Pastor Eric Chang | Seri Keselamatan (7) |

KUASA PENYELAMATAN ALLAH

Lagu yang baru saja kita nyanyikan menyatakan, “Kau bertanya padaku bagaimana aku tahu bahwa Yesus hidup?” Tahukah anda bahwa dia hidup? Seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kol 1:27). Jika Yesus bukanlah Juruselamat yang hidup, jika dia tidak hidup, kita sedang membuang-buang waktu di tempat ini. Semua hal yang berkenaan dengan iman bergantung pada satu hal ini: bahwa Yesus hidup. Jika Yesus tidak hidup, sia-sialah kita menjadi orang Kristen, dan saya akan anjurkan anda untuk tidak menjadi Kristen. Hal yang penting adalah anda tahu bahwa Yesus hidup, dan anda mengalami kuasa keselamatan Allah di dalam hidup anda melalui Yesus.

Bagaimana seseorang bisa memiliki jaminan keselamatan jika dia tidak mengalami kuasa keselamatan Allah. Bagaimana anda berkeyakinan, bagaimana anda bisa mendapatkan jaminan, jika anda tidak mengalami kuasa tersebut? Iman anda hanya akan menjadi iman yang di dalam pikiran saja — iman akademis, iman teoritis! Bukan iman yang berdasarkan realitas dari apa yang telah Dia perbuat di dalam hidup anda. Jika anda belum mengalami kuasa Allah yang mulai mengubah hidup anda, jika orang lain belum bisa berkata kepada anda, “Kau tahu, sejak engkau datang kepada Tuhan, kau telah menjadi berbeda,” lalu apakah hal yang anda ketahui tentang keselamatan?

Selama beberapa sesi ini kita telah berbicara tentang keselamatan, dan telah menekankan bahwa keselamatan adalah hal yang telah dialami sebagai kenyataan di dalam hidup anda. Jika anda belum mengalami realitas ini di dalam hidup anda, semua pembahasan kita mengenai keselamatan hanya teori belaka. Kita hanya membicarakan doktrin filsafat yang bersifat hipotetis. Sadarilah bahwa keselamatan adalah hal yang dialami. Jika ada orang yang terjatuh dari perahu dan masuk ke danau, apa yang akan terjadi pada orang ini? Dia akan tenggelam. Akan tetapi, jika dia diangkat keluar dari laut, atau dari danau, apakah ini sekadar keselamatan yang dibahas di dalam teori saja? Bukan, ini adalah keselamatan yang langsung dia alami — dia diangkat keluar dari laut! Semakin besar pengalaman keselamatan ini, maka akan semakin kuat pula kesannya dalam benak anda.

Saat saya berlayar dari timur melewati melalui Laut Merah, kami dapat melihat Laut Merah yang dipenuhi ikan hiu. Jika sepotong daging dilempar ke permukaan Laut Merah, ikan hiu akan berdatangan memenuhi lautan. Kalau ada yang sampai  terjatuh di Laut Merah, anda benar-benar sangat membutuhkan pertolongan yang cepat. Jika anda jatuh ke danau, dan anda adalah seorang perenang yang pandai, mungkin anda tidak perlu ditolong. Jika anda jatuh ke air yang dingin membeku, anda jelas membutuhkan tindakan pertolongan agar tidak membeku sebelum sempat diangkat keluar. Namun, ada orang-orang yang tidak tahu bahwa di Laut Merah ada banyak ikan hiu. Saat kapal berhenti dan membuang sauh, ada seseorang yang segera melepaskan pakaiannya, memamerkan otot-ototnya, dan terjun menyelam ke laut. Di mana pun kapal berhenti, orang ini selalu mengadakan penyelaman. Akan tetapi, Laut Merah bukanlah tempat yang tepat untuk melakukan hal ini. Lalu, langsung tanda bahaya terdengar di seluruh kapal! Kapten kapal menyerukan perintah-perintah dari atas dek. Waktu yang tersedia sangat sedikit, jika tidak cepat orang ini tidak akan bisa diselamatkan. Dalam sekejap, tangga-tangga diturunkan, tanda bahaya dibunyikan, orang-orang bergegas turun melalui tangga, dan operasi penyelamatan pun dijalankan. Dia diselamatkan tepat pada waktunya. Bayangkan, ketika orang ini diangkat keluar dari permukaan Laut Merah, sekali pun dia adalah seorang perenang yang tangguh, begitu dia melihat ada sangat banyak sirip ikan hiu yang bergerak mendatanginya, maka dia tentu akan benar-benar menyadari bahwa dia telah diselamatkan. Hal ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan baginya.

Demikianlah, bagi seorang Kristen, saat kita berbicara tentang keselamatan, yang dibicarakan adalah hal yang telah dialami. Namun sayangnya, ada banyak orang di gereja yang keselamatannya hanya merupakan khotbah pendetanya saja. Keselamatan tidak menjadi realitas yang mereka alami, mereka juga tidak tahu bahwa mereka perlu mengalaminya. Mereka hanya disuruh membuat suatu pernyataan iman, dan mereka telah melakukannya. Keselamatan hanya suatu teori. Tak heran jika bagi orang-orang Kristen ini, tidak pernah mengalami realitas Allah. Hanya saat kita telah mengalami realitas keselamatan baru kita bisa mengalami realitas dari Juruselamat kita! Hal itu tidak membutuhkan logika yang hebat untuk menalarnya. Bagaimana mungkin Sang Juruselamat menjadi nyata bagi anda jika anda tidak pernah mengalami karya penyelamatan itu di dalam diri anda? Bagaimana mungkin anda bisa merasa yakin bahwa kuasa Allah menyelamatkan anda jika anda tidak pernah mengalami kuasa itu bekerja memberi keselamatan dalam hidup anda? Bagaimana anda bisa berkata bersama rasul Paulus, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya“? (2 Tim 1:12)

Itulah sebabnya saya begitu gigih menerangkan berulang kali bahwa di dalam membahas seri keselamatan ini, saya tidak tertarik untuk sekadar membahas doktrin gereja. Ada hal yang lebih berguna untuk dikerjakan ketimbang sekadar membahas perkara akademis. Jika saya berbicara tentang keselamatan, yang saya bicarakan adalah sebuah realitas — suatu realitas yang bisa dialami dan harus dialami, dan hanya dengan mengalami keselamatan itu barulah anda bisa mengalami kuasa Allah yang menyelamatkan.

Pengalaman tersebut mungkin saja tidak dramatis, tetapi harus merupakan pengalaman yang nyata — anda tahu sesuatu telah terjadi atas diri anda. Sekali pun pengalaman itu adalah suatu proses yang berangsur-angsur, tetaplah harus merupakan suatu pengalaman yang nyata. Sebagian orang diselamatkan dalam hitungan detik. Sebagian yang lain mengalami keselamatan dalam hitungan hari atau minggu, bergantung pada situasi yang mereka hadapi. Orang yang disembuhkan dalam sekejap atau pun dalam waktu tiga bulan, bagaimana pun juga, telah disembuhkan oleh keahlian dari Sang Tabib. Mungkin perkara disembuhkan dalam waktu lima menit terasa lebih dramatis, pengalaman yang terasa begitu mendadak, tetapi yang penting adalah semuanya berupa keselamatan. Banyak orang yang dibesarkan di tengah keluarga Kristen, misalnya, sering kali mereka tidak mengalami pengalaman mendadak ini. Namun, peristiwa yang kurang dramatis tidak mengurangi realitas pengalaman itu sendiri. Satu-satunya pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah: Sudahkah anda disembuhkan? Apakah anda sudah disembuhkan dari kanker rohani, yaitu dosa — entah dalam waktu sekejap atau waktu lama? Jika telah anda alami, anda akan mampu bersaksi bahwa Dialah satu-satunya yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan: “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya.” Hanya orang-orang Kristen semacam ini yang memiliki keyakinan yang teguh. Demikianlah, jika anda masih belum mengalami pengungkapan yang seperti ini, yang telah kita bahas selama beberapa minggu terakhir ini, sekaranglah saatnya untuk mengambil langkah yang sangat penting ini.


IMAN MELIBATKAN TANGGUNG JAWAB

Banyak orang yang tidak mengalami kuasa keselamatan Tuhan karena mereka tidak paham hakekat iman yang sejati. Atau, sesudah paham, mereka tidak menindak-lanjutinya. Di sesi yang lalu, kita menggarap pekerjaan membersihkan landasan. Kita melihat pada beberapa macam penolakan. Kita membahas penolakan terhadap tanggung jawab. Kita telah melihat bahwa jika seseorang tidak bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya, tidak akan ada gunanya sama sekali membicarakan iman, karena iman akan menjadi sekadar ketiadaan tindakan dari anda, anda menjadi pasif sepenuhnya. Kita telah melihat bahwa perkaranya tidak seperti itu. Kita melihat bahwa kasih karunia tidak menyingkirkan tanggung jawab manusia, justru sebaliknya, kasih karunia meningkatkan tanggung jawab manusia untuk memberi tanggapan. Tanggung jawab berarti kemampuan dan kewajiban untuk menanggapi.


KASIH ALLAH MENARIK KITA

Dari sesi yang lalu, kita menyimpulkan bahwa Allah menarik kita dengan kasih-Nya, tetapi tindakan menarik itu bukan dalam arti menyeret. Walaupun dalam kata aslinya dalam bahasa Yunani, kadang kala, bisa diartikan ‘menyeret’. Namun, kita telah melihat bahwa saat Allah berbicara tentang hal ‘menarik’, Allah tidak sedang memperlakukan kita seperti barang, seperti sebalok kayu yang diseret di tanah. Artinya, jika Allah menarik kita, tindakan menarik ini bukanlah tindakan menarik yang mengandalkan kekuatan yang memaksa. Kita telah melihat bahwa Tuhan memperlakukan kita sebagai pribadi. Dia berdiri di muka pintu dan mengetok, Dia tidak mendobrak pintu itu. Kata ‘menarik’ ini lebih mendekati gambaran tentang magnet yang menarik benda-benda di sekitarnya. Begitulah, kata ‘menarik’ berarti ada daya pikat tertentu di dalam kasih Allah. Ada semacam kuasa pendorong di dalam daya pikat ini, tetapi pendorong ini tidak bergerak memaksa. Saya rasa anda semua pernah mengalami pesona cinta. Cinta memiliki kekuatan yang menarik. Cinta menarik anda. Namun, cinta tidak menyeret anda secara paksa; walaupun begitu, ia memiliki pendorong yang sangat kuat sehingga membawa anda mendekati orang tersebut. Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus di 2 Korintus 5:14, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami.” Kasih tersebut memberi semacam dorongan pada kita.


TANGGAPAN IMAN YANG SEJATI

Hal yang ingin saya uraikan pada hari ini adalah: Apa yang merupakan tanggapan iman yang sejati? Kita telah melihat bahwa kasih karunia dari Allah kepada kita merupakan kasih karunia yang total, tidak ada yang dipertahankan dari kita. Kasih karunia yang seperti ini, benar-benar membangkitkan semangat saya! Saat Allah mengasihi saya, Dia tidak sekadar melontarkan beberapa kemurahan kepada saya, seolah sedang melontarkan beberapa keping koin kepada pengemis. Saat Dia memberi kasih karunia-Nya, Dia mencurahkan segenap-Nya kepada kita. Saat rasul Paulus berkata, “Dia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkannya bagi kita semua“, kasih macam apakah yang sedang dia bahas itu? Bagaimana pula dengan kasih Kristus, yang “mengasihi aku dan menyerahkan dirinya untuk aku.” Bapa tidak menyayangkan Anak-Nya, dan Yesus memberikan dirinya, bukan sekadar memberikan beberapa koin.

Renungkan hal ini: Allah kita adalah Allah yang hidup, Pencipta langit dan bumi, membuat setiap presiden dan raja di muka bumi ini menjadi tidak berarti saat dibandingkan dengan keagungan, kuasa dan kemuliaan-Nya. Akan tetapi, Dia memberikan diri-Nya melalui Kristus Yesus sepenuhnya dan tanpa syarat kepada kita. Manusia manakah yang memberikan dirinya sepenuhnya kepada anda? Apakah menurut anda mereka bersedia melakukan hal itu kepada anda? Apakah anda pikir, bahkan kedua orang tua anda, akan bersedia memberikan diri mereka sepenuhnya kepada anda? Boleh jadi mereka bersedia, tetapi saya tahu ada orang tua yang menelantarkan anak mereka, yang memandang anak-anak mereka hanya sebagai gangguan yang telah menyita begitu banyak waktu mereka, yang membuat mereka tidak tidur nyenyak di malam hari, dan yang menjadi beban keuangan mereka. Bagi banyak orang tua, anak-anak hanya merupakan gangguan, mungkin merupakan gangguan yang dibutuhkan, akan tetapi tetap saja merupakan gangguan. Namun, bagaimana pun juga, anak-anak merupakan investasi bagi masa depan mereka. Suatu hari nanti, saat mereka dewasa, anda bisa berharap mendapatkan sesuatu dari mereka. Manusia biasa akan sangat berat untuk memberikan dirinya kepada anda. Namun, Allah, Tuhan semesta langit dan bumi, Dia memberikan diri-Nya kepada kita melalui Kristus. Hal ini sungguh membingungkan saya. Alkitab menyebut Dia sebagai Allah, sumber segala kasih karunia (1 Pet 5:10). Apakah arti dari kasih karunia itu? Artinya adalah kasih karunia yang total. Makna kata ‘total’ adalah ‘segala yang ada’. Jadi, kata ‘total’ bermakna ‘segalanya’. Kata ‘total’ berasal dari bahasa Latin yang bermakna seluruhnya, lengkap. Segala kasih karunia berarti kasih karunia yang total. Anda boleh memakai kata total, maknanya akan tetap sama saja. Lalu, tanggapan macam apakah yang layak bagi kasih karunia yang total itu? Saat kita melihat betapa totalnya komitmen Allah kepada kita, maka kita akan mulai menyadari bahwa satu-satunya iman yang layak menurut Alkitab adalah iman yang total. Dapatkah anda memberikan tanggapan yang lain terhadap kasih karunia yang semacam ini selain dari pemberian diri anda yang sepenuhnya? Adakah jenis tanggapan lain yang layak diterima?

Bayangkan jika anda mempertaruhkan nyawa anda demi orang lain. Anda menjadi terluka, atau menjadi lumpuh, atau bangkrut demi menolong orang lain. Namun, pada kemudian hari, saat anda datang kepada orang ini, dia berkata kepada anda, “Oh, hai! Bagaimana kabarmu? Sekarang aku sedang sibuk, tidak ada waktu buatmu.” Saya tidak tahu akan seperti apa perasaan anda. Lalu, bagaimanakah perasaan Allah? Dia yang telah memberikan segalanya bagi anda, bagaimanakah perasaan-Nya ketika anda datang pada-Nya dan berkata, “Tuhan, sekarang aku sedang sibuk. Mungkin nanti malam, aku bisa luangkan waktu lima menit untuk Engkau.” Apakah ini tanggapan yang pantas?

Pengkhotbah pada zaman sekarang, di dalam nama Allah, telah menurunkan tuntutan iman sampai ke tingkat di mana iman dibicarakan sebagai hanya percaya kepada Yesus, bahwa, “Dia memang telah berbuat sesuatu bagi saya, akan tetapi saya tidak perlu melakukan apa-apa selain mempercayai hal tersebut.” Iman macam apakah yang sedang mereka bahas itu? Iman hanya menjadi permintaan untuk mengacungkan tangan di dalam sebuah KKR. Seberapa besar usaha yang diperlukan untuk mengacungkan tangan dan berkata, “Aku percaya kepada Yesus sekarang. Aku akan menyenangkan hatinya sedikit dengan berkata, ‘Lihat, tadinya aku tidak percaya, tetapi sekarang aku percaya.'” Menurut pengkhotbah-pengkhotbah ini, semua jenis iman akan menyelamatkan — anda hanya perlu percaya bahwa Yesus telah mati bagi anda, cukup dengan percaya saja. Tanggapan yang total kepada Kristus baru akan terwujud pada masa depan! Tanggapan total itu hanya dilakukan dalam sebuah kebaktian khusus. Kebaktian yang pertama disebut ‘penginjilan (evangelistic)‘, di mana semua jenis iman diterima. Namun, pada masa depan nanti, kita akan mengadakan suatu kebaktian khusus yang disebut ‘pengudusan (consecration)‘. Demikianlah, menurut mereka, orang dengan segala macam iman pun tetap diselamatkan. Sesudah itu, kita masih punya acara kebaktian pengudusan yang khusus. Bagi mereka yang ingin berkomitmen total kepada Kristus, dipersilakan untuk sekali lagi mengacungkan tangannya. Setelah itu, mereka akan menjadi kelompok Kristen yang khusus di tengah gereja.

Di mana hal semacam ini ditemukan di dalam Alkitab? Apa landasan bagi pandangan ini? Saya sudah puluhan tahun mempelajari Alkitab, tetapi saya tidak menemukan ayat-ayat yang mendukung perilaku semacam ini. Apa yang memberi kita hak untuk memisahkan jenis iman ‘evangelistic (penginjilan)’ dan yang ‘consecrated (pengudusan)’? Demikianlah, kita menetapkan syarat yang rendah untuk orang Kristen kelas rendahan di dalam KKR penginjilan; kepada mereka yang baru saja memulai. Yang lainnya adalah jenis kelas atas, orang-orang yang dikuduskan.

Ajaran bahwa Yesus telah memberikan segalanya, dan yang perlu anda perbuat untuk bisa diselamatkan hanya dengan berkata, “Terima kasih. Aku menerima semua itu,” maafkan saya, ajaran semacam ini tidak ditemukan di dalam Alkitab. Renungkanlah: Allah yang telah memberikan diri-Nya sepenuhnya kepada kita dalam Yesus, apakah saya berani menanggapi dengan sekadar berkata, “Aku percaya sekarang,” lalu menyebutkan bahwa hal itu adalah iman yang menyelamatkan?


IMAN YANG MENYELAMATKAN

Sudah tiba saatnya, anda menyadari bahwa Allah telah memberikan segalanya bagi anda. Anda harus memberikan segalanya bagi Dia sebagai tanggapan. Di dalam Alkitab, baru di tahap inilah, anda masuk ke dalam iman yang menyelamatkan. Ini bukanlah titik yang tertinggi; ini adalah titik minimum. Anda akan mulai menyadari bahwa komitmen anda memang murni, tetapi dari segi penerapan, anda akan mengalami kegagalan di banyak segi. Dalam tahapan inilah, dalam tahapan komitmen total inilah, anda menjadi seorang Kristen sejati. Anda menjadi seorang murid. Anda menjadi seorang anak Allah. “…bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar…” demikianlah kata rasul Paulus di 1 Kor 6:19-20.

Mulai saat ini, anda sepenuhnya menjadi milik Tuhan. Pada titik ini, anda menyadari, untuk pertama kalinya, bahwa anda telah dibeli dengan harga yang sangat mahal. Oleh karena anda telah dibeli dengan harga yang mahal, maka anda tidak berhak atas diri anda lagi; anda menjadi milik Tuhan sepenuhnya. Ini adalah kesadaran yang mendalam. Namun, dengan menjadi milik Tuhan sepenuhnya juga masih belum merupakan titik tertinggi di dalam kehidupan Kristen. Ini baru permulaan dari kehidupan Kristen. Untuk pertama kalinya, anda mulai menyadari bahwa anda telah diselamatkan untuk dijadikan milik Tuhan sepenuhnya.

Menurut Alkitab, ini bukanlah tahapan kedua dari kehidupan Kristen; ini adalah tahapan pertama dari kehidupan Kristen! Sekarang anda menyadari bahwa Yesus telah mati bagi kita dan memerdekakan kita dari dosa untuk menjadikan kita imamat Allah. Kita bisa melihat hal ini di Wahyu 1:5-6,

Bagi dia, yang mengasihi kita dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita dengan darahnya, 6  dan telah menjadikan kita menjadi satu kerajaan, imam-imam bagi Allah dan Bapanya…

Perhatikan apa yang terjadi setelah kita dibebaskan dari dosa-dosa kita. Ini bukanlah tahapan kedua dari kehidupan Kristen. Ini justru permulaannya. Menjadi imam bukanlah jabatan yang dikhususkan bagi orang-orang tertentu di tengah jemaat. Menurut Alkitab, setiap orang Kristen adalah seorang imam. Setiap orang Kristen yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah imam Allah. Sungguh suatu hak yang istimewa! Menurut Perjanjian Lama, setiap imam mengabdi sepenuhnya bagi Allah. Tidak ada imam part-time. Yang ada ialah kaum Lewi, tidak ada imam yang part time. Sadarkah anda akan tanggung jawab anda? Kasih karunia Allah telah menaruh tanggung jawab keimaman di dalam hidup anda untuk hidup bagi Dia.


APAKAH TUGAS SEORANG IMAM ALLAH?

Apakah yang dikerjakan oleh imam? Seorang imam mempersembahkan korban. Jadi, inilah pekerjaan anda sebagai seorang Kristen: yakni mempersembahkan korban setiap hari kepada Allah. Korban seperti apa? Korban bisa berwujud penyembahan, umpamanya doa. Apa lagi jenis persembahan yang lainnya? Anda harus mempersembahkan diri anda! Ayat Roma 12:1-2 berlaku pada setiap orang Kristen:

Karena itu, oleh kemurahan Allah, aku mendorong kamu, saudara-saudara, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itulah ibadahmu yang sejati.

Inilah ajaran yang alkitabiah. Kita akan melihat beberapa bukti lebih lanjut sesaat lagi, bahwa tidak ada tanggapan jenis lain yang merupakan tanggapan yang layak atau tanggapan yang menyelamatkan terhadap kasih karunia Allah, selain tanggapan yang merupakan komitmen total kepada Dia. Sama seperti para imam Allah di dalam Perjanjian Lama yang menjalani hidup hanya bagi Allah, yang tidak memiliki harta waris di dunia ini selain Allah. Hal itu berarti menjalani hidup bagi Dia, sebagaimana setiap orang Kristen sejati menjalani hidupnya bagi Allah, entah anda seorang pendeta atau bukan. Hal yang membedakan hanyalah perbedaan fungsi. Setiap imam di dalam Bait Allah memiliki pekerjaan yang berbeda. Saat para imam masuk ke dalam Bait Allah, mereka membagi-bagi pekerjaan mereka. Setiap imam mendapat pekerjaan berbeda yang harus mereka jalankan. Dengan cara yang sama, setiap orang Kristen sejati adalah sama-sama imam Allah sama seperti saya. Di hadapan Allah, anda adalah hamba-Nya, sama seperti saya juga.

Kebenaran inilah yang diproklamirkan oleh gerakan reformasi gereja. Luther memproklamirkan kenyataan hebat tentang keimamatan setiap orang percaya. Namun, apakah yang terjadi sejak masa reformasi itu? Kita telah menurunkan nilai iman di tengah gereja! Kita telah menguranginya sampai hanya pada, “Mempercayai bahwa Yesus telah mati bagi saya — hanya itu yang perlu saya lakukan. Saya tidak perlu menjadi imam kecuali pada kebaktian pengudusan, saat saya menjadi seorang Kristen kelas atas.” Demikianlah, dengan penurunan nilai iman ini, telah seolah-olah menghasilkan dua kelas orang Kristen. Mayoritasnya adalah kelas yang lebih rendah, orang-orang Kristen kelas rendah, yang sekadar ‘percaya kepada Yesus’, yang mungkin hanya sekadar diselamatkan. Lalu, ada sekelompok kecil kelas orang-orang yang berkomitmen, mereka adalah orang-orang yang dikuduskan, mereka adalah imam-imam Allah. Ini bukanlah apa yang diproklamirkan oleh gerakan reformasi gereja. Dan juga bukan ajaran Alkitab. Satu-satunya jenis iman yang menyelamatkan, adalah iman yang berkomitmen total. Akan tetapi, hal ini tidak diajarkan. Kita harus menentang ajaran tentang iman yang tanpa komitmen yang telah menghasilkan kekristenan semacam ini di gereja masa kini.


BERBAGAI JENIS KEKRISTENAN


1)
KEKRISTENAN “HIDANGAN PENUTUP”

Ada banyak macam orang Kristen di tengah gereja sekarang, sesuai dengan tanggapan mereka terhadap kasih karunia. Ada satu macam kekristenan yang saya sebut sebagai “Kekristenan Hidangan Penutup”. Untuk apakah orang Kristen jenis ini pergi ke gereja? Mereka pergi ke gereja mencari hidangan penutup. Apakah maksud dari kalimat tersebut? Hidangan penutup bukanlah hal yang penting di dalam hidup ini, tetapi akan membuat hidup terasa lebih menyenangkan. Ada sebagian orang yang sudah puas dengan kehidupan mereka, tetapi masih ada sedikit tambahan yang mereka inginkan. Mereka “ingin merasa sedikit lebih lengkap”, demikianlah kira-kiranya. Mereka menginginkan tambahan hidangan sepotong coklat setelah hidangan utama. Jika mereka tidak mendapatkan sepotong coklat tersebut, mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang, terasa kurang lengkap. Demikianlah, mereka butuh sedikit kekristenan sebagai pelengkap di atas semua yang telah mereka miliki. Mereka mempunyai pendidikan yang bagus, dan mereka cukup puas dengan hidup mereka. Mereka punya pekerjaan yang bagus, rumah dan mobil yang bagus. Masyarakat menghormati mereka; mereka cukup terpandang di tengah masyarakat. Anda mungkin berkata kepada orang-orang semacam ini, “Apa lagi yang kau butuhkan? Kamu sudah miliki segala-galanya.” Cukup tepat! Mereka sudah memiliki segalanya. Yang mereka butuhkan sekarang adalah semacam hidangan penutup. Mereka sudah menikmati ayam, bebek, dan juga ikan, sekarang yang mereka butuhkan adalah hidangan penutup pada akhir acara perjamuannya. Hidangan pencuci mulut menjadi pelengkap semua itu. “Oh, kekristenan sungguh menyenangkan! Seperti krim yang melapisi kue tart. Kue tartnya sendiri sudah enak, tetapi lapisan krimnya membuat kue ini terasa lebih enak.” Seperti itulah orang-orang Kristen jenis “hidangan penutup”. Kekristenan itu sendiri bukanlah hal yang penting bagi mereka, bukan merupakan hal yang mendasar, akan tetapi menjadi pelengkap yang menyenangkan di atas semua yang telah dimiliki.

Bolehkah anda berkata bahwa orang-orang ini tidak beriman? Tidak, anda tidak bisa berkata seperti itu, mereka punya iman! Lagi pula, mereka memang percaya bahwa Injil itu baik, menyenangkan. Malahan, lebih dari itu, mereka juga menyukai Injil. Mereka sangat menyukainya! Sama seperti mereka menyukai hidangan penutup — sangat nikmat! Enak! Jadi, kita tidak bisa katakan bahwa mereka tidak beriman. Akan tetapi, apakah itu iman yang menyelamatkan? Inilah persoalannya. Kita harus membedakan antara iman dengan iman yang menyelamatkan.

Di kalangan gereja, orang-orang Kristen jenis “hidangan penutup” ini biasanya terdiri dari pengusaha sukses. Para profesional yang berhasil. Mereka menikmati kekristenan. Mereka menyumbangkan banyak uang ke gereja. Lagi pula, mereka memang mampu melakukannya, dan juga tindakan tersebut membuat mereka merasa senang. Bagaimana pun juga, jika anda menginginkan hidangan penutup yang enak, anda harus menyiapkan uang yang cukup banyak untuk membayarnya. Maksud saya, kue Black Forest itu tidak murah. Demikianlah, anda boleh menikmatinya! Enak! Indah! Namun, ketika anda berbicara tentang tanggapan total, mereka akan berkata, “Hei! Sudahlah! Jangan bicara sampai ke situ!” Selama anda menyampaikan kekristenan sebagai hidangan penutup, orang berdatangan ke gereja, menikmati ketenteraman — dengan kata yang lebih kasar, menikmati ‘candu’, tetapi jika diungkapkan secara halus adalah menikmati ‘ketenteraman’. Demikianlah, kita berkata, “Niat anda memberitakan Injil itu bagus. Sampaikan khotbah yang enak-enak saja.” Setelah waktu enam hari bekerja, pada hari Minggu, sungguh senang rasanya bisa berada di gereja. Anda beribadah di gereja, dan sepulang dari gereja, anda merasa nyaman. Itulah hidangan penutup. Masalah yang berkaitan dengan orang Kristen macam ini adalah, mereka tidak suka dengan khotbah tentang komitmen total, yakni jika anda sampaikan bahwa Yesus bukanlah hidangan penutup, melainkan roti hidup, bahwa dia adalah makanan pokok. Mereka tidak senang. Itulah sebabnya mengapa orang-orang semacam ini tidak menyukai saya karena saya selalu merusak hidangan penutup mereka.


2) KEKRISTENAN “PEMADAM API”

Ada lagi jenis orang Kristen lainnya. Yang satu ini adalah jenis kekristenan “pemadam api”. Bagi tipe ini, alat pemadam api jelas sangat penting, jauh lebih penting dari sekadar hidangan penutup. Bukan sekadar hidangan ekstra. Pemadam api adalah alat yang harus anda miliki karena adanya bahaya kebakaran. Dan kembali lagi, alat pemadam api yang bagus jelas berharga mahal, dan orang-orang ini bersedia membayar harga yang mahal. Namun, tentu saja, alat pemadam api bukanlah sesuatu hal yang terus menerus akan anda pegang sepanjang hari. Anda menggantungkannya di dinding. Anda tidak perlu memperhatikannya setiap hari. jika anda sudah memilikinya, anda boleh mengabaikannya. Lupakan saja! Satu-satunya saat di mana anda membutuhkannya adalah saat terjadi kebakaran. Saat anda tidak sedang menghadapi kebakaran, anda tidak perlu memikirkan alat pemadam api tersebut.

Demikianlah, begitu anda telah membeli alat pemadam api, begitu anda telah memiliki iman, anda langsung mendapatkan segala-galanya, dan suatu hari nanti, jika terjadi kebakaran, anda mengeluarkan lagi alat pemadam api itu. Mereka ingin memakainya pada Hari Penghakiman nanti. Itulah saat anda akan mengeluarkan alat pemadam api tersebut. Sangatlah penting untuk bisa memadamkan api penghakiman.

Mereka adalah jenis orang Kristen yang, setiap kali ada masalah, lalu mereka lari kepada Allah. Mereka adalah jenis orang yang cari Allah saat ada masalah. Yang menetapkan kapan saatnya datang kepada Allah. Oh ya, Allah sangatlah penting bagi mereka! Memang benar, mereka memiliki iman kepada Allah. Tak perlu disangsikan lagi. Selama Allah tidak menuntut hal yang lebih daripada itu dari saya. Selama Allah tidak menuntut harga yang lebih mahal daripada alat pemadam api. Saya harap anda tidak termasuk dari kelompok yang ini.


3) KEKRISTENAN “JIMAT KEBERUNTUNGAN”

Ada lagi jenis kekristenan yang lain, dan yang berikut ini akan saya sebut sebagai “kekristenan jimat keberuntungan”. Jimat, bagi anda yang mengetahuinya, adalah barang yang memiliki harga dan tak jarang harganya sangat mahal. Akan tetapi, begitu anda memilikinya, jimat itu akan tetap menjadi milik anda. Hanya sampai di situ saja. Inilah jenis orang Kristen yang berkata, “Tuhan, berkatilah ibuku, ayahku, anak-anakku, diriku dan usahaku.” Inilah kekristenan jenis “jimat keberuntungan”! “Jika aku sedang berada di jalan raya, Tuhan, pastikanlah agar tak ada orang yang menabrak mobil baruku. Ongkos perbaikan mobil sekarang ini mahal sekali.” Jenis kekristenan yang selalu meminta perlindungan, berkat — seperti mengandalkan jimat keberuntungan. Sungguh menyenangkan jadi orang Kristen! Jika ada orang yang menabrak mobilnya, dia akan berkata, “Hei, Tuhan! Ada apa dengan Engkau? Aku sudah bayar harga jimatnya, tapi lihat apa yang terjadi! Mobilku rusak!” Mereka adalah orang-orang Kristen yang menggerutu karena mereka telah menaruh satu dolar di kotak persembahan, tetapi apa yang terjadi pada mobil mereka? Allah seharusnya menghindarkan dia dari keharusan membayar ongkos perbaikan sebesar $400 untuk mobilnya.

Berapa banyak orang Kristen di gereja yang hanya sekadar orang Kristen jenis pencari ‘jimat keberuntungan’? Anda tinggal mendengarkan doa mereka dan akan segera tahu. Segenap isi doanya dipenuhi dengan kata ‘aku’: “Tuhan, pastikanlah agar aku lulus ujian, lebih baik lagi kalau lulus dengan nilai A, tetapi jika Engkau tidak bisa memberikannya, jadikanlah kelulusan itu dengan nilai B.” Dan ketika mereka akhirnya hanya lulus dengan nilai C, mereka berkata, “Ya Allah, apa yang telah Kau lakukan padaku? Aku hanya dapat nilai C!” Seperti itulah jenis kekristenan macam ini. Anda tentu mengetahuinya. Tentunya, anda sudah melihat orang-orang Kristen semacam ini di gereja, bukankah begitu?


4)  KEKRISTENAN “JUBAH PADUAN SUARA”

Ada lagi jenis kekristenan lainnya, yang akan saya sebut sebagai jenis kekristenan “jubah paduan suara”. Anda tentu tahu seperti apa jubah paduan suara itu. Jika anda tergabung dalam sebuah paduan suara, anda akan mengenakan semacam seragam yang berwarna merah atau pun  biru, atau apa pun warnanya. Kekristenan yang satu ini juga terlihat sangat indah. Anda tahu bahwa kekristenan membuat anda terlihat sangat baik. Anda bisa menyembunyikan “jimat keberuntungan” anda, akan tetapi jenis kekristenan yang satu ini, mereka justru ingin agar anda melihat, “Aku adalah orang Kristen. Lihat aku!” Orang Kristen jenis ini memandang bahwa kekristenan itu sangat baik karena memperbaiki kepribadian. Kekristenan memperbaiki moralitas; menjadikan anda orang yang lebih baik. Bagus sekali! Inilah jenis orang yang mau mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah minggu. Mereka bahkan mau pergi ke gereja karena mereka merasa bahwa gereja berguna baginya; menjadikan dia orang yang lebih baik. Lagi pula, ikut paduan suara di gereja juga bagus; memperbaiki kualitas suara anda. Anda mungkin bahkan mendapatkan pengalaman yang berharga. “Oh, sungguh bagus bisa mengenakan jubah paduan suara ini! Terlihat sangat indah.”

Banyak sekali orang Kristen yang bersedia melayani di gereja, mereka bersedia melakukan hal ini, mereka rela menyibukkan diri, begitu sibuk dengan kegiatan gereja. Begitu banyak dari antara mereka yang hanya merupakan “orang Kristen jenis jubah paduan suara”. Pada masa kuliah misalnya, saya banyak sekali menemui orang Kristen yang begitu aktif di gereja. Mereka mengerjakan hal ini dan itu, sangat sibuk. Namun, di manakah mereka berada sekarang? Hilang! Mengapa mereka menghilang? Karena mereka tidak pernah menjadi orang Kristen yang berkomitmen total. Mereka ikut menyanyi dalam paduan suara, tetapi mereka bukan imam. Tahukah anda tentang kumpulan imam yang segenap pelayanannya adalah menyanyikan lagu bagi Tuhan? Namun, pertama-tama mereka adalah imam-imam, baru kemudian mereka menyanyi. Jika anda hanya merupakan orang Kristen jenis “jubah paduan suara” dan bukanlah seorang imam, berarti anda bermasalah.


KEKRISTENAN MASA KINI

Permasalahan besar yang terkait dengan orang Kristen dari jenis-jenis tersebut, dan juga jenis-jenis yang semacamnya, adalah bahwa tidak bisa disangkal bahwa mereka memang memiliki iman. Mereka memang memiliki iman! Anda tidak bisa berkata bahwa apa yang mereka kerjakan itu tidak baik. Apa yang mereka ucapkan dan kerjakan seringkali memang benar. Saat mereka berkata bahwa kekristenan itu memuaskan seolah mengisi kekosongan dengan menikmati hidangan penutup, itu memang benar! Kekristenan itu memang memuaskan. Namun, hal itu bukan kebenaran yang utuh. Itu masih bukan merupakan kebenaran yang sepenuhnya. Jika anda katakan bahwa kekristenan itu seperti alat pemadam api, memang ada kebenarannya. Memang benar bahwa jika kita sedang menghadapi masalah, seorang Kristen yang sejati bisa datang kepada Allah dan Allah akan menolong anda. Namun, itu bukan kebenaran yang seutuhnya. Memang Allah akan memberkati dan melindungi kita, tetapi ini bukan kebenaran yang sepenuhnya. Memang benar bahwa Injil membuat kita indah. Memang benar Injil membuat kita menjadi lebih baik. Namun, itu bukan kebenaran yang seutuhnya. Demikianlah, memberi tanggapan kepada Allah dengan cara ini memang merupakan tanggapan yang tulus, tetapi bukan tanggapan yang memadai. Masih belum cukup.

Namun, sungguh tragis, orang-orang Kristen semacam ini masih berpikir bahwa mereka selamat! Sekali pun dia bukan seorang imam Allah, suatu kedudukan yang seharusnya dia miliki. Sungguh suatu tragedi yang sangat besar. Setiap orang Kristen sejati, yang telah diselamatkan, hidup demi Allah. Mengapa dia menjalani kehidupannya bagi Allah? Karena dia telah dibeli dengan harga yang mahal; maka dia menjadi milik Allah. Dia berada dalam tanggung jawab untuk hidup untuk Majikannya. Di sini, Paulus, memakai ungkapan yang menyatakan bahwa seseorang yang telah dibeli adalah seorang budak atau hamba, “Kamu telah lunas dibeli; kamu adalah milik tuanmu.” Tanggung jawab seorang budak adalah hidup untuk majikannya karena seorang budak adalah milik majikannya. Sesederhana itulah persoalannya. Akan tetapi, seperti yang telah saya sampaikan, sekarang ini, kita telah memberitakan kekristenan yang berbeda sejak zaman reformasi gereja.


KRISTEN YANG SEJATI ADALAH KRISTEN YANG TOTAL

Namun, iman yang sejati, iman yang menyelamatkan, adalah komitmen total. Iman yang diberitakan oleh rasul Paulus selalu merupakan iman yang total. Dia tidak mengenal jenis iman yang lain. Di 2 Korintus 9:8 kita menemukan ayat yang sangat menyolok:

And God is able to make all grace abound toward you, that you, always having all sufficiency in all things, may have an abundance for every good work. [NKJV]

Dan, Allah sanggup melimpahkan semua anugerah kepada kamu supaya kamu selalu memiliki semua kecukupan dalam segala hal dan berkelimpahan dalam setiap pekerjaan baik.

Kata ‘segala’ dalam bahasa Yunani muncul sebanyak 5 kali dalam satu ayat ini. Akan tetapi, kata “segala (all)” ini diterjemahkan dengan berbagai kata dalam bahasa Indonesia. Kadang kala diterjemahkan sebagai kata ‘senantiasa’ atau kata ‘pelbagai’. Anda baru bisa melihat keindahan ayat ini jika anda membacanya di dalam bahasa Yunani karena terjemahan Inggris [dan juga Indonesia] telah menyingkirkan keindahan karakter ayat ini. Di sini, apa yang disampaikan oleh Paulus adalah Allah telah memberkati kita dengan dengan segala anugerah, Dia telah memberikan kita segala anugerah. Segala anugerah berarti kasih karunia total, hal yang sedang kita bicarakan sejauh ini. Allah telah memberikan kita segala anugerah, artinya, Dia tidak menahan sesuatu pun dari pemberian-Nya kepada kita. Kemudian diikuti dengan empat kata ‘segala’ lagi, supaya kamu ‘selalu’ berkecukupan di dalam ‘segala’ hal dan malah berkelebihan di dalam ‘setiap’ pekerjaan baik. Tidak mungkin ada yang lebih dari ini, terdapat lima kata ‘segala’ di dalam satu ayat — dari kasih karunia total sampai ke iman yang total di dalam satu ayat, komitmen yang total yang terungkap dalam “setiap pekerjaan baik”.

Saya telah mempelajari cara Paulus memakai kata ‘segala’ atau ‘total’ atau ‘penuh’ ini. Lembar-lembar penelitian saya itu dipenuhi oleh ungkapan ‘segala’ karena satu-satunya jenis kekristenan yang dikenal oleh Paulus adalah kekristenan yang total! Gambaran tentang gereja dan orang Kristen di dalam Perjanjian Baru terlihat sangat berbeda dari gambaran tentang orang Kristen yang ada sekarang. Saya hanya akan menyajikan beberapa bagian saja untuk memberi anda gambaran tentang jenis orang Kristen yang dibicarakan oleh Paulus di dalam Perjanjian Baru:

  • Orang Kristen menurut Perjanjian Baru adalah seseorang yang kepadanya Allah memberikan segala hikmat — bukan beberapa hikmat — melainkan segala hikmat. Allah telah memberi dia hikmat yang sepenuhnya, hal ini terlihat, misalnya, di Kolose 1:9,28, juga di Efesus 1:8 dan seterusnya.
  • Allah menguatkan kita dengan segala kekuatan dan segala kesabaran, (Kol 1:11). Allah menguatkan kita dengan segala kekuatan karena seorang Kristen yang total membutuhkan segala kekuatan, kekuatan yang total, untuk bisa menjalani kehidupan jenis ini.
  • Dia memberi kita segala kekayaan… pengertian. Di Kolose 2:2, Paulus tidak sekadar berbicara tentang kekayaan pengertian, melainkan segala kekayaan… pengertian karena orang Kristen yang total membutuhkan perlengkapan jenis ini. Dari sini, anda akan mulai mengerti bagaimana seorang Kristen yang total selalu bergantung sepenuhnya pada kasih karunia. Kita telah melihat bahwa saat imannya kecil, maka akan kecil juga kebutuhan akan kasih karunia.
  • Selanjutnya, dia berkata di Kolose 4:12, bahwa anda tidak sekadar berdiri teguh dalam kehendak Allah, melainkan di dalam segala hal yang dikehendaki Allah.
  • Dan dia menyebut tentang iman yang harus kita terima. Dia tidak hanya berkata bahwa kita menerima bahwa Yesus telah mati bagi kita dan seterusnya, dia berbicara tentang penerimaan yang total: patut diterima sepenuhnya (1 Tim 1:15, 4:9). Bagi saya, ungkapan diterima sepenuhnya (all acceptance) masih kurang menegaskan makna kata aslinya. Ungkapan diterima seutuhnya (of total acceptance) mungkin lebih menunjukkan makna yang dimaksudkan. Demikianlah, ketika Paulus berbicara tentang hal penerimaan, tentang iman, dan tentang ketaatan, dia selalu memakai kata ‘all (segenap, segala, sepenuhnya)’ yang bermakna total.
  • Kemudian dia berbicara tentang segala sukacita di Rom 15:13
  • Segala pengetahuan di Rom 15:14
  • Segala kesungguhan (all earnestness) 2 Korintus 8:7. Segala kesungguhan berarti segala semangat, segenap ketekunan. Dia tidak memahami tentang adanya orang Kristen dengan ‘sedikit’ kesungguhan. Dia tidak punya rumusan tentang orang Kristen jenis ini. Demikianlah, daftar ini bisa diperpanjang lagi, akan tetapi waktu kita sudah hampir habis.
  • Di 1 Korintus 13:2, Paulus berbicara tentang segenap iman (all faith = segenap iman), bukan sekadar iman, melainkan segenap. Dan hal mengejutkan adalah menurut Paulus, segenap iman ini tidak mencukupi. Kita merasa puas berbekalkan iman saja padahal Paulus berkata bahwa segenap iman saja masih belum cukup. Dia berkata bahwa sekali pun anda memiliki segenap iman (yang diterjemahkan sebagai iman yang sempurna), yang mampu memindahkan gunung, tetapi jika anda tidak memiliki kasih, anda tidak berarti apa-apa. Saya pikir ini adalah salah satu pernyataan yang paling mengejutkan dalam tulisan-tulisan Paulus. Dia ingin menyatakan bahwa  iman yang sempurna, jika tidak bergerak bersama kasih, tidak akan menjadi iman yang menyelamatkan. Dia memberitahu kita bahwa iman sejati yang menyelamatkan adalah iman yang bekerja bersama kasih (Gal 5:8).

Setelah saya menyusun daftar ungkapan ‘segala’ di dalam tulisan-tulisan Paulus, akhirnya saya menuliskan komentar ini di bawahnya,

“Ini sungguh memperkaya gambaran seorang murid sejati!”

Namun, semua hal yang disampaikan oleh Paulus tidak melebihi apa yang telah disampaikan oleh Yesus sejak dari awal, jika kita mengasihi Allah, kita tidak sekadar mengasihi Allah dengan hati, pikiran dan jiwa kita, melainkan dengan segenap hati, dan segenap jiwa, dan segenap kekuatan kita (Mar 12:30; Luk 10:27). Sebagaimana yang telah saya sampaikan, Alkitab tidak mengenal jenis kekristenan atau jenis iman yang lainnya, selain iman yang total.


IMAN YANG BERNYALA-NYALA!

Kata ‘semangat (zeal)’ atau ‘kesungguhan (earnestness)’ adalah kata yang sangat digemari oleh Paulus. Kata ini, yaitu spoude, di dalam berbagai bentuk turunan variasinya, muncul sebanyak 31 kali di Perjanjian Baru, dan sebanyak 21 kali di dalam tulisan-tulisan Paulus. Kata ini, pada dasarnya, bermakna melangkah terus, bergegas, penuh semangat. Itulah jenis kata yang dipakai oleh Paulus sebanyak 21 kali. Pada bagian yang lain, dia berkata kepada orang Kristen di Roma, di Rom 12:11, “Biarlah rohmu menyala-nyala.”

Di dalam surat kepada jemaat di Laodikia, di Wahyu 3:15, ada tiga kali kata ‘boiling (menyala, mendidih)’ ini muncul. Kata ‘panas’ di sana berarti mendidih, air yang sedang mendidih. Alkitab tidak mengenal jenis kekristenan yang suam-suam kuku. Allah tidak punya waktu buat kekristenan suam-suam kuku, bagi kekristenan jenis ‘jubah paduan suara’, jenis ‘jimat keberuntungan’, jenis ‘hidangan penutup’ dan jenis ‘alat pemadam api’. Allah tidak punya waktu untuk jenis-jenis yang semacam itu! Jika anda tidak dingin atau tidak panas — jika anda suam-suam kuku — maka anda membuat Allah mual, dan Dia akan memuntahkan anda keluar dari mulut-Nya! Mengapa begini?  Seperti yang saya sampaikan pada bagian awal tadi, jika anda memberikan segala-galanya kepada seseorang, tetapi orang tersebut punya sedikit waktu bagi anda, bagaimanakah perasaan anda?

Baru-baru ini, peserta training mendapat tugas melakukan penelaahan topik ‘kelayakan (worthiness)’. Jika mereka melakukan pencarian di dalam konkordansi, mereka akan dikejutkan saat melihat bahwa kata ‘layak (worthy)’ muncul sebanyak 41 kali di dalam Perjanjian Baru. Di dalam pengajaran Yesus, jika seseorang tidak memberi tanggapan yang total kepada Allah, orang semacam ini tidak layak bagi Allah. Di Matius 10:37-38, ada tiga kali kata ‘layak’ ini muncul dalam rentang dua ayat saja,

37  Siapa yang lebih mengasihi ayah atau ibunya daripada aku, tidak layak bagiku. Dan, siapa yang lebih mengasihi anak laki-laki atau anaknya perempuan daripada aku, tidak layak bagiku.
38  Dan, siapa yang tidak memikul salibnya dan mengikuti aku, tidak layak bagiku.

Yesus telah memberikan segala-galanya kepada kita, dan jika kita menanggapi kurang dari segalanya, maka kita tidak layak baginya. Ini berarti bahwa orang Kristen jenis ‘hidangan penutup’, ‘alat pemadam api’, ‘jimat keberuntungan’ dan ‘jubah paduan suara’ tidak layak bagi Yesus. Apakah mereka orang Kristen? Mereka menyebut diri sebagai orang Kristen. Apakah mereka percaya? Ya, dalam beberapa segi, mereka percaya. Akan tetapi, mereka tidak layak karena mereka tidak berkomitmen total kepadanya.

 

Berikan Komentar Anda: