Pastor Eric Chang | Matius 7:12 |

Kita akan melanjutkan pembahasan dari Matius 7:12.

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Di pesan yang lalu, kita telah mempelajari tentang kemurahan hati Allah dan bagaimana Ia siap menumpahkan berkat-berkat-Nya kepada siapa yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh.  (Mat.7:8-11)

Ayat di Mat. 7.7, “Mintalah maka kamu akan mendapatkan” menunjukkan bahwa Yesus mengkhawatikan bahwa kita takut untuk meminta sesuatu kepada Allah. Sekalipun kita tahu bahwa janji Tuhan itu selalu benar, tetapi kita tidak akan mengalaminya kalau kita tidak pernah menguji dan membuktikannya sendiri.

‘Mintalah maka kamu akan mendapatkan’ adalah sebuah janji yang dapat dibuktikan kebenarannya.


Iman apa yang Anda miliki?

Banyak orang Kristen yang hanya mengandalkan iman yang sebatas pemikiran saja. Iman mereka tidak pernah berakar masuk ke dalam hati mereka. Iman yang sedemikian tidak akan berbuahkan pengalaman yang sesungguhnya. Dan tanpa pengalaman tentu saja tidak akan ada keyakinan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan ‘Mintalah maka kamu akan mendapatkan’ untuk mengatasi masalah ini. Buktikanlah sendiri ketika Anda memanggil, Allah akan menjawab. Allah dan Yesus sendiri menginginkan suatu hubungan pribadi yang intim dengan Anda.

Saya mau menjelaskan melalui sebuah ilustrasi perbedaan antara seorang Kristen yang memiliki keyakinan sebatas pemikiran dengan yang memiliki pengalaman dengan Tuhan.

Ketika saya masih studi di London, saya memiliki beban untuk penginjilan. Saat itu, saya memiliki beban yang khusus kepada orang-orang Irlandia. Saya berangkat ke Irlandia beberapa kali dalam rangka menyampaikan berita Injil kepada mereka. Pada umumnya orang Irlandia merupakan pengikut setia agama tradisi nenek moyang mereka. Walaupun demikian, hal ini tidak menghalangi semangat mereka yang sangat berkobar-kobar dalam mempertahankan tradisi mereka. Oleh sebab itu, setiap orang yang pergi memberitakan Injil di sana seringkali harus menanggung resiko dianiaya atau bahkan dibunuh. Agama di sana sangat dipengaruhi oleh agenda politik, dan oleh karena itu, persoalan iman kepercayaan dapat memancing peperangan dan pembunuhan terhadap sesama seperti yang sering terjadi di daerah Irlandia Utara ini.

Iman yang dilatarbelakangi oleh agenda politik adalah suatu hal yang berbahaya. Oleh sebab itu, kita perlu memperdalam iman kita lewat pengertian terhadap Firman Tuhan dan pengalaman pribadi dengan Tuhan. Jika iman yang Anda miliki saat ini bukan berdasarkan atas hubungan yang dekat dengan Tuhan, lalu iman apakah yang Anda miliki? Apakah iman yang berdasarkan intelek? Atau iman yang karena alasan politik? Iman jenis apakah yang Anda miliki? Tidak peduli jika kita adalah seorang penganut Katolik Roma atau Protestan, jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengalami Tuhan di dalam hidup kita, kita akan saling memahami dan menerima.


Pengalaman dengan Tuhan mengubah kita

Sebelum saya berangkat ke Irlandia saya berdoa kepada Tuhan supaya Ia memberikan saya seorang rekan supaya prinsip Alkitabiah tentang pergi berdua dapat dipenuhi. Setelah saya berdoa, saya mengundang seseorang dari gereja untuk pergi bersama. Dia adalah seorang yang dapat dikatakan mengasihi Tuhan menurut pandangan umum di gereja saat ini. Ia seorang yang baik, percaya Firman Tuhan dan mengasihi sesama Kristen.

Hal yang ajaib adalah hidupnya berubah setelah misi 3 minggu ke Irlandia. Ia mengalami kuasa Tuhan secara pribadi. Ketika kami siap naik ke kapal untuk menyeberang kembali ke Inggris, ia berkata kepada saya, “Eric, bagaimana jika kita berdiri di sini untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Saya mengalami perubahan total di dalam tiga minggu ini! Dulu saya hanya percaya Tuhan sebatas pemikiran saja. Tapi sekarang saya telah menyaksikan dengan mata saya sendiri apa yang dapat Tuhan lakukan. Ini tiga minggu yang penuh mukjizat! Saya tidak pernah tahu bahwa Tuhanku sedemikian indah! Tiap minggu saya pergi ke gereja tapi saya tidak tahu bahwa Tuhan sedemikian ajaib. Tapi setelah saya menyaksikan sendiri, sekarang saya mengerti.” Teman saya ini akhirnya memberikan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan setelah ia menyelesaikan studi insinyurnya.

Inilah yang saya maksudkan: perbedaan di antara orang Kristen yang setia datang ke gereja dan seorang yang sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Inilah perbedaan antara orang Kristen rata-rata dengan apa yang Paulus katakan, “Saya tahu betul siapa yang saya percayai.” [2 Tim 1:12] Ada perbedaaan mendasar di antara kedua golongan ini. Apakah Anda termasuk tipe orang Kristen yang dikatakan Paulus di sini, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya”? Saya tidak yakin sebagian besar kita berani berkata dengan keyakinan sedemikian.

Apa yang terjadi di Irlandia? Kuasa Allah telah dirasakan sejak hari pertama kami tiba di Irlandia. Kami mengendarai sepeda motor dan tiba-tiba terjadi kerusakan dengan rem sepeda motor yang saya kendarai. Lalu saya berkata kepada saudara ini, “Mari kita berdoa supaya Tuhan menangani cuaca ini sampai kita mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki rem ini.” Prakiraan cuaca pada saat itu mengatakan bahwa hujan deras akan segera turun.       

Di sepanjang perjalanan kami dikejar secara terus menerus oleh awan yang gelap. Di belakang kami langit terlihat begitu gelap dan hujan turun dengan lebat; tetapi di depan kami langit berwarna biru dan matahari bersinar cerah. Dapatkah Anda membayangkan selama 12 jam awan gelap ini mengikuti kami secara langsung dari belakang? Bayangkan, selama 12 jam! Saat kami tiba di kota Wales untuk menginap –  tepat saat kaki kami mulai melangkah ke pintu masuk –  hujan langsung turun pada waktu tersebut. Hujan yang turun itu bukan gerimis tetapi sangat lebat seperti air yang dilemparkan dari sebuah ember. Inilah kejadian pertama yang dialami rekan saya –  Ia hanya berdiri di depan pintu –  dengan mulut ternganga dan berkata, “Tuhan sangat luar biasa!”


Apa syarat untuk “Mintalah maka kamu akan mendapatkan”?

Ayat 12 dikatakan:

Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Kalimat kecil “oleh sebab itu” menjadi kunci yang mengaitkan ayat ini dengan pesan yang sebelumnya, “Mintalah maka kamu akan mendapatkan.”  (Mat.7.7) Ini memberitahu kita bahwa untuk mendapatkan apa yang kita minta kita harus terlebih dahulu menggenapi ayat 12 ini.  

Allah Bapa lewat pengajaran Yesus memberikan sebuah janji, tetapi janji itu bukan tanpa syarat. Dia tidak sembarangan memberikan janji-janjiNya. Anda tidak bisa hidup dalam keadaan yang mendukakan hati Allah, berbuat seenaknya, dan tetap mengatakan bahwa Allah pasti akan menggenapi janji-Nya kepada Anda. Janjinya selalu indah, tetapi ada persyaratan yang harus dipenuhi pula. Jika kita menghendaki Allah memberikan jawaban, jika kita ingin mengenal Allah secara nyata, maka kita perlu melakukan bagian kita terlebih dahulu.

Mari kita mempertimbangkan apa yang dikatakan Yesus di sini. Apakah arti kalimat ini: “Apapun yang Anda ingin orang lain perbuat untuk dirimu, lakukanlah juga untuk mereka”? Pengungkapan dalam bentuk negatif dari kalimat ini dapat ditemukan di dalam pengajaran Yahudi dan juga Konfusius yang berbunyi, “Apa yang Anda tidak mau orang lain perbuat terhadap dirimu, jangan Anda perbuat terhadap mereka.” Kalimat ini kelihatannya lebih mudah untuk dimengerti. Jika Anda tidak menginginkan orang lain meninju hidung Anda, maka janganlah meninju hidung mereka. Jika Anda tidak menginginkan orang lain mencuri barang saudara, maka janganlah mencuri barang mereka. Jika Anda tidak menginginkan orang lain untuk membunuh saudara, maka janganlah membunuh mereka.

Pertama, perhatikan ada perbedaan utama antara kalimat negatif ini, yang merupakan kebalikan dari pengajaran Yesus. ‘Tidak melakukan sesuatu’ tidaklah sama dengan ‘melakukan sesuatu.’ Tetapi manusia di dunia ini jika ia ingin hidup bermoral akan pergi sejauh menerima pengungkapan dalam bentuk negatifnya. Ini berarti: “Saya mau orang lain untuk tidak menganggu saya maka saya juga tidak menganggu mereka.” Jadi, kita mengatakan, “Jangan ganggu saya. Saya juga tidak menganggumu, ok? Dengan demikian kita saling memiliki pengertian.” Jika saya tidak menyerangmu itu sudah perbuatan yang cukup baik, maka marilah kita menjaga hidup masing-masing.  

Salah seorang dari saudara kami tinggal di sebuah komplek apartemen selama dua tahun, tetapi dia tidak pernah mengenal siapa tetangga yang tinggal di depannya yang hanya berjarak 2 meter dari pintu apartmennya. Saya juga memiliki pengalaman ketika menekan tombol bel tetangga. Pintu di dalam akan terbuka, tetapi pintu baja di luar masih tertutup. Pintu besi luar ini bahkan tidak berlubang sama sekali, sehingga saya tidak dapat melihat kepada siapa saya sedang berbicara. Mentalitas mereka seolah-olah adalah: Jangan ganggu saya; saya juga tidak akan menganggu Anda. Kalau mau bicara, cukup lewat selah pintu besi ini saja.”


Tembok pemisah harus dipecahkan

Tetapi jika kita menjadi seorang Kristen, kita tidak dapat meneruskan kebiasaan ini. Sangat sulit bagi kita untuk menjangkau orang lain jika kita memiliki mentalitas menjaga jarak dengan mereka. Kasih selalu membuka diri untuk menerima orang lain. Anda tidak dapat berkata, “Saya suka dengan dia, tetapi saya tidak suka melihat mukanya.” Anda harus menghancurkan tembok-tembok pemisah ini. Anda harus menghancurkan tembok pemisah di dalam hati Anda dan tembok pemisah di hati orang lain. Kita harus berinisiatif mendekati orang lain. Tentunya hal ini sangat sulit jika kita sudah terbiasa menjauhkan diri dari orang lain dan tidak suka berbicara dengan mereka.

Jika Anda ingin menerapkan ajaran Matius 7:12 ini, langkah pertama yang sulit untuk dilakukan oleh banyak orang adalah keluar dari tempat aman Anda dan dekatilah orang lain. Kita harus mulai dengan mendekati saudara seiman kita di dalam gereja. Kita harus menghancurkan tembok-tembok pemisah di dalam gereja dan membuka diri kita. Ini adalah resiko iman. Langkah pertama iman adalah kita haurs berani untuk mengambil resiko mendekati orang lain.

Saya yakin, kita pernah mengalami bagaimana ketika kita berusaha mendekati orang lain, kita menemukan bahwa orang itu tidak menggubris kita. Cukup menyakitkan ketika Anda menyapa ‘halo’ kepada seseorang dan ia hanya membalasnya dengan, ‘hmm.’ Dan mungkin Anda sudah berpikir, “Oh, saya tidak akan menegur orang lagi.”

Saya ingat ketika pertama kali tiba di kota Inggris, saya mendapati bahwa masyarakat Inggris sangat tertutup dan konservatif.  Saya sendiri adalah seorang yang ramah yang akan menyapa, “Apa kabar!” dan “halo” kepada siapa saja. Mereka memandang saya seakan-akan berpikir, “Ada apa dengan orang ini?” Hal ini disebabkan karena orang Inggris tidak terbiasa untuk bersikap demikian. Mereka dijuluki sebagai orang yang kaku. Mereka berkata, “halo,” dan meneruskan perjalanannya. Mereka bersikap agak dingin. Tetapi sebenarnya, jika Anda mengenal mereka, mereka tidaklah sedingin yang dibayangkan.

Jadi, langkah pertama adalah kita harus mendekati orang lain jika kita mau mentaati Firman Tuhan di sini.


Dosa adalah Tidak Melakukan Apa  yang Seharusnya kita Lakukan

Banyak orang Kristen berpikir bahwa jika saya tidak berbuat apa-apa, saya tidak bersalah dan tidak berdosa. Tetapi saya mau mengatakan bahwa Anda keliru. Jika kita membaca ajaran Tuhan tentang penghakiman, orang yang dihakimi bukanlah orang yang dipandang gereja telah melakukan dosa, tetapi mereka yang tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.

Apa yang kita baca di Matius 25:14 di Perumpamaan tentang Talenta? Kita membaca bahwa seorang hamba yang tidak bekerja akhirnya dihukum. Dia mengubur talenta yang dimilikinya ke dalam tanah. Tindakan tidak melakukan apapun inilah yang menjadi kejahatannya. Kita diberikan hidup yang kekal dan kehidupan rohani. Anda akan diadili dan dihukum jika Anda tidak melakukan apapun dengan hidup yang telah Allah berikan.

Di perumpaamaan berikutnya, Matius 25:31, dikatakan bahwa domba dan kambing akan dipisahkan. Apakah kambing dihukum karena mereka melakukan banyak kejahatan? Tidak, justru mereka dihukum karena mereka tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. “Ketika aku di penjara,” Yesus berkata, “Kamu tidak menengokku. Ketika aku lapar, kamu tidak memberiku makan. Ketika aku haus, kamu tidak memberiku minum. Ketika aku telanjang, kamu tidak memberikanku pakaian. Enyahlah engkau, hai orang jahat!” Mengagetkan, bukan? Mereka dikutuk karena mereka tidak melakukan apapun. Itulah kejahatan mereka. Pengajaran Tuhan banyak menekankan hal ini dan memperingati orang Kristen: “Jangan berpikir bahwa engkau selamat karena engkau tidak berbuat apapun. Kesalahanmu atau dosamu yang sesungguhnya –  adalah engkau tidak melakukan apapun.”

Dalam perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya, dosa orang kaya itu tepatnya adalah karena ia tidak berbuat apa-apa. Ketika Lazarus berada di luar pintunya, dia tidak memberikan apapun kepada Lazarus sehingga Lazarus akhirnya meninggal. Orang kaya ini tidak keluar dan membunuh orang miskin. Dia hanya tidak melakukan apapun. Dia hanya membiarkannya di luar pagar dan membiarkannya mati di situ. Dengan berdiam diri saja, Anda telah berbuat dosa. Ketika Anda melihat orang bukan Kristen binasa di luar, dan Anda berdiam diri saja, Anda telah berdosa.

Jadi, percuma di hari Penghakiman untuk datang kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, saya tidak berbuat apa-apa’. Hal ini tidak boleh dipakai sebagai sebuah alasan. Malahan inilah dosamu yang sebenarnya – karena Anda tidak melakukan apapun. Jadi, pertama-tama kita harus mengerti ajaran Tuhan di sini bahwa orang Kristen harus berinisiatif untuk keluar dan melakukan karena jika tidak ia telah berdosa. Di sini kita menyadari bahwa ajaran negatif tentang ‘jangan lakukan” adalah ajaran yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Kristus.


Jika kita Bertindak, kita akan Mengalami Tuhan

Tanyakanlah kepada dirimu sendiri, sudahkah Anda melakukan apa yang seharusnya Anda lakukan? Jika kita belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang Kristen, bagaimana mungkin kita dapat berbicara tentang mengalami Tuhan?

Itulah yang terjadi dengan saudara yang saya ceritakan sebelumnya. Dia percaya kepada Tuhan. Dia percaya dengan akal budi dan hatinya, tetapi sampai sejauh itu, dia belum melakukan apapun. Dia tidak berbeda dengan orang Kristen yang mati. Tetapi ketika ia pergi ke Irlandia, dia mulai melakukan sesuatu sehingga dia mulai memperoleh pengalaman. Ketika dia memutuskan untuk pergi, cukup banyak resiko yang harus dihadapinya. Bahaya yang seperti apa? Mengendarai sepeda motor untuk perjalanan jauh adalah suatu hal yang sangat berbahaya. Ketika dia bertanya kepada saya, “Bagaimana kita akan pergi ke Irlandia?” Saya berkata, “Dengan sepeda motor.” Dia menjawab, “Hah? Naik sepeda motor sampai ke Irlandia?” Saya katakan, “Benar. Itulah satu-satunya cara paling murah untuk pergi ke sana.” Siapapun yang pernah mengendarai sepeda motor tahu betapa bahayanya mengendarai sepeda motor. Saya mengendarai sepeda motor selama beberapa tahun dan beberapa kali saya hampir mati. Tetapi saya menggunakannya karena itulah bentuk transportasi yang paling murah.

Terdapat juga bahaya-bahaya lain ketika kita mau memberitakan Injil, umpamanya resiko dianiaya atau bahkan dibunuh. Belum lagi biaya yang diperlukan. Meskipun bahan bakar yang digunakan hanya sedikit tetapi jika menempuh suatu perjalanan yang jauh, uang yang dibutuhkan cukup banyak. Dan kami membayar pekerjaan Tuhan dengan uang sendiri karena kami tidak dibiayai oleh organisasi apapun. Kami harus membeli makanan untuk persediaan selama tiga minggu. Semua ini berarti jika Anda melangkah keluar, akan datang bahaya dan biaya-biaya. Tetapi kalau Anda tidak bersungguh-sungguh untuk pergi dan melakukannya, Anda tidak akan mengalami kuasa Allah.


Lakukan apa yang Anda inginkan orang lain perbuat kepadamu

Jika Anda siap dan berkata, “Baiklah, kami akan pergi dan melakukannya,” dengan prinsip apakah kita melakukannya? Di sini Yesus mengatakan, “Inilah prinsipnya. Cukup lakukan apa yang engkau harapkan orang lain untuk perbuat kepadamu.” Hal ini tidaklah terlalu sulit untuk dimengerti.

Dia tidak berkata, “Lakukanlah kepada orang lain sama seperti apa yang mereka perbuat kepadamu.” Karena ini akan berarti, jika mereka memukul kamu, kamu akan membalas mereka. Ini adalah prinsip “mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Tidak, apa yang dimaksud di sini adalah apa yang Anda inginkan, apa yang Anda harapkan mereka lakukan, itulah yang Anda perbuat bagi mereka. 

Tetapi janganlan salah memahami hal ini. Hal ini dapat disalah-artikan sebagai contohnya, saya ingin orang lain untuk memuji saya, maka saya memuji mereka juga. “Saya memujimu; ingatlah untuk memuji saya pada waktunya.” Bagaimana mungkin Yesus mengajarkan ini? Tidak, ingatlah kepada siapa ia berbicara. Dia sedang berbicara kepada murid-muridnya, orang-orang yang sudah dilahirkan kembali. Dia bukan berbicara kepada orang non-Kristen. Ajaran ini hanya disampaikan kepada mereka yang mengenal Tuhan atau yang telah menyerahkan hidupnya untuk mengenal Tuhan dan yang merindukan hal-hal rohani bukannya kata-kata sanjungan atau hal-hal yang seperti itu.

Lalu, bagaimana kita dapat mengerti hal ini? Apakah yang menjadi keinginan kita? Orang rohani merindukan hal yang bersifat rohani. Apakah yang menjadi kerinduan saya?

Saya merindukan bahwa orang lain akan mengasihi saya secara rohani, supaya saya dapat mengasihi mereka. Saya rindu jika secara tidak sengaja saya telah melukai hati orang lain maka saya akan diampuni, dan karena itu saya akan mengampuni orang yang melukai juga. Saya rindu jika saya mengalami kesulitan keuangan atau sakit atau krisis rohani, orang lain akan mengingat saya. Oleh sebab itu, jika Anda memiliki kebutuhan rohani atau materi, saya akan membantu karena jika saya dalam situasi itu, saya berharap ada juga akan membantu saya.

Tetapi perhatikan bahwa ini hanyalah suatu kerinduan. Saya tidak dapat menjamin bahwa apa yang saya lakukan untuk Anda akan Anda lakukan juga kepada saya. Di sini Anda tidak meminta jaminan dari pihak yang menerima itu. Tetapi Anda melakukan hal ini sebagai harapan rohani, yaitu, apa yang saya harapkan untuk Anda lakukan kepada saya, saya akan melakukannya untuk Anda. Yesus sedang memberikan kita suatu ideal yang dia ingin kita terapkan.   


Balasan akan datang dari Tuhan

Tetapi ada prinsip lain di sini. Apa yang Anda tidak perbuat kepada orang lain, bagaimana Anda dapat mengharapkan Tuhan untuk menggerakkan orang lain untuk melakukannya bagi Anda. Sebagai contoh, jika Anda melihat saudaramu memerlukan bantuan rohani tetapi Anda tidak pergi untuk menolong orang tersebut, suatu hari jika Anda memerlukan bantuan rohani atau materi, apakah Anda memiliki hak untuk mengharapkan Tuhan akan menggerakkan seseorang untukmu? Tepatnya, hanya dengan ‘tindakan’ Anda akan memenuhi persyaratan dimana Anda akan mendapatkan balasannya juga.

Secara sederhana dapat dikatakan: jika Anda membantu saudaramu dengan murah hati, umpamanya dalam hal keuangan, suatu hari nanti jika Anda memerlukan bantuan keuangan, dapat dipastikan bahwa Tuhan akan membantu Anda atau menggerakkan orang lain untuk membantu Anda. Betapa luar biasanya menyadari bahwa Tuhan akan mendukung Anda di saat itu? Anda akan mendapat kepastian yang mutlak bahwa Tuhan akan datang dan menolong Anda secara finansial karena Anda telah menolong orang lain secara finansial. Pada hari tersebut, Anda akan berkata, “Tuhan, betapa baiknya Engkau! Engkau tidak pernah lupa! Saya mengalaminya sendiri apa yang engkau perbuat kepadaku.”

Namun, jika pada hari ini Anda tidak membantu saudaramu, maka ketika Anda mengalami masalah nanti, hak apakah yang masih Anda miliki untuk meminta kepada Tuhan? Anda tidak punya hak sama sekali! Mengertilah bahwa jika Anda tidak melakukannya kepada orang lain, maka tidak ada apapun yang akan dilakukan kepada Anda juga.


Allah Mengasihi kita saat kita masih MemusuhiNya

Perhatikan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengutus Yesus sebagai penolong saat kita membutuhkan. Ia mengasihi kita saat kita masih menjadi musuh Allah, karena Ia ingin kita mengasihiNya.

Kita berharap musuh kita mengasihi kita dan bukannya membenci kita. Tetapi jika kita hanya duduk dan menunggu sepanjang hari, hal tersebut tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, kita harus terlebih dahulu mengasihi mereka. Jika musuh saya menampar muka saya, itu memang hal yang wajar karena ia membenci saya. Jika saya menampar balik, hal tersebut hanya akan menambah kebenciannya. Saya mau dia mengasihi saya supaya dia tidak menjadi musuh saya lagi. Lalu, apa yang harus saya lakukan? Saya harus mengasihinya terlebih dahulu. Jadi ketika dia menampar saya, bukannya saya membalas tamparannya dan membuat pertengkaran bertambah dahsyat, saya memberikan pipi yang lain sebagai bukti bahwa saya mau mengasihi dia dan menginginkan persahabatan dengannya. Saya mau ia mengasihi saya. Karena itu, saya harus mengambil langkah pertama dan membayar harganya. Itulah yang Allah lakukan buat kita lewat AnakNya.

Lewat teladan Yesus, kita melihat bahwa sebagai seorang Kristen, kita harus pro-aktif. Kita harus memulainya. Itulah yang dilakukan Allah dalam hubungannya dengan kita. Jika Anda masih bukan seorang Kristen ketahuilah bahwa Allah mengasihi Anda jauh sebelum Anda mengasihi-Nya.

Dengan melakukan ajaran di ayat 12, kita telah menjadi seperti Kristus. Kita bertindak sama seperti yang Yesus lakukan. Dan ketika kita melakukan sama seperti yang ia lakukan, kita dapat memastikan bahwa ketika kita meminta dari Allah apapun juga, permintaan kita akan dikabulkan. Tentulah sebagai orang yang melakukan kehendak Allah, hal-hal yang kita minta adalah hal-hal yang rohani. Seperti perkataan indah di Mazmur yang mengatakan, “Carilah kebahagiaanmu pada TUHAN, Ia akan memuaskan keinginan hatimu.” Ia mengetahui keinginan hatimu. Sekalipun Anda tidak meminta, Ia sudah tahu dan akan memberikannya kepada Anda.

Betapa luar biasanya berjalan bersama Tuhan! Seringkali saya memiliki hasrat di dalam hati saya, tetapi saya tidak berani mengatakannya kepada Tuhan. Saya berkata, “Mungkin ini bukan hal yang rohani yang pantas aku minta.” Tetapi, Tuhan begitu mengasihi saya. Apa yang ada di dalam hati saya, Tuhan akan memberinya.


Prinsip Untuk Bertindak

“Melakukan kepada yang lain seperti yang saya mau mereka lakukan kepada saya” akan mengubah keseluruhan cara berpikir kita dan membuat kita semakin serupa dengan Kristus.

Contohnya, jika Anda merasa tertekan. Apakah yang Anda ingin orang lain lakukan bagi Anda? Tentu saja Anda ingin dihibur, bukan? Apakah yang Tuhan katakan? “Jika itu yang menjadi keinginanmu, maka pergilah dan hiburlah seseorang.” Ini lebih baik daripada berkeluh kesah, “Saya depresi, saya sedang tertekan.” Anda mungkin berkata, “Ada apa dengan teman-teman seiman saya? Mengapa mereka tidak sensitif dengan kebutuhan saya? Tidak ada seorangpun yang datang dan menghibur saya! Saya telah menunggu sepanjang hari. Mereka tidak pernah mempedulikan orang lain! Mereka tidak melihat kebutuhan saya.” Jika Anda berpikir seperti demikian, apakah Anda sedang menjalankan ajaran Tuhan? Tidak!

Ketika Anda merasa tertekan katakanlah kepada diri Anda, “Ok, saya mengharapkan seseorang untuk datang dan menghibur saya, karena itu saya akan pergi dan menghibur seseorang.” Ketika Anda menghibur seseorang, hal yang luar biasa terjadi. Apakah yang terjadi dengan beban berat Anda? Depresi Anda hilang karena Anda tidak lagi fokus pada diri Anda sendiri. Inilah problem utama dari depresi: orang yang selalu mengalami depresi adalah orang yang selalu memikirkan dirinya sendiri.

Umpamanya kita kesulitan keuangan. Jika Anda mengalami masalah keuangan, apa yang Anda harapkan dari orang lain? Anda berkata, “Tentu saja saya berharap ada yang mau menolong saya.” Ok, pergilah dan bantulah orang lain. Anda berkata, “Hah! Kebutuhan saya sendiri tidak cukup dan sekarang saya harus memberi kepada orang lain? Uang saya sangat sedikit nih.” Cobalah dan lihatlah apa yang akan terjadi!

Anda akan kagum dengan cara Allah menolong Anda. Anda mungkin hanya memiliki 10 ribu. Anda mengambil 5 ribu dan berkata, “Siapa yang membutuhkan? Saya akan memberikan uang 5 ribu ini.” Apakah Anda menjadi semakin susah? Tidaklah demikian! Anda akan melihat bagaimana Allah Yahweh bekerja. Saya bukan sedang menantang Anda untuk melakukan hal yang bodoh. Saya kenal Allah saya dengan baik. Saya mengabarkan Injil karena saya mengenal Tuhan saya. Jika Anda meninggikan Dia, Dia akan meninggikan Anda. Anda akan melihat kemuliaan-Nya. Semakin banyak Anda memberi, semakin banyak Anda akan mendapatkan. Apakah Anda berani mencobanya? Inilah tantangan iman Anda.

Firman di sini berkata, “Lakukan kepada orang lain apa yang Anda ingin mereka perbuat kepadamu.” Ini merupakan tantangan iman. Anda melangkah dengan iman. Mungkin Anda akan berkata, “Wah, ini hal yang sangat berbahaya! Mengurangi separuh dari apa yang saya miliki, ini hal yang sangat beresiko.”

Jika Anda tidak percaya kepada Allah yang hidup, janganlah berani mengambil langkah ini. Tetapi jika Anda ingin menyaksikan apa yang Yahweh dapat lakukan, melangkahlah dengan iman. Tentu saja, jika saya tidak mengenal Tuhan saya, saya tidak akan meminta Anda untuk melakukan perbuatan bodoh ini. Jika Allah tidak sungguh-sungguh nyata, Anda tidak akan diminta untuk melakukan tindakan yang nekad ini. Tetapi janji Allah tidak pernah gagal.


Melangkah dengan Iman dan melihat Allah secara Nyata

Sebagai sebuah gereja kita perlu belajar tentang hal ini. Apakah uang atau Allah yang menjadi jaminan hidupmu? Tentu saja, jika uang yang menjadi jaminan keamananmu, secara nyata Anda akan merasa aman jika Anda memiliki lebih banyak uang. Tetapi jika Allah yang menjadi jaminan keamananmu, Anda tidak akan melihat berapa banyak uang yang Anda miliki di bank.

Sebagai gereja, kita perlu belajar tentang hal ini juga. Itulah sebabnya saya memberitahu jemaat, walaupun gereja lokal masih mengalami kesulitan keuangan, tetapi kita harus memberikan 1/10 dari pendapatannya bagi pelayanan Tuhan. Sekarang kita memberikan satu per sepuluh, dan jika Tuhan menghendaki, beberapa bulan kemudian, kita akan memberikan dua per sepuluh, tiga per sepuluh. Tujuan akhirnya adalah untuk memberikan sembilan per sepuluh dari pendapatan gereja kepada pekerjaan Tuhan.

Saya ingin seluruh gereja menyaksikan bahwa Allah mereka sungguh nyata. Saya mau kita menyaksikan bahwa semakin banyak gereja memberi, semakin Allah akan memberkati. Dalam mengikuti teladan Kristus dan melangkah maju di dalam iman kita akan menjadi orang Kristen dan gereja yang yang menunjukkan kemuliaan Allah. Inilah misi kita di dunia, “Memperlakukan kepada orang lain, apa yang kita ingin mereka lakukan bagi kita”.

 

Berikan Komentar Anda: