Pastor Jeremiah C | Yakobus 5:14-16 |

Jemaat harus saling mendoakan

Hari kita kita akan melihat pada Yak.5.14-16. Sebelum kita masuk ke dalam diskusi mendetail tentang perikop ini, saya mau berbicara mengenai tema dari pasal 5. Di PA yang lalu, saya telah menunjukkan bahwa kepedulian rasul Yakobus di pasal 5 adalah permasalahan tentang dosa. Apa yang menjadi kepeduliannya adalah bagaimana menangani dosa-dosa di dalam jemaat. Kita dapat melihat dengan jelas pokok ini di ayat-ayat 15-20. Sebagai contoh, dia berbicara mengenai bagaimana seseorang bisa meminta pengampunan bagi dosanya di ay.15, yaitu dengan mengakui dosanya kepada para pemimpin jemaat. Di ay.16, Yakobus lalu berbicara mengenai hal saling mengakui dosa. Pokok ini sangat erat kaitannya dengan ay.15. Setelah kita mengakui dosa kita kepada pemimpin jemaat, kita harus juga mengakui dosa kita kepada sesama. Hanya lewat saling mengampuni dan menerima satu dengan yang lain, dan juga saling mendoakan, permasalahan dosa itu dapat dibereskan dengan baik.

Mungkin kita bisa membaca ayat-ayat 17-18. Mengapa Yakobus tiba-tiba berbicara mengenai nabi Elia? Apa kaitannya nabi Elia dengan teks yang sebelumnya? Tahukah kita tentang kehidupan Elia? Jika Anda akrab dengan Alkitab, Anda akan tahu bahwa di zaman Elia, bangsa Israel terjerumus dalam segala macam dosa. Allah membuat bangsa Israel berpaling kepada Dia dari Baal melalui Nabi Elia. Di Yak. 5.19-20, rasul Yaobus berbicara mengenai membuat orang berdosa bertobat, di mana kita menyelamatkan jiwanya dari maut dan menutupi banyak dosa. Dari serangkaian ayat-ayat ini, kita dapat melihat bahwa kepedulian rasul Yakobus adalah tentang permasalahan dosa yang ada di dalam jemaat.

Sebenarnya, di paro pertama pasal 5, kita sudah dapat melihat keprihatinan Yakobus terhadap dosa-dosa di dalam jemaat. Dia memperingati kita untuk tidak tertipu dengan uang dan mendorong jemaat untuk tidak bersungut-sungut terhadap sesama, supaya mereka tidak dihakimi Allah. Di ay.11, dia juga memperingati kita untuk tidak bersumpah tapi untuk berhubungan dengan sesama di dalam kejujuran dan kebenaran, supaya kita tidak jatuh di bawah penghakiman Allah. Di PA yang sebelumnya, saya juga telah menunjukkan bahwa ay.13 sebenarnya adalah rahasia untuk mengalahkan dosa – bahwa kita perlu selalu berdoa saat mengalami penderitaan dan tidak berbuat dosa dengan mulut kita atau di dalam hati kita oleh karena penderitaan itu dan jangan menjadi seperti istri Ayub yang mengutuk Allah karena penderitaannya. Dengan cara yang sama, saat kita berada di tengah-tengah kesulitan, kita harus juga menaikkan pujian kepada Allah, jangan melupakan anugerahNya, agar hati kita tidak menyimpang dari-Nya.

Justru karena keprihatinan rasul Paulus adalah pada permasalahan tentang dosa, kita juga harus memahami permasalahan hal berdoa untuk penyembuhan, seperti yang disebutkan di ayat 14-15, dari sudut pandang yang sama. Kita telah melihat di dalam PA yang lalu bahwa Alkitab tidak menekankan bahwa kita harus mencari penyembuhan lewat doa untuk setiap penyakit. Sebaliknya, kita juga telah melihat bahwa ada beberapa hamba Allah yang juga jatuh sakit di dalam Alkitab dan Allah bahkan akan memakai sakit penyakit untuk membantu pelayan-pelayanNya untuk lebih mengenal Dia. Dengan demikian, kita tidak seharusnya menyalah-artikan pengajaran rasul Yakobus, dengan memikirkan bahwa kita harus mencari penatua jemaat meminta doa penyembuhan setiap kali kita sakit. Apa yang menjadi keprihatinan Yakobus bukanlah permasalahan penyakit, tetapi masalah dosa-dosa di dalam gereja. Semua para rasul di gereja awal tahu bahwa Allah akan kadang-kadang memperingatkan orang Kristen akan dosa-dosa mereka lewat sakit penyakit. Kita dapat melihat ini di 1 Ko 11.29-30 untuk pokok ini.

Pada kenyataannya, Allah sangat bersimpatik terhadap Gereja. Dia akan memperingat kita akan kesalahan-kesalahan kita lewat beberapa displin jasmaniah. Ini juga merupakan ungkapan praktis kasih Allah terhadap anak-anakNya. Saya percaya setiap orang yang mengikuti Tuhan telah mengalami pelajaran-pelajaran yang demikian. Allah, ada kalanya menggunakan sakit penyakit atau peristiwa-peristiwa di sekitar kita untuk membantu kita untuk merenungkan apa yang menjadi kehendakNya. Saya ingat pernah sekali seorang sauara memberikan kepada saya satu Alkitab yang baru. Alkitab yang sangat bagus. Saudara ini meminta saya untuk memberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Pada waktu itu, Alkitab yang saya pegang di tangan itu sama persis dengan yang diserahkan oleh saudara ini. Bedanya hanya Alkitab yang di tangan saya itu Alkitab yang lama. Di titik itu, satu pemikiran yang serakah muncul di benak saya. Saya berpikir, karena ia mau memberikan Alkitab baru itu kepada seseorang, saya bisa saja menyimpan yang ini untuk kegunaan saya dan memberikan Alkitab lama saya kepada pengkhotbah yang lain. Setelah saya melakukan ini, hal-hal yang aneh terjadi dan saya mengalami banyak sekali masalah di beberapa hari setelah itu. Beberapa dari kejadian itu sangatlah aneh. Pada awalnya, saya tidak menyadarinya, tapi saat semakin banyak hal aneh yang terjadi, saya mulai sadar bahwa ada yang tidak beres. Lalu, saya pergi ke depan Tuhan dan menanyakan kehendakNya dan Tuhan pada akhirnya mengingatkan saya akan peristiwa tentang Alkitab baru itu. Pada akhirnya, saya dengan cepat bertobat dan membereskan permasalahan ini.

Dengan cara yang sama, kepada orang-orang Kristen yang telah berbuat dosa, Allah akan memilih untuk memakai sakit penyakit untuk mendisplin mereka. Jadi, kita harus dengan berhati-hati memerhatikan hal-hal yang terjadi kepada kita dan melihat apakah Tuhan mempunyai pesan-pesan yang mau Dia sampaikan pada kita di balik semuanya itu. Saya yakin bahwa setiap hal aneh yang terjadi pada kita bukanlah suatu kebetulan. Bagaimanapun, saya juga perlu untuk menekankan bahwa tidak semua sakit penyakit itu diakibatkan oleh dosa dan kita perlu berhati-hati dalam menyikapi pokok ini. Di atas segalanya, kita perlu untuk mempunyai suatu hati yang terbuka terhadap Allah di setiap waktu supaya Allah dapat memperingati kita akan pelajaran-pelajaran yang mau Dia ajarkan pada kita.

Sekarang, Anda mungkin dapat memahami mengapa rasul Yakobus mendorong orang-orang Kristen yang mempunyai kelemahan jasmani untuk meminta pemimpin jemaat mendoakan mereka. Yakobus sedang mendorong mereka untuk tetap memelihara hati yang terbuka untuk mengakui kepada penatua jemaat tentang dosa-dosa mereka, supaya mereka dapat dibantu untuk memilah apakah sakit penyakit itu memang suatu displin dari Allah. Tentu saja, sebagai penatua jemaat, mereka juga akan mendoakan sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu, di ay.15, rasul Yakobus menambahkan kalimat, “Jika ia berbuat dosa, dosanya akan diampuni”. Bagaimana dosa seorang itu diampuni? Orang ini harus pertama-tama mengaku dan bertobat dari dosa-dosanya. Bagaimanapun, bagaimana kita tahu bahwa orang ini telah mengakui dan bertobat dari dosa-dosanya? Hal ini justru dapat dilihat dari fakta bahwa dia mau mengambil inisiatif untuk mendekati penatua-penatua jemaat untuk mendoakan dia dan mengakui dosa-dosanya. Jika memang dia sudah berbuat dosa, sakit penyakitnya bisa saja diakibatkan dari dosa-dosanya, yakni sakit penyakit itu merupakan displin yang diberikan oleh Allah.

Saya harap kita bisa menangkap isi dari apa yang telah saya katakan tadi. Jika tidak, Anda akan sepenuhnya salah memahami ay.14. Anda akan berpikir bahwa semua Kristen yang sakit harus memanggil pendeta untuk mendoakan penyembuhan mereka. Jika sakit penyakit mereka tidak disembuhkan, itu adalah dikarenakan kurangnya iman hamba Tuhan itu. Jika Anda tidak menangkap intisari Alkitab, Anda akan sering bertentangan dengan semangat yang dibaliknya. Mari kita merenungkan ini: jika setiap orang Kristen yang sakit mendapatkan penatua jemaat untuk mendoakan mereka dan menerima penyembuhan, bukankah orang Kristen tidak akan pernah mati?

Setelah Anda memahami penjelasan itu tadi, Anda akan memahami hubungan di antara ay 16 dan ayat-ayat 14 dan 15. Mengapa rasul Yakobus tiba-tiba berbicara mengenai saling mengakui dosa dan saling mendoakan di ay.16? Yang lebih aneh adalah dia juga berbicara mengenai penyembuhan. Dia tiba-tiba beralih dari topik sakit jasmani kepada permasalahan dosa-dosa. Apa hubungan di antara kedua hal itu? Inilah yang telah saya katakan: Apa yang menjadi kepedulian Yakobus bukanlah permasalahan berdoa untuk sakit penyakit tapi permasalahan dosa-dosa. Saat seorang Kristen mengakui dosa-dosanya kepada penatua-penatua jemaat, dan sakit penyakitnya memang diakibatkan dari dosa-dosa, lalu setelah didoakan penatua-penatua jemaat, dosa-dosanya pasti akan diampuni oleh Allah dan penyakitnya akan sembuh sendiri karena displin dari Allah terhadap dirinya sudah mencapai tujuannya.

Bagaimanapun, mengakui dosa-dosa kita kepada penatua jemaat saja tidak cukup karena semua dosa-dosa kita berkaitan dengan sesama. Tanpa adanya orang lain, kita tidak dapat berbuat dosa. Itulah justru mengapa Yakobus di ay.16 meminta orang-orang Kristen yang telah berbuat dosa untuk saling mengakui dan mendoakan. Itu berarti bahwa mereka harus diperdamaikan di hadapan Allah, lalu baru dosa-dosa mereka dapat diampuni oleh Allah.

Mungkin Anda akan bertanya: Tidakkah pengakuan dosa kita di depan Allah sudah cukup? Bukankah ay.15 berkata bahwa dosa-dosa kita pasti akan diampuni? Mengapa kita masih perlu untuk mengakui dosa-dosa kita kepada orang yang telah berbuat dosa terhadap kita? Mentalitas semacam ini sangat lazim di antara orang Kristen. Kita tidak pernah menyadari bahwa dosa-dosa dan sesama itu tidak dapat dipisahkan. Dengan cara yang sama, hubungan kita dengan Allah tidak dapat dipisahkan dari sesama. Saat kita mengakui dosa kita kepada Allah, memang benar bahwa Allah akan mengampuni kita. Bagaimanapun,  pengampunan ini ada syaratnya, yaitu, Anda harus juga mengakui dosa Anda kepada sesama. Banyak orang Kristen yang keliru tentang hal ini. Mereka pikir bahwa pengakuan dosa dan pertobatan itu hal yang sangat mudah. Saat saya berbuat dosa, saya hanya perlu untuk mengakui kepada Allah dan tidak perlu untuk mengaku kepada manusia. Mereka sebenarnya tidak memahami bahwa jika mereka tidak mengakui kepada sesama, mereka tidak akan menerima pengampunan dari Allah. Dengan demikian, ayat-ayat 15-16 dapat dipandang sebagai ayat-ayat paralel – mengakui dosa di depan Allah dan mengakui kepada sesama harus dilakukan di waktu yang bersamaan.

Mari kita melihat pada Mat.5.23-36 bersama-sama. Yesus berkata di sini bahwa jika saat Anda mau mempersembahkan korban, dan Anda teringat sesuatu yang ada di hati saudara Anda terhadap Anda, Anda harus mengambil inisiatif untuk berdamai dengan dia sebelum Anda kembali ke depan mezbah untuk mempersembahkan persembahan Anda. Jika Anda tidak mengambil inisiatif untuk berdamai dengan saudara Anda, persembahan yang Anda persembahkan tidak akan diterima oleh Allah. Mungkin, orang ini sedang mempesembahkan korban penebus dosa karena justru dia tahu bahwa dia telah berbuat salah terhadap saudaranya. Bagaimanapun, Yesus mengingatkan kita di sini bahwa korban persembahan saja tidak cukup. Kita juga perlu untuk mengambil inisiatif untuk berdamai dengan saudara kita. Jika Anda tidak berdamai dengan dia, Anda juga tidak akan menerima pengampunan. Itulah alasan mengapa Yesus berbicara mengenai penghakiman di ay.15. Saya pikir contoh ini cukup jelas untuk menpertunjukkan pokok ini.

Mari kita membaca Mk.11.24-26. Yesus mengajar kita tentang pelajaran doa di sini. Dia menjanjikan kepada kita bahwa jika kita berdoa kepada Allah dengan iman, Dia pasti akan menjawab doa kita. Yesus juga mengingatkan kita di sini bahwa jika Anda teringat bahwa seseorang telah berbuat salah terhadap Anda saat Anda berdoa, Anda harus mengampuni perlanggarannya. Jika Anda mengampuni dia, Allah pasti akan mengampuni perlanggaran Anda. Hal ini sekali lagi membuktikan apa yang telah saya katakan bahwa pengakuan dosa dan pertobatan terhadap Allah saja tidak cukup dan kita perlu untuk mengambil inisiatif untuk berdamai dengan saudara kita di hadapan Allah, sedemikian di mana dosa-dosa kedua pihak dapat diampuni. Tentu saja ada kalanya terdapat kondisi-kondisi eksternal yang tidak mengizinkan kita berbuat demikian atau pihak yang lain tidak mau menerima permintaan maaf kita atau kita tidak mempunyai kesempatan untuk berdamai dengan mereka yang telah kita sakiti, atau kita tidak sempat mengakui dosa kita; dalam situasi demikian kita hanya dapat menyerahkan kepada Allah di dalam iman. Selama di dalam hati, kita tidak menaruh dendam terhadap orang yang telah berbuat salah terhadap kita dan kita tidak berbuat dosa terhadap orang lain lagi, maka Allah pasti akan bertindak adil terhadap kita. Dia mengenal hati kita dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kita. Sebaliknya, jika kita mengepelekan dosa kita dan tidak mengakui dosa kita pada orang yang telah kita sakiti, atau tidak mengampuni mereka yang telah berbuat salah terhadap kita, kita perlu dengan segera menanganinya, supaya kita mempunyai suatu hati nurani yang bersih dan tidak bernoda di depan Allah.

Saya harap penjelasan di atas dapat membantu kita untuk lebih jelas memahami langkah-langkah praktis dalam pertobatan. Pertobatan tidak semudah hanya mengungkapkan penyesalan terhadap Allah. Banyak orang berpikir bahwa selama mereka menangis-nangis dengan mengeluarkan banyak air mata di hadapan Allah, itu membuktikan bahwa mereka telah bertobat. Tidak demikian! Allah mau melihat langkah nyata pertobatan kita, yang merupakan hal yang paling penting. Mari kita kembali ke Yak.5.16 untuk membaca kalimat terakhir di ay.16. Dikatakan di sini, “doa orang benar sangat besar kuasanya.” Siapa “orang benar” yang dimaksudkan di sini? Secara sederhana, orang yang benar adalah orang yang menaati firman Allah. Dia adalah orang yang berdamai dengan Allah dan dengan manusia. Pernahkah Anda berpikir bahwa saat kita mengakui dan bertobat dari dosa-dosa kita di hadapan Allah dan mendoakan pengampunan bagi sesama, kita sebenarnya sedang menaati kehendak Allah?

Hubungan kita dengan Allah juga akan diperdamaikan berdasarkan ketaatan kita. Inilah janji yang telah Allah berikan kepada kita. Kita perlu untuk mempunyai iman dan tidak takut bagaimana orang akan memandang pada kita atau takut bagaimana harga diri kita akan disakiti disebabkan oleh pengakuan dosa kita. Marilah kita menaati firman Tuhan dengan iman, dan dia pasti akan meresponi kita dan mendengarkan doa-doa kita. Jika kita mau selalu tinggal di dalam kelimpahan kasih karunia Allah, kita harus saling mengakui dosa kita dan mendoakan sesama. Dengan demikian, kita sedang berjalan di dalam kehendak Allah dan hanya mereka yang berjalan di dalam kehendak Allah, yang dapat mengalami damai yang diberikan oleh Allah.

Di studi yang selanjutnya, kita akan melihat pada Yak.5.17-18 secara lebih mendetail. Mengapa Yakobus berbicara mengenai Nabi Elia di ay.17? Apa yang mau dia beritahu kita di sini? Dia sedang berbicara mengenai kuasa doa orang benar di ay.16, diikuti dengan kuasa doa seorang nabi Elia. Sangat jelas, Yakobus mau kita meneladani teladan dari nabi Elia. Ayat 17-18 menyebutkan dua mukjizat dari Elia. Mengapa dia mempunyai kuasa yang begitu spesial? Mungkin Anda bisa berkata bahwa karena dia seorang yang benar. Lalu, apakah mungkin bagi kita untuk mengalami kuasa yang sedemikian? Jika kita tidak bisa seperti Elia, mengapa rasul Yakobus mengutip suatu contoh yang begitu tinggi melangit dan meminta kita untuk meneladaninya? Kita akan menyelidiki pertanyaan-pertanyaan itu secara mendetail di PA yang selanjutnya.

 

Berikan Komentar Anda: