Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 1:1-10 | 

Banyak yang senang menonton drama televisi tentang kekaisaran yang berbeda-beda di China. Di istana, terdapat banyak intrik dan permainan politik untuk saling menjatuhkan. Para pejabat di istana akan saling berebut kekuasaan. Skenario ini dapat dinonton secara mendetail di dalam banyak seri drama. Hal-hal demikian memang mengerikan. Jika kita membuat seri drama televisi berdasarkan kisah-kisah di kerajaan-kerajaan Israel pasti akan menjadi cerita yang sangat spektakular. Bagi mereka yang terbiasa dengan Alkitab akan tahu bahwa kerajaan-kerajaan Israel mengungkapkan pada kita sisi gelap dari manusia. Saling merebut kekuasaan dan posisi adalah hal yang sangat lazim. Hal-hal ini membuat kita bertanya-tanya apakah mereka sesungguhnya umat pilihan Allah? Mereka harusnya menjadi terang dunia, lalu mengapa mereka begitu “gelap”?

Sekalipun di tengah-tengah kegelapan, kita masih dapat melihat Allah sedang bertakhta. Saat seluruh Israel menyimpang dari jalan Allah, masih terdapat sekelompok kecil orang yang setia kepada Allah. Mereka seperti lampu-lampu yang bersinar terang di dalam kegelapan. Mereka seringkali bangkit di saat-saat kritis untuk menjadi jurubicara Allah. Mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk melawan kuasa kegelapan. Kiranya kita bisa menjadi seperti mereka. Saat kuasa kegelapan semakin tersebar di dalam gereja, kita harusnya bangkit untuk menjadi terang bagi Allah.

Hari ini, kita akan melihat pada Pasal 1 dari 1 Raja-Raja. Pertama, mari kita lihat pada ayat-ayat 1-4:

1 Raja-raja 1:1-4 Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. Lalu para pengawainya berkata kepadanya: “Hendaklah dicari bagi tuanku raja seorang perawan yang muda, untuk melayani dan merawat raja; biarlah ia berbaring di pangkuanmu, sehingga badan tuanku raja menjadi panas.” Maka di seluruh daerah Israel dicarilah seorang gadis yang cantik, dan didapatlah Abisag, gadis Sunem, lalu dibawa kepada raja. Gadis itu amat cantik, dan ia menjadi perawat raja dan melayani dia, tetapi raja tidak bersetubuh dengan dia.

V. 1-4 menggambarkan Daud di usia senjanya. Saat Daud masih muda, dia adalah seorang pahlawan yang bertarung di dalam pelbagai perperangan. Tidak terduga bahwa dia begitu lemah saat dia berusia 70 tahun. Dia juga sedang berada di ambang maut, dalam kondisi yang sangat-sangat rapuh. Dia membutuhkan perawatan setiap hari. Jadi, tidak kira seberapa banyak yang dapat kita capai di waktu muda, akan tiba suatu saatnya di mana kita semua akan menjadi seperti Daud. Jalan manusia selalu akan berakhir. Semua pencapaian kita akan lenyap begitu saja.

Saat kita tiba di akhir hidup kita, hal apa yang menjadi paling penting? Saya pikir hal yang paling penting adalah bagaimana Allah menilai kehidupan kita. Hal inilah yang menarik perhatian saya tentang kitab 1 Raja-Raja. Tidak kira apakah raja Yehuda atau Israel, kitab ini memakai satu kalimat untuk menyimpulkan kehidupan mereka. Ada kehidupan yang menerima pujian dari Allah. Ada yang ditolak oleh Allah karena seluruh kehidupan mereka tidak berkenan di mataNya. Bagaimana 1 Raja-raja menilai kehidupan Daud? Mari kita lihat di 1 Raja-raja 15:4-5

1 Raja-Raja 15:4-5 Tetapi oleh karena Daud maka TUHAN, Allahnya, memberikan keturunan kepadanya di Yerusalem dengan mengangkat anaknya menggantikan dia dan dengan membiarkan Yerusalem berdiri, karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.

Kehidupan Daud bukanlah tanpa cela, terdapat waktu di mana dia lemah dan gagal. Tapi penilaian Alkitb tentang keseluruhan hidupnya adalah “karena Daud melakukan apa yang benar di mata TUHAN, dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.” Bukan hanya itu, Daud memberikan teladan yang baik bagi raja Israel yang lain. Kita seringkali dapat melihat di dalam kitab Raja-Raja tentang pujian Allah kepada Daud. Kita dapat melihat dua contoh, 1 Raja 11:38 dan 15:3.

1 Raja-Raja 11:38 Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yng Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mataKu dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu seperti yang telah dilakukan oleh hambaKu Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu.

1 Raja-Raja 15:3  Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan ia tidak dengan sepenuh hati berpaut pada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, moyangnya.

Saat kita tiba pada akhir dari hidup kita, apakah kita 100% pasti dan akan sangat menyakini bahwa Allah berkenan dengan kita? Bagaimana kita dapat menjadi orang yang menyenangkan Allah? Saya harap kita bisa belajar dari 1 Raja-Raja pelajaran tentang takut akan Allah. Mengikuti teladan Daud dan raja-raja Yehuda yang lain yang takut pada Allah, kita harus belajar menjadi orang yang menyenangkan Allah.

Mari kita buka di 1:1-4. Saya pikir kita semua punya satu pertanyaan: Mengapa hamba-hamba Daud bisa memikirkan ide ini – mencarikan seorang perawan untuk menghangatkan Daud? Mengapa Daud tidak menolak saran ini? Alkitab berkata bahwa Daud tidak bersetubuh dengan Abisag. Abisag kelihatannya adalah selir Daud. Tapi sebenarnya dia hanyalah perawat pribadi Daud. Dia bertanggungjawab mengurus kebutuhan seharian Daud, membersihnya dan tidur bersamanya untuk menghangatkan dia. Alkitab hanya mencatat peristiwa ini tanpa berkomentar apa-apa pun. Bahkan nabi Natan tidak menghentikan Daud dari berbuat demikian. Jadi kita tidak seharusnya terlalu banyak menarik kesimpulan dari peristiwa ini.

Jangan lupa bahwa Alkitab berkata “karena Daud melakukan apa yang benar di mata TUHAN, dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu. Allah tidak mengkritik Daud atas peristiwa ini. Kita dapat melihat kemudian ada alasan khusus mengapa peristiwa ini disebut. Kita tidak bisa memakai peristiwa ini sebagai alasan untuk diam-diam mencari selir. Alkitab mau kita mempelajari dari Daud bagaimana mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa kita dan takut pada Allah. Dan bukannya mempelajari hal-hal dangkal seperti mencari selir, membunuh orang dst.

Jika kita meneruskan pembacaan 1 Raja-Raja, kita akan memahami mengapa Alkitab menyebut Abisag. Karena Adonia, anak Daud mau memanfaatkan dia untuk merebut takhta Solomo. Pokok ini dapat kita lihat di 1 Raja-Raja pasal 2. Mari kita baca ayat-ayat 5-7:

1 Raja-Raja 1:5-7 Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: “Aku ini mau menjadi raja.” Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: “Mengapa engkau berbuat begitu?” Ia pun sangat elok perawakannya dan dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom. Maka berundinglah ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia.  

Adonia adalah anak keempat Daud. Anak pertama, Amnon dibunuh oleh anak ketiga Absalom. Absalom dibunuh oleh komandan perang Daud, Yoab karena dia memberontak. Alkitab tidak menyebut apa-apa pun tentang anak kedua Daud. Besar kemungkinan dia mati muda. Jadi, menurut urutan, yang paling tua yang masih hidup adalah Adonia dan dia harusnya menjadi ahli waris kepada takhta. Adonia tahu bahwa bapanya akan meninggal tidak lama lagi, dia mulai merencanakan bagaimana untuk mewarisi takhta ayahnya. Dia bahkan menyiapkan semuanya, untuk memproklamir kepada orang banyak bahwa dialah yang akan mewarisi takhta. Dia juga mulai merekrut pengikut supaya dia dapat menwarisi takhta dengan dukungan orang kuat setelah ayahnya meninggal.

Apa yang Adonia lakukan membuat kita memikirkan tentang Absalom. Absalom pernah menyiapkan dirinya dalam cara yang sama sebelum dia berusaha merebut kekuasaan. Mengapa Daud mengulangi kesalahan yang sama? Ayat 6 memberitahu kita bahwa Daud sangat mengasihi Adonia. Daud tidak pernah menegurnya – tidak menghentikan dia, membiarkan dia melakukan apa saja yang dia mau sesuka hatinya. Akibat dari mengasihi Adonia dalam cara yang salah, membuat Adonia besar kepala, sampai dia tidak mengindahkan ayahnya. Dia tidak meminta pendapat dari ayahnya untuk segala sesuatu yang ia rencanakan.

Besar kemungkinan karena Daud telah berbuat dosa perzinahan dan pembunuhan, jadi dia malu. Dia tidak berani untuk mendidik anaknya. Pokok ini dapat ditarik dari Amnon. Saat Amnon memperkosa adiknya (ayah yang sama tapi ibu yang berbeda), Daud tidak menegur maupun menghukum dia. Karena dia juga telah melakukan dosa yang sama. Dia kehilangan wibawa sebagai seorang ayah. Jadi, Adonia menyombongkan diri karena Daud terlalu mengasihi dia di satu sisi dan di sisi lain, dia tidak menerima penghimbauan dari ayahnya.

Bagaimana Adonia meneguhkan dirinya sebagai raja? Pertama, dia memperlakukan dirinya seperti raja. Setiap dia bepergian, dia diiringi oleh banyak pelayan. Dia menggunakan semua tanda-tanda kebesaran untuk menproklamir kepada orang di Yerusalem bahwa dialah Raja yang akan menggantikan Daud. Tentu saja, itu tidak cukup, dia harus mempunyai dukungan orang-orang kuat agar dia bisa mendapatkan takhta itu. Jadi, langkah Adonia selanjutnya adalah menggaet komandan angkatan – Yoab dan imam, Abyatar ke pihaknya untuk membantunya memperoleh takhta.

Dengan dukungan menteri pertahanan dan menteri agama, Adonia pikir rencananya pasti akan berhasil. Karena di Israel, kementerian yang paling penting adalah kementerian pertahanan dan agama. Dan ayat 9 berkata bahwa semua putera Daud (kecuali Solomo), dan banyak petinggi negara dan orang penting di Israel mendukung dia. Dengan dukungan yang begitu kuat, tidaklah mengherankan bahwa Adonia begitu arogan dan tidak mengindahkan bapanya.

Tapi dia melupakan satu hal. Umat Israel adalah umat Allah, Allah Yahwehlah yang memutuskan siapa yang akan memerintah umatNya. Walaupuan banyak orang penting dan orang kuat yang mendukung Adonia, mereka yang memahami kehendak Allah tidak mau mengikuti dia. Mari kita baca ayat 8:

1 Raja-Raja 1:8  Tetapi imam Zadok dan Benaya bin Yoyada dan nabi Natan dan Simei dan Rei dan para pahlawsan Daud tidak memihak kepada Adonia.

Kita tahu bahwa Zadok adalah seorang iman. Jadi kita dapat melihat bahwa tidak semua imam mendukung rencana Adonia. Nabi Natan memainkan peran yang sangat penting saat Daud memerintah Israel. Melalui Natan, Allah menunjukkan pada Daud untuk menyerahkan pembangunan Bait Suci kepada Solomo. Saat Daud berbuat dosa pembunuhan dan perzinahan, Allah juga memakai Natan untuk menegornya. Saat Solomo dilahirkan, Allah memakai Natan untuk memberinya nama, Yedija, karena Yahweh mengasihinya.

Di tahun-tahun saat Daud menjadi tua dan melihat bahwa takhtanya akan direbut oleh Adonia yang licik, Natan sekali lagi bangkit untuk membantu. Jadi, kita melihat bahwa nabi Allah itu sangat penting. Nabi adalah seperti tiang penopang keluarga Allah. Di hari-hari biasa, kita tidak menyadari kepentingannya. Tapi, pada detik-detik yang kritis, nabi-nabi Allah berfungsi untuk melindungi keluarga Allah. Kiranya kita semua dapat melaksanakan tanggungjawab sebagai nabi untuk gereja kita, melindungi gereja Allah.

Ada Benaya, Simei, Rei dan para pahlawan Daud yang tidak bersama Adonia. Benaya dan para pahlawan Daud merupakan sekutu terdekat Daud. Mereka adalah pengawal pribadi Raja. Mereka telah mengalami maut bersama Daud di medan pertempuran. Hubungan mereka seperti saudara. Mereka dengan sangat baik memahami kehendak Daud. Mereka tahu bahwa Daud tidak merencanakan untuk menjadikan Adonia ahli warisnya. Jadi, mereka tidak mau mengikuti Adonia.

Kita harus memberikan perhatian khusus pada dua orang. Mereka adalah Simei dan imam Abyatar. Simei adalah seorang Benyamin yang dari suku Saul. Dia mengutuk Daud di depan orang banyak saat Daud di dalam pembuangan (2 Sam 16:5-14). Tapi saat Daud kembali ke Yerusalem, Simei secara pribadi meminta maaf ke Daud dan mengakui pemberontakannya (2 Sam 19:15-20) lalu Daud mengampuninya. Tapi Daud masih agak berhati-hati dengan dia, mengira bahwa dia adalah seorang yang akan beruabah posisi dan berdiri di pihak yang memiliki kekuasaan. Alkitab tidak menyebut mengapa dia berpihak pada Daud di momen kritis ini.

Seorang lagi adalah imam Abyatar. Seumur hidupnya dia setia kepada Daud. Tapi kita tidak tahu mengapa di waktu ini dia memilih untuk mendukung Adonia. Satu kemungkinan adalah hubungannya dengan imam Zadok yang tidak bagus, dia mau menggunakan kesempatan ini untuk menguatkan kekuasaannya. Tapi seluruh urusan ini secara tak terduga tidak berakhir dengan baik, mengakibatkan dia kehilangan keimamannya di usia tuanya. Alangkah sayangnya!

Alkitab memberitahu kita bahwa Adonia adalah orang yang berparas tampan, ramah dan tahu bagaimana untuk menyenangkan orang dengan kata-kata. Dia mendekatkan diri dengan orang yang punya kekuasaan dan dengan mereka yang dapat dipengaruhi untuk mendukung dia. Dalam waktu yang singkat, dia dapat mendirikan partainya sendiri yang termasuk komandan militer, Yoab, imam, Abyatar, dan semua putera Raja dan pelayan Raja. Mereka mempunyai posisi yang sangat besar pengaruhnya. Barangsiapa yang tidak mendukungnya akan dia kesampingkan. Mari kita lihat lagi pada Solomo. Walaupun Daud sudah menjanjikan untuk menjadikan dia pewaris, Solomo tidak memperjuangkan dirinya. Pada akhirnya, Allah-lah yang menggerakkan nabi Natan untuk campur tangan dalam perkara ini.

Hamba Allah seharusnya tidak melakukan apa yang telah diakukan oleh Adonia. Hamba Allah tidak seharusnya memakai karisma, kemampuan dan hubungan pribadinya di dalam gereja untuk memperjuangkan kekuasaan dan status. Gereja adalah keluarga Allah, kita adalah pelayan-pelayan Allah. Kita tidak seharusnya menjadikan gereja itu milik pribadi kita dikarenakan motif kita yang egois. Barangsiapa yang memperjuangkan ketenaran dan manfaat pribadi di dalam gereja tidak akan berakhir dengan baik. Adonia adalah contohnya. Kita harus menarik pelajaran dari peristiwa ini.

Tentu saja, Adonia tahu bahwa Daud telah merencanakan untuk menyerahkan takhtanya kepada Solomo, jika tidak, dia tidak akan memakai metode ini untuk merebut kekuasaan. Karena, menurut urutan, dia-lah putera paling sulung yang masih hidup, dan tentunya dialah yang berhak menjadi ahli waris. Namun Daud mau menyerahkan takhta itu kepada Solomo, apakah ini karena Daud lebih berpihak pada Solomo, atau karena itulah yang menjadi kehendak Allah? Apakah ada tertulis di dalam Alkitab bahwa merupakan kehendak Allah untuk Solomo mewarisi takhta itu? Kita dapat membaca tentang hal ini dari 1 Tawarikh 22:8-9:

1 Tawarikh 22:8-9 tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagiKu, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapanKu. Sesungguhnya, seorang anak laki-laki yang akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya.

Inilah yang Yahweh katakan kepada Daud. Allah secara khusus berkata bahwa Dia menginginkan untuk Solomo mewarisi takhta itu. Dia mau Solomo mendirikan Bait Allah di atas nama Allah. Ini suatu pewahyuan yang sangat sangat penting dan tidaklah mungkin Daud tidak membagikan ini kepada orang lain. Dan karena Adonia mengetahui kehendak Daud, maka dia berusaha untuk merebut takhta itu lewat perencanaan yang licik. Ayat 10 memberitahu kita bahwa Adonia mengadakan pesta, dia mengundang semua putera Raja Daud tapi tidak mengundang Solomo. Jadi, kita dapat melihat bahwa apa yang Adonia lakukan itu diarahkan untuk melawan Solomo. Tapi Adonia tidak tahu bahwa dengan berbuat demikian, dia bukannya sedang melawan Solomo, tapi sedang melawan Allah!

Jadi, dosa yang dilakukan oleh Adonia sangatlah serius. Dia dengan sengaja melawan kehendak Allah, menjadi musuh Allah. Kedua, dia meremehkan ayahnya, Raja Daud. Tanpa persetujuan ayahnya, dia berusaha mengangkat dirinya menjadi raja. Adonia bukan saja telah menentang Solomo dan Daud, tapi juga Allah yang kekal. Tidaklah mengherankan Allah menggerakan nabi Natan untuk merusak rencana licik Adonia.

Mengapa Adonia mempunyai begitu banyak pendukung? Karena tidak semua orang memahami rencana Allah. Dari sudut pandang manusia, Adonia adalah anak sulung Daud, dan takhta itu harusnya menjadi miliknya. Di atas semuanya itu, dia mempunyai dukungan dari imam Abyatar dan komandan militer, Yoab. Ini adalah kekuasaan yang tak dapat dilawan. Siapa yang berani melawan? Jadi, barangsiapa yang tahu membaca situasi dan mau mencari keuntungan untuk dirinya akan berdiri di pihak Adonia. Ini termasuk semua putera Daud yang lain.

Mari kita melanjutkan untuk melihat ayat-ayat  9 – 10 :

1 Raja-Raja 1:9-10  Sesudah itu Adonia mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya.  

Bagi Adonia, ayahnya sudah tua dan tidak lagi cakap, jadi dia mau mengamankan takhtanya sebelum ayahnya mengumumkan Solomo sebagai ahli waris. Dia mengadakan perjamuan besar, mengundang semua saudaranya – semua putera raja dan pegawai-pegawai Raja Daud. Tujuannya sangat jelas, dia mau memanfaatkan dukungan orang banyak untuk menjadikan dirinya raja.

Tapi rencana Allah tidak akan dapat digagalkan oleh kepintaran manusia. Di momen yang kritis ini, Allah menggerakkan nabi Natan untuk menghentikan Adonia dari mencapai tujuannya. Bagaimana Allah memakai nabi Natan untuk merusak rencana Adonia? Kita akan membicarakan itu di session yang selanjutnya.

 

Berikan Komentar Anda: