Pastor Jeremiah C | Yakobus 5:13-15 |

Hari ini kita akan melihat pada Yak.5.13-15. Sebelum kita mulai berdiskusi tentang ay.13-15, mari kita mengulang beberapa hal yang telah kita lihat di ayat 12 dulu. Kita telah melihat bahwa jika kita hanya melihat pada kata-katanya, ay.12 memberitahu kita bahwa kita tidak boleh bersumpah demi apa pun. Itulah kesimpulannya jika melihat ayat itu secara hurufiah. Saya sudah menjelaskan bahwa ini hanyalah pemahaman secara hurufiah dan bukan semangat sebenarnya dari ayat itu. Ayat itu sebenarnya memberitahu kita  bahwa Allah mau kita menjadi orang Kristen yang hatinya benar dan tulus dan berhubungan dengan orang dengan kejujuran. Kita bisa menghindar secara lahiriah untuk bersumpah, tapi hati kita seringkali berurusan dengan orang secara licik. Secara lahiriah, kita tidak melanggar arti dari kata-kata itu, namun dari segi semangat dari kata-kata itu, kita telah melanggar perintah Tuhan. Karena itu, kita harus sangat berhati-hati dalam membaca Alkitab. Jangan hanya sekadar membaca dan menaatinya secara lahiriah. Sebaliknya, kita harus menangkap dengan baik semangat di balik ayat itu. Allah tidak mau kita menjadi orang Kristen yang hanya sekadar taat hukum. Ia mau kita menjadi orang Kristen yang mengejar hatiNya. Hari ini kita akan membaca Yak.5.13-15 dengan pendekatan yang sama.

Mari kita membaca Yak.5.13. Yakobus sedang mengajarkan kita di sini bagaimana kita harus memandang penderitaan, sukacita dan sakit penyakit. Lalu, dengan sikap yang bagaimana harus kita menangani hal-hal ini? Penderitaan yang ditunjuk di sini dengan jelas merujuk kepada penderitaan yang harus dialami oleh para nabi (ay.10), yang merupakan kesengsaraan dan penganiayaan yang dihadapi demi Injil. Ini tentu saja termasuk penderitaan yang dialami saat iman kita dicobai. Apa yang diajarkan oleh Rasul Yakobus pada kita tentang penderitaan, sukacita dan sakit penyakit? Ia mendorong kita untuk tetap fokus pada Allah. Inilah rahasia kepada kemenangan hidup seorang Kristen.

Pertama-tama, Yakobus mengajarkan kita untuk berdoa saat berhadapan dengan penderitaan, nasehat ini sangatlah penting. Kapan saja kita berhadapan dengan penderitaan, kecenderungan kita adalah berfokus pada penderitaan itu sendiri. Kita juga akan menaruh perhatian pada mereka yang menyebabkan kita menderita. Setiap kali kita memikirkan mereka kita akan mulai mengeluh tentang mereka. Pada akhirnya, kita bahkan akan pahit terhadap Allah. Inilah reaksi terhadap penderitaan bagi kebanyakan orang. Saat Anda berhadapan dengan penderitaan, apa reaksi Anda pada umumnya? Mungkin, pada awalnya, kita akan berdoa. Namun, jika Allah tidak menjawab doa-doa kita, apakah kita akan terus berdoa?

Di saat kita bersukacita dan bergembira, Yakobus mengingatkan kita untuk memuji Allah. Ini kedengarannya lebih mudah untuk dilakukan, tapi apakah pada realitasnya memang begitu mudah? Saat semuanya berjalan mulus, hati kita dengan mudah lupa tentang Allah. Pada kenyataannya, banyak orang Kristen lupa tentang anugerah Allah pada waktu semuanya baik-baik dan menyenangkan. Karena itu, Yakobus memberitahu kita bahwa kita haurs memuji Alalh di waktu kita bersukacita, yang sebenarnya, adalah suatu cara untuk mendekat pada Allah. Jadi, kesimpulan dari apa yang mau Yakobus katakan adalah – tidak kira apa yang sedang kita hadapi, hati kita tidak boleh menjauh dari Allah. Di waktu sesak, kita perlu untuk memanggil nama-Nya. Dengan cara yang sama, di waktu nyaman, kita juga perlu untuk bergantung pada Dia. Hati kita perlu untuk mendekati-Nya setiap waktu. Inilah rahasia kemenangan di dalam kehidupan Kristen. Ini bukan sesuatu yang bisa kita pilih-pilih, tapi pelajaran yang perlu kita pelajari secara sadar. Salah satu caranya adalah untuk menempatkan ayat-ayat ini di tempat-tempat yang mudah kita lihat di mana kita bisa diperingatkan selalu untuk mendekatkan hati kita pada Allah setiap saat.

Mari kita melanjutkan dengan ay.14-15. Yakobus berbicara mengenai saat di mana kita jatuh sakit dan bagaimana kita harus meminta penatua gereja untuk mendoakan kita. Mengapa Yakobus tidak meminta kita untuk berdoa langsung kepada Allah untuk penyembuhan? Mengapa dia meminta kita untuk mencari penatua gereja untuk mendoakan kita? Sebenarnya, ini untuk mengingatkan kita untuk tidak menjauh dari Allah saat sakit dan untuk tidak menjauhkan diri dari Gereja. Hati kita harus senantiasa terbuka bagi Allah, yaitu dengan membuka diri kepada pelayan-pelayan Allah.

Selanjutanya, saya mau berbicara mengenai prinsip penyembuhan lewat doa. Yakobus memberitahu kita di ay.14 bahwa jika kita jatuh sakit, kita bisa meminta penatua jemaat untuk mengoleskan minyak dan berdoa bagi kita (penatua di sini merujuk kepada pemimpin atau gembala jemaat). Lalu di ayat 15, Yakobus berkata lagi bahwa doa-doa yang dipanjatkan dari iman pasti akan menyelamatkan mereka yang sakit. Apakah ini berarti bahwa setiap kali kita sakit, kita harus mencari pendeta atau pemimpin jemaat untuk mengoleskan minyak dan mendoakan kita? Dan jika kita melakukan itu, Allah pasti akan menyembuhkan kita? Jika penyakit kita tidak disembuhkan setelah didoakan, apakah itu berarti bahwa pendeta atau gembala jemaat kita tidak cukup iman dalam mendoakan kita?

Belakangan, banyak gereja yang punya kecenderungan untuk mengadakan kegiatan doa penyembuhan. Beberapa pengkhotbah akan mengumumkan bahwa mereka memiliki karunia penyembuhan. Jika ada yang sakit, dia bisa menumpangkan tangan dan mereka akan disembuhkan. Saya pernah menghadiri pertemuan-pertemuan penyembuhan seperti ini. Di dalam pertemuan itu, pengkotbah berkata kepada empat hingga lima ratus jemaat, bahwa barangsiapa yang sakit, tidak kira apa penyakit mereka, bisa datang ke depan dan dia akan menumpangkan tangan ke atas mereka untuk menyembuhkan penyakit mereka. Setelah itu, sekitar empat sampai lima puluh orang maju ke depan dan memberitahu pengkhotbah itu apa penyakit mereka dan mereka menerima penumpangan tangan dan didoakan. Setalah dia mendoakan satu per satu, saya tidak pasti berapa orang yang disembuhkan, tapi setidaknya saya melihat seorang penyandang cacat tidak disembuhkan. Bagi yang lain, saya tidak mempunyai cara untuk membuktikan apakah mereka benar-benar telah disembuhkan.

Saya bukan berkata bahwa kita tidak boleh berdoa dan meminta Allah untuk menyembuhkan yang sakit. Pertanyaan saya adalah: bagaimana kita harus memandang dan menerapkan prinsip berdoa untuk penyembuhan bagi yang sakit seperti yang disebutkan di Yak.5.14-15? Bagaimana kita dapat memahami arti dari ayat-ayat itu? Jika kita mau memahami ayat-ayat itu dengan benar, kita harus memahami tema menyeluruh dari Yak.5.13-20. Bekaitan dengan pokok ini, kita akan berbicara mengenainya nanti. Sebelum kita masuk lebih dalam ke dalam pemahaman kita akan arti ay.14-15, saya mau mensharinkgan beberapa prinsip mengenai penyembuhan lewat doa.

Pertama-tama, Alkitab tidak berkata bahwa Allah akan menyembuhkan orang Kristen dari semua penyakit. Karena itu, penekanan bahwa Allah akan menyembuhkan kita dari semua penyakit kita tidak sejalan dengan pengajaran Alkitab. Coba pikirkan, jika Allah menjanjikan untuk menyembuhkan semua penyakit kita, mengapa orang Kristen masih meninggal dunia? Jika Anda berkata bahwa karena doa-doa kita tidak disertai iman, lalu mengapa para rasul dan orang percaya yang di gereja mula-mula tidak hidup selama-lamanya? Apakah mereka tidak memiliki iman?

Mari kita baca di Fil. 2.26-27. Dikatakan disini bahwa seorang rekan kerja kepada rasul Paulus bernama Epafroditus, sedang sakit dan nyaris mati. Paulus  sangat prihatin dan peduli. Allah berbelas kasihan dan dia tidak mati pada akhirnya. Saya mau kita semua mengerti bahwa orang Kristen, sama seperti orang tidak percaya, akan jatuh sakit dan bisa saja sangat parah penyakitnya. Tidak ada indikasi bahwa ada orang yang menumpangkan tangan dan mendoakan Epafroditus. Mengapa? Mungkin, rasul tahu bahwa Allah punya rencana di balik penyakit itu.

Mari kita buka di 2 Tim.4.20. Dikatakan disini sekali lagi bahwa seorang teman kerja Paulus yang lain, yang bernama Trofimus, jatuh sakit dan karena itu, tidak dapat pergi bersama Paulus untuk memberitakan Injil. Paulus terpaksa meninggalkan dia di Miletus. Permasalahannya adalah: mengapa Paulus tidak menumpangkan tangan ke atas Trofimus dan mendoakan kesembuhan baginya supaya ia bisa langsung bangkit dan dapat melakukan pekerjaan Tuhan? Mungkin, Anda merasa bahwa contoh ini masih tidak cukup untuk membuktikan bahwa Allah tidak selalunya menyembuhkan semua penyakit. Mari kita buka ke 2 Ko.12.9. Paulus berkata di sini bahwa dia mempunyai duri di dalam daging. Kita tidak tahu secara persis, duri seperti apa yang dikatakan oleh Paulus di sini. Bagaimanapun, yang pasti hal itu membuatnya sangat lemah. Sebagai seorang rasul yang begitu besar, mengapa Allah tidak menjawab doanya dan mengeluarkan duri itu? Yang jelas, ini bukan karena Paulus kurang imannya.

Paulus tahu bahwa Allah bertujuan untuk mengizinkan dia mengalami kelemahan jasmani agar dia akan bergantung pada Dia dan juga mengalami kuasa-Nya. Saya sudah menemukan betapa nyatanya pengalaman itu. Saat kita sehat-sehat tanpa sakit penyakit, kita tidak akan memikirkan bahwa kita membutuhkan kasih karunia Allah untuk memberi kita kekuatan jasmani. Sekalipun kita mengucapkan kata-kata itu di bibir, di mana kita berkata bahwa kita perlu untuk bergantung pada kasih karunia Allah di dalam segala sesuatu, namun kesadaran sedemikian di dalam hati kita sangatlah dangkal. Ada kalanya Tuhan membiarkan kita mengalami kelemahan jasmani namun pada waktu yang bersamaan pekerjaan Tuhan sedang menanti kita. Di saat-saat itu, saya akan dengan bersungguh-sungguh berdoa untuk kekuatan Allah membantu saya.  Allah tidak setiap kali menyembuhkan saya dengan segera agar saya dapat menyelesaikan apa yang harus saya kerjakan bagi pelayanan. Ada kalanya, Allah akan memberi saya anguerah khusus agar saya dapat menyelesaikan pekerjaan yang telah Dia berikan walaupun saya sedang dalam kelemahan karena penyakit dan rasa sakit.

Dengan demikian, pokok kedua kita adalah ini: Bukan hanya Alkitab tidak menunjukkan ada bukti bahwa Allah akan menyembuhkan semua penyakit orang Kristen, sebaliknya, Allah ada kalanya akan mengizinkan kita menghadapi kelemahan jasmani supaya kehidupan spiritual kita dapat dibangun. Saya merasakan bahwa pokok ini sangatlah penting. Sebagai seorang Kristen, kita harus memiliki suatu cara pandang yang sama sekali baru dalam menilai penyakit, rasa sakit dan maut. Sebelum kita datang kepada Tuhan, kita takut akan maut dan karena itu, kita juga takut pada sakit penyakit karena hal itu akan membawa pada rasa sakit dan maut. Setelah kita datang kepada Tuhan, apakah kita telah dimerdekakan dari rasa takut ini? Apakah kita masih takut akan penyakit, rasa sakit dan maut seperti orang-orang dunia?

Saya pikir banyak orang Kristen yang peduli tentang penyembuhan lewat doa karena hati mereka masih dikendali oleh rasa takut akan penyakit dan maut. Bahkan di dalam kehidupan Paulus, kita dapat melihat kehendak Allah yang indah. Yaitu, Allah akan mengajar kita untuk mempelajari pelajaran spiritual yang lebih berharga melalui penyakit dan kelemahan. Dengan demikian, kita tidak seharusnya menjadi seperti orang dunia. Saat kita berhadapan dengan kelemahan, kita tidak seharusnya langsung mendoakan kesembuhan. Melainkan kita harus meminta Allah untuk menunjukkan kepada kita pesan di balik penyakit itu.

Bagaimanapun, mengapa Yakobus mengajar kita di ay.14-15 untuk mencari pemimpin jemaat untuk didoakan jika mereka jatuh sakit? Tentu saja, karena Allah, di dalam kemurahannya, mempedulikan kebutuhan jasmani kita. Terutamanya di zaman di mana ilmu medis belum begitu maju dan biaya medis tidak terjangkau bagi orang miskin. Banyak orang miskin tidak mampu sama sekali untuk membayar jasa doktor untuk mengobati penyakit mereka. Jadi, di dalam segala hal, apa yang perlu kita perhatikan adalah kehendak Allah dan bukan apa yang tidak merepotkan kita.

Sekiranya Anda membaca Yak.5.15-20 secara lebih mendetail, Anda akan memerhatikan bahwa fokus Yakobus adalah pada permasalahan dosa. Karena itu, di ay.15, saat Yakobus berbicara tentang penyembuhan lewat doa, tiba-tiba dia berkata bahwa jika orang ini telah berbuat dosa, dia juga akan menerima pengampunan dari Allah. Apa yang dimaksudkan oleh Yakobus? Yakobus tahu dengan jelas bahwa karena terdapat banyak dosa di dalam jemaat, ada beberapa sakit penyakit yang diakibatkan oleh dosa-dosa itu. Inilah penghakiman yang disebutkan oleh Allah di perikop sebelum ini dan inilah displin yang telah dijatuhkan oleh Allah ke atas mereka. Yakobus menegaskan perlunya membawa orang-orang ini kepada penatua jemaat. Kita harus senantiasa membuka hati terhadap para gembala jemaat karena Allah akan menyampaikan kehendakNya lewat mereka. Sangat penting untuk membuka hati kepada para gembala Jemaat. Jika tidak, kita bisa saja disesatkan oleh dosa-dosa kita.

Karena itu, di ay.15, kita perhatikan bahwa saat Yakobus berbicara mengenai doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit, dia menambah kalimat bahwa jika orang itu telah berbuat dosa, ia harus diampuni. Itu berarti ada beberapa sakit penyakit yang timbul sebagai akibat dari dosa (1 Ko.11.29-30). Sebenarnya, pokok ini sama sekali tidak aneh. Sama seperti ada kalanya kita bertemu dengan kesulitan di dalam kehidupan kita, bisa saja hal-hal itu sedang dipakai Tuhan untuk memperingatkan kita sesuatu karena kita bisa saja telah membuat perlanggaran terhadap Tuhan. Saya merasakan bahwa Tuhan itu sangat nyata. Karena roh kita tidak peka, Allah hanya dapat menggunakan masalah-masalah eksternal untuk memaksa kita untuk merenung kembali keadaan kita (contohya, keserakahan kita akan uang). Yang menjadi keprihatinan Yakobus adalah masalah dosa di dalam jemaat, dan ia sadar bahwa kesadaran jemaat akan dosa tidaklah begitu kuat. Dia tahu bahwa Allah akan memperingatkan kita akan dosa-dosa kita lewat penyakit, jadi dia mendorong mereka yang sakit untuk mendekati penatua jemaat untuk didoakan. Dia mendorong mereka untuk tetap membuka diri kepada penatua jemaat. Tentu saja, sebagai penatua jemaat, mereka akan mendoakan mereka sesuai dengan kehendak Allah dan Allah juga akan memperingatkan mereka akan dosa-dosa mereka melalui penatua-penatua itu.

Yang terakhir, saya perlu menambah satu pokok: tidak semua sakit penyakit muncul sebagai akibat dari dosa. Contohnya, 1 Tim 5.23 menyebut bahwa Timotius sering mengalami masalah dengan perutnya, namun Paulus tidak berkata bahwa itu karena dosa. Paulus juga tidak menyarankan untuk mendoakan dia, Paulus hanya meminta dia agar menggunakan sedikit anggur untuk meringankan kondisi perutnya. Sebab itu, saat kita sedang sakit, kita perlu tetap mempunyai suatu sikap yang terbuka dan melihat apakah Tuhan punya suatu pesan untuk kita. Bagaimanapun, kita juga tidak perlu memegang suatu sikap negatif dalam menilai penderitaan jasmani. Seperti yang dikatakan di Yak.5.3, kita hanya perlu memastikan kita membuka diri kita dan membiarkan Allah yang memberitahu kita lewat gembala jemaat. Saya yakin, jika kita membuka diri kepada Allah dan kepada gereja, Allah akan senang untuk menyingkapkan kehendak-Nya kepada kita.

Mari kita melakukan satu kesimpulan yang sederhana di sini. Kita telah membaca Yak.5.13-15 hari ini. Kita telah memfokuskan pembicaraan kita pada ay.14-15 tentang penyembuhan lewat doa dan penumpangan tangan. Sekilas pandang, Yakobus kelihatannya sedang mendorong kita untuk meminta penatua jemaat untuk mendoakan penyembuhan kita setiap kali kita sakit. Bagaimanapun, kita juga sudah melihat dari ajaran-ajaran Alkitabiah bahwa Alkitab tidak menekankan bahwa kita mencari penyembuhan setiap kali kita sakit. Sebaliknya, kita telah melihat bahwa beberapa hamba Allah di dalam Alkitab juga jatuh sakit dan Allah membantu pelayan-pelayan-Nya untuk mengenal Dia dengan lebih baik lewat sakit penyakit.

Setelah kita membaca ay.14-15 secara lebih mendetail, kita akan menemukan bahwa Yakobus sebenarnya prihatin akan permasalahan dosa. Saat kita berbuat dosa dan tidak mau bertobat, Allah akan mendisplin kita lewat sakit penyakit. Yakobus sedang mendorong jemaat untuk menangani permasalahan dosa dengan serius. Jika penyakit kita memang diakibatkan oleh dosa, dan saat kita siap untuk mengakui dosa kita kepada gembala Jemaat, Allah pasti akan menyembuhkan kita dan mengampuni dosa kita lewat mereka.

Harapan saya, kita dapat menangkap pokok yang telah dibicarakan di atas dengan jelas. Jika tidak Anda akan sepenuhnya keliru dalam mengartikan ay.14. Anda akan berpikir bahwa setiap orang Kristen yang sakit harus meminta pemimpin Jemaat untuk mendoakan kesembuhan bagi mereka. Jika penyakit itu tidak disembuhkan, itu membuktikan bahwa hamba Tuhan itu kurang beriman. Anda lihat, jika Anda tidak menangkap intisari dan semangat dari Alkitab, Anda akan seringkali berbuat yang bertentangan dengan semangat yang ada di baliknya. Kiranya Allah terus memperbarui hati dan pikiran kita, supaya kita dapat semakin memahami kehendak-Nya.

Berikan Komentar Anda: