Pastor Boo | Kematian Kristus (18) |

Mari kita buka ke Roma 3:24-26

24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 
25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahnya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 
26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Hari ini kita akan berkonsentrasi pada kata-kata di ayat 25, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahnya.” Di dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani, ungkapan “jalan pendamaian” diterjemahkan menjadi mercy seat (“tutup pendamaian”). Secara harfiah, mercy seat berarti “takhta belas kasihan”.  Jadi, bisa dikatakan bahwa Allah telah menjadikan Yesus sebagai tutup pendamaian. (Harap perhatikan gambarnya). Seperti yang bisa anda lihat, bagian inilah yang disebut sebagai tutup pendamaian. Ia adalah bagian penutup Tabut Perjanjian. Anda juga bisa melihat dua Kerub dengan sayap saling menyentuh di atasnya. Di manakah hadirat Allah? Hadirat Allah ada di antara tutup Tabut Perjanjian dan sayap kedua Kerub itu. Tabut Perjanjian ditempatkan di dalam Kemah Perjanjian (Tabernakel) dan belakangan ditempatkan di dalam Bait Allah.

Hari ini saya akan berbicara tentang “Kristus Yesus sebagai tutup pendamaian”. Apa arti ungkapan itu? Baru-baru ini saya membaca sebuah buku yang sangat bagus, yang membahas pokok ini. Buku ini berkonsentrasi pada penebusan Yesus. Penulis buku ini menyebutkan tiga poin tentang tutup pendamaian. Jadi, saya akan sampaikan beberapa bagian dari uraiannya. Dia memberikan beberapa penjelasan yang penting tentang tutup pendamaian. Tampaknya Roma 3 berkaitan dengan Hari Penebusan, hari raya yang dijelaskan dalam Imamat 16. Imam Besar akan mengambil sedikit darah hewan korban dan memercikkannya ke tutup pendamaian. Dengan demikian, Kemah Perjanjian – yang selanjutnya digantikan oleh Bait Allah – disucikan, dan dosa-dosa umat dihapuskan.

Tampaknya Roma 3:25 berhubungan dengan Imamat 16, yang membahas tentang Hari Penebusan. Menurut buku itu, poin pertama tentang tutup pendamaian ialah bahwa Yesus membawa hadirat Allah ke tengah umat. Dengan kata lain, Yesus adalah tempat pertemuan antara umat dan Allah. Mari kita lihat Matius 1:21-23

21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan dia Yesus, karena dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” 
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 
23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita.

Pertanyaannya adalah: bagaimana Yesus menyelamatkan umatnya dari dosa mereka? Jawabannya ada di ayat 23. Dia membawa hadirat Allah bersamanya. Hal itulah yang terjadi saat keselamatan mulai berlangsung di tengah umat Israel. Saat mereka bertemu dengan Yesus, mereka mengalami keberadaan hadirat Allah. Ini adalah prospek yang sungguh indah! Ini berarti, dalam mengerjakan keselamatan, kita tidak hanya berbicara. Apa gunanya berbicara panjang lebar kalau tidak disertai hadirat Allah? Hanya membuang waktu dan tenaga.

Umat mengalami kedatangan hadirat Allah. Di mana mereka mengalami hadirat Allah itu? Di tempat tutup pendamaian! Mereka mengalami belas kasihan Allah saat sedang bersama Yesus. Ini jauh berbeda dengan doktrin yang kita dengar di zaman sekarang. Yang mereka alami bukan murka dan kemarahan Allah, yang mereka alami adalah belas kasihan Allah. Itu sebabnya Yesus menjadi sahabat para pemungut cukai dan orang berdosa. Dia bahkan mengutip isi Hosea 6:6 dalam Matius 12:7 ketika menjelaskan kepada orang Farisi tentang pelayanannya. Sebelum itu, di dalam Matius 9:13, dia sudah menyuruh mereka untuk mempelajari maknanya belas kasihan.

Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).

Hal ini menegaskan hal yang disampaikan oleh Paulus, bahwa Kristus Yesus adalah tutup pendamaian (“takhta belas kasihan”), di mana segenap hadirat Allah berdiam di dalamnya. Justru karena kasih dan belas kasihan Yahweh, Dia membawa kita semua pada pertobatan (Roma 2:4). Perlu anda ketahui, kata “propitiation (yang diterjemahkan dengan ungkapan jalan pendamaian)” di Roma 3:25 bukan merupakan terjemahan yang tepat, karena kata propitiation memiliki makna meredakan murka Allah. Dengan kata lain, Yesus berkorban untuk menyingkirkan murka Allah dari kita. Dan kita menyadari bahwa urusannya tidak seperti itu. Sebaliknya, Allah menempatkan Yesus menjadi penebus, yaitu menyucikan kita dari dosa. Tujan utama kedatangannya ialah untuk memberikan hidupnya dan akhirnya, mati bagi dosa-dosa kita, untuk menyingkirkan dosa dari hidup kita. Jika anda membaca injl, anda akan dapat melihat bahwa memang hal itulah yang dilakukan oleh Yesus, menangani dosa umat, tetapi dia melakukannya dengan penuh belas kasihan.

Tidak ada bagian dari injil yang memberitahu kita bahwa Yesus datang untuk meredakan murka Allah, atau menyingkirkan murka Allah dari kita. Bahkan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus menegaskan hal ini. Sebagai contoh, Perumpamaan tentang Anak yang Hilang di Lukas 15. Ketika anak yang bungsu meninggalkan rumah bapanya, lalu dia bertobat dan kembali, bapanya sudah memeluknya bahkan sebelum dia menyatakan penyesalannya! Tak ada tanda kemarahan — apalagi hukuman — dari bapanya. Jadi, yang kita bicarakan adalah penebusan, yakni penanganan dosa dan bukan penghukuman orang berdosa.

Hal ini membawa kita pada poin yang kedua. Poin pertama dari tutup pendamaian ialah bahwa ia membawa hadirat Allah. Poin yang kedua pula, Yesus adalah imam yang diangkat oleh Allah, melalui dia Allah menyatakan kuasa-Nya untuk membersihkan umat-Nya dari dosa. Hal itulah yang dilakukan oleh imam kepala dalam Imamat 16. Saat dia memercikkan darah ke tutup pendamaian, yang terjadi adalah dihapuskannya dosa-dosa umat. Sebenarnya, yang disucikan adalah Kemah Perjanjian.

Saat kita membahas tentang penebusan Yesus, kita memusatkan perhatian pada makna kata “expiation (penebusan)” itu. Namun, terjemahan yang lazim anda temui (dalam bahasa Inggris) adalah kata “propitiation (pendamaian)”. Ini merupakan akibat dari pengaruh tradisi Protestan. Kita tidak boleh bergantung pada tradisi dalam mempelajari Kitab Suci. Kita harus melihat apa yang disampaikan oleh Alkitab.

Jika anda baca tentang perayaan Hari Penebusan, anda akan menyadari tutup pendamaian merujuk kepada Kristus (Roma 3:25), tetapi di dalam Kitab Ibrani, Yesus disebut sebagai Imam Besar sekaligus sebagai sebagai korban persembahan! Semua unsur itu terkait dengan penghapusan dosa umat, dan disatukan di dalam diri Kristus. Demikianlah, tutup pendamaian itu hadir untuk umat. Semua yang dilakukan oleh Imam Besar ditujukan bagi umat, dan hewan korban juga dipersembahkan untuk kepentingan umat. Kita tidak melihat adanya penggantian tempat di sana. Imam Besar tidak menggantikan posisi umat. Dia menjalankan upacara bagi kepentingan umat. Semua unsur dari Hari Penebusan itu disediakan bagi kepentingan umat.

Jadi, anda bisa lihat bahwa pelayanan Yesus ditujukan bagi kepentingan rohani kita, menolong kita dalam membangun hubungan dengan Allah. Pelayanan Yesus berasal dari inisiatif Yahweh sendiri. Apa gunanya memiliki Tabut Perjanjian kalau hadirat Allah tidak ada di sana? Jika hadirat Allah sudah tidak lagi menyertai tabut itu, maka ia hanya merupakan barang seni saja. Tak ada lagi makna keberadaannya. Namun, karena hadirat Allah ada di sana, maka Kemah Perjanjian bisa memberi manfaat bagi umat Israel dalam melangkah bersama Allah. Jadi ini ialah urusan yang menyangkut masalah hidup dan mati, karena hadirat Allah ada di sana, maka hidup menyertai mereka. Jika hadirat Allah pergi, maka Bait Allah menjadi bangunan mati. Fakta ini terlihat dari sejarah bangsa Israel. Ketika bangsa itu menolak untuk bertobat dan kembali kepada Allah, sekalipun Tabut Perjanjian masih di sana, tetapi Yahweh sudah meninggalkannya. Dan pada akhirnya, Allah membiarkan Bait-Nya dihancurkan. Bait Allah adalah sumber pembersihan yang berfungsi selama hadirat Yahweh ada di sana. Dan pengorbanan Yesus menyingkirkan kuasa dosa dari hidup kita karena dia sendiri berfungsi sebagai Bait Allah. Mari kita lihat Ibrani 9:26, kita akan membacanya dari ayat 25.

25 Dan ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan dirinya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. 
26 Sebab jika demikian ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang ia hanya satu kali saja menyatakan dirinya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korbannya.

Yesus mempersembahkan dirinya sekali saja untuk menghapuskan dosa. Ada beberapa ungkapan dalam bahasa Yunani untuk kata “menghapuskan”, makna semua kata itu bisa dikatakan sama. Ini adalah kata lain yang memiliki makna tersebut: Roma 11:26-27

26 Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: “Dari Sion akan datang Penebus, ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. 
27 Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.”

Di ayat 26 disebutkan, “Ia akan menyingkirkan (banish = mengusir, kata ini dipakai dalam terjemahan bahasa Inggris versi ESV) segala kefasikan dari pada Yakub.” Terjemahan bahasa Inggris versi NASB memakai kata “remove (menyingkirkan).” Lalu di ayat 27, “Apabila Aku menghapuskan dosa mereka.” Nah, bagaimana Dia menghapuskan dosa mereka? Bagaimana dosa-dosa kita disingkirkan? Jawabannya ada di Kisah 3:26, karena kata “remove (menyingkirkan)” di dalam bahasa sumbernya (Yunani) juga dipakai di dalam ayat ini. Dan kata itu diterjemahkan dengan ungkapan “turning (kembali).”

Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutusnya kepada kamu, supaya ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu. (Kisah 3:26)

Bagaimana Allah menyingkirkan dosa dari hidup kita? Melalui Kristus. Bagaimana Yesus melakukannya? “Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.” Demikianlah, kita melihat Yesus menjadi sahabat para pemungut cukai dan orang berdosa. Lalu bagaimana Tuan Yesus menjalankan pelayanannya? Dengan memberkati mereka. Dia memberkati mereka dengan memimpin mereka kembali dari segala kejahatan mereka. Di sini kita melihat kasih karunia dan kuasa dari kasih Allah! Itu sebabnya Yesus berkata, “Kalau ada yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu.” Ini karena ada kuasa di dalam kasih yang akan menolong mereka kembali dari kejahatan mereka.

Itu sebabnya mengapa beberapa pakar memandang Roma 3:25 sebagai penegasan dari Allah yang memberikan Yesus sebagai tutup pendamaian atau penebusan, oleh karena iman dalam darahnya. Di sini ada kata “iman,” yang dilanjutkan dengan ungkapan “dalam darahnya”. Apa arti kalimat ini? Penebusan, atau tutup pendamaian, tidak terbatas pada peristiwa penyaliban. Di sinilah letak kekeliruan banyak orang Kristen yang memakai pemahaman seperti itu. Mereka hanya mengutamakan kematian Yesus, dan berhenti di sana. Ini bukanlah pemahaman yang benar.

Kapan Allah memberikan Yesus secara terbuka? Sudah dimulai sejak kelahirannya. Kita sudah membaca di dalam Kisah 3:26. Bahkan di dalam kebangkitannya, dia tetap menjadi jalan pendamaian bagi semua generasi. Dengan kata lain, Allah memberikan Yesus sebagai jalan pendamaian atau penebusan sejak dia dilahirkan, di sepanjang hidupnya, dalam kematiannya, kebangkitannya, dan sekarang saat dia dimuliakan. Karya keselamatan merupakan proses yang mencakup segenap hidup Yesus. Jika kita memikirkan tentang penebusan, atau keselamatan, kita harus membayangkannya secara lengkap, yakni di dalam segenap hidup Kristus sampai dengan zaman sekarang. Kita harus memahami kesetiaan Kristus dalam menjalankan karya Yahweh.

Pertanyaan yang tersisa adalah: Apakah kita mengalami hal ini, bahwa sampai dengan hari ini, kita mengalami kuasa Allah yang memberi kemerdekaan? Sejak kita memasuki masa karantina, saya terus merenungkan hal ini. Banyak orang yang tidak bahagia karena tidak memiliki kebebasan. Namun, mari kita renungkan hal itu dari sisi rohani di tingkat pribadi. Apakah anda lebih mementingkan kemerdekaan rohani sekalipun tubuh anda dipenjara? Atau anda lebih memilih bebas secara jasmani tetapi roh anda menjadi tawanan dosa? Saya rasa, kondisi yang terburuk ialah jika tubuh anda terpenjara dan roh anda menjadi budak dosa. Ini merupakan hal yang paling buruk. Saya membaca berita di internet yang menyatakan bahwa kasus kekerasan dalam rumah tangga di Singapore meningkat selama masa karantina. Orang-orang tak punya pilihan lain kecuali tinggal di dalam rumah. Pasangan dalam rumah tangga yang tidak akur terpaksa menghabiskan waktu mereka setiap hari bersama-sama di dalam rumah. Akibatnya, tentu saja, sang istri menjadi sasaran kekerasan. Dalam beberapa kasus, bisa juga justru sang suami yang jadi sasaran kekerasan! Menjalani hidup seperti ini jelas merupakan mimpi buruk. Akan tetapi, sekalipun anda mengalami pembatasan secara fisik, jika hati anda dan hubungan anda dengan Allah berisi kemerdekaan, keadaan ini tetap menjadi keadaan yang indah bagi anda, bukankah demikian? Itu sebabnya mengapa Paulus bisa berkata, “Tak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah.”

Demikianlah, rangkuman kedua poin itu ialah sebagai berikut: Poin yang pertama berkenaan dengan hadirat Allah; poin yang kedua adalah penghapusan atau penebusan dosa-dosa kita. Sekarang kita masuk ke dalam poin yang ketiga, yakni Firman yang datang dari Allah. Mari kita baca Bilangan 7:89

Apabila Musa masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk berbicara dengan Dia, maka ia mendengar suara yang berfirman kepadanya dari atas tutup pendamaian, yang di atas tabut hukum Allah, dari antara kedua kerub itu; demikianlah Ia berfirman kepadanya.

Musa masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk berbicara dengan Yahweh, dan dia mendengar suara Yahweh datang dari atas tutup pendamaian. Demikian pula halnya dengan Yesus, dalam kedudukannya sebagai tutup pendamaian, dia menjadi tempat dari mana Firman Allah disampaikan. Anda ingin mendengarkan suara Allah? Datanglah kepada Kristus. Tahukah anda bahwa Perjanjian Baru adalah anugerah terbesar dari Allah? PB adalah hadiah yang paling berharga dari Allah. Oleh karena Yesus, maka Firman Allah sekarang bisa langsung menangani kita jika kita datang kepada Yesus. Kita tidak akan bisa memahami Firman Allah jika kita jauh dari Kristus. Dalam keadaan seperti itu, kita tak akan pernah memahami hal-hal yang disampaikan oleh Yahweh kepada kita. Saya harap anda mencamkan poin ini juga.

Saat kita membaca Firman Allah, kita harus membacanya di dalam hadirat Allah. Dengan kata lain, orang yang berdiam di dalam dosa tak akan pernah memahami Firman Allah. Anda mungkin menyandang gelar Ph.D di bidang Teologi Biblikal, atau gelar apapun dari seminari, tetapi selama hubungan kita dengan Allah belum beres, maka mata kita akan selalu tertutup. Kita tak akan pernah tahu apa yang sedang disampaikan oleh Yahweh kepada kita, apalagi mengetahui hal yang ingin Yahweh sampaikan kepada orang lain. Ini merupakan prinsip yang paling dasar, tetapi masih banyak orang Kristen yang tidak menerapkan prinsip ini di dalam hidup mereka. Firman Allah harus ditelaah di dalam hadirat Allah karena itu adalah Firman-Nya. Dia ingin menyampaikan Firman-Nya kepada kita, menanamkannya di dalam lubuk hati kita, dan menangani semua sikap hati yang salah yang terkait dengan dosa.

Ada beberapa bagian dalam kitab Ibrani yang membahas tentang Firman Allah, mari kita lihat Ibrani 10:16

16 sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, 
17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”

Di sini, anda bisa melihat apa yang dilakukan oleh Yahweh, “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka.” Jadi, syukurilah masa karantina ini karena anda sekarang punya banyak waktu untuk merenungkan Firman Allah. Secara pribadi, saya menikmati banyak manfaat dari masa karantina ini, saya mendapat banyak waktu utnuk merenungkan Firman Allah dan melihat berbagai hal dari sisi yang berbeda. Saya menikmati banyak manfaatnya. Sayangnya, kita punya kecenderungan untuk membuang-buang waktu. Sudah saatnya bagi kita untuk belajar berdisiplin dan mengendalikan diri. Tentu saja saya tidak menghabiskan waktu seharian untuk membaca Alkitab. Akan tetapi, sangatlah penting bagi kita untuk memahami bahwa mencari hadirat Allah dan merenungkan Firman-Nya merupkani urusan keberlangsungan kehidupan rohani kita. Ini ialah masalah hidup dan mati. Itu sebabnya mengapa Yesus mengutip Ulangan 8, bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, bukan dari pemenuhan kebutuhan jasmani saja. Kita hidup dari Firman Allah. Jadi, jika anda ingin menjalani hubungan anda dengan Allah secara serius, turutilah hal-hal yang disampaikan oleh Yesus. Kita punya empat injil. Ini jelas merupakan bahan yang banyak untuk kita pelajari. Coba lihat apakah dengan membaca injil, anda bisa mengenali suara Allah.

Mari kita lihat Ibrani 5:7-9

7 Dalam hidupnya sebagai manusia, ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya ia telah didengarkan.
8 Dan sekalipun ia adalah Anak, ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritanya,
9 dan sesudah ia mencapai kesempurnaannya, ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadanya,

Dalam ayat 7 ada uraian, “Dalam hidupnya sebagai manusia.” Kata “hidupnya” mencakup segenap masa hidupnya. Jadi, bukan hanya pada waktu dia berdoa di Taman Getsemani, tetapi di sepanjang hidupnya, dia memanjatkan doa dan permohonan dalam tangis dan air mata. Mengapa? Karena peperangan yang sengit melawan dosa. Jangan mengira bahwa Yesus tak pernah menghadapi godaan, jangan mengira bahwa pencobaan yang dia hadapi tidak berbahaya buatnya. Dia mengalami penderitaan selama menjalani kehidupannya, dan dia berseru kepada Allah untuk menyelamatkannya dari dosa, dari godaan untuk berbuat dosa. Ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah mendengar doanya, sehingga dia tetap bebas dari dosa di sepanjang hidupnya.

Sekarang anda bisa memahami hal-hal yang sudah dilalui oleh Yesus. Lalu ayat 8 mengatakan, “Dan sekalipun ia adalah Anak, ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritanya.” Yang kita bicarakan di sini ialah segenap masa hidupnya. Kita tidak sekadar membahas kejadian di Taman Getsemani dan kayu salib, Yesus harus belajar ketaatan di sepanjang hidupnya. Di zaman sekarang ini kita tidak mau membaca ayat-ayat semacam itu karena Yesus, bagi kebanyakan orang Kristen, adalah manusia super. Dosa tidak bisa menyentuhnya. Tak ada gunanya mencobai dia karena dia tak terkalahkan. Akan tetapi, dalam kutipan ini kita mendapatkan gambaran yang sepenuhnya berbeda tentang Yesus. Yesus mengalami pergumulan yang berat. Kita dapat ikut merasakannya. Bayangkan, ada berapa jam anda bisa bertahan sebelum anda melakukan satu perbuatan dosa? Kita bahkan tak dapat bertahan dalam satu hari, apalagi bertahan sampai 33 tahun sebagaimana hidup yang telah dijalani oleh Yesus. Yesus mengalami penderitaan untuk bisa mengalahkan dosa di dalam hidupnya. Dia bertahan tetap dekat dengan Bapa; setiap saat dalam hidupnya dia abdikan untuk Bapa. Kehidupannya bergantung pada kesetiaan itu.

Saya harap kita semua belajar masuk ke dalam sikap hati yang sama. Itu sebabnya mengapa Paulus bisa berkata bahwa Allah memberikan dia sebagai jalan pendamaian. Kita juga bisa mengerti sekarang mengapa Firman Allah bisa disampaikan melalui dia. Selanjutnya, dia memanggil kita untuk masuk ke dalam ketaatan, dan di ayat 9 dinyatakan, “Dan sesudah ia mencapai kesempurnaannya, ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadanya.” Jalan pendamaian bukan sekadar memimpin kita untuk bertobat, sebagaimana yang sudah kita lihat dalam pernyataan, “Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.” Pada waktu kita mengalami berkat itu, kita juga mendapat panggilan untuk taat.

Sekarang saya akan masuk ke dalam poin yang keempat. (Poin yang ini tidak diambil dari buku yang saya sebutkan itu). Pada waktu Imam Besar menjalankan upacara penebusan bagi umat, dalam Imamat 16, dia memanjatkan doa syafaat bagi umat. Mari kita lihat Ibrani 7:25

Karena itu ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh dia datang kepada Allah. Sebab ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Kalau kita datang kepada Allah, anda akan bisa mengalami hal-hal yang bisa dilakukan oleh Yesus. Bagaimana dia menyelamatkan kita dengan sempurna? Dengan bersyafaat atau menjadi pengantara bagi kita! Dia bahkan berseru dan menangis kepada Allah bagi kepentingan rohani kita. Jadi, seperti yang sudah kita baca sebelumnya, dia tidak sekadar berdoa untuk dirinya sendiri; dia juga berdoa bagi murid-muridnya, dan berdoa bagi mereka yang membutuhkan doa tersebut. Sampai dengan sekarang ini, dia hidup sebagai pengantara bagi kita. Bagaimana dia menjalani peran sebagai pengantara? Mari kita lihat Ibrani 4:15

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Jika perhatikan kata “sympathize (turut merasakan),” kata Yunani-nya adalah “sumpatheo.” Anda bisa lihat di sini bahwa kata ini langsung diambil dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris.

Kata sumpatheo ini memiliki dua makna di dalam bahasa Yunani. Yang pertama adalah tindakan menolong orang lain karena anda berbelas kasihan kepada orang tersebut. Yesus memandang kelemahan kita berlandaskan hasratnya untuk menolong kita, dari belaskasihannya kepada kita. Ini sangat menyentuh hati.

Sebagai contoh, mereka yang belajar ilmu kedokteran akan memerlukan nasehat dalam memahami bidang ilmu mereka karena ini ialah bidang ilmu yang cukup sukar dipelajari. Mereka biasanya mendapat bantuan dari para lulusan yang sudah melewati proses pendidikan itu dan berhasil lulus. Jika anda sudah selesai menjalani pendidikan dan berhasil lulus, anda bisa berkata kepada yang masih mengikuti pendidikan, “Saya tahu kesukaran anda. Saya harap anda bisa berhasil melaluinya.” Demikianlah, hal terbaik yang bisa kita lakukan hanya memberi mereka semangat.

Akan tetapi, kata sumpatheo memiliki makna yang lebih mendalam. Kita perlu membayangkan orang yang berhasil melalui pergumulan yang sangat berat, misalnya bekas pecandu narkoba. Jika anda ialah seorang pecandu narkoba, mereka bisa berkata, “Saya tahu apa yang anda rasakan. Saya tahu pergumulan yang sedang anda hadapi.” Dia bisa bersimpati kepada anda. Akan tetapi, ada hal lain yang bisa dia lakukan untuk anda. Jika dia bersedia, dia bisa tinggal bersama anda. Dia akan membimbing anda langkah demi langkah untuk keluar dari masalah kecanduan anda. Akan tetapi, ada berapa banyak orang yang bersedia melakukan hal seperti itu? Dapatkah anda melihat persoalannya? Jika saya berhasil melakukannya, dan saya melihat ada orang lain yang sedang menghadapi masalah yang sama, di dalam belas kasihan, saya tidak hanya akan menghibur dengan kata-kata. Saya akan menunjukkan kepadanya langkah demi langkah untuk mengatasi masalahnya. Di sini saya mengacu pada mereka yang pernah mengalami kegagalan pada masa lalu, kemudian bangkit dan berhasil mengatasi masalahnya. Jadi, pokok ‘simpati’ ini juga berlaku bagi kita. Jika kita berhasil mengatasi suatu masalah, kita akan bisa menolong orang lain untuk mengatasi masalah yang sama. Akan tetapi, Yesus tidak pernah gagal, dia bisa ikut merasakan kelemahan dan kegagalan kita dan bersedia turun ke level kita untuk menolong kita keluar dari permasalahan kita.

Jadi, kita bisa melihat seperti apa kasih Allah itu saat diwujudkan melalui pribadi Yesus. Kita tidak boleh berpikir bahwa Allah itu jauh di atas sana, terlalu jauh sehingga Dia tidak ikut merasakan apa pun. Itu sebabnya Alkitab berbicara tentang “mercy seat (takhta belas kasihan)”. Penekanannya adalah pada kata “mercy (pendamaian, belas kasihan)”. Dia penuh dengan belas kasihan karena Dia dapat ikut merasakan pikiran dan perasaan kita. Dalam hal ini, kita tak dapat bersembunyi dari Allah. Tak ada gunanya bersembunyi dari Allah. Saya rasa, lebih baik kita bersikap terbuka dan jujur kepada Yahweh. Dia adalah Pribadi yang penuh pengertian, dan Dia selalu siap menolong kita.

Demikianlah, makna yang kedua dari kata “simpati” ini adalah menderita bersama orang lain. Belas kasihan-Nya ditunjukkan dalam kesediaan untuk menderita bersama kita. Itu sebabnya kitab Ibrani berkata bahwa Yesus adalah Imam Besar yang setia karena dia bersedia untuk mendampingi dan menderita bersama kita. Ibrani 10:33-34

33 baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. 
34 Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.

Anda bukan sekadar menderita karena menjadi murid Kristus, anda juga ikut menderita bersama mereka yang mendapat perlakuan sewenang-wenang. Ungkapan “mengambil bagian” berarti sama-sama menderita; anda bersimpati kepada mereka yang menderita akibat perlakuan semacam itu. Di dalam ayat 34, tindakan ikut ambil bagian ini menunjukan belas kasihan anda.

Demikianlah, Yesus dalam mewujudkan kasih Bapa, tahu persis kelemahan dan pergumulan kita. Pokok yang penting adalah: Jika Allah penuh pengertian dan belas kasihan, mengapa kita tidak datang kepada-Nya melalui Yesus? Mengapa kita tidak mencari waktu untuk bersama dengan Yahweh? Kita harus membuang anggapan bahwa Allah murka kepada kita. Nah, tentu saja Dia bisa marah kepada kita, tetapi hal itu bukan poin yang utama. Sudah dari bagian awal dari Alkitab, dalam Keluaran 34, Yahweh menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang penuh belas kasihan dan kebaikan. Datanglah kepada Yesus, yang senantian bersyafaat buat kita oleh karena simpatinya, sebagaimana yang sudah kita bahas tadi. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka kita akan bisa mencapai kemenangan. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Syukur kepada Allah yang oleh Kristus Yesus sekarang aku bisa menjadi pemenang! Aku tidak lagi berada di bawah kekuasaan dosa.”

 

Berikan Komentar Anda: