dia lakukan. Sungguh indah jika Anda melihat seorang Kristen yang sikapnya sangat menyenangkan!

Ada sebagian orang Kristen yang selalu berpikir untuk mengerjakan sesuatu hal yang besar bagi Allah. Saya rasa kita bisa memulai dengan menjadi orang yang lebih ramah dari biasanya. Jika kita dapat menjadi orang yang sedikit lebih ceria, itu saja sudah luar biasa. Akan tetapi mereka ingin melakukan perkara yang besar, padahal perkara yang kecil saja belum mereka jalankan. Seharusnya mereka memulai dari yang kecil-kecil dulu, umpamanya dengan bersikap lebih bertenggang rasa.

Saya teringat seorang saudara seiman yang pernah tinggal bersama kami di Inggris. Setiap kali mandi, dia mengubah lantai kamar mandi kami menjadi kolam renang. Dia meninggalkan bak mandi dengan sisa busa sabun di mana-mana. Inilah yang disebut dengan buah yang tidak baik. Setelah mandi, dia langsung keluar, mungkin berharap agar ada orang lain yang akan membuang limpahan air itu dan membersihkan bak mandi. Menjadi seorang Kristen mencakup hal yang sangat praktis. Artinya, bersihkanlah bak mandi dan buanglah limpahan air itu. Saya mendapati bahwa sebagian orang Kristen yang ingin melakukan pekerjaan yang besar bagi Allah seharusnya bisa memulai cukup dengan membersihkan bak mandi. Biarlah terlihat bahwa di dalam hidup ini kita menghasilkan jenis buah yang memuliakan Allah.

Marilah kita semua menguji buah kita sendiri dan mencari tahu apakah kita sedang berada di jalan sempit yang menuju hidup kekal atau tidak.

 

Berikan Komentar Anda: