Pastor Jeremiah C | Yakobus 2:14-26 |

Kepercayaan pada Allah dan melakukan Firman-Nya bukan 2 hal  yang terpisah

Di PA yang lalu, kita melihat pada hubungan di antara iman dan perbuatan di Yakobus pasal 2. Hari ini adalah PA yang keempat dan juga terakhir dalam diskusi tentang topik ini. Saya berharap pemahaman tentang pertalian di antara iman dan perbuatan akan membantu kita untuk lebih jelas memahami arti iman.

Di pembahasan yang lalu, saya telah menunjukkan bahwa rasul Yakobus melihat iman yang menyelamatkan sebagai satu gabungan di antara percaya pada Allah dan melakukan firman-Nya. Pokok yang ia bahas di Yakobus 2.19,

“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar!”

Banyak orang yang memahami iman yang menyelamatkan sebagai suatu kepercayaan kepada prinsip-prinsip Alkitab, atau dogma gereja. Contohnya, suatu kepercayaan bahwa Allah itu Esa; Tritunggal; Yesus adalah penjelmaan Firman; Yesus mati bagi kita di atas kayu salib dan dibangkitkan setelah 3 hari, dan akan kembali untuk menghakimi dunia dst. Adalah satu kebiasaan umum untuk gereja mendeklamasi Pengakuan Iman Rasuli di dalam kebakitan mereka. Dan isi kandungan Pengakuan Iman rasuli berpusar sekitar doktrin-doktrin yang saya sebutkan tadi. Banyak orang Kristen yang mengelirukan kepercayaan pada semua doktrin ini sebagai iman yang menyelamatkan.

Rasul Yakobus mau memberitahu kita bahwa hanya dengan mempercayai pada doktrin-doktrin ini tidak akan menyelamatkan kita. Ia selanjutnya mengingatkan kita bahwa bahkan Iblis percaya pada prinsip-prinsip Alkitab. Imannya Iblis bahkan lebih sungguh-sungguh dari kita karena ia secara pribadi telah melihat Allah dan mengalami kuasa Allah bagi dirinya sendiri. Ia bahkan mempunyai suatu pemahaman yang lebih tepat tentang doktrin-doktrin dibandingkan dengan kita. Bagaimanapun, ia tidak akan diselamatkan karena itu.

Apa yang kurang dari Iblis adalah Ia tidak menerapkan kepercayaannya. Saya berharap Anda dapat dengan baik memahami pokok ini: Yakobus tidak memisahkan kepercayaan pada Allah dan melakukan firman-Nya di dalam dua bagian yang terpisah. Ia melihat iman dan perbuatan (melakukan firman Tuhan) sebagai satu. Gereja masa kini telah melakukan hal yang justru bertentangan: kita telah berusaha untuk memisahkan kedua hal tersebut; kita menjadikannya dua hal yang berbeda. Lalu, kita dengan keliru telah menekankan bahwa percaya pada Allah lebih penting dari melakukan firman-Nya; bahwa kita hanya perlu untuk percaya pada Allah untuk diselamatkan – melakukan firman-Nya itu merupakan suatu opsi atau pilihan. Penekanan yang semacam ini sama sekali bertentangan dengan ajaran Alkitabiah. Seperti yang Yakobus katakan di ayat 26: akibat dari memisahkan iman dari perbuatan adalah maut.

Iman tanpa perbuatan adalah mati

Mari kita bersama-sama melihat di ayat Yakobus 2.26. Rasul Yakobus berkata di sini, ‘Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.’ Perhatikan dengan cermat ayat ini. Ayat ini sangatlah penting karena Yakobus mau menyimpulkan seluruh isi dari pasal 2. Kita dapat menarik dua prinsip spiritual dari ayat ini.

Prinsip spiritual yang pertama adalah: kita tidak boleh memisahkan kepercayaan pada Allah atau kepercayaan pada prinsip-prinsip Alkitabiah dari melakukan firman Tuhan. Konsekuen atau akibat dari memisahkan kedua hal itu adalah maut.

Tubuh paralel dengan Iman; Roh paralel dengan Perbuatan

Prinsip spiritual yang kedua adalah: Yakobus menempatkan iman dan perbuatan sebagai sejajar atau parallel dengan tubuh dan roh. Baca ayat ini dengan cermat dan dengan saksama memikirkan kesejajaran ini: apa yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan iman? – Tubuh atau roh? Dengan cara yang sama, apa yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan perbuatan? – Tubuh atau roh?

Menurut apa yang lazim diajarkan masa kini, kita akan membandingkan iman dengan roh dan membandingkan perbuatan dengan tubuh karena selama ini yang kita tekankan adalah iman itu penting untuk keselamatan padahal keselamatan itu tidak bergantung kepada perbuatan.

Bukankah Alkitab memberitahu kita bahwa tubuh tidak penting sementara roh itu sangatlah berharga? Tidakkah Yesus memberitahu kita untuk tidak takut pada orang yang dapat membunuh tubuh kita tetapi takutlah pada Dia yang dapat membinasakan roh kita? Dengan demikian, Alkitab memberitahu kita bahwa tubuh kita bersifat sementara dan kita tidak perlu takut kehilangannya. Ini secara tidak langsung memberitahu kita bahwa tubuh itu tidak penting – hal yang lebih utama adalah roh.

Jika Anda berpikir: ‘Keselamatan tidak bergantung pada perbuatan tetapi pada iman di dalam Allah maka iman itu harus disejajarkan dengan roh; dan perbuatan sejajar dengan tubuh.Ini tentunya sesuai dengan ajaran Alkitabiah.’ Anda salah!

Perbuatan lebih penting dari Iman?

Perhatikan bahwa Yakobus mengungkapkan analoginya di ayat 26. Ia menyamakan iman dengan tubuh dan perbuatan dengan roh. Tidakkah perbandingan seperti ini mengagetkan Anda? Tidaklah ini secara tidak langsung memberitahu kita bahwa perbuatan itu lebih penting dari iman? Pada kenyataannya, rasul Yakobus mengulangi kesimpulan ini sebanyak 3 kali di ayat-ayat 21, 24 dan 25. Ia berkata, “Manusia dibenarkan oleh perbuatan.’

Bagaimanapun Anda harus berhati-hati membaca kata-kata Yakobus. Di ayat 24, ia menekankan bahwa Manusia dibenarkan oleh perbuatan dan bukan hanya oleh iman tetapi penekanan kita pada hari ini adalah : pembenaran itu hanya oleh iman. Sangat disayangkan Alkitab tidak menyatakan hal demikian. Apa yang dikatakan oleh Alkitab justru yang bertentangan – ‘pembenaran bukan hanya oleh iman’, Dengan demikian, prinsip kedua adalah : perbuatan itu lebih penting dari iman.

Mengapa rasul Yakobus tiba kepada kesimpulan yang begitu mengherankan? Sebenarnya, kata-kata itu tidak berasal dari dirinya sendiri. Ia hanya sekadar menjelaskan apa yang diajarkan oleh Yesus.

Sebagai contoh, di perumpamaan domba-domba dan kambing-kambing, apakah Yesus mau melihat iman mereka kepada diri-Nya? Atau apakah ia mau melihat jika mereka memerhatikan perintah-perintah-Nya secara konkrit? Yesus memberitahu kita di Matius 7.22-23 bahwa banyak orang akan mengakui bahwa mereka itu orang beriman pada Hari Penghakiman. Tetapi apa yang dilihat oleh Yesus bukanlah apakah mereka percaya pada doktrin ini atau itu, tetapi apakah mereka telah melakukan kehendak Allah. Tuhan menolak mereka bukan karena mereka tidak mengakuinya tetapi karena mereka tidak melakukan firman-Nya.

Yesus mengingatkan kita sekali lagi di perumpamaan dua anak (Matius 21.28-32) bahwa Allah mau melihat apakah kita telah melakukan kehendak-Nya. Di dalam perumpamaan itu, Yesus menjelaskan arti iman di ayat 32 – iman pada Allah adalah melakukan kehendak-Nya.

Atas dasar apa kita dihakimi?

Alasan mengapa Yakobus menempatkan begitu banyak penekanan pada perbuatan adalah karena ia tahu bahwa Yesus akan menghakimi kita berdasarkan hal ini pada Hari Penghakiman. Kita dapat melihat pokok ini dari Wahyu 20.12-13 dan 22.12. Satu lagi detail yang perlu diperhatikan adalah bahwa Yesus dengan jelas memberitahu gereja (melaui kata-kata-Nya kepada tujuh gereja di Wahyu) bahwa ia mempertimbangkan perbuatan-perbuatan kita (Wahyu 3.1-2,8,15) dan ia akan membayar kita sesuai dengan itu (Wahyu 2.23).

Seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, iman kita pada Yesus harus ditunjukkan di dalam tindakan yang konkrit. Apakah dalam bentuk kasih, rasa hormat, ketaatan atau percaya kepada Dia, semua itu dengan nyata akan termanifestasi di dalam kehidupan kita; di dalam kelakuan seharian kita. Apa yang dipertimbangkan di Penghakiman bukanlah pengakuan bibir kita tetapi respon praktis dan ketaatan kepada Allah.

Kita boleh melihat pada 1 Petrus 1.17. Rasul Petrus menyatakan hal yang sama seperti rasul Yakobus. Ia berkata,

‘Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.’

Petrus memberitahu kita bahwa Allah itu adil, kita hendaklah hidup dengan rasa takut akan Allah. Ia mengingatkan kita bahwa Allah akan menghakimi kita menurut tindakan kita dan kita harus menjalani hidup kita sesuai dengan kepercayaan kita.

Apakah Paulus memberikan penekanan yang sama?

Mungkin pertanyaan yang terutama di dalam benak kita adalah: mengapa rasul Paulus kelihatannya tidak memberikan penekanan yang sama? Tidakkah rasul Paulus berakta bahwa kita dibenarkan oleh ‘iman’?

Mari kita lihat di Titus 1.16 – ‘Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.’ Dari ayat ini kita melihat bahwa Paulus sedang memohon kepada mereka yang mengaku mengenal Allah (orang yang tentunya mengakui memiliki iman) untuk hidup sesuai dengan pengakuan mereka. Iman di dalam Allah tidak dapat dipisahkan dari kelakuan kita. Apabila Paulus berkata bahwa kita dibenarkan oleh iman, selain daripada percaya pada Allah, kata ‘iman’ yang ia maksudkan termasuk ketaatan total kepada Dia. Untuk alasan ini, ia secara konstan menghimbau orang-orang percaya untuk berbuat baik di dalam ajarannya (baca 1 Tim 2.10; 5.10; 2 Tim. 2.21; 3.17; Titus 3.1; Ef 2.10; Ko 1.10).

Mungkin Anda mau bertanya, ‘Mengapa Paulus sering berkata bahwa kita tidak boleh mengandalkan perbuatan untuk keselamatan?’ Untuk menjawab pertanyaan ini dengan tepat, kita hrus memerhatikan satu prinsip eksegese yang sangat penting. Prinsip ini adalah: penulis yang berbeda menggunakan kata yang yang sama secara berbeda; seorang penulis yang sama juga ada kalanya memilih untuk menggunakan kata yang sama di dalam konteks yang berbeda. Inilah alasan mengapa kita harus berhati-hati mencermati konteks saat kita membaca Alkitab.

Rasul Paulus tidak sedang menentang perbuatan baik yang dilahirkan dari pekerjaan Roh Kudus di dalam hidup seseorang setelah kelahiran baru. Ia menentang perbuatan yang dilakukan di balik jubah keagamaan dan yang disombongkan oleh orang-orang yang hidup menurut keinginan kedagingan. Semua rasul satu dalam opini mereka akan hal ini: tidak ada satu orang pun yang dapat mengandalkan dirinya sendiri atau tindakan keagamaan apa pun untuk diubah menjadi orang yang benar. Para rasul dengan suara bulat menyakini bahwa seorang yang sesungguhnya beriman pasti akan mengalami perubahan  yang akan Allah kerjakan di dalam hidupnya dan dengan demikian akan menghasilkan buah dari Roh Kudus. Sekalipun Yakobus dan Paulus mempunyai cara yang berbeda untuk menyampaikan sesuatu, mereka membagi penekanan yang sama.

Pandangan Paulus tentang keselamatan

Ketaatan adalah suatu tindakan bukan kepercayaan

Sebelum saya tutup, biarlah saya menerangkan dengan singkat pandangan Paulus tentang keselamatan. Paulus suka mengungkapkan pentingnya menaati perintah Allah dalam cara yang lain – ia menekankan ketaatan kepada Roh Kudus atau mengenal hati Roh Kudus. Baginya ini satu keharusan bagi setiap orang percaya yang sejati. Sebagaimana yang kita ketahui, Allah mengaruniakan kita Roh Kudus lewat baptisan. Apakah ini bermakna bahwa setiap orang yang mengakui percaya pada Allah dan telah melewati baptisan memiliki Roh Kudus?

Mari kita lihat di Kisah Para Rasul 5.32. Di sini kita diberitahu bahwa Allah hanya mengaruniakan Roh Kudus kepada orang yang menaati Dia. Inilah penakanan gereja mula-mula dan para rasul: ketaatan itu adalah suatu tindakan, bukan suatu kepercayaan intelektual. Hari ini, kita hanya menekankan pentingnya iman sementara perlunya tindakan diabaikan. Ini sama sekali bertentangan dengan pengajaran Alkitab.

Mengapa Roh Kudus diberikan kepada kita?

Mengapa Allah mau mengaruniakan kita Roh Kudus? Mari kita lihat pada Galatia 5.16-18 bersama-sama. Allah memberikan kita Roh Kudus agar kita dipimpin untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya setiap hari. Untuk alasan ini, Roh Kudus membutuhkan ketaatan total dari kita supaya ia dapat memimpin kita. Roh Kudus membantu kita untuk berkemenangan di atas ikatan keinginan-keinginan kedagingan. Ia memberikan kita kekuatan untuk mengalahkan ikatan dosa yang sebelumnya tidak dapat kita atasi.

Pikirkan hal ini: orang Kristen yang selalu dipimpin oleh Roh itu merupakan orang yang bagaimana? Apakah mungkin bahwa kehidupan dan kelakuannya sama sekali tidak berubah? Galatia 5.22-23 berbicara mengenai buah Roh Kudus. Inilah perubahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam setiap orang yang beriman. Sekalipun perubahan ini tidak terjadi dalam satu malam, tetapi hidupnya sangat jelas akan berbeda dari hidupnya sebelum ia percaya pada Tuhan (bandingkan ayat-ayat 19-21 dengan ayat-ayat di 22-23).

Satu lingkaran yang positif dan bermanfaat akan berkembang lewat ketaatan seorang yang sesungguhnya beriman. Dalam diri kita sendiri, kita tidak akan mempunyai kekuatan untuk melakukan perbuatan baik atau memiliki kemampuan untuk mengubah diri kita. Di saat kita taat dan mengandalkan Allah oleh iman, Ia akan membantu kita lewat Roh Kudus. Jika Anda sesungguhnya beriman pada Allah dan sepenuhnya mengandalkan-Nya, Anda pasti akan mengalami karya-Nya dan perubahan di dalam hidup Anda dan perbuatan baik pasti akan menyusul. Yang pasti ini bukanlah suatu akibat dari kemampuan kita sendiri tetapi karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Karena itu, Yesus menuntut setiap orang yang percaya pada Dia untuk memiliki perbuatan baik yang memuliakan Bapa kita di surga (Matius 5.16) supaya orang lain dapat melihat keselamatan Allah melalui kita.

Berikan Komentar Anda: