Pastor Jeremiah C | Yakobus 3:1-12 |

Melalui pembelajaran pada kitab Yakobus, saya berharap untuk menanamkan kata-kata dari Allah jauh di dalam hati kita, supaya firman-Nya dapat menjadi terang bagi kaki kita, untuk memimpin langkah-langkah kita, supaya kita selalu berjalan dalam kehendak-Nya. Kiranya Tuhan membawa dan menguatkan hati kita melalui firman-Nya, agar kita dapat mengasihi Tuhan dengan lebih lagi. Kiranya segala kemuliaan dan pujian dinaikkan kepada Allah yang mengasihi kita.

Hari ini, kita akan melanjutkan dengan studi di Yak 3:7-12. Kita juga akan meneruskan pembicaraan mengenai  “Lidah”. Kita sudah melihat pada waktu yang lalu bahwa Yakobus mengingatkan kita di Yak 3:9, bahwa manusia diciptakan serupa dengan gambar Allah. Tanpa memperhatikan apakah itu orang percaya ataupun tidak, ia diciptakan menurut gambar Allah. Ketika kita mengutuk atau menfitnah sesama dengan lidah kita, kita telah melakukan dosa ganda.

Pertama, kita telah berdosa terhadap gambaran Allah dan telah menyakiti Allah. Kedua, kelakuan kita telah menghina diri kita yang adalah gambaran Allah. Kita tidak hidup dalam kualitas yang harus dimiliki sebagai makhluk yang memiliki gambaran Allah. Berdasarkan pelajaran bahwa manusia diciptakan dalam gambaran Allah, mari kita melihat sesama kita dan diri kita sendiri dari pandangan yang berbeda. Saya berharap bahwa kita semua dapat mengerti kehendak yang baik dan berkat-berkat Allah yang telah dilimpahkan atas kita. Sejak Allah memegang kita dalam pengharapan yang tinggi dan menciptakan kita dalam gambaran-Nya, kita harus berkerja keras untuk berhubungan dengan sesama kita dalam kebaikan, kebenaran dan dengan belas kasihan. Dalam cara itu, kita dapat memuliakan Bapa kita di surga.

Mari kita kembali ke Yak 3:7-8. Disini dikatakan, semua ciptaan di laut, di udara, dan di darat telah dijinakkan oleh manusia. Bagi kita yang hidup pada abad ke-20 seharusnya setuju dengan ayat ini. Sekarang ini, manusia dapat pergi ke awan atau ke dasar bumi dengan gampangnya dan manusia hampir tak terkalahkan. Informasi mengenai semua yang hidup di bumi hampir semua sudah diketahui manusia. Kita dapat menemukan informasi dengan sangat lengkap mengenai satu ciptaan tertentu dari ensiklopedia. Tidak ada satu apa pun di dunia yang belum dijinakkan manusia. Kita sudah memulai makan siang di luar angkasa dan kita bahkan ingin untuk menakluk seluruh jagat raya.

Kita sibuk mengalahkan sesama, akan tetapi kita tidak memiliki kuasa untuk mengalahkan masalah kita sendiri. Ini merupakan masalah yang realistik dan menyedihkan. Kita dapat begitu berhasil dalam berbagai area dan dapat mengatasi semua masalah yang tidak dapat diatasi oleh orang lain. Bagaimanapun, dapatkah kita menjinakkan lidah kita? Sama seperti kita membanggakan pencapaian kita. Apakah kita memiliki kuasa untuk mengatasi lidah kita? Lebih kongkrit lagi, apakah Anda memiliki kuasa untuk mengatasi pikiran jahat dalam hati Anda?

Seperti yang dikatakan oleh Yak 3:2, ketika seorang tidak memiliki kuasa untuk mengendalikan lidahnya, ia tidak miliki kuasa untuk mengontrol tubuhnya dari dosa karena semuanya berhubungan dengan kualitas hidup kita. Seperti yang dikatakan Amsal 25:28, “Orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya seperti kota roboh temboknya”.

Apakah kita mengambil waktu untuk mengevaluasi ucapan kita dan melihat perkataan seperti apa yang kita ucapkan? Apa yang mengalir dari hati Anda lewat perkataan Anda? Apakah yang keluar dari kita itu menyegarkan seperti mata air yang manis? Atau apakah yang mengalir adalah air pahit yang memuakkan dan menjijikkan?

Mungkin kita bisa melihat pada hubungan kita dengan orang-orang di rumah, di kampus, tempat kerja dan saudara-saudari di gereja. Apa efek dari perkataan yang Anda ucapkan? Apakah lidah Anda mempromosikan damai, membawa hati orang-orang kepada Tuhan atau menyebabkan orang berkelahi, bercekcok dan menimbulkan ketidak-harmonisan? Jenis mata air yang manakah Anda?

Gambar apa yang diberikan di Yak 3:8? Makhluk jenis apa yang mulutnya dipenuhi oleh racun yang mematikan? Ini adalah gambaran dari seekor ular beracun. Apa yang mau disampaikan Yakobus melalui gambaran ini? Ketika seseorang menolak untuk berserah di bawah kedaulatan Allah dan hanya ingin melakukan sesuai dengan keinginan hatinya, orang seperti ini lebih berbahaya dari ular beracun.

Saya bukan gagasan saya sendiri. Alkitab sering menggambarkan mereka yang kelihatan rohani di luar saja dan tidak hidup dalam ketaatan sebagai ular beracun. (Mat 3:7-8. 12:42 23:33; Roma 3:13-18). Mari kita baca Mat 12:33-35. Yesus berkata bahwa, ular beludak yang hati mereka penuh dengan pikiran beracun dan bahkan lidah mereka tidak baik dan tidak mengucapkan kata-kata yang membangun.

Pernahkah Anda merenungkan mengapa perkataan yang keluar dari mulut kita berisi kecemburuan, ketidak-puasaan, kutuk dan keluhan? Mengapa selalu tidak ada air yang manis untuk menyegarkan orang-orang  sekeliling kita? Saya berharap kita semua pulang dan membaca ayat ini dengan teliti lagi dan tanyalah pada diri, apakah kita seperti ular beludak yang disebut oleh Alkitab.

Pasal 3 dari Alkitab Yakobus adalah bagi mereka mendengarkan Firman tetapi tidak melakukannya. Pasal ini juga ditujukan untuk mereka yang mengakui sebagai orang percaya kepada Allah tetapi tidak taat kepada firman-Nya. Orang-orang seperti ini hanya memiliki devosi yang eksternal tetapi tidak ada perubahan di dalam hati mereka, seperti yang di katakan di ayat 10:  mereka memuji Allah di satu sisi dan mengutuk orang lain di waktu yang bersamaan. Hal ini tidak mengejutkan jika orang yang belum percaya melakukan ini. Tapi lebih menakutkan untuk mereka yang mengakui diri mereka sebagai orang percaya akan tetapi masih melakukan hal-hal yang demikian karena hidup mereka tidak diubahkan oleh Allah.

Ketika Anda secara tidak sengaja melukai orang-orang seperti itu, atau terjadi konflik kepentingan dengan mereka, karakter ular mereka yang mematikan itu akan muncul. Mereka akan menyerang Anda dengan lidahnya. Jika ada kesempatan atau alasan yang cukup, mereka bahkan akan menggunakan nama Allah untuk membunuh Anda. Bukankah itu perlakuan yang diterima oleh Yesus?

Biarkan saya menekankan di sini: target pendengar Yakobus bukanlah untuk orang non-Kristen karena ia sedang berbicara kepada saudara seiman dan setidaknya kepada mereka yang mengaku dirinya sebagai Kristen. Jika Anda adalah orang yang belum percaya kepada Yesus, tolong jangan takut dan bertanya-tanya mengapa terdapat banyak pertengkaran dan skandal  dalam sejarah gereja. Di dalam gereja, terdapat banyak orang yang belum lahir baru  atau mereka yang telah mengalami kelahiran baru tetapi hati mereka sudah mulai murtad. Hidup mereka lebih buruk dari orang yang belum percaya, karena mereka bertindak menurut keinginan egois daging mereka dalam nama Tuhan. Saya meminta kepada Allah agar untuk menolong Anda untuk tidak jatuh dalam kesalahan yang sama. Berusahalah untuk menjadi pelaku firman. Dalam cara itu, Allah akan melindungi Anda dari segala kejahatan.

Mari kita lihat Yak3:10-12. Rasul Yakobus menggunakan gambaran mata air. Kelakuan dan tindakan kita sepenuhnya bergantung pada kualitas hidup yang kita miliki. Alkitab menggunakan mata air untuk menggambarkan hidup manusia. Sebagaimana kualitas mata air itu bergantung pada sumber mata air, demikian jugalah kelakuan dan tindakan kita bergantung pada kualitas hidup kita.

Yesus sudah katakan di Yoh 7:38 bahwa air kehidupan akan mengalir dari hidup kita. Ini berarti bahwa sebelum mengenal Tuhan, hidup kita sangatlah amat miskin dan kering dan tidak sedikit apa pun yang dapat kita berikan untuk dapat menyegarkan mereka yang ada di sekeliling kita. Sekalipun ada sedikit air, kemungkinan itu air yang asin dan pahit. Jenis mata air apakah Anda? Apakah mata air yang manis atau mata air yang asin dan pahit?

Setelah melihat pada Yak 3:1-12, sudahkah Anda memikirkan diri Anda dan melihat jenis hidup yang bagaimana yang Anda miliki? Jika Anda menemukan bahwa hidup Anda tergolong yang mata airnya asin dan pahit, apa yang harus Anda lakukan? Ada jawabannya tapi apakah Anda sanggup membuat suatu pilihan.

Inilah berita baik yang mau disampaikan oleh Alkitab pada kita. Allah mau mengubah hidup kita. Di mana itu mustahil bagi manusia, Allah dapat menolong kita. Bagaimanapun, apakah Anda mau dan rela untuk menyerahkan hidup Anda kepada Dia dan membiarkan Dia menjadi tuan dan mengubah Anda sesuai dengan kehendak-Nya?

Mari kita buka di Kel 15:22-25. Di sini kita baca suatu kejadian. Ketika orang Isreal meninggalkan Mesir, mereka benar-benar kelelahan dan haus setelah berjalan di padang gurun selama 3 hari. Akhirnya mereka menemukan sebuah mata air, akan tetapi siapa sangka bahwa air dari mata air tersebut pahit! Orang-orang Israel mulai mengeluh kepada Musa. Musa hanya dapat bermohon kepada Allah di dalam situasi itu. Allah menuntunnya kepada sebuah pohon dan Musa memotong pohon tersebut dan membuangnya ke dalam air pahit itu dan air itu berubah menjadi manis.

Apa pelajaran rohani yang mau diajarkan lewat kejadian tersebut? Hidup kita seperti mata air yang pahit yang seringkali membuat orang-orang di sekitar kita kecewa. Kekecewaan orang-orang juga melemahkan kita. Kita tidak dapat mengubah hidup kita tetapi Allah memiliki kuasa untuk mengubah kita.

Bagaimana kita dapat mengalami perubahan dari Allah? Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah untuk memohon pada Dia seperti yang dikatakan Yak 1:5. Jika hidup kita kekurangan hikmat, kita dapat meminta kepada Allah. Di samping minta pada Allah, kita juga harus jauh dari hidup dalam dosa. Hanya dengan cara itulah Allah akan menjawab permintaan kita. Kita juga dapat melihat poin ini di Yak 4:2-3

Saya pernah mendengar sebuah kesaksian dari seorang saudara. Ketika ia masih sangat muda, ia sering dipukul dan ditangani dengan keras oleh keluarganya. Suatu ketika, mereka menghukumnya untuk berlutut di atas batu kecil yang tajam yang melukai lututnya dan mengakibatkan sakit yang luar biasa. Kejadian ini menghasilkan dendam dalam hatinya di mana ia tidak dapat memaafkan keluarganya.

Ketika ia dewasa ia tidak dapat memaafkan mereka dan selalu mengeluh kepada orang lain mengenai hal ini, mengucapkan kata-kata kebencian. Anda dapat membayangkan betapa buruk hubungannya dengan keluarganya. Sampai suatu ketika, Ia mendengar Injil mengenai Yesus dan ia percaya. Ia langsung bertobat di hadapan Allah dan meminta Allah untuk menolongnya untuk meminta maaf kepada keluarganya. Ia telah mengalami perubahan yang luar biasa dari Allah dalam hidupnya. Pada akhirnya ia tidak lagi memusuhi keluarganya.

Kesaksian saudara ini sebenarnya gambaran dari hidup banyak orang. Kita seringkali dikendali oleh kecemburuan, dendam dan kepahitan yang tersembunyi dalam hati kita. Hal-hal ini menghalangi air kehidupan untuk mengalir keluar. Hanya ketika kita rela untuk datang di hadapan Yesus Kristus, kita dapat mengalami kebebasan yang sejati dan perubahan.

Pada pasal 3, Rasul Yakobus tidak hanya ingin memberitahu kita tentang masalah itu saja. Ia mau agar kita menyadari keseriusan dari masalah kita itu, supaya kita dapat bertobat tepat waktu dan meminta Allah untuk mengubah kita. Seperti yang Yesus katakan, Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan, supaya hidup kita dapat menjadi mata air yang mengalir untuk menyegarkan sesama. Pertanyaannya adalah, kehidupan yang bagaimana yang menjadi kerinduan Anda? Jika Anda menginginkan hidup seperti ini, maka Anda harus memohon pada Allah tanpa  putus-putusnya.

Di samping bertobat dan meminta Allah untuk menyelamatkan kita, kita juga harus memutuskan untuk hidup di bawa kedaulatan Allah dan menjadi pelaku firman. Keluar dari kebodohan di waktu lalu, kita membenci hukum Allah dan kita hidup menurut kehendak kita. Kehidupan yang egois ini akan memimpin kita pada perbudakan di bawah kuasa dosa. Seperti saudara tadi, ia berpikir bahwa ia memiliki kuasa untuk tidak memaafkan keluarganya, tetapi ia tidak menyadari bahwa sikap tidak mau memaafkan adalah tipe dari hidup yang diperbudak oleh dosa. Hati yang diperbudak oleh dosa itu menyebabkan hidupnya menjadi mata air yang asin dan pahit. Jika Anda benar-benar ingin mengalami kuasa Allah yang dapat melakukan perubahan yang luar biasa dalam hidup Anda, maka Anda harus bertekad untuk menjadi pelaku firman dan taat kepada hukum Kristus yang memerdekakan. Dengan demikian, oleh anugerah Allah Anda dapat menjadi orang yang benar merdeka.

Sebelum kita mengakhiri, mari kita baca Yak 3:1-2. Justru karena Yakobus tahu keseriusan dari dosa lidah, ia mengingatkan kita untuk tidak menjadi guru, agar penghakiman yang berat tidak menimpa diri kita. Kata “penghakiman” di sini berarti “penghukuman”. Disini di katakana bahwa Tuhan akan menggunakan standar yang lebih tinggi untuk menghakimi para pengajar. Siapa yang ditunjuk sebagai pengajar di sini? Sesuai dengan bahasa Yunani asli, pengajar atau guru di sini menunjuk kepada para rabi yang di dalam Perjanjian Baru adalah pengajar-pengajar dalam gereja sekarang. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengajarkan Alkitab di dalam gereja sekarang ini. Jika Anda adalah pengajar firman dalam gereja, Anda harus memperhatikan perkataan Yakobus ini.

Mengapa Rasul Yakobus mendorong kita untuk tidak terlalu berhasrat dan mengambil inisiatif untuk mengejar menjadi pengajar? Ia memberikan dua alasan untuk kita. Yang pertama, kita akan mengalami penghakiman yang lebih tegas. Ini tidak terlalu sulit untuk di mengerti. Sewaktu Anda menjadi seorang pengajar, Anda harus mengetahui kehendak Allah dan pengajaran Alkitab lebih dari pada orang lain. Anda tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa Anda tidak mengerti kehendak Allah sehingga Anda tidak mentaati perintah-Nya dan pengajaran-pengajaran Allah. Kedua, kita semua tidak sempurna dan memiliki banyak kegagalan termasuk dalam kata-kata kita, jadi kita tidak memenuhi syarat untuk menjadi pengajar.

Setelah kita mendengar perkataan dari Rasul Yakobus, apa yang harus kita lakukan? Sebagai pelaku firman kita butuh untuk merenungkan bagaimana untuk menerapkan apa yang kita pelajari dalam kehidupan kita sehari-hari.

Apakah Rasul Yakobus sedang meminta kita untuk tidak menjadi pengajar? Jadi terkutuklah para pengkhotbah dan pendeta untuk membuka mulut mereka untuk mengajar Alkitab setiap hari?  Apakah kita merasa beruntung karena kita hanya orang Kristen biasa dan tidak mengajari orang lain, maka kita tidak perlu khawatir mengenai penghakiman yang lebih berat?

Oleh karena itu jika Anda tidak ingin menghadapi penghakiman yang lebih berat, sebaiknya Anda tidak mengejar untuk menjadi pengajar Alkitab. Melainkan kita tidak pernah gagal dan kita sempurna dalam segala hal, maka barulah kita layak untuk menjadi guru!

Bagaimana untuk mengerti apa yang diajarkan Yakobus? Kita akan tinggalkan pembahasan ini untuk waktu lain di mana kita akan melanjutkan diskusi pada Yakobus 3:1-2, dan saya berharap kita semua merenungkan arti dari ayat ini. Kita tidak boleh mengartikan perkataan Yakobus hanya berdasarkan surat-suratnya, kita harus masuk lebih dalam untuk mengerti semangat di balik kata-katanya.

Berikan Komentar Anda: