Pastor Eric Chang | Matius 7:13-14

Mari kita baca Mat 7:13-14:

Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.

Baca juga Lukas 13:23&24:

Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”  Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku  kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Kedua perikop itu tidak persis sama, akan tetapi keduanya memiliki satu poin yang mirip, yaitu keselamatan bukanlah perkara yang mudah. Di Matius 7:13-14 Yesus sudah sampai pada bagian akhir dari pengajarannya dalam Khotbah di Bukit. Dari pengajaran Yesus di Khotbah di Bukit, Anda akan melihat bahwa keselamatan memang bukan hal yang mudah.

Di pesan yang lalu, kita melihat bahwa Allah adalah Allah yang hidup yang berjanji untuk menjawab doa kita. Yesus khawatir kita tidak meminta, itu sebabnya dia berkata, “Mintalah!” Dia mendorong kita dan bahkan memerintahkan kita untuk meminta. Jika kita tidak meminta dan mengalami sendiri jawaban doa dari Allah maka kita akan selamanya hidup di dalam kemiskinan rohani karena kita tidak akan pernah mengenal Allah secara pribadi. Dan memang ada banyak orang Kristen yang percaya di dalam teori saja karena mereka tidak memiliki pengalaman pribadi hidup bersama Allah. Itu sebabnya mereka juga kekurangan keyakinan.

Namun hal meminta itu ada syaratnya dan persyaratan itu ada di ayat 12, yakni kita harus mengerjakan kehendak Allah. Apakah itu merupakan syarat yang sulit? Sulit atau tidaknya tergantung pada diri kita sendiri.


Apa yang membuat jalan itu sempit dan sesak

Mengapa jalan itu adalah jalan yang sempit? Mengapa jalan itu sukar? Apakah karena Allah ingin membuat hidup kita ini menjadi susah? Mengapa Dia tidak membuat kehidupan orang Kristen menjadi lebih mudah? Namun saya bersyukur karena Yesus selalu jujur sepenuhnya dengan kita. Yesus tidak pernah menggoda kita dengan kata-kata yang manis. Dia tidak memberikan kita obat berlapis gula. Ia tidak memberikan janji palsu. Dia selalu berkata, “Aku sangat senang engkau mau mengikut aku, tetapi ketahuilah bahwa jalannya sangat sukar.”

Apakah sukar mengerjakan kehendak Allah? Hal ini sangat bergantung kepada kita. Akan sangat sukar jika kita sudah terbiasa mengikuti kehendak kita sendiri. Sangat susah melakukan kehendak Allah Bapa di surga jika kita sudah terbiasa tidak taat. Jalannya sangat amat sukar jika kita selalu ingin mengambil jalan kita sendiri.

Saya sangat heran mengapa anak-anak kecil suka mempersulit hidup mereka sendiri dengan bersikeras mau melakukan kemauan mereka sendiri. Pagi ini, anak perempuan saya mengenakan baju merah yang cantik. Tetapi dia merasa bahwa baju itu terlalu pendek karena rok yang pendek tidak lagi popular. Dia berkata, “Baju ini terlalu pendek.” Dia ingin agar baju itu diperpanjang lagi sekitar tiga atau sampai lima sentimeter. Ibunya berkata kepadanya, “Tapi baju ini tidak dapat dipanjangkan lagi.” Jadi, dia menggerutu dan mengomel tentang bajunya. Akhirnya ibunya berkata, “Baiklah, pakai saja baju yang lain.” Tetapi ia tetap mau memakai baju merah itu tetapi harus diperpanjangkan dulu. Hanya gara-gara baju ini, kami harus membuang begitu banyak waktu.

Tentu saja, setiap orang tua ingin agar anak mereka terlihat manis. Mengapa dia tidak mau memahami bahwa apa yang dia khawatirkan juga merupakan kekhawatiran kita? Namun cara anak-anak bertingkah seolah-olah orang tuanya ingin membuat dia terlihat sangat jelek, dan dengan demikian, dia harus membela serta melindungi kepentingannya.

Bukankah kita juga sangat pintar dalam hal menyusahkan hidup kita sendiri? Mengapa setiap kali Tuhan menyuruh kita untuk mengerjakan sesuatu, kita memprotes, membantah dan mengeluh? Apakah kita pikir bahwa Allah kurang mempedulikan kesejahteraan kita dibandingkan dengan kepedulian kita pada diri kita sendiri? Itu sebabnya, di dalam perikop yang sebelumnya, Yesus megajarkan kita, “Tidakkah kamu mengerti bahwa Bapamu di surga sangat peduli kepadamu, bahwa Dia mengasihi serta menyayangimu? Belum mengertikah kamu akan hal itu? Kalau kamu sudah mengerti, lalu mengapa hal mengerjakan kehendak-Nya itu menjadi susah, padahal kehendak-Nya itu demi kebaikanmu?” Mengapa kita mempersulit hidup kita sendiri dengan cara memprotes dan memaksakan jalan kita sendiri?

Jadi, sebenarnya jalan Allah bukanlah jalan yang sukar. Jalan itu menjadi sukar karena kita memaksakan jalan kita sendiri. Saya mendapati bahwa jalan Allah itu cukup mudah untuk ditempuh. Jika Allah berkata, “Berjalanlah di sini,” maka berhentilah memprotes. Katakan saja, “Baik, Tuhan, jika itu yang Kau mau, aku akan berjalan di sini.” Namun kita selalu saja ingin berbantah.


Kuasa Allah terlihat saat kita taat

Yesus mengajarkan, “Jika musuhmu menampar di pipi yang satu, berikanlah pipimu yang satu lagi.” Lalu tanggapan kita adalah, “Hah! Tidak, tidak, itu tidak baik. Aku tidak suka cara ini.” Mendadak saja, kita menjadi pemikir yang ulung. Kita akan beragumentasi tentang bahaya, masalah dan resiko mengambil tindakan yang tidak bijaksana itu, “Orang-orang itu akan memperlakukan kita seperti keset dan akan menginjak-injak kita. Kita harus menegakkan hak kita di dunia ini. Ajaran semacam itu tidak praktis!” Demikianlah, penolakan itu terus berlanjut tanpa ada akhirnya. Tak heran jika ajaran ini tidak pernah diterapkan.

Saat Allah menyuruh Anda mengerjakan sesuatu, mengapa tidak katakan, “Baiklah, Tuhan, jika Engkau yang menyuruhnya, maka inilah yang harus aku lakukan.” Mengapa tidak mencari tahu apa yang akan terjadi saat Anda menerapkan ajaran tersebut? Cobalah sendiri dan lihatlah apa yang akan terjadi. Lihat apakah orang-orang akan memperlakukan Anda sebagai keset atau tidak. Anda mungkin akan sangat terkejut melihat betapa argumentasi Anda yang seolah-olah terlihat cerdas itu sebenarnya tidak berlaku. Jika Anda menerapkan perintah Allah yang disampaikan melalui pengajaran Yesus dan bukannya memprotes melulu, Anda akan mulai melihat kuasa Allah bekerja. Anda akan terkejut melihat kehidupan orang-orang lain yang mulai berubah melalui Anda!

Banyak dari antara Anda yang pernah mendengar tentang David Wilkerson, yang menulis buku The Cross And The Switchblade (Salib dan Pisau Saku). Wilkerson, pada suatu hari, memutuskan untuk menerapkan ajaran ini di dalam hidupnya –  ia pergi ke tempat mangkal para berandalan dan bersaksi di sana. Setelah menerapkan ajaran ini, perhatikanlah apa yang terjadi? Orang-orang mulai berpaling kepada Tuhan dan diselamatkan.

Mengapa kita membuat urusan menjadi susah, selalu mempersoalkan ajaran Tuhan? Coba jalani saja dan lihat hasilnya. Tentu saja, langkah yang pertama sangatlah susah. Tetapi setelah Anda mengambil langkah yang pertama itu Anda akan dikagetkan dengan hasilnya.

Namun setiap kali orang menyampaikan tentang Khotbah di Bukit, yang saya dengar adalah segala macam omong kosong intelektual, penolakan dan bantahan, “Tidak mungkin dapat hidup dengan ajaran semacam ini.” Dari mana Anda tahu itu? Pernahkah Anda mencobanya? Dan jika Anda belum pernah mencobanya, bagaimana Anda tahu bahwa ajaran itu tidak dapat dijalani? Penolakan muncul karena Anda tidak mau menjalaninya! Itulah kebenaran yang sejujurnya. Mengapa tidak mengaku saja secara jujur?

Dan Anda berkata, “Yah, ajaran ini hanya cocok buat orang yang berpikiran sederhana yang mengimani kata Yesus, “Burung-burung di udara, Allah menyediakan makanan buat mereka. Bunga bakung…’ Tetapi, aku bukanlah bunga bakung atau burung di udara. Ajaran ini hanya cocok buat bunga di padang dan burung-burung yang di udara. Akan tetapi aku ini lebih unggul dari mereka; aku ini makhluk yang canggih. Aku bukanlah orang yang pikirannya begitu sederhana. Maksudku, burung tidak memerlukan mobil; mereka tidak perlu naik pesawat terbang. Aku tidak dapat melayang di udara tanpa pesawat terbang. Burung-burung punya sayap, tapi kita butuh pesawat terbang, dan dengan demikian, kami perlu banyak uang.” Demikianlah, kita akan membantah terus. Bagi kita hidup berlandaskan iman dan menaruh kepercayaan kepada Allah hanya cocok buat burung-burung dan bunga-bunga saja.

Pernahkah Anda mencobanya? Coba dan lihatlah hasilnya. Anda akan mendapati bahwa kepedulian Allah terhadap Anda memang benar-benar jauh melampaui kepedulian-Nya terhadap burung-burung. Jadi, tentu saja, hal ini akan menjadi susah jika Anda tidak mau menjalankannya. Jelas saja, hal itu memang berat. Kehendak Allah menjadi berat bagi orang yang mengeraskan hatinya. Akan tetapi mudah bagi mereka yang berkata seperti Petrus, “Aku akan mengerjakan seperti yang kau suruh. Jika engkau menyuruh seperti itu, itu baik buatku.” Kita tidak bergumul. Kita tidak membantah. Kita langsung saja mengerjakannya! Selanjutnya kita akan mendapati bahwa hal tersebut tidak terlalu susah. Kita akan mendapati bahwa kehendak Allah adalah demi kebaikan kita.

Saat mendengar ajaran memberi pipi yang satu lagi, jangan berkata, “Bukan wajah engkau yang terkena tamparan tapi wajah aku. Enak sekali mengajari aku untuk membiarkan wajah aku ditampar!” Tidaklah Anda tahu bahwa hati Tuhan juga sakit waktu kita ditampar orang? Ketika Saulus menganiaya orang-orang Kristen, Yesus berkata, “Mengapa kamu menganiaya Aku?” Ada juga ayat yang indah di dalam Perjanjian Lama yang mengatakan, “”In all their affliction he was afflicted [(KJV), (dalam segala kesesakan mereka, Ia sendiri ditimpa kesusahan mereka).” Di dalam segala kesesakan bangsa Israel, Allah Yahweh ikut menderita bersama mereka. Dia peduli kepada kita! Lalu, mengapa sampai begitu susah untuk mengerjakan kehendak-Nya?


Allah sudah membuka pintu, kita harus berjuang untuk masuk

Namun ada masalah-masalah yang lainnya. Di Matius 7.7 Yesus berkata, “Kalau kamu meminta, maka kamu akan diberikan. Kalau kamu mengetuk pintu, maka pintu akan dibukakan buatmu.” Jika pintu sudah terbuka, tentunya urusan menjadi mudah. Lantas, persoalan apa yang muncul di sana? Begitu pintu sudah dibuka, Anda masih harus masuk. Perhatikan apa yang dikatakan, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Namun begitu pintu sudah dibukakan, tak ada orang di belakang Anda yang mendorong Anda untuk masuk. Anda harus masuk sendiri. Hal ini menunjukkan mana bagian Allah dan mana bagian kita di dalam karya keselamatan ini.

Kerajaan Allah terbuka bagi kita saat kita berseru kepada-Nya. Akan tetapi pintu kerajaan Allah bukanlah semacam pintu jebakan. Itu adalah pintu biasa, sebuah pintu gerbang. Ada orang yang mengajarkan tentang keselamatan seolah-olah pintu kerajaan Allah itu seperti semacam pintu jebakan: Anda menekan tombol, pintu itu terbuka, dan Anda langsung jatuh ke dalamnya.

Pintu itu adalah pintu gerbang yang dibuka buat Anda, tetapi Anda harus melangkah masuk sendiri. Allah, di dalam belas kasihan dan kasih karunia-Nya membuka pintu itu. Itulah kasih karunia. Anda tidak akan bisa menjebol pintu itu. Akan tetapi, kasih karunia yang diajarkan dalam Alkitab tidak boleh diartikan sampai-sampai menghilangkan tanggung jawab di pihak manusianya. Jadi, ketika Allah, dalam kasih karunianya, membuka pintu lebar-lebar bagi kita, kita masih harus melangkah masuk ke dalam.

Namun, sebagaimana yang telah dinyatakan, pintu ini, walaupun terbuka bagi kita, adalah pintu yang sesak. Untuk masuk diperlukan perjuangan tertentu. Anda harus merendahkan diri Anda, Anda harus membungkukkan diri Anda. Anda harus melepaskan semua beban yang menumpuk di pundak Anda. Beban dosa Anda harus ditinggalkan. Anda tidak boleh membawa semua sampah itu ke dalam kerajaan Allah. Anda harus menyingkirkan semua kelebihan beban dan melangkah masuk. Jadi, langkah masuk itu bukanlah perkara yang mudah.


Pengajaran di zaman ini berbicara tentang ‘Iman yang sederhana’

Sekarang ini banyak yang mengajarkan bahwa untuk diselamatkan, yang diperlukan hanya sekadar memiliki ‘iman yang sederhana’. Apa arti dari ‘iman yang sederhana’ ini? Apakah ‘iman yang sederhana’ itu memang betul-betul sederhana? Apakah ‘iman yang sederhana’ itu berarti iman gampangan?  Apa makna dari iman yang gampang ini. Apakah itu berarti bahwa merupakan hal  yang mudah untuk memiliki iman? Apa makna yang sesungguhnya? Saya kira yang dimaksudkan adalah bahwa diselamatkan itu adalah hal yang mudah. Diselamatkan hanyalah sekadar masalah mempercayai.

Namun coba lihat apa yang diajarkan Yesus. Amatilah ajaran di dalam Perjanjian Baru dan lihat apakah Anda dapat menemukan iman yang disebut sederhana, iman yang gampang atau iman yang katanya sangat mudah untuk dimiliki. Menurut Yesus hanya ada satu jenis jalan yang gampang, yaitu jalan menuju kebinasaan. Jika Anda mendapati bahwa iman yang dimiliki Anda itu mudah sekali Anda mendapatkannya maka Anda perlu meneliti apakah iman Anda itu termasuk jenis iman yang menyelamatkan atau tidak. Jadi, jika saat ini Anda sedang melalui jalan yang mudah, Anda sebaiknya bertanya, “Apakah aku sedang berada di jalan keselamatan atau tidak?” Di dalam Alkitab, tidak ditemukan satu pun hal yang mengajarkan bahwa iman itu gampang.


Kitab Suci berbicara tentang orang benar yang nyaris tidak diselamatkan

Jika ada orang yang berbicara kepada Anda tentang ‘iman yang gampang’ atau ‘iman yang sederhana’, maka ingatlah kata-kata yang diucapkan oleh rasul Petrus di 1 Petrus 4.18. Di sana dikatakan,

“Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”

Petrus sangatlah teliti dalam menyusun kata-katanya. Dia tidak berkata, setiap “orang Kristen” tetapi ia berkata “orang benar“, karena tidak semua orang Kristen adalah orang benar. Dia berkata, “Hanya orang benar” –  orang Kristen yang benar –  “yang akan diselamatkan” walaupun itu hampir-hampir tidak terjadi.

“Hampir-hampir tidak diselamatkan” berarti diselamatkan dengan susah payah. Akan tetapi, di zaman sekarang ini, ada beberapa pendeta dan pengajar yang justru menyampaikan hal yang bertentangan. Menurut mereka, perkara diselamatkan itu adalah persoalan sederhana dan yang diperlukan hanya, ‘iman yang sederhana’. Ini jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab, sebagai contoh di Kisah 14:22. Di sini, Paulus disebut

“menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”

Masuk ke dalam kerajaan Allah melalui banyak sengsara! Jadi, apakah itu perkara yang mudah?


Sangat sedikit yang menemukan jalan sukar yang menuju ke kehidupan

Apa gambaran yang Yesus lukiskan bagi kita di perikop ini. Perhatikan kata-kata yang dipakai, “”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan“.  Perhatikan kata-kata ini, “Karena sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Terdengar sangat berbeda dengan apa yang biasa kita dengarkan hari ini, bukankah demikian?

Mengapa saya tidak ikut-ikutan orang banyak yang berkata bahwa diselamatkan itu adalah urusan gampang? Keuntungan apa yang saya dapatkan dengan menyatakan bahwa ini adalah perkara yang sulit? Akan tetapi saya harus menyampaikan apa yang diajarkan oleh Firman. Saya berdiri di sini bukan sebagai seorang salesman yang mengobral barang murahan. Yesus menunjukkan bahwa keselamatan adalah perkara yang sulit. Tetapi gereja memutuskan untuk sedikit menurunkan harga dan menyelenggarakan obral keselamatan dengan menjual murah keselamatan. Gereja berkata, “Ini dia keselamatan. Biasanya dijual seharga $200. Sekarang saya jual cukup seharga $20. Datang dan dapatkanlah!” Siapa yang memberi mereka hak untuk mengobral?


Gerbang dan pintu yang sesak

Dalam menelaah perikop ini, saya melihat suatu hal yang menarik. Di Matius pasal 7, “Masuklah melalui gerbang ((gate, LAI menerjemahkan dengan kata pintu) yang sesak itu”. Kata yang dipakai adalah ‘gate (gerbang)’ Gerbang di sini adalah pintu gerbang kota; bukan gerbang rumah. Di Perjanjian Baru, kata ‘gate (gerbang)’ lazimnya dipakai untuk mengacu pada gerbang kota.

Tetapi Lukas pasal 13 memakai kata yang berbeda (dalam bahasa Yunani), kata yang dipakai bermakna pintu.

Gambaran yang muncul adalah, seiring dengan perjalanan Anda menyusuri jalan yang sempit itu, sampailah Anda ke pintu gerbang, yaitu gerbang kota. Saat Anda mengetuk pintu gerbang kota itu, seperti yang Yesus katakan, maka gerbang itu akan dibukakan buat Anda. Jika Anda meminta, maka Anda akan diberi. Saat gerbang itu dibuka, maka Anda harus melangkah masuk. Selanjutnya, Anda masih harus berjalan terus; perjalanan masih belum berakhir. Memasuki gerbang bukanlah akhir dari perjalanan, itu baru merupakan awalnya. Kemudian, Anda melanjutkan menyusuri jalan yang sempit itu sampai mencapai Rumah Tuhan. Di sana Anda menemukan sebuah pintu, dan bukannya gerbang. Saat Anda masuk lewat pintu itu, Anda sampai di Rumah Allah. Sungguh gambaran yang indah!


Memasuki kota, dan meneruskan perjalanan sampai ke Rumah Allah

Kota melambangkan gereja. Di Gal 4:26 kita diberitahu bahwa Yerusalem adalah gereja. Gereja dilambangkan oleh kota Yerusalem. Berada di dalam gereja bukanlah akhir dari perjalanan; itu baru awalnya. Masih ada pintu yang harus Anda capai. Itulah pintu Rumah bapa. Itulah hal yang disampaikan oleh Yesus di Yoh 14:2: “”Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal… Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Kita belum berada di sana. Kita masih harus pergi ke sana.

Namun jangan membayangkan bahwa Anda akan secara otomatis sampai ke sana. Sama seperti yang Yesus sampaikan di dalam perikop yang sama bahwa di dunia ini ada sangat banyak musuh –  “dunia membenci kamu” [Yoh 15:18&19]. Anda masih harus menempuh jalan yang sangat sempit untuk menuju ke Rumah Allah. Jadi, berjuanglah untuk masuk! Berjuanglah untuk sampai ke pintu yang sesak supaya Anda dapat memasukinya!Suatu gambaran yang sangat indah.

Hal yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang berpikir kalau mereka sudah masuk ke Yerusalem; kalau mereka sudah masuk ke gereja, kalau mereka sudah percaya dan dibaptiskan, maka persoalannya sudah selesai. Belum sama sekali! Saat Anda masuk ke Yerusalem, berarti Anda telah masuk ke dalam perjalanan menuju ke Rumah Allah, namun Anda masih harus menempuh perjalanannya, dan jalan menuju ke sana sangatlah sempit. Kata ‘sempit’ di sini berarti susah. Kata aslinya dalam bahasa Yunani berarti mengandung banyak tekanan.


Berjuanglah untuk masuk

Jadi, Yesus berkata di Lukas 13:24, “”Berjuanglah untuk masuk….” Berjuanglah! Tidak ada orang yang mau berkhotbah tentang hal ‘berjuang’ sekarang ini. Jika Anda berbicara tentang perjuangan, maka mereka akan berkata bahwa Anda sedang mengajarkan keselamatan oleh perbuatan baik. Apakah mereka ingin menyatakan bahwa Yesus sedang mengajarkan keselamatan lewat perbuatan baik? Padahal kata ‘berjuang’ adalah kata yang dipakai oleh Yesus. Terlebih lagi, kata ‘berjuang’ ini muncul 8 kali di dalam Perjanjian Baru. Dua kali dipakai oleh Yesus, dan 6 kali oleh Rasul Paulus! Paulus yang secara konstan mengajarkan tentang perlunya berjuang. Lalu mengapa setiap kali kita berbicara tentang hal ‘berjuang’ lantas kita dituduh mengajarkan keselamatan oleh perbuatan baik? Justru hamba Allah (Paulus) yang mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh iman itu yang mengajarkan bahwa kita perlu untuk berjuang di dalam kehidupan Kristen kita.

Apakah Anda mengira bahwa iman, perbuatan baik dan perjuangan itu saling berlawanan? Pikiran semacam ini muncul karena Anda belum memahami arti dari iman, entah di dalam ajaran Paulus atau pun di dalam ajaran Yesus. Rasul Paulus tidak pernah mengajarkan tentang ‘iman yang gampang’. Dia adalah orang yang berbicara tentang perjuangan.

Tahukah Anda apa makna kata ‘berjuang’ dalam bahasa sumbernya? Itu berarti meregangkan urat syaraf. Gambarannya seperti hal yang dilakukan oleh pelari jarak 100 meter. Jika Anda sempat menyaksikan wajah mereka di layar televisi dalam pertandingan Olimpiade, Anda akan melihat betapa otot-otot wajah mereka mengencang dalam upaya mereka menempuh jarak 100 meter sesingkat mungkin. Setiap kali Anda merenungkan kata ‘berjuang’, renungkanlah wajah para atlet itu, maka Anda akan mendapatkan pemahaman tentang apa makna kata ini dalam bahasa sumbernya. Ini adalah kata yang mengacu pada para gladiator yang bertanding mempertaruhkan nyawanya. Ia ‘berjuang’. Ini adalah kata yang menyampaikan tentang usaha yang keras. Jika Anda pernah mencoba berlari sejauh 100 meter dalam waktu sekitar 10 detik, maka Anda akan tahu apakah itu hal yang mudah atau tidak. Maka Anda akan mengerti bahwa Anda perlu memacu diri Anda sampai ke batas kemampuannya yang tertinggi. Inilah kata yang dipakai oleh rasul Paulus dan juga oleh Yesus. Dia berkata, “Kencangkan segenap ototmu untuk mencapai kerajaan Allah.” Walaupun semuanya ini diajarkan di dalam Alkitab tetapi tetap juga ada orang yang ingin mengatakan bahwa masuk ke dalam kerajaan Allah itu mudah. Tidak sama sekali! Seperti yang saya sampaikan, tak ada ajaran semacam itu di dalam Alkitab.


(1) Mengalahkan ‘si aku’

Lalu, mengapa hal itu sangat sulit? Pertama-tama, di dalam hati ini, kita selalu melawan kehendak Allah. Itu adalah satu poin yang membuat urusan menjadi sulit. Ini pokok dasar. Musuh terbesar bagi keselamatan Anda adalah diri Anda sendiri. Pada Hari Penghakiman, Anda cukup menyalahkan diri sendiri saja jika Anda gagal. Karena kita selalu maunya bertindak sesuka hati. Jika Anda dapat mengatasi hal itu, maka persoalan yang laiinnya menjadi lebih mudah.

Namun jika Anda gagal mengatasi hal yang mendasar ini, maka Anda tidak akan dapat melanjutkan langkah Anda. Jika Anda termasuk orang yang selalu saja mengeluh tentang cara Allah berurusan dengan Anda, hal itu menunjukkan bahwa Anda benar-benar tidak memahami kasih dan kepedulian Allah terhadap Anda. Hal ini juga menunjukkan watak memberontak karena ‘kepentingan pribadi’ masih menjadi inti dari kepribadian Anda. Jika hal itu belum dituntaskan, maka Anda tidak akan pernah menjadi orang Kristen sejati. Apa yang Anda sebut sebagai iman kepada Allah hanya sekadar suatu kepercayaan intelektual saja.

Mengapa seseorang mau menjadi Kristen? Seperti yang sering dituduhkan oleh orang non-Kristen, alasan utamanya adalah karena kita ingin mendapatkan kekuatan dan dukungan moral. Dengan kata lain, tujuan kita bukannya untuk mentaati Kristus tetapi hanya ingin memanfaatkan Kristus. Anda hanya perlu mendengarkan doa yang Anda naikkan dan Anda akan tahu: “Agar Allah bisa menjaga-KU saat AKU dalam perjalanan.” Setiap kali Anda duduk di dalam pesawat, Anda merasa aman karena Allah akan menopang Anda. Orang non-Kristen yang malang tidak punya harapan apa-apa. Tetapi bagi orang Kristen, “di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal.” [Ulangan 33:27]. Mereka gemar mengutip ayat itu. Tentu saja, lengan-lengan yang kekal itu memang ada, akan tetapi apakah lengan-lengan itu ada di bawah Anda, itu adalah persoalan lain lagi. Orang ini termasuk jenis orang Kristen yang mengaku memiliki iman dan berdoa, “Ya Allah, berkatilah kakek saya, nenek saya, ayah saya, ibu saya, segenap keluarga saya.” Namun ketika mereka selesai berdoa, mereka melupakan orang-orang itu!

Tak heran jika dunia menatap ke arah orang-orang Kristen semacam ini dengan jijik! Tidak salah kalau mereka menilai bahwa menjadi orang Kristen semacam itu ternyata bukan mengurangi keegoisan tetapi justru membuat orang bertambah egois. Mereka menjadi Kristen karena ingin memperalat Allah dan mereka mau memperalat agama. Itulah hal yang sebenarnya mereka inginkan. Jadi, pada dasarnya, di dalam hati mereka tidak pernah ada niat untuk belajar melakukan kehendak Allah. Selalu saja maunya agar Allah melakukan kehendak mereka. Dan jika Allah tidak mengerjakan kehendak mereka, maka mereka akan sangat sakit hati dan marah dengan Allah.

Kekristenan semacam ini adalah suatu penyimpangan dari ajaran Kristus dan sangat mempermalukan Injil. Akan tetapi, inilah ajaran yang paling luas diterima di zaman ini. Padahal, Yesus berkata, “Kalau kamu tidak mengerjakan kehendak Bapa-Ku –  dan mengerjakannya juga bukan sekadar satu atau dua kali, melainkan menjadikannya sebagai kebiasaan yaitu hidup di dalam kehendak Bapa dan diam di dalam Kristus –  maka kamu belum menjadi seorang Kristen yang sejati.”


(2) Mengalahkan kesenangan dari dosa

Satu lagi hal yang mempersulitkan kehidupan Kristen adalah kesenangan dari dosa. Seperti yang kita baca di Ibrani pasal 11, hal yang menggoda Musa –  “kesenangan dari dosa.” [ay.25] Dosa memang dapat menawarkan kenikmatan. Kita keliru jika berpikir bahwa dosa itu tidak memberi kesenangan. Dosa bisa dinikmati. Anda bisa menikmatinya, namun hanya untuk semusim, karena sampai tiba saatnya Anda harus membayar harganya. Namun saat Anda berkubang di dalamnya, dosa itu sangat enak untuk dinikmati. Siapa yang mau berbuat dosa kalau dosa tidak nikmat? Siapa yang mau berzinah kalau zinah itu tidak menyenangkan? Mengapa banyak yang sampai menggemari seks bebas? Karena saat Anda terlibat di dalamnya, Anda merasa senang.

Bagaimana dengan perampokan? Anda dapat memperoleh uang tanpa harus bersusah payah seperti orang-orang bodoh yang malang, yang bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore setiap hari. Anda mendatangi sasaran, mengeluarkan senjata, dan Anda mendapatkan $100 juta –  semuanya dalam hitungan detik. Sangat nikmat. Anda juga bisa menikmati ketegangan berkejar-kejaran dengan polisi. Oh sungguh asyik! Dalam hidup ini, kadang Anda membutuhkan sedikit ketegangan. Ada orang yang memang sangat menikmati raungan sirine mobil polisi yang mengejarnya. Mereka dapat mempertontonkan keahlian mereka mengemudi!

Demikianlah, kita mendapati bahwa dosa sangat nikmat, sampai tiba saat kita membayar harganya. Tentu saja, orang yang menodongkan senjata itu tidak berpikir bahwa dia harus menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara. Dia berharap untuk tidak pernah masuk ke sana. Dia memperhitungkan bahwa 10 sampai 20% pelaku kejahatan bisa lolos. Dia berharap untuk termasuk di antara yang 10 sampai 20% itu. Begitu juga dengan dosa-dosa yang lain, saat Anda melakukan dosa-dosa tersebut, tak ada orang lain yang tahu! Akan tetapi dosa selalu akan kembali menghantui Anda Alkitab berkata, “Apa yang kau tabur, itu yang kau tuai.” Ini adalah prinsip yang tak terhindarkan. Anda menabur, maka Anda akan menuai. Akan tetapi, anehnya, karena dikelabui kehendak diri banyak orang yang tidak mau berpikir tentang akibatnya.

Sebagai contoh, hal merokok. Di setiap bungkus rokok sudah tertulis: “Peringatan, merokok dapat membahayakan kesehatan Anda.” Tetapi, siapa yang peduli? “Ah! Aku mau menikmatinya. Rasanya nikmat sekali.” Demikianlah, banyak orang tetap saja merokok. Nikmati sekarang, dan bayar akibatnya nanti.

Suatu hari, kami pernah mengunjungi seseorang di rumah sakit. Dulunya pasien itu merokok satu atau dua bungkus setiap hari. Dia baru berusia lima puluhan tahun dan saat itu sedang berbaring sekarat karena kanker paru-paru. Pada waktu kami menjenguknya, dia sedang berjuang untuk setiap tarikan nafasnya dan istrinya berkata, “Akan lebih baik seandainya dia meninggal oleh stroke daripada meninggal karena sesak nafas seperti ini. Alangkah baik jika kita bisa memilih dengan cara apa kita akan mati.” Sebenarnya, Anda memiliki pilihan. Dia sudah memilih caranya untuk mati. Selama bertahun-tahun, orang-orang mengingatkan dia, “Kalau kamu terus merokok, maka kamu akan mendapat kanker paru-paru.” Dia tidak mau mendengarkan, namun sekarang Anda berkata bahwa Anda tidak punya pilihan. Anda sebenarnya telah memilih cara Anda akan mati!

Namun begitulah watak manusia, mereka tidak mau mendengarkan Firman Allah. Jika omongan manusia saja mereka tidak mau mendengarkan, bagaimana mungkin mereka mau mendengarkan Firman Allah. Inilah persoalannya – daya tarik dan kesenangan dosa. Sekali Anda terkait mata kailnya, sangatlah susah untuk menyingkirkannya. Dengan demikian, kita dapat melihat mengapa begitu sulit untuk melangkah di jalan yang sempit ini. Oh, daya pikat dunia setiap saat yang menarik kita. Anda belum menjadi Kristen jika Anda belum digodai olehnya. Kita telah dan sedang digodai. Kita semua berada di dalam tekanan godaan sepanjang waktu. Selalu ada godaan untuk kita berbuat dosa dalam berbagai cara.

Setan selalu siap untuk mencengkeram Anda. Kita selalu akan digoda entah dengan uang, seks, atau dengan cara lainnya. Setan selalu membuka jalan untuk kita jatuh. Anda berada di tempat asing dan ada wanita cantik yang menggoda Anda. Tidak ada orang yang mengenal Anda. Sangat mudah untuk jatuh. Akan tetapi, sekali Anda melakukannya, Anda akan menyesalinya di sepanjang sisa hidup Anda. Anda menikmatinya sekarang; akan tetapi petaka sudah menunggu di depan.


(3) Mengatasi daya tarik dan penolakan dari dunia

Kita sudah melihat bahwa dunia terus memikat kita dan pencobaan terus menerus mendatangi kita. Anda tinggal membiarkan pikiran Anda menganggur untuk sesaat, khususnya saat Anda lelah dan lihatlah pikiran macam apa yang memasuki benak Anda. Setiap dari kita tahu apa itu godaan. Setan akan membanjiri otak kita dengan urusan uang, seks atau yang lainnya. Oh, betapa banyak godaan yang menyerang benak kita. Dan saya sendiri tidak dikecualikan. Itu sebabnya, saya berusaha untuk mengatasi hal ini. Bagaimana caranya? Dengan terus menerus merenungkan Firman Allah! Seperti yang dikatakan oleh pemazmur, “Aku merenungkan FirmanMu siang dan malam.” Saya tidak pernah berani membiarkan pikiran saya menganggur. Sekali saja pikiran Anda menganggur, saat pikiran Anda kosong, maka akan masuklah semua itu. Itu sebabnya saya seringkali bekerja sampai pikiran saya begitu lelahnya untuk memikirkan hal yang lain dan jatuh tertidur. Menjadi orang Kristen itu tidak mudah. Ada godaan dosa yang sangat kuat di dunia ini. Ini adalah jalan yang sukar. Sukar karena beratnya tekanan yang kita hadapi.

Bagaimana dengan tekanan keuangan! Kita semua tahu tekanan yang satu ini. Khususnya jika rekening tabungan Anda semakin berkurang, maka tekanan itu semakin berat. Setiap penginjil tentu tahu benar akan tekanan karena masalah uang ini. Tidak ada penginjil yang bergaji besar. Lalu, Anda melihat kawan Anda menjadi semakin kaya, sementara Anda sendiri sedang bergumul menghindari titik nol. Jadi Anda lantas berpikir, “Bagaimana cara mengaturnya?” Demikianlah, tekanan yang dihadapai semakin berat padahal Anda seharusnya mempercayai Bapa surgawi Anda.

Selanjutnya, tentu saja, ada penolakan dari dunia, hal yang di dalam surat Ibrani disebut dengan istilah, “bantahan yang sehebat itu … dari pihak orang-orang berdosa“. [Ibrani 12:3] Demikianlah, orang-orang berdosa melawan Anda, menentang Anda. Itu berarti kehidupan Anda sebagai orang Kristen akan menjadi sulit di kampus Anda atau di kantor Anda, karena orang akan menertawai Anda dan mengolok-olok iman Anda. Akan tetapi tekanan semacam ini, yang terjadi di belahan dunia yang ini [Amerika Utara] secara relatif masih lebih ringan ketimbang yang harus ditanggung oleh mereka yang berada di belahan dunia yang lain. Kadang kala, Anda hanya perlu menanggung kritikan atau penolakan dari orang tua Anda. Atau kalau Anda seorang pendeta, Anda mungkin harus menanggung kritikan orang terhadap khotbah Anda. Tetapi ini bukanlah poin yang ingin saya tekankan di sini. Jika saya berkhotbah di negara-negara tertentu, maka saya akan meluangkan banyak waktu untuk membahas hal ini. Tekanan dari masyarakat yang ditanggung di sini, jika dibandingkan dengan yang ditanggung oleh para saudara kita di negara lain tidak ada artinya.


(4) Membayar Harga Pemuridan

Demikianlah, kita akan menutup dengan poin yang terakhir. Tekanan yang datang bersamaan dengan harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid. Yesus berkata, “Barangsiapa tidak menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.” Inilah syarat pemuridan yang diberikan oleh Yesus, apakah hal memiliki iman itu perkara yang gampang?

“Kamu tidak dapat mengikut aku,” kata  Yesus, “kalau kamu tidak memikul salibmu.” “Nah,” Anda berkata, “mengapa Tuhan membuat hal ini menjadi sulit? Mengapa dia berkata, ‘Kalau kamu tidak melakukan hal ini, kamu tidak dapat menjadi murid-ku’?” Ada orang yang bertanya, “Bukankah Yesus ingin agar kita selamat? Kalau itu keinginannya, mungkin sebaiknya dia menurunkan sedikit ongkosnya. Jika tidak, itu seolah-olah berarti, ‘Aku mau kamu selamat,’ tapi kemudian harga keselamatan dinaikkan setinggi langit sehingga kita tidak bisa menjangkaunya.”

Standar yang Yesus tetapkan bagi kita dalam hal pemuridan bukanlah standar yang tertinggi; itu adalah standar minimum. Ini adalah poin yang sangat penting. Apa maksud saya dengan menyatakan itu adalah standar minimum? Berarti kalau kurang dari itu, maka Anda tidak akan mampu mencapai keselamatan. Apa maksudnya?

Saat Yesus berkata, “Kamu tidak dapat menjadi murid-ku,” apakah yang dimaksudkannya? Hal itu bukan berarti bahwa dia tidak menghendaki Anda menjadi muridnya. Yang dimaksudkan adalah bahwa jika Anda tidak memenuhi persyaratan ini, maka Anda tidak akan mungkin dapat hidup atau dapat bertahan, sebagai seorang murid.

Ini bukan berarti bahwa Yesus tidak menginginkan agar Anda bisa bertahan sebagai seorang murid. Tetapi kenyataan hidup di dunia ini sedemikian kerasnya sehingga Anda tidak akan dapat bertahan. Dunialah yang tidak menghendaki Anda bertahan, bukannya Kristus. Dia mau supaya Anda dapat bertahan, akan tetapi Anda tidak akan mampu, jika Anda tidak memenuhi syarat tersebut. Dan syarat minimumnya adalah memikul salib dan menyangkal diri. Itulah yang paling minimum.

Sekali lagi, ini bukanlah sekadar teori atau pendapat. Jika Anda tidak mengerjakan hal ini, maka Anda akan mendapati bahwa diri Anda tidak mampu bertahan sebagai seorang Kristen. Anda tidak mampu menjadi seorang Kristen yang sejati. Dunia akan menghancurkan Anda jauh sebelum Anda sempat melangkah.


Mengalahkan ‘si aku’ dengan menyangkal diri

Itu sebabnya mengapa poin yang pertama dengan yang terakhir itu saling berhubungan. Poin yang pertama tentang hal yang menghalang orang menjadi Kristen adalah ‘si aku’. Kalau Anda belum mengatasi ‘si aku’, maka Anda tidak akan dapat menjadi seorang Kristen, karena Anda akan selalu mengingkari Allah. Anda tidak akan bisa memiliki iman, karena definisi paling mendasar dari iman di dalam ajaran Alkitab adalah mengerjakan kehendak-Nya. Jika Anda tidak memiliki iman, maka Anda tidak akan mau mengerjakan kehendak-Nya. Hanya jika Anda memiliki iman baru Anda bersedia mengerjakan kehendak-Nya. Sebagaimana yang akan Anda temui, Anda tidak akan dapat mengerjakan kehendak-Nya selama ‘kepentingan pribadi’ Anda masih menjadi pusat kehidupan Anda. Jadi, persyaratan dasar dari pemuridan adalah menyangkal diri sendiri. Itu berarti memikul salib.

Apa maknanya di dalam kehidupan sehari-hari? Apa yang akan terjadi jika Anda sudah menyangkal diri Anda sendiri? Menyangkal diri sendiri berarti berkata ‘tidak’ kepada diri Anda! Dan di saat Anda berkata ‘tidak’ kepada diri Anda, maka Anda akan dapat berkata ‘ya’ kepada Allah. Baru setelah itu Anda dapat mengerjakan kehendak Allah.

Jadi Yesus tidak membuat hal itu menjadi terlalu sulit bagi kita. Dia hanya dengan jujur menyatakan kebenaran, bahwa jika kurang daripada itu, maka Anda tidak akan mampu mengerjakan kehendak Allah. Anda tidak akan mampu memiliki iman. Namun jika Anda bersedia setiap hari untuk berkata ‘tidak’ kepada diri Anda [yang berarti Anda menyangkal diri Anda], maka itu berarti Anda sedang memikul salib Anda setiap hari. Maknanya adalah setiap hari berkata ‘tidak’ pada kepentingan pribadi dan berkata ‘ya’ kepada Allah! Apapun yang Allah suruhkan kepada Anda, maka Anda akan berkata, “Ya, Tuhan!” Maka Anda sedang di jalan yang benar! Jika Anda bisa melakukannya, Anda akan masuk melalui gerbang yang sesak itu. Anda akan mendapati bahwa jalan yang sempit itu tidak terlalu sukar untuk dilalui karena Anda akan mendapati, di jalan yang sempit itu Yesus ada di sana.


Pilihlah jalan yang sempit selalu

Jika Anda menghadapi suatu pilihan dalam keputusan sehari-hari, pilihlah jalan yang susah! Selalu pilih jalan yang sempit! Jalan yang lebar itu nyaman dan gampang, akan tetapi ujungnya adalah kebinasaan. Teruslah memilih jalan yang sempit. Anda tidak akan menyesal saat sampai pada ujungnya. Saya sudah menerapkan prinsip tentang dua macam jalan yang Yesus ajarkan di sini. Jika Anda menemukan bahwa jalan yang dilalui itu gampang dan nyaman, Anda tahu bahwa Anda sedang berada di jalan yang salah. Akan tetapi jika Anda mendapati bahwa jalan yang sedang Anda lalui itu berat dan penuh dengan tantangan, godaan dan kesukaran, maka Anda tahu bahwa Anda sedang berada di jalur yang benar. Ingatlah prinsip ini saat Anda bertanya, “Bagaimana aku bisa tahu kehendak Allah dalam suatu keadaan tertentu?”

Orang Kristen yang berpikir bahwa di saat ia harus memilih antara dua tawaran pekerjaan –  yang satu menawarkan USD 20.000; yang satunya lagi USD10.000 –  mungkin akan menyimpulkan sudah menjadi kehendak Allah bagi dia untuk memilih tawaran yang USD 0.000 karena Allah selalu ingin memberi kita uang yang lebih banyak. Bahwa ini merupakan berkat dari Allah. Jika ada orang yang mengajarkan hal semacam ini kepada Anda, berarti dia tidak tahu Firman Allah. Saya sudah menerapkan prinsip ini. Saya tahu, di sepanjang waktu. Laluilah jalan yang sempit! Seringkali saya harus membuat pilihan semacam ini. Saya memilih untuk mengambil jalan yang sempit dan saya mendapati betapa indahnya melangkah bersama Allah! Bahkan sebagai orang Kristen yang masih baru, Allah mengajari saya untuk melalui jalan ini.


Ilustrasi: Godaan yang sangat hebat

Saya akan menutup dengan satu ilustrasi mengenai poin ini karena hal ini sangatlah penting. Saat saya masuk ke Hong Kong sebagai seorang Kristen yang masih baru –  saya baru saja keluar dari China dan saya singgah di Hong Kong –  ada beberapa orang yang memberi saya tawaran yang sangat fantastis, yaitu mengirim saya ke Amerika Serikat dengan beasiswa tanpa syarat. Sebuah oraganisasi Kristen mendekati saya dengan cara ini. Mereka mendengar tentang saya dari suatu sumber; sumber yang tidak saya ketahui. Mereka datang dan berkata, “Kami ingin memberi Anda tawaran ini. Berangkatlah ke Amerika Serikat dan kami akan membiayai sekolah Anda. Kami akan membiayai keberangkatan Anda. Kami akan mengurus paspor, surat-surat, dan semua yang Anda perlukan!”

Saya berkata, “Bagaimana saya bisa berangkat ke Amerika Serikat? Saya baru saja keluar dari China. Paspor saya adalah paspor China.” Pada masa itu, China dan Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik. Hubungan di antara kedua negara ini sedang tegang.

Mereka berkata, “Oh, kami akan mengurus semuanya. Biar kami yang menangani semua masalah itu. Kami akan membawa Anda ke Amerika Serikat. Anda hanya perlu menjawab, ‘ya’ atau ‘tidak’.”

Saya bertanya, “Kewajiban apa yang akan terkait dengan tawaran ini? Mengapa Anda mau melakukan hal ini buat saya?”

“Oh,” kata mereka,” tidak ada kewajiban apapun yang akan dikaitkan dengan hal ini.”

Lalu saya berkata, “Apakah saya harus mengembalikan semua uang itu nantinya? Maksud saya, bagaimana cara saya untuk mengembalikan semua itu nanti?”

Mereka berkata, “Tidak. Tak ada yang perlu dikembalikan.”

Saya berkata, “Untuk apa Anda melakukan ini semua bagi saya?”

Kata mereka, “Tak ada! Kecuali tujuan bahwa Anda akan selalu menjadi sahabat bagi negara kami.”

Saya berkata, “Mengapa begitu penting menjadikan saya sebagai sahabat negara Anda?”

“Yah,” kata mereka, “Kami memperkirakan bahwa Anda akan menjadi salah satu pimpinan dari rakyat Anda.”

“Wah!” saya berkata, “Orang-orang ini benar-benar peramal. Mereka melakukan penelitian tentang karakter seseorang sejak awal.”

Lalu mereka berkata, “Kami berniat melakukan semua ini buat Anda.” Ini adalah sebuah organisasi Kristen; bukan sebuah organisasi politik. Poin yang penting di sini adalah bahwa mereka bukanlah organisasi politik. Lalu mereka berkata, “Bagaimana jawaban Anda?”

Pernahkah Anda mendapatkan hal semacam ini jatuh dari langit buat Anda? Anda tentu akan berkata, “Oh, Allah telah membuka jalan buatku!” Yah, saya berdoa atas tawaran ini. Saya saat itu sudah hampir kehabisan uang, visa saya juga ada masalah, saya tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, dan di hadapan saya disajikan beasiswa tanpa syarat untuk belajar tentang apa pun dan dalam waktu selama apapun.

Saya berkata, “Kalau saya belajar kedokteran, akankah Anda membiayai saya selama 6 tahun?”

“Selama apapun masa belajar Anda. Bidang apapun yang ingin Anda pelajari.”

Oh, sungguh indah! Ideal bukan? Dan pilihan yang lainnya adalah: saya tidak tahu mau pergi ke mana; saya tidak punya uang; dan di sana, saya belum punya teman karena baru saja keluar dari China. Mereka membuat godaan itu. Haruskah kita berkata bahwa ini adalah jalan yang dibuka oleh Allah? Saya berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa mengenai tawaran itu. Tuhan berkata, “Ambillah jalan yang sempit! Ambillah jalan yang sukar! Di jalan itu, Aku akan bersamamu.”

Jadi saya katakan kepada mereka, “Tidak, terima kasih! Saya tidak menginginkan beasiswa itu.” Saya berani berkata bahwa di dalam sejarah pemberian beasiswa, tak pernah ada orang yang menolak tawaran seperti itu.


Keajaiban Allah dialami saat kita melewati jalan sempit

Ambillah jalan yang sempit. Jalanilah persoalan yang sulit. Jalanilah kesulitan keuangan. Jalan yang sungguh indah! Sungguh indah karena begitu banyak masalah terdapat di dalamnya. Kemudian Anda dapat melihat bagaimana Allah mengatasi semua persoalan itu. Oh, betapa indah ketika Allah membawa saya ke jalan yang sempit. Kemudian, di jalan yang sempit itu, terjadi mukjizat demi mukjizat di depan mata saya –  tahun demi tahun yang penuh dengan mukjizat –  sampai iman saya bertumbuh dari kekuatan menuju kekuatan, sampai iman saya yang kecil kepada Allah bertumbuh terus.

Ambillah jalan yang sempit; itulah jalan kehidupan. Tak ada hal yang lebih penting daripada kehidupan. Jika Anda tidak memiliki hidup, maka tak ada hal yang berharga untuk Anda jalani. Jadi, kita perlu bersyukur kepada Allah atas ajaran yang indah yang Yesus berikan kepada kita ini. Namun jika Anda tidak bersedia melalui jalan itu, maka Anda akan masuk ke dalam berbagai macam jebakan. Anda tidak akan pernah masuk ke jalan menuju hidup..

 

Berikan Komentar Anda: