Pastor Jeremiah C | Yakobus 4:13-17 |

Hari ini, kita lanjutkan pembahasan dalam Yak 4:13-17. Kita akan fokus pada ayat 15 terutama pada ungkapan “Jika Tuhan menghendakinya.” Saya sudah tunjukkan sebelumnya bahwa perikop ini berkaitan dengan arah dan tujuan hidup orang Kristen. Sebagai seorang Kristen, kita harus tahu bahwa nafas dan segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian dari Allah. Bukan hanya itu, Allah juga telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa melalui Yesus yang telah disalibkan bagi kita. Jadi, gaya hidup kita tidak boleh sama lagi dengan masa di mana kita masih belum mengenal Allah, di mana kita menghabiskan waktu untuk urusan makan, minum bermain, membeli dan menjual. Hidup kita harus diarahkan untuk melayani Allah, itulah tujuan hidup kita. Dan pelayanan kita kepada Yang Maha Tinggi adalah suatu anugerah.

Hari ini kita akan berfokus pada ungkapan, “Jika Tuhan menghendakinya.” Yang tertulis di ayat 15. Saya ingin membahas tentang tujuan dari keselamatan melalui ayat ini. Tadi saya menunjukkan bahwa Yak 4:13-17 itu berkaitan dengan tujuan hidup orang Kristen. Ayat 13 menunjukkan tujuan dan gaya hidup orang yang tidak kenal Allah, sementara ayat 15 menggambarkan orang yang mengenal Allah dan pandangannya terhadap hidup ini. Jika Anda benar-benar orang yang telah diselamatkan, maka kehidupan Anda akan sangat berbeda dengan orang dunia dalam hal tujuan maupun arahnya. Itulah sebabnya mengapa saya katakan bahwa ayat 15 ini berkaitan dengan keselamatan kita.

Rasul Yakobus sedang berkata “Kalau Tuhan menghendaki” di ayat 15, dan dia sedang memperingatkan bahwa kita harus menjadikan kehendak Tuhan sebagai tujuan, di dalam kehidupan sehari-hari kita. Ungkapan ini berisi nasehat yang sangat penting. Mengapa saya katakan bahwa ungkapan ini sangat penting?

Mari kita baca ayat 13. Yakobus 4:1-12 berbicara tentang masalah persahabatan dengan dunia. Ayat 13 memberikan karekteristik orang yang bersahabat dengan dunia, yakni kecenderungan untuk membanggakan prestasi duniawinya. Oleh Rasul Yohanes, hal ini disebut dengan istilah “keangkuhan hidup” di 1 Yoh 1:15-17. Semua in muncul dari kecintaan hati terhadap dunia. Di ayat 16, Yakobus memperingatkan kita untuk tidak sama seperti mereka yang tidak mengenal Allah, yang membanggakan prestasi duniawinya. Tak peduli sehebat apapun prestasi duniawi Anda, semua itu hanya sementara saja. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Yohanes,  “Dunia dan segala nafsunya akan berlalu. Hanya mereka yang taat pada kehendak Allah yang tinggal tetap.” Artinya, hanya mereka yang taat pada kehendak Allah yang akan mewarisi hidup kekal. Mengapa kita senang bersahabat dengan dunia? Apakah sumber masalahnya? Akar persoalannya adalah: kita ini egois, kita hanya mau hidup untuk kepentingan diri sendiri.

Mengapa saya katakan bahwa ayat 15 itu penting? Karena ayat 15 itu menunjukkan kepada kita tujuan hidup yang benar. Yakobus 4:15 ingin memberitahu kita bahwa setiap orang Kristen itu adalah hamba Allah. Tujuan hidup seorang hamba adalah mentaati kehendak majikannya. Inilah hal yang harus dilakukan setiap orang Kristen, dan ini adalah hal yang sudah baku. Kita tidak punya pilihan lain. Seperti yang disebutkan dalam ayat 17, orang yang tahu hal baik yang harus dia perbuat tetapi dia tidak melakukannya, ia berdosa.

Mari kita baca Roma 10:9, Kita semua senang dengan ayat ini karena Paulus menjelaskan keselamatan dengan sangat sederhana. Selama kita mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan (lord), maka segala sesuatunya akan baik-naik saja. Saya tidak tahu bagaimana Anda mengartikan ayat ini. Apakah Rasul Paulus berkata bahwa kita akan baik-baik saja selama kita menyebut Yesus sebagai Tuhan (lord)? Ini membuat arti keselamatan menjadi sederhana. Selama Anda bersedia membuka mulut Anda dan menyebut Yesus sebagai Tuhan dan percaya di dalam hati bahwa Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati, berarti Anda telah diselamatkan.

Mari kita perhatikan lebih seksama bagian pertama dari ayat ini, “Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan (lord).” Kebanyakan orang Kristen merasa bahwa ini adalah hal yang sangat sederhana dan mudah dijelaskan. Dulu, sebelum kita datang  kepada Tuhan, kita tidak akan berkata dengan mulut kita bahwa Yesus adalah Tuhan. Namun sekarang kita sudah menjadi Kristen, kita menyebut Yesus sebagai Tuhan. Inikah hal yang dimaksud oleh Paulus? Mengapa pengakuan dari mulut ini sangat penting? Sebenarnya, frase ini mengacu pada sumpah kita di hadapan orang banyak. Artinya, mulai sekarang kita mengakui di depan orang banyak bahwa kita akan taat kepada dia dengan setia. Maksud dari Roma 10:9 adalah tentang orang yang, setelah mempertimbangkan secara jernih, membuat suatu sumpah yang tidak bisa dibatalkan, dan sumpah itu dilakukan di depan orang-orang. Jika kita menyatakan bahwa Yesus adalah Penguasa atau Majikan kita, namun kita tidak mentaati kehendaknya di dalam kehidupan sehari-hari kita, berarti kita sudah menyangkal dia sebagai penguasa ke atas kita.

Penekanan dari penginjilan zaman sekarang adalah penerimaan akan Yesus. Apa arti menerima Yesus itu? Banyak orang menekankan bahwa itu berarti menerima kasih karunia dan keselamatan yang diberikan Allah kepada kita melalui Yesus. Akan tetapi, hal yang lebih penting sebelum kita menerima keselamatan dari Tuhan adalah menjadi seorang hamba, baru Anda bisa menerima keselamatan dari Allah. Penginjil yang tidak menekankan kebutuhan untuk menjadi hamba Tuhan sebelum menerima keselamatan, maka Injil yang dia sampaikan itu palsu dan bersumber dari iblis. 

Mari kita baca Roma 6:22 Rasul Paulus berkata, “Orang yang dibebaskan dari dosa adalah orang merdeka.” Apakah itu berarti bahwa mulai sekarang mereka boleh menjalani hidup mereka sesuka hati, merencanakan hidupnya sesuai kehendak pribadi dan mengejar cita-cita mengikuti hasrat sendiri? Tidak. Pada bagian kedua dari ayat 22, Paulus memberitahu kita bahwa orang Kristen yang diselamatkan adalah budak Allah. Apa arti kata budak atau hamba Allah? Tentunya sudah jelas. Sebelumnya, Anda berbuat dosa dengan mengikuti daging dan keduniawian, dan itu berarti Anda budak dosa. Sekarang Anda hidup mengikuti kehendak Allah, Jadi Anda adalah budak Allah. Camkanlah isi bagian kedua dari ayat 22 ini. Hanya para budak Allah yang pada akhirnya nanti memperoleh hidup kekal.

Saya harap kita semua bisa memahami konsep keselamatan menurut Alkitab. Keselamatan kita ditunjukan untuk membuat kita menjadi hamba Allah. Ini bukanlah suatu ide yang pesimis melainkan suatu identitas yang sangat terhormat. Sebelum saya mengenal Allah, saya melakukan segala sesuatu berdasarkan hasrat egois saya, melakukan hal-hal yang sangat menyakiti keluarga dan teman-teman saya, dan saya sangat malu atas itu  semua. Setelah saya mengenal Allah, saya campakkan  hidup lama saya dan memilih untuk taat pada kehendak Allah karena saya tahu saya bahwa itu semua sangat baik. Oleh karenanya, ini bukanlah gambaran yang pesimis. Bagi saya, ini adalah status yang mulia – yakni menjadi budak Allah – dan berarti melangkah dalam terang. Sungguh suatu hal yang amat baik.

Saya tidak tahu apakah Anda telah membuat putusan yang tegas ketika Anda percaya kepada Tuhan, yakni bertekad untuk menjadi budak Allah. Jika Anda bukan budak Allah, berarti Anda masih budak dosa. Itu sebabnya mengapa ada banyak iri hati dan pertengkaran di tengah gereja karena orang-orang Kristen tidak peduli pada kehendak Allah. Mereka punya peduli pada kepentingan pribadi masing-masing. Mereka tidak paham bahwa mereka masih hidup di bawah belenggu dosa. Itu sebabnya saya ingin memahami Yak 4:27 untuk membantu setiap orang untuk memahami apa arti menjadi orang Kristen. Sama  seperti peringatan yang disampaikan ole rasul Yakobus, orang Kristen tidak boleh lagi mengasihi dunia. Kita tak boleh lagi mengejar pemenuhan hasrat jasmaniah, keserakahan mata dan keangkuhan hidup. Semua itu seharusnya sudah menjadi bagian hidup lama yang telah terlalu. Kita sudah menjadi milik Tuhan, menjadi budak Yesus Kristus.

Mari kita baca Yoh 7:17. Kata ‘keteguhan hati (resolve)’ dan kata ‘kehendak (will)’ adalah dua kata yang bersumber dari suatu kata Yunani yang bermakna ‘kehendak’. Kita bisa mengartikan Yoh 7:17 itu sebagai berikut: “Jika kehendak seseorang adalah untuk taat kepada kehendak Allah”. Dengan kata lain, ini berarti memandang kehendak Allah sebagai kehendak kita. Yesus memberitahu kita bahwa orang itu pasti akan tahu kehendak Allah. Semoga frase ini bisa menjadi pembangkit semangat. Hanya mereka yang ingin menjadi budak Allah yang bisa menikmati hubungan akrab dengan Allah dan menjadi sahabat Allah.

Bagaiamana supaya kita melangkah di dalam kehendak Allah dalam segala hal? Bagaimana kita bisa tahu apa kehendak Allah? Apakah melalui cara atau teknik tertentu? Tidak. Mengenal kehendak Allah bukanlah urusan cara atau teknik dan saya tidak bisa mengajari Anda. Ini suatu kemampuan pengenalan yang dipupuk dalam waktu yang lama. Yoh 7:17, mereka yang mau taat kepada kehendak Allah pasti bisa membedakan yang mana kehendak Allah.

Mari kita baca Roma 12:1-2. Ini adalah ayat yang sangat akrab bagi kita. Namun juga merupakan ayat yang sangat jarang di praktekkan. Ayat 2 memberitahu kita bahwa selama hati dan pikiran kita diperbarui dan diubah, kita bisa memahami apa itu kehendak Allah. Bagaimana memebedakan kehendak Allah? Rasul Paulus memberitahu kita bahwa jika hati kita tidak diperbarui terus menerus oleh Roh, kita tidak bisa membedakan kehendak Allah. Dari sini kita bisa melihat bahwa hal membedakan kehendak Allah bukanlah suatu pengetahuan atau keterampilan, melainkan masalah (cara) hidup.

Saya mendapatkan SIM sejak masih muda. Sekalipun saya tak pernah punya mobil, saya sering mendapat kesempatan untuk menyetir, jadi bisa dikatakan bahwa saya ini sopir yang cukup berpengalaman. Suatu kali, saya mendapat teman baru. Setelah mengobrol, teman ini menawarkan untuk mengantar saya pulang. Dalam perjalanan, dia mengemudi cukup ngebut. Setelah beberapa waktu, dia berkata kepada saya, “Aku tahu kalau kamu bisa mengemudi, dan tampaknya cukup mahir.” Saat itu saya sangat heran karena saya tak pernah mengatakan bahwa saya bisa menyetir. Saya bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?” Dia bercerita bahwa dia gemar ngebut dan penumpang yang duduk di kursi depan biasanya akan gelisah jika melewati tikungan bersamanya. Namun jika penumpang di kursi depan itu orang yang mahir mengemudi, maka orang itu akan tahu bahwa dia menjaga kecepatan yang wajar setiap kali berbelok. Walaupun terlihat ngebut, namun si penumpang yang mahir mengemudi tetap bisa menilai bahwa setiap tindakannya masih dalam batas aman. Hanya orang yang bisa mengemudi yang tidak menjadi gugup dengan cara dia mengemudi. Karena dia melihat bahwa saya tidak gugup, maka dia tahu bahwa saya bisa mengemudi. Petunjuk lainnya lagi adalah dia memperhatikan bahwa mata saya selalu mengawasi kaca spion setiap kali dia berbelok. Orang yang tidak bisa menyetir tidak punya kebiasaan tersebut. Dari sini dia bisa memastikan bahwa saya adalah pengemudi yang berpengalaman, berdasarkan hal-hal yang dia amati itu.

Saya ingin memakai contoh hal mengemudi untuk membantu kita memahami dan membedakan kehendak Allah. Sama dengan kebiasaan saat mengemudi, pengenalan akan kehendak Allah adalah suatu kebiasaan yang dipupuk dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan ini sama sekali tidak berkaitan dengan teknik ataupun pengetahuan. Anda tidak bisa menguasai kemampuan  mengemudi dengan mengandalkan buku, demikian pula halnya dengan pengenalan akan kehendak Allah, Anda tidak bisa menguasainya dengan mengandalkan teknik atau pengetahuan eksternal. Kemampuan ini bergantung pada apakah Anda hidup di bawah kedaulatan Allah setiap harinya. Jika Anda melakukannya, maka dia dengan senang hati akan menyatakan kehendak-Nya pada Anda.

Tema kunci dari Roma 12:2 adalah hal mempersembahkan tubuh Anda sebagai korban persembahan yang hidup, dan hal ini sudah disebutkan di ayat 1. Ini adalah gambaran tentang budak. Tubuh si budak menjadi milik majikannya, siap setiap saat menantikan perintah sang majikan. Inikah pilihan kita setiap hari? Jika Anda persembahkan tubuh Anda kepada Tuhan setiap hari, maka Roh Kudus akan bisa menjadi Raja atas kehidupan Anda, mengubah hati dan pikiran Anda, selanjutnya Anda akan semakin bisa memahami kehendak Allah.

Saya kenal seorang Kristen yang sudah tua di Hongkong. Kesehatannya tidak begitu bagus. Dia bekerja sebagai seorang petugas kebersihan dan dia memakai penghasilannya untuk membeli Alkitab serta buku-buku kerohanian dan mengirimkannya kepada saudara-saudara seiman di China. Saat pertama kali bertemu, dia terlihat sangat lemah. Dia berkata bahwa dia sudah tua, tidak mengerti prinsip-prinsip Alkitab dan dia juga tidak tahu bagaimana caranya agar bisa bekerja buat Tuhan. Jadi, dia menganggap bahwa dengan mengirimkan bahan-bahan kerohanian itu kepada saudara-saudara seiman berarti dia sedang melayani Allah. Saya merasa sangat tergugah setelah bertemu dengannya. Berapa banyak orang yang bisa seperti orang tua ini – yang selalu peduli pada kehendak Allah dan kebutuhan saudara-saudari seiman? Kesehatannya tidak bagus, dengan gaji yang rendah dan tidak dipedulikan oleh banyak orang di hampir sepanjang hidupnya. Akan tetapi dia mau mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan dan juga melayani Tuhan. Kiranya Bapak tua ini bisa menjadi teladan dan pembangkit semangat buat kita.

Terakhir, mari kita baca Yak 4:17 bersama-sama. Saya harap Anda semu memperhatikan peringatan yang diberikan kepada kita: jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. di sini Yakobus kembali menekankan pentingnya menjadi seorang pelaku firman. Perhatikan bahwa Yakobus tidak berkata bahwa jika seorang tahu apa yang jahat namun tetap melakukannya, ia berdosa. Dia justru berkata bahwa jika seorang tahu apa yang baik tetapi tidak melakukannya, ia berdosa.

Mengapa Yakobus membuat pernyataan dengan cara itu? Karena, sebagai seorang Kristen, kita tentu tidak akan melakukan hal yang jahat atau merugikan kepentingan orang lain. Namun hal itu saja tidak akan membuat kita menjadi orang benar. Pada hari penghakiman, Allah tidak sekadar menuntut apakah kita telah berbuat jahat atau tidak, namun dia juga akan melihat apakah kita sudah melakukan hal baik yang kita tahu seharusnya kita kerjakan. Ini adalah isi dari perumpamaan tentang kambing dan domba dalam Matius pasal 25. Setiap orang Kristen menyebut Yesus sebagai Tuhan (Lord). Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Majikan kita dan kita telah belajar tentang kehendak Majikan kita melalui firman di dalam Alkitab. Jika kita bertindak tidak sejalan dengan perintahnya, maka kita berdosa.

Izinkan saya menyimpulkan pembahasan hari ini. Dari Yak 4:15, saya ingin mengingatkan kepada setiap orang bahwa: Menjadi seorang Kristen berarti menjadi budak Allah dan tugas seorang budak adalah mentaati kehendak Majikannya. Ini adalah kewajiban kita yang sudah ditetapkan. Bisa menjadi budak Allah adalah suatu berkat dan kehormatan dari Allah. Untuk bisa taat pada kehendak-Nya, maka kita harus bisa mengenali kehendak-Nya. Kemampuan ini akan bertumbuh dan ditentukan oleh suatu hal: Apakah kita hidup berdasarkan prinsip ‘jika Tuhan menghendaki’. Jika kita persembahkan tubuh kita setiap hari kepada Allah, hidup di bawah kedaulatan-Nya, maka Dia pasti akan memberitahu kita tentang kehendak-Nya, Dia juga akan menganugerahkan kita kuasa untuk bisa mentaatinya.

 

Berikan Komentar Anda: