Pastor Jeremiah C | Yakobus 5:19-20 |

Hari ini merupakan sesi ke-39 dari studi kita akan buku Yakobus, dan sesi yang terakhir adalah yang ke-40. Di PA yang lalu, kita telah membaca Yak.5.17-18. Kita berbicara mengenai semangat atau rohnya Elia. Saya harap kita dapat memahami bahwa Allah mau setiap orang Kristen untuk menjadi satu dengan semangatnya Elia, mempedulikan apa yang menjadi kepedulian Allah, memiliki kepedulian yang berapi-api untuk keselamatan umat manusia. Mungkin Anda akan berkata, ‘Tidak diragukan, saya yakin Elia memiliki natur yang sama dengan saya, tapi saya begitu lemah sekarang dan masih hidup di dalam dosa, bagaimana saya dapat menjadi seorang Elia? Sebenarnya, Yakobus sudah memberitahu kita di Yak.5.14-16 tentang bagaimana kita dapat menjadi seorang Elia. Pertama-tama, dia mendorong kita untuk mengakui dan bertobat dari dosa-dosa kita. Jika kita tahu kita telah menyakiti Allah, apa lagi yang kita tunggu-tunggu? Mengapa kita tidak mencari pemimpin jemaat dan mengakui dosa-dosa kita agar kita dapat diperbarui. Untuk memiliki semangat Elia, kita harus pertama-tama mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, hanya dengan demikian kita dapat memimpin orang kepada Tuhan. Jika hubungan kita dengan Tuhan tidak baik, kita pastinya tidak dapat berbicara tentang memimpin orang kepada Tuhan. Selain dari mengakui dan bertobat dari dosa-dosa kita, kita juga harus berdoa untuk sesama dan saling mendorong satu dengan yang lain untuk kembali kepada Allah. Setelah kita menangani semua permasalahan mendasar ini, kita akan dianggap sebagai orang benar di mata Allah dan Allah tentunya akan mendengarkan doa-doa kita.

Hari ini, kita akan fokus pada pembacaan di Yak.5.19-20. Di sini, rasul Yakobus mendorong kita untuk mempunyai roh Elia yakni memimpin yang terhilang untuk kembali kepada Tuhan. Itulah amanat yang diberikan kepada Nabi Elia. Nabi Elia dipanggil sebagai nabi pemulihan karena tugasnya adalah untuk memimpin umat untuk kembali kepada Tuhan. Lewat memimpin umat kepada pertobatan dan untuk kembali kepada Allah, dia juga memimpin umat untuk berdamai satu dengan yang lainnya. Inilah pokok yang juga kita lihat di Lk.1.16-17. Saat kita berbicara mengenai Elia, kepedulian kita bukan hanya pada karakter tapi juga pada kondisi spiritual pada zamannya Elia. Elia dipanggil nabi pemulihan dan kita juga mau memakai kata ‘pemulihan’ atau ‘revival’ hari ini. Gereja juga sering mengadakan pertemuan-pertemuan pemulihan. Kita memakai kata ‘pemulihan’ justru karena kondisi spiritual di zaman ini sangat memprihatinkan.

Saya telah mengingatkan kita di PA yang lalu bahwa tugas Elia itu bukan tugas umum menyebarkan injil kepada orang fasik, tapi tugas khusus memimpin umat Allah untuk kembali kepada Dia. Saat kita berbicara mengenai memimpin umat Allah untuk kembali kepada Dia, kita sebenarnya sedang berkata bahwa Gereja sudah meninggalkan Allah. Saya tidak tahu apakah Anda dapat melihat apa yang telah saya katakan. Kita sekarang berada di hari-hari yang terakhir. Gereja sekarang mempunyai banyak sekali orang Kristen yang hatinya telah meninggalkan Tuhan dan telah terhilang dari kebenaran. Ini adalah periode yang sangat merbahaya.

Saya telah menonton dokumenter televisi yang mendiskusikan tentang kepemimpinan pramuka di AS, khususnya tentang apakah untuk menerima pelatih pramuka yang gay. Tahukah Anda apa kesimpulan dari diskusi itu? Kebanyakan orang Amerika mendukung idea untuk menerima pelatih pramuka yang gay. Hanya segelintir yang menentang secara mutlak. Mereka yang menentang berpendapat bahwa peserta kegiatan pramuka semuanya adalah anak-anak SD dan SMP, jadi jika pelatih mereka adalah gay, itu akan membawa pengaruh moral yang tidak baik. Anak-anak remaja ini akan berpikir bahwa adalah normal untuk menjadi seorang gay. Lagipula, pelatih-pelatih gay ini bisa saja melakukan perlecehan terhadap anak-anak yang mereka pimpin. Mereka yang mendukung ide itu berpendapat bahwa semangat pramuka adalah kasih yang bersifat universil, jadi kita harus mengajar anak-anak ini untuk menerima berbagai ragam manusia. Kita tidak boleh mengajarkan mereka untuk mendiskriminasi terhadap jenis orang-orang yang tertentu dan kita harus mengajari mereka untuk mempunyai kasih.

Di antara kelompok besar orang yang mendukung bahwa orang-orang gay bisa menjadi pelatih-pelatih pramuka, terdapat gembala-gembala sidang jemaat yang secara blak-blakan berkata bahwa homoseksualitas adalah legal dan normal dan kita harus menerima mereka dan mengasihi mereka. Tentu saja, kita harus berbicara mengenai kasih sebagai orang Kristen, tapi pertanyaan yang kita hadapi di sini bukanlah tentang kasih. Ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Gereja telah kehilangan kepekaan terhadap dosa dan kasih telah menjadi alasan untuk membenarkan dosa. Salah seorang yang diwawancara berkata bahwa dirinya juga seorang pelatih pramuka dan dia sepenuhnya mendukung bahwa orang-orang gay dapat menjadi pelatih pramuka. Wartawan itu bertanya langsung kepadanya, “Apakah Anda seorang homoseksual?” Dengan jujur ia menjawab, “Ya, saya seorang homoseksual.”

Tentu saja, yang menjadi keprihatinan saya bukanlah kondisi moral dunia ini. Selama manusia di dunia ini tidak takut pada Allah, moralits dunia pasti akan merosot. Bagaimanapun, yang menjadi kekhawatiran saya adalah kepekaan gereja pada dosa telah menjadi semakin dangkal. Di dunia sekarang, banyak dosa yang dikutuk Alkitab tidak lagi dianggap sebagai dosa. Hari ini, di Amerika Utara, beberapa gereja telah secara terang-terangan mentahbiskan pendeta-pendeta yang homoseksual. Fenomena ini bukanlah peristiwa yang baru terjadi, tapi telah bermula beberapa tahun yang lalu. Karena itulah saya berkata bahwa Gereja telah meninggalkan Allah secara pelahan-lahan karena Gereja tidak lagi berjalan di dalam kehendak Allah.

Tentu saja, ini adalah contoh yang agak nyata. Mungkin Anda akan berkata bahwa gereja di mana Anda berbakti tidak mempunyai begitu banyak masalah yang serius. Bagaimanapun, apakah terdapat perebutan kekuasaan, iri hati, perselisihan, fitnah dan kebencian di antara kalian? Pernahkah Anda melakukan percabulan? Apakah Anda mengasihi dunia dan mendambakan kekayaan? Semua itu merupakan masalah yang dikemukakan oleh Kitab Yakobus. Pelbagai dosa ini telah membuat gereja tidak lagi menjadi pelayan-pelayan Allah tapi musuh-musuh Allah. Inilah justru pesan yang mau disampaikan oleh kitab Yakobus dan inilah juga kondisi spiritual zamannya Elia. Inilah justru kenapa Gereja perlu untuk “dikembalikan” dan Gereja memerlukan orang-orang Kristen dengan semangat Elia untuk menyalakan api pemulihan dan memimpin umat Allah ke dalam pertobatan dan untuk kembali kepada Allah.

Mari kita membaca 1 Raja-raja 19.10 bersama-sama. Dari kata-kata Elia, kita dapat membayangkan kondisi spiritual bangsa Israel. Bangsa Israel telah meninggalkan perjanjian Allah, membinasakan altar Allah, membunuh nabi-nabi Allah. Dosa-dosa yang sangat mengerikan! Namun, bangsa Israel tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan dosa yang sangat parah. Ini dikarenakan mereka sudah menjadi bangsa yang menyimpang/sesat. Yak.5.19-20 kata ‘menyimpang/sesat” ini muncul dua kali. Arti dari kata ini dalam bahasa aslinya menunjuk kepada orang yang telah jatuh ke dalam keadaan menipu diri sendiri, suatu kondisi spiritual yang sangat merbahaya. Itulah alasan mengapa Yakobus meminta orang untuk tidak menjadi pengajar. Jika kita sudah tertipu, bagaimana kita bisa memimpin orang lain. Akankah kita berakhir sebagai penunjuk jalan yang buta?

Justru inilah keadaan spiritual kita di masa kini. Kita telah berpaling dari perjanjian dengan Tuhan. Di dalam hati kita, kita telah meninggalkan kedaulatan Allah di atas hidup kita dan mengikuti ilah-ilah yang lain. Kita menutup telinga dan tidak mendengarkan nabi-nabi yang memberitakan kebenaran dan mengikuti pengajar-pengajar palsu yang mengkhususkan diri untuk memberitakan pesan-pesan yang menyenangkan kedagingan kita. Mungkin Anda akan berkata bahwa kata-kata saya terlalu keras! Saya harap, Anda dapat merenungkan hal ini di dalam keheningan. Pesan-pesan seperti apa yang kita mau dengar? Yak.5.19-20 memberitahu kita bahwa orang-orang Kristen akan menyimpang dari jalan kebenaran. Yakobus memperingatkan kita di ay.20 bahwa jika mereka yang telah menyimpang tidak kembali, jiwa mereka akan binasa. Ini bukanlah kata-kata yang kita mau dengar. Pesan yang kita mau dengar adalah orang-orang Kristen tidak pernah menyimpang dari kebenaran dan kita tidak akan pernah binasa. Bukankah pada umumnya itulah pesan-pesan yang kita mau dengar? Kita senang dengan pesan-pesan yang sedemikian karena pesan-pesan itu memberikan kita sedikit ruang  untuk menjadi orang Kristen yang bercabang hati. Kita dapat mengasihi Allah dan juga dunia. Kita bisa menjalani kehidupan yang menyenangkan daging kita dan juga menerima kehidupan kekal di masa akan datang.

Satu pokok yang perlu kita catat adalah bahwa Yakobus menggunakan kata ‘berbalik” dua kali di ay.19-20. Untuk membantu kita memahami arti dari kata ini, mari kita buka di 1 Pet.2.25. Ayat ini memberitahu kita di sini bahwa kita dulunya sesat/terhilang, dan sekarang kita sudah kembali ke sisi Tuhan. Kata ‘kembali’ sebenarnya berarti berpaling yang menunjukkan perubahan arah dan juga terdapat suatu sasaran. Saat kita bertobat dan dibaptis ke dalam Kristus, kita sudah memilih untuk berubah 180 derajat, dari kegelapan ke dalam terang, dan target perubahan kita dalah untuk menjadikan Yesus Kristus Tuhan (Lord) kita.  Ini adalah satu “kembali” atau “berpaling” yang bersifat positif dan proaktif.

Bagaimanapun, terdapat satu “berpaling” yang bersifat negatif. Mari kita baca satu lagi ayat di 2 Pet.2.15. Dikatakan disini bahwa beberapa orang telah meninggalkan jalan yang benar maka tersesatlah mereka. Kata “tersesat” ini, menunjuk arti di dalam teks asli berarti “telah sesat jalan”. Apa yang telah menipu atau memperdaya mereka sedemikian rupa mereka sampai mereka meninggalkan jalan yang benar? Ay.15 melanjutkan untuk memberitahu kita bahwa kasih mereka untuk uanglah yang telah mengakibatkan mereka untuk tertipu dan dengan demikian, kehilangan arah dan tersesat. Perlu dicatat bahwa ini bukanlah “berpaling” yang baik, tapi yang menunjuk kepada meninggalkan jalan yang benar dan kembali ke jalan yang lama.

Mari kita melanjutkan untuk membaca 2 Pet.2.20-22. Perhatikan bahwa ay.22 berbicara tentang anjing kembali kepada muntahnya. Kata “kembali lagi” ini adalah kata yang sama dengan kata asli untuk yang diterjemahkan sebagai “kembali” di 1 Pet.2.25. Rasul Petrus dengan jelas memberitahu kita bahwa walaupun beberapa orang Kristen, bahkan para pendeta, mengenal Tuhan Yesus dan telah mengalami kuasanya, tapi tetap memilih untuk meninggalkan jalan kebenaran pada akhirnya, berpaling menentang perintah Allah dan kembali kepada jalan hidup mereka yang lama.

Mengapa saya mau kita memperhatikan kata “kembali”? Mengapa saya mengutip ayat-ayat ini sebagai contoh? Saya mau kita untuk memperhatikan pokok ini – selalu akan ada dua jalan di hadapan kita? Satu adalah jalan Allah dan satu lagi adalah jalan yang menyenangkan daging. Allah memberikan kepada orang-orang Kristen kehendak bebas dan mereka harus memilih jalan yang mau mereka ikuti setiap hari. Mereka bisa memilih untuk meninggalkan jalan Allah dan kembali kepada jalan lama, berjalan menurut kedagingan mereka. Dengan demikian, kita jangan terpedaya untuk berpikir bahwa orang-orang Kristen tidak akan sesat dari jalan kebenaran dan kita tidak akan binasa sekalipun jika kita telah disesatkan. Pemikiran yang demikian bertentangan dengan peringatan Alkitab. Alkitab memberitahu kita bahwa adalah mungkin bagi orang Kristen untuk meninggalkan Allah dan kembali kepada jalan lama yang menuju kebinasaan.

Mungkin Anda akan berkata, “Bukankah Yesus berkata di pasal 10 dari Injil Yohanes bahwa mereka yang percaya padanya tidak akan binasa karena tidak ada yang akan merebut mereka dari tangannya?” Perlu dicatat bahwa Yesus memang telah memberikan janji yang sedemikian. Namun, kita juga harus memerhatikan konteks dari janji ini. Di konteks ayat ini, banyak pencuri yang akan berusaha untuk menyusup masuk ke dalam gereja dan membunuh domba-domba Yesus. Namun Yesus akan melindungi kita selama kita dengan setia mengikuti gembala kita. Dia pasti akan melindungi kita dari segala kejahatan. Bagaimanapun, kita perlu berhati-hati dan tidak memelintir  kata-kata Yesus sesuai dengan keinginan egois kita, dengan berpikir bahwa kita dapat hidup dan berkelakuan menurut keinginan egois kita dan kita tidak perlu khawatir bahwa kita akan disesatkan dari kebenaran karena Yesus sudah berjanji untuk melindungi kita, dan bahwa sekalipun jika kita terhilang secara tidak sengaja, Yesus tidak akan mengizinkan kita untuk binasa. Ini sama sekali bukan arti dari pasal 10 di Injil Yohanes. Saudara yang terkasih, pemikiran yang demikian jelas sekali bukan dari Allah tapi dari Si Jahat.

Kita sudah masuk ke tahap terkahir dunia ini dan penghakiman Tuhan sudah dekat. Kita perlu untuk berpegang teguh pada setiap kesempatan untuk melakukan kehendak Allah saat kita masih bisa. Bukan saja kita sendiri perlu bertobat, tapi kita juga perlu untuk memimpin orang lain untuk kembali kepada Allah.  Kita perlu untuk mengejar kekudusan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan sesama. Kita perlu bertekad untuk menjadi nabi yang penuh dengan semangat Elia di hari-hari terakhir ini, supaya Allah dapat menggenapi rencana keselamatan-Nya untuk umat manusia lewat kita. Bagaimanapun, Anda harus ingat bahwa Elia bukan nabi yang populer. Seperti yang dia katakan pada Allah, bangsa Israel telah membunuh nabi-nabi Allah dan bahkan ingin membunuhnya. Yesus mengingatkan para muridnya di Mk.9.12-13 bahwa Elia memang sudah datang tetapi mereka memperlakukan dia sesuka hati mereka. Namun, kasih karunia Tuhan pasti akan melindungi kita. Inilah penghargaan dan kehormatan yang tertinggi, untuk menjadi umat yang berkenan pada Allah dan dapat memimpin orang yang tersesat untuk kembali kepada Allah di hari-hari terakhir ini. Berdoalah agar Allah dapat menggenapi kehendakNya lewat kehidupan kita supaya kita dapat membawa lebih banyak orang untuk kembali kepada Dia. Itulah tugas Elia dan justru itulah yang merupakan gol yang rasul Yakobus mau kita kejar.

Karena kita telah mengalami kelimpahan kasih karunia Allah, marilah kita meresponi Allah setiap hari dengan segenap hati dan pikiran kita dan mengizinkan Dia untuk menjadi Penguasa penuh ke atas kehidupan kita. Kita juga harus menjadi orang yang mendengar kata-kataNya, hanya dengan demikian kita dapat memelihara diri kita di dalam kebenaran dan tidak akan tersesat dan hilang. Kita akan menyelesaikan studi kita akan kitab  Yakobus di sini. Di kesempatan yang akan datang, kita akan menyelidiki suatu persoalan yang sangat penting secara lebih mendalam: Bagaimana seorang Kristen itu dikatakan sudah terhilang atau tersesat dari kebenaran? Sejauh mana seorang Kristen itu harus menyimpang dari firman Allah sebelum dia dikatakan terhilang atau tersesat dari kebenaran. Inilah persoalan yang akan kita pelajari di sesi terakhir dalam studi kita akan kitab Yakobus. Saya juga akan berusaha untuk menyimpulkan pokok-pokok penting yang telah kita pelajari dari kitab Yakobus.

 

Berikan Komentar Anda: