Pastor Jeremiah C | Yakobus 3:1-12 |

Kita akan melanjutkan dengan Yak 3:1-12 hari ini dan kita akan berbicara mengenai “Lidah”. Pada pelajaran yang lalu, kita sudah melihat ayat 3-6 dimana kita mempelajari 3 poin menyangkut pengajaran tentang lidah.

Yang pertama, lidah kita mencerminkan kehidupan rohani kita secara langsung. Melalui percakapan kita, kita dapat mengetahui kondisi spiritual kita. Hal itu disebabkan oleh apa yang memenuhi hati kita, itulah yang akan diungkapkan oleh lidah kita.

Kedua, meskipun lidah kita ini kecil, tapi pengaruhnya bisa sangat besar. Hal ini juga berarti bahwa kita harus berhati-hati dengan penggunaan lidah kita. Jika kita tidak tunduk kepada kedaulatan Tuhan, cara kita bicara akan membawa kerusakan yang besar untuk orang-orang sekeliling kita. Bagaimanapun, jika kita memilih untuk berserah kepada Roh Kudus setiap hari, maka cara bicara kita akan membawa penghiburan dan membangunkan orang-orang.

Yang ketiga, kita dapat melihat dari Yak 3:6, jika kita menggunakan lidah kita untuk memuaskan keinginan diri kita sendiri, lidah kita pada akhirnya akan menuntun kita kepada kebinasaan yang kekal.

Hari ini kita mau merenungkan Yak 3:7-12. Sebelum kita membahas ayat-ayat ini, mari kita kembali ke Yak 3:6. Di sini kita berbicara mengenai api neraka. Apa yang digambarkan di sini ialah gambaran penghakiman. Kata “Neraka” ini, dalam pengajaran Yesus, digunakan untuk menggambarkan Penghakiman yang terakhir.

Mari kita baca Mat 5:22. Yesus juga menggunakan api neraka untuk mengingatkan kita bahwa jika kita melukai saudara kita dengan perkataan, dan kita tidak berinisiatif untuk mencari perdamaian dengannya, maka kita tidak akan lepas dari api neraka. Pernahkah kita merenungkan kata-kata Yesus ini dengan sikap yang serius?

Apakah kamu berpikir bahwa kata-kata Yesus ini serius dan tidak main-main?

Kebanyakan orang Kristen berpikir dalam hati mereka bahwa ini hanyalah suatu peringatan. Keselamatan kita sangat terjamin. Bagaimana mungkin kita dapat menghadapi api neraka karena perkataan kita? Karena itu, janganlah terlalu khawatir. Yesus hanya berkata sambil lalu, atau mungkin perkataan ini ditujukan kepada non-Kristen. Kita bertingkah laku sesuai dengan apa yang kita pikirkan dalam hati kita. Ketika kita berpikir bahwa kata-kata Yesus tidak serius, maka kita akan sangat tidak memperhatikan perkataan kita sewaktu kita berhubungan dengan orang lain. Sayangnya perkataan ini sesungguhnya ditujukan kepada orang Kristen, karena Mat 5:23 berbicara mengenai orang yang memberi persembahan di altar Allah. Dan orang non-Kristen tidak akan melakukan hal-hal semacam ini.

Jika kita tidak menganggap serius kata-kata Yesus, maka Anda juga tidak akan menganggap serius peringatan di Yak 3:6. Banyak komentator Alkitab mendapati bahwa ayat ini sangat sulit untuk dimengerti. Kenyataannya, apa yang dikatakan rasul Yakobus di sini sangat sederhana dan mudah untuk dimengerti.

Ia berkata kepada kita bahwa jika Anda tidak berhati-hati dengan lidah Anda, jika Anda melukai orang lain dengan perkataan Anda sesuka hati Anda, maka lidah Anda akan menyebabkan Anda ke neraka. Jika Anda tidak bertobat saat ini juga, Anda malah akan mengizinkan lidah Anda untuk mencemarkan diri Anda dan pengakhiran Anda adalah di dalam api neraka. Saya tidak tahu apakah Anda dapat menemukan penafsiran yang lebih baik untuk Yak 3:6. Mungkin Anda tidak terlalu suka dengan penafsiran saya karena itu membuat keselamatan kita tidak terjamin. Sesungguhnya tiap orang Kristen yang tidak melakukan apa yang ia dengar dari Firman Tuhan tidak memiliki jaminan keselamatan, itulah pesan yang mau disampaikan Rasul Yakobus kepada kita.

Gereja sekarang adalah tempat yang paling biasa atau lumrah untuk melihat orang Kristen menyerang satu sama lain dengan lidah mereka. Banyak perselisihan dan fitnah terjadi di dalam gereja dan semua ini adalah masalah-masalah yang disebabkan oleh lidah. Masalah ini sangat biasa dijumpai pada siapa saja baik itu pengkhotbah atau mereka yang baru mengenal Tuhan, masing-masing memiliki masalah yang sama. Begitu lazim masalah ini di mana kita sudah menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar. Seorang pengkhotbah dapat dengan bebas mengkritik, menghakimi dan memfitnah orang lain, lalu mengapa saudara dan saya tidak? Lagi pula kita tidak dengan benar-benar menganggap perkataan kita sebagai suatu penghakiman atau fitnah. Kita semua merasa bahwa kita hanya mengungkapkan fakta.

Bagaimanpun rasul Yakobus tidak berpikir seperti itu. Ia memperhitungkan bahwa bait Allah itu kudus dan setiap ragam ketidak-kudusan akan membawa kemurkaan Allah. Oleh sebab itu, ia berulang kali mendesak orang Kristen dalam kitab Yakobus untuk bertobat dengan segera (Yak 4:8-10, 5:9) karena kelakuan yang tidak kudus itu akan membawa penghakiman Allah.

Oleh sebab itu marilah kita mengingatkan diri kita melalui Yak 3:6 di sini: Allah mau agar mereka yang percaya kepada Dia untuk mengejar hidup kudus dalam dunia ini. Kita tidak dapat menjadi seperti mereka di dunia yang menyakiti dan menyerang orang-orang dengan lidah mereka dan mencemari tubuh kita sebab tubuh kita yang adalah bait Roh Kudus.

Biarkan saya mengklarifikasi satu poin di sini. Lidah yang dibicarakan oleh Yakobus tentu saja bukanlah lidah jasmani di dalam mulut kita. Ia menggunakan lidah kita untuk mengarahkan kepada perkataan kita. Dan perkataan kita seringkali mencerminkan kondisi hati kita.

Mari kita baca Amsal 10:19-20. Amsal menggambarkan kesejajaran antara lidah dan hati manusia. Perkataan dari bibir kita seringkali merefleksikan pikiran dari hati. Tentu saja Anda dapat mengikat bibir Anda untuk waktu yang singkat dan menyimpan pikiran Anda mengenai sesama di dalam hati Anda. Namun Anda tidak dapat menyembunyikan pemikiran-pemikiran itu untuk waktu yang lama. Yesus berkata bahwa kebaikan berpancar dari orang yang baik sedangkan kejahatan muncul dari orang yang jahat. Karena itu, Yakobus memfokuskan pada inti permasalahan yaitu hati manusia.

Oleh sebab itu, ketika Alkitab berbicara mengenai lidah, Alkitab sedang merujuk kepada perkataan kita; pendekatan kita dengan orang dan suatu hal; dan sikap kita dengan sesama, karena semua ini pada dasarnya berbicara mengenai kualitas hidup kita dan kondisi hati kita.

Mari kita baca Yak 3:7-12. Dalam ayat 7, Yakobus berbicara tentang pencapaian manusia. Kita adalah orang-orang yang hidup dalam abad ke21 dan mampu untuk menyaksikan berbagai macam prestasi yang besar dari umat manusia. Seperti apa yang dikatakan Yakobus, semua jenis hewan, burung, seranggga dan ciptaan di laut telah ditundukkan oleh manusia. Prestasi umat manusia sekarang ini benar-benar membuat kita sangat sombong. Manusia dapat naik ke awan dan turun ke bawah tanah sekarang sesuai dengan kehendaknya dan kita hampir tidak terkalahkan. Dan semua ciptaan berada di bawah kendali manusia.

Namun di ayat 8, Yakobus menunjuk pada tragedi yang melanda umat manusia yaitu manusia pada kenyataannya kita tidak memiliki kuasa untuk mengekang lidahnya. Apa yang mau dikatakan oleh Yakobus di sini adalah kita memiliki banyak pencapaian yang besar, akan tetapi kita tidak memiliki kuasa untuk mengatasi dosa-dosa di dalam hati kita. Kita mengatasi segalanya akan tetapi kita hidup di bawah ikatan dosa dan telah menjadi hamba dosa.

Walaupun manusia telah mencapai banyak hal sekarang ini, namun tidak pernah ada damai. Apakah itu keluarga, bangsa atau Negara, semuanya dipenuhi oleh kecemburuan dan perkelahian. Semua masalah ini adalah akibat dari kehidupan kita yang berada di bawah belenggu dosa. Ketika hati kita dikendalikan oleh dosa, lidah dan perkataan kita menjadi penyebab timbulnya masalah dengan orang-orang. Percakapan kita penuh dengan racun yang mematikan. Kita tidak seharusnya menganggap masalah dosa dengan ringan. Perkataan yang diucapkan oleh lidah kita adalah indikator yang baik tentang kehidupan rohani kita.

Di Amerika, seseorang mengikuti pemilihan menjadi senator. Dan untuk memenangkan pemilihan itu, ia menggunakan taktik yang paling hina yaitu memfitnah dan menghina kepribadian pesaingnya. Pada akhirnya, ia memenangkan pemilihan tersebut. Pesaingnya menderita tekanan besar secara emosional karena fitnah itu dan semenjak itu kondisi emosionalnya menjadi terpuruk. Sepuluh tahun kemudian, senator yang menfintah orang lain ini mengetahui bahwa dirinya menderita tumor yang ganas pada otaknya dan ia tahu bahwa waktunya di dunia tidak lama lagi. Hati nuraninya mulai mengusiknya, dan ia menyadari kerusakan besar yang dibuat oleh lidah dan perkataan-perkataannya terhadap pesaingnya dulu. Ia pun menulis surat dan meminta pengampunan darinya Meskipun senator ini telah berbuat dosa yang serius di mata Allah, setidaknya ia menangkap kesempatan untuk bertobat sebelum kematiannya dan meminta maaf kepada orang yang telah ia sakiti.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, berapa kali kita sudah melukai orang lain dengan lidah kita dan memfitnah, memarahi dan menghina orang lain apakah secara sengaja ataupun tidak? Setelah kita melukai orang lain dengan perkataan kita, apakah kita bertobat dan meminta maaf kepada orang itu pada saat itu juga?

Bukankah itu yang Yesus suruh kita lakukan menurut Mat. 5:22? Yesus menginginkan agar kita menyelesaikan masalah tersebut di saat itu juga. Ia menyatakan kepada kita bahwa jika kita tidak menyelesaikan masalah tersebut, kita tidak boleh sama sekali mempersembahkan pemberian kita pada altar Allah karena persembahan kita tidak di terima oleh Allah. Sebaliknya, itu akan menjadi kutuk bagi kita karena kita telah mendengarkan firman, mengerti firman tetapi tidak melakukan firman tersebut.

Bukan hanya kita gagal untuk mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri sesuai dengan perintah Yesus, tetapi kita melukai, memfitnah dan mengutuki sesama kita. Apakah kita sadari bahwa kelakuan dan sikap kita ini membuktikan bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk mengatasi dosa? Tahukah kita bahwa semua yang kita lakukan itu pada akhirnya hanya akan melukai diri kita sendiri?

Mari kita baca Yak 3:9-11. Ayat ke-9, Yakobus menyatakan kepada kita bahwa, kita tidak dapat memberkati Bapa di surga dengan lidah kita dan mengutuk ciptaan yang dibuat oleh Allah dalam gambaran-Nya pada waktu yang bersamaan. Bagaimana kita mengetahui apakah kita adalah orang yang melakukan Firman dan bagaimana kita mengetahui bahwa kita memiliki iman yang menyelamatkan?

Yakobus sudah memberikan kepada kita gambaran yang sangat praktis. Jika Anda sering memuliakan Allah dengan mulut Anda tetapi mengutuk saudaramu pada waktu yang sama, inilah waktunya Anda memikirkan dan menguji apakah Anda benar-benar memiliki iman yang menyelamatkan. Karena Yakobus memberitahukan di ayat 11 bahwa satu sumber air tidak memancarkan air yang pahit dan yang manis di waktu yang bersamaan. Jika Roh Kudus benar-benar adalah raja atas hidup orang yang telah lahir baru, bagaimana mungkin ia dapat melawan kehendak Allah dengan mengutuk sesama? Mustahil! Bahkan ketika kita berbicara atau menyatakan sesuatu yang salah tanpa sengaja Roh Kudus akan mengingatkan kita untuk bertobat secepatnya.

Jika hidup kita selalu kekurangan kuasa untuk mengekang lidah kita, bukankah itu suatu pertanda bahwa kemungkinan kita belum mengalami kelahiran baru dan itu sebabnya Roh Kudus tidak di dalam kita untuk mengubah dan menolong kita?

Mari kita baca Kej 9:5-6. Mengapa Alkitab berkata bahwa ia yang membunuh akan mati? Hukum di banyak Negara menetapkan bahwa pembunuh akan dihukum mati. Jika manusia berasal dari kera, apa bedanya membunuh manusia dan kera? Mengapa membunuh kera tidak mengharuskan kita untuk membayar dengan nyawa kita? Alkitab telah memberikan alasan yang sangat baik buat kita. Itu dikarenakan manusia memiliki gambaran Allah dan membunuh manusia sama dengan membinasakan gambaran Allah. Sebab itu Allah berhak untuk datang menghakimi kita. Ini juga merupakan alasan mengapa Allah mengharuskan kita untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, karena kita memiliki gambaran Allah. Jika kita menghormati sesama, kita tidak akan memandang rendah terhadap mereka sebagaimana kita tidak akan memandang rendah Allah.

Justru karena semua manusia memiliki gambaran Allah, maka cara kita memperlakukan sesama mencerminkan cara kita memperlakukan Allah. Alkitab menuntut kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan pikiran kita dan Alkitab juga meminta kita untuk mengasihi sesama kita seperti diri sendiri karena sesama kita diciptakan dalam gambaran Allah.

Anda menghormati sesama, mempedulikan mereka, menerima dan memberkati mereka – dengan melakukan semua ini Anda sedang melakukannya kepada Allah. Sebaliknya jika Anda menghina sesama, mengutuki mereka, menyakiti mereka, maka berarti kamu sudah menghina dan mengutuki Allah karena mereka adalah gambaran Allah.

Mari kita mulai dari hari ini untuk selalu ingat kepada peringatan dari Rasul Yakobus bahwa manusia memiliki gambaran Allah tanpa memperhatikan apakah mereka percaya kepada Tuhan ataupun tidak. Mari kita melihat kepada sesama kita, keluarga dan rekan sekerja dari pandangan yang baru, khususnya saudara-saudari di gereja. Karena rasa hormat dan kasih kita pada Allah, mari kita memperlakukan mereka dengan hati yang adil, baik dan benar. Oleh sebab itu mari kita mengingat peringatan dari Yakobus bahwa Allah menghendaki agar mereka yang percaya kepada-Nya mengejar kehidupan yang kudus.

Kita tidak patut menjadi seperti orang-orang di dunia ini yang menyakiti dan menyerang sesama dengan lidah kita dan mencemari tubuh kita, di mana tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Mengingat Allah begitu mengasihi kita dan ia bahkan menciptakan kita dalam gambaran dan rupa-Nya sendiri, mari kita menetapkan hati kita untuk menjadi kudus dalam perkataan kita dan memuliakan Allah dengan lidah kita dan juga membangun sesama dengan lidah kita.

Seperti Efesus 4:29 berkata “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,…….” Jika kita melakukannya, kita adalah orang yang melakukan apa yang kita dengar, dan kita telah menggenapi hukum Kristus.

Sebelum saya mengakhiri pembelajaran kita dari kitab Yakobus, mari kita merenungkan satu pernyataan terakhir. Mengingat bahwa lidah adalah kejahatan yang tidak pernah diam bagaimana kita menaklukkannya? Jawabannya di dalam ayat 11-12. Yakobus katakan kepada kita bahwa satu mata air tidak mengalirkan dua sumber rasa, yaitu manis dan pahit pada waktu yang bersamaan. Lidah kita mencerminkan kondisi hati kita. Seperti yang Yesus katakan, kebaikan dihasilkan oleh orang yang baik sedangkan kejahatan dari orang yang jahat.

Bagaimana untuk menjadi mata air yang manis? Bagaimana hidup dan perkataan kita menjadi berkat bagi orang lain? Kita akan berbicara mengenai hal ini pada pelajaran kita yang selanjutnya.

Berikan Komentar Anda: