Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 1:11-53 |

Di sesi yang lalu, kita melihat pada bagian pertama dari pasal pertama, 1 Raja-Raja. Kita melihat bahwa ketika Raja Daud sudah tua, anaknya Adonia dengan licik merencanakan untuk merebut kekuasaan. Ia memperlakukan dirinya sebagai seorang raja. Berusaha mendapatkan dukungan dari pejabat tinggi dan anggota kerajaan. Dia mengukuhkan posisinya dan menemukan bahwa takhta itu tidak jauh dari jangkauannya. Pada suatu hari, Adonia yakin bahwa kesempatan itu sudah tiba, dia mengadakan satu perjamuan dan mengundang semua pendukungnya. Kita dapat membaca di 1 :9-10:

1 Raja-Raja 1:9-10  Sesudah itu Adonia mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pengawai-pengawai raja; tetapi Nabi Natan dan Benaya dan para pahlwan dan Salomo adiknya, tidak diundangnya.

Ini adalah perjamuan yang besar. Yang datang adalah orang-orang yang kaya dan yang mempunyai kekuasaan. Adonia mengundang semua pegawai-pegawai Raja Daud dan semua anak-anak Raja Daud. Dia hanya mengundang orang-orang yang mendukungnya. Dia tidak mengundang orang yang berbeda pendapat dengannya. Sangatlah jelas bahwa perjamuan ini bersifat politis, tujuan Adonia sangatlah jelas. Adonia mau menunjukkan kekuasaannya. Saat membahas hal siapa yang akan mewarisi takhta, para pejabat tinggi dan anggota kerajaan akan sepakat untuk menjadikan dia raja. Dengan demikian dia akan berhasil diangkat menjadi Raja.

Adonia sudah lama merencanakan hal ini. Dari sudut pandang manusia, takhta itu pasti menjadi miliknya. Tujuan perjamuan ini adalah untuk memanfaatkan dukungan dari pejabat tinggi negara dan anggota kerajaan untuk mengangkat dia menjadi raja. Saat rencana Adonia ini mulai terbentuk, Allah menggerakkan nabi Natan untuk segera bertindak untuk mengagalkan rencana Adonia ini. Nabi Natan menyadari tujuan dari perjamuan Adonia ini. Dia dia tiga kali berkata bahwa Adonia telah menjadi raja; di ayat 11, 13 dan 18. Ini berarti bahwa pada waktu itu, Adonia sudah menjadikan dirinya raja dan duduk di atas takhta. Mari kita baca ayat 25:

1 Raja-Raja 1:25 Sebab pada hari ini ia telah menyembelih banyak lembu, ternak gemukan dan domba; ia mengundang semua anak raja, para pangllima dan imam Abyatar, dan sesungguhnya mereka sedang makan minum di depannya sambil berseru: Hidup raja Adonia!

En Rogel sangatlah dekat dengan Yerusalem. Apa yang terjadi di perjamuan itu akan sampai ke Yerusalem dengan sangat cepat. Para tamu terhormat Adonia, bukan saja makan, minum dan bergembira, mereka juga dengan sehati mendukung Adonia menjadi raja. Dan mereka mengucapkan, “Hidup raja Adonia!” Jadi perjamuan ini sebenarnya adalah suatu upacara penobatan. Setelah perjamuan itu, Adonia menjadi raja Israel. Tidak lagi penting apakah Raja Daud mengetahuinya atau tidak, apakah dia setuju atau tidak. Kita dapat melihat bahwa situasinya sudah agak parah. Tindakan harus segera diambil.

Jadi, nabi Natan dengan segera berangkat untuk bertemu dengan ibu Solomo, Batsyeba. Dia menyampaikan pada Batsyeba tentang rencana licik Adonia dan memintanya untuk langsung menghadap Raja Daud. Batsyeba adalah seorang wanita yang menjauhkan diri dari dunia, tidak begitu pintar berurusan dengan orang dan juga persoalan. Dia sudah mendengar tentang rencana Adonia. Dia tahu bahwa setelah Adonia menjadi raja, anaknya akan dibunuh. Tapi dia tidak berusaha untuk melindungi dirinya. Dan dia belum melaporkan kepada Raja Daud dan memintannya untuk campur tangan. Mari kita lihat di ayat-ayat 11-14:

1 Raja-Raja 1:11-14 Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba, ibu Salomo: “Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya? Karena itu, baiklah kuberi nasihat kepadamu, supaya engkau dapat menyelamatkan nyawamu dan nyawa anakmu Salomo. Pergilah masuk menghadap raja Daud dan katakan kepadanya: Bukankah tuanku sendiri, ya rajaku, telah bersumpah kepada hambamu ini: Anakmu Salomo, akan menjadi raja sesudah aku dan dialah yang akan duduk di atas takhtaku? Mengapakah sekarang Adonia menjadi raja? Dan selagi engkau berbicara di sana dengan raja, aku pun akan masuk pula anmenyokong perkataanmu itu.”

Dia dapat melihat dari ayat-ayat ini bahwa Adonia melakukan semua itu tanpa memberitahukan pada Daud. Dan dia berencana untuk membunuh Solomo dan ibunya, Batsyeba. Jadi situasi sekarang sangatlah gawat bagi Solomo dan ibunya. Lewat penghimbauan dari Natan, Batsyeba menyadari betapa gawatnya situasi pada waktu itu. Jadi, dengan segera, Batsyeba pergi menghadap Raja Daud. Natan menyuruh Batsyeba melakukan dua hal: pertama, untuk mengingatkan Daud bahwa dia telah bersumpah pada Batsyeba di hadapan Allah, untuk menjadikan Solomo raja; kedua, untuk memberitahu Raja Daud bahwa Adonia telah menjadikan dirinya raja.

Pokok pertama sangatlah penting karena Daud telah bersumpah di hadapan Allah untuk menjadikan Solomo raja, dia tidak boleh melanggar sumpah yang telah dibuat. Alkitab tidak menyebut kapan Daud bersumpah kepada Batsyeba hal itu. Tapi yang penting di sini adalah, pengangkatan Solomo sebagai raja bukanlah kehendak Daud. Hal ini merupakan kehendak Raja. Mari kita lihat di 1 Tawarikh 22:9-10:

1 Tawarikh 22:9-10 Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel selama-lamanya.

Daudlah yang menegaskan kembali apa yang telah Allah beritahukan kepadanya. Adalah kehendak Allah untuk Solomo mewarisi takhta Daud dan membangun Bait Allah. Jadi Daud harus menjadikan Solomo pewaris takhtanya. Alasan utamanya bukan karena dia telah bersumpah kepada Batsyeba, bukan karana dia lebih menyukai Solomo. Tapi karena dia harus melakukan kehendak Allah. Jadi yang harus dilaksanakan oleh Daud adalah kehendak Allah. Natan, memperingatkan Daud untuk melaksanakan kehendak Allah melalui Batsyeba. Dan urusan menjadikan Solomo raja tidak boleh ditunda lagi. Sekiranya Adonia berhasil merebut kekuasaan, dia akan membunuh Solomo.

Jadi, Batsyeba melakukan sesuai dengan arahan Natan. Dia menyampaikan pada Daud apa yang telah terjadi. Lalu Nabi Natan juga masuk untuk menghadap Daud. Dia memberitahu pada Daud tentang rencana licik Adonia, dia juga menghimbau Daud untuk segera memutuskan siapa yang akan mewarisi takhtanya. Jadi, terdapat dua saksi yang menyampaikan rencana licik Adonia kepada Daud. Daud dengan segera mengangkat Solomo menjadi raja. Dia mengizinkan Solomo untuk menunggang bagalnya sendiri dan mengatur untuk Solomo pergi ke Gihon untuk diurapi oleh Imam Zadok dan Nabi Natan sebagai raja Israel. Kemudian mereka meniup sangkakala dan mengumumkan kepada seluruh bangsa “Solomo sudah menjadi raja! Hidup Raja Solomo!” Terakhir adalah upacara penobatan Solomo. Seluruh proses itu mungkin hanya mengambil satu dua jam. Karena Gihon tidak terlalu jauh dari Yerusalem dan pesta Adonia masih sedang berlangsung.

Adonia menggunakan kepintarannya untuk mendapatkan dukungan dari banyak pejabat tinggi. Dia juga berhasail menarik dukungan dari anggota-anggota kerajaan untuk mendukung rencana politiknya. Tapi dia tidak pernah terpikir bahwa rakyat Yerusalem menghormati Daud. Di dalam hati mereka, Daud adalah raja mereka. Mata mereka tertuju pada Daud, menanti-nanti keputusannya. Jadi, Batsyeba berkata, “Ya, tuanku raja, tertuju mata seluruh orang Israel, supaya engkau memberitahukan kepada mereka siapa yang akan duduk di atas takhta tuanku raja sesudah tuanku.” (ayat 20) Setelah Daud memerintahkan penobatan Solomo sebagai raja, apa yang tanggapan orang Israel? Kita dapat melihat di ayat 38-40:

1 Raja-Raja 1:38-40  Lalu pergilah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dengan orang Kreti dan orang Pleti, mereka menaikkan Solomo ke atas bagal betina raja Daud dan membawanya ke Gihon. Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam kemah, lalu diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru: “Hidup raja Solomo!” Sesudah itu seluruh rakyat berjalan di belakangnya sambil bersukaria beramai-ramai, sampai seakan-akan bumi terbelah oleh suara mereka.

Saat orang Yerusalem mendengarkan dekrit Raja Daud, seluruh kota dipenuhi oleh sukacita. Mereka membunyikan gendang dan suling dan bunyi sukaria mereka mengguncang bumi. Mereka sehati mendukung keputusan Daud. Karena Daud adalah raja yang mereka kasihi. Hal yang menarik adalah saat berita ini sampai kepada para undangan Adonia, bagaimana mereka menanggapi kabar ini? Mari kita baca di ayat 49:

1 Raja-Raja 1:49  Maka semua undangan Adonia itu terkejut, lalu bangkit dan masing-masing pergi menurut jalannya.

Para undangan Adonia panik dan dengan terburu-buru meninggalkan perjamuan itu. Orang-orang yang awalnya mendukung Adonia dengan segera berpalling melawan dia untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Kita dapat melihat bahwa mereka masih menghormati Daud. Mungkin mereka mengira bahwa Daud sudah di ambang maut, tidak lagi dapat memerintah negeri itu, lalu mereka berani mendukung Adonia. Tentu saja, banyak yang mendukung dia karena dia adalah putera yang ke-empat. Dan ketiga-tiga putera sebelumnya sudah meninggal, jadi mereka berpikir bahwa secara legal, harusnya Adonia menjadi pewaris takhta. Tapi saat Daud mengumumkan Solomo sebagai pewaris, mereka dengan segera berpaling untuk mendukung kehendak Daud.

Daud adalah raja yang dipilih Allah. Sudah berulang kali dia mempertarungkan nyawanya di medan peperangan. Bangsa Israel tahu akan hal ini. Reputasi Daud muncul bukan dari manipulasi relasi manusia. Rakyat Jerusalem menghormati Daud dari hati mereka. Adonia mau memakai kepintaran manusia untuk mendapatkan takhta itu tapi dia tidak mempunyai reputasi yang diperlukan. Dia tidak mempunyai dukungan sepenuh hati dari rakyat Jerusalem. Ini mengingatkan mereka yang melayani di Gereja bahwa otoritas Gereja tidak datang lewat kepintaran manusia dan relasi pribadi. Otoritas spiritual dikaruniakan oleh Allah. Apakah kita dihormati oleh saudara seiman tidak bergantung pada bagaimana kita memanipulasi relasi manusia. Hal ini bergantung pada kualitas hidup kita – kesetiaan kita kepada Allah, kasih kepada manusia. Barangsiapa yang mau memanfaatkan kepintaran mereka sendiri dan relasi pribadi untuk mendapatkan otoritas menununjukkan bahwa mereka tidak mengenal Allah.

Adonia adalah orang yang semacam itu. Dia mengira dengan mengandalkan dukungan orang-orang yang punya kekuasaan dapat membuatnya menjadi raja. Tak terpikir olehnya bahwa dengan satu perintah dari Daud, kekuasaan dan kekuatan yang telah dia kumpulkan itu dengan langsung ambruk. Kewenangan Daud diberikan oleh Allah. Kewenangan ini erat kaitannya dengan kualitas hidupnya (komitmennya kepada Allah). Kewenangan ini tidak bekurang saat dia menjadi tua dan sakit-sakitan. Karena kewenangan ini dia diakui oleh Allah Yahweh. Saat kita memandang pada Adonia, dia memiliki dukungan dari begitu banyak pejabat tinggi dan anggota kerajaan, dan dia mengira bahwa rencananya pasti akan berhasil. Tak berbayangkan olehnya bahwa dengan satu perintah dari Daud, kekuasaannya langsung ambruk. Semua yang sudah mendukungnya melarikan diri.

Dengan gagalnya rencana Adonia, bagaimana Solomo menangani dia? Mari kita lihat di ayat-ayat 50-53.

1 Raja-raja 1:50-53 Takutlah Adonia kepada Salomo, sebab itu ia segera pergi memegang tanduk-tanduk mezbah. Lalu diberitahukanlah kepada Salomo: “Ternyata Adonia takut kepada raja Salomo, dan ia telah memegang tanduk-tanduk mezbah, serta berkata: Biarlah raja Salomo lebih dahulu bersumpah mengenai aku,bahwa ia takkan membunuh hambanya ini dengan pedang.” Lalu kata Salomo: “Jika ia berlaku sebagai kesatria, maka sehelai rambut pun dari kepalanya tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata dia bermaksud jahat, haruslah ia dibunuh.” Dan raja Salomo menyuruh orang menjemput dia dari mezbah itu. Ketika dia masuk, sujudlah ia menyembah kepada raja Salomo, lalu Salomo berkata kepadanya: “Pergilah ke rumahmu.”

Saat Adonia mendengar bahwa Daud telah mengangkat Solomo menjadi raja, dia langsung berlari ke mezbah dan memegang tanduk-tanduk mezbah. Mengapa dia melakukan hal ini? Hal ini berkaitan dengan Kel. 21:14:

Keluaran 21:14  Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku, supaya ia mati dibunuh.

Melarikan diri ke mezbah Allah adalah untuk mencari perlindungan Allah. Adonia tidak membunuh sesiapa. Jadi dia berhak untuk lari ke mezbah, memegang tanduk-tanduk mezbah dan memakai nama Allah untuk memaksa Salomo mengampuninya. Adonia sangat sangat takut pada Salomo yang mungkin saja membunuhnya, karena dia telah berbuat salah terhadap Salomo. Saat dia mengundang para tamu ke perjamuannya, dia tidak mengundang Salomo. Adalah jelas bahwa jika Adonia yang diangkat menjadi raja, dia pasti akan membunuh Salomo. Itulah alasan mengapa dia begitu takut bahwa Salomo akan membunuhnya.

Bagaimana Salomo menanganinya? Kita dapat melihat hikmat Salomo di sini. Di ayat 2:9, Daud memuji dia sebagai orang yang bijaksana. Sebelum Allah mengaruniakan hikmat kepadanya, dia sudah orang yang bijaksana. Bagaimana Salomo menjawab permintaan Adonia? Dia tidak mengampuni Adonia tanpa syarat. Dia memberitahu Adonia, “Jika ia berlaku sebagai kesatria (layak), maka sehelai rambut pun dari kepalanya tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata dia bermaksud jahat, haruslah ia dibunuh.”

Salomo tidak tanpa syarat berjanji untuk tidak membunuhnya. Pengampunan yang dia berikan kepada Adonia ada syaratnya. Syaratnya adalah dia harus layak. Kata “layak” di dalam teks asli Ibrani bermakna seorang kesatria yang berani. Atau seorang pria sejati. Jadi, seorang yang layak adalah seorang yang jujur, lurus dan benar. Inilah syarat yang diberikan dalam mengampuni Adonia – dari saat itu dia harus menjadi orang yang benar. Kita harus memberi perhatian pada fakta bahwa Solomo tidak membatasi dirinya dengan memberikan janji itu. Dia mengampuni Adonia tapi di waktu yang bersamaan dia masih berhak menangani Adonia di waktu yang akan datang – jika dia berbuat jahat, dia akan mati.

Situasi politik pada waktu itu agak genting. Tapi dengan campur tangan dari nabi Natan dan penanganan bijaksana situasi pada waktu itu oleh Salomo, peristiwa ini ditangani dengan damai. Tentu saja, ini adalah gelombang yang pertama. Adonia dan antek-anteknya tidak meninggalkan hasrat mereka untuk merebut kekuasaan. Mereka terus memantau keadaan dengan hasrat untuk mencari kesempatan lain untuk membalas. Kita akan melihat upaya kedua Adonia untuk merebut kekuasaan di pasal 2.

Anda mungkin berpikir bahwa karena menurut urutan, Adonia harusnya menjadi pewaris yang legal, lalu mengapa Allah memilih Salomo? Dengan berbuat demikian, apakah Allah sedang berlaku adil? Saat kita mengenal siapa pribadi Adonia, kita dapat memahami mengapa Allah tidak mengizinkan dia menjadi raja. Dia adalah seorang yang tidak takut pada Allah dan tidak menghormati ayahnya. Bagaimana orang yang demikian dapat memikul tanggungjawab untuk tugas yang begitu besar? Allah sudah tahu kepribadiannya; jadi Dia memilih Salomo.

Saat Salomo memiliki kekuasaan seorang raja, dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, dia dengan besar hati mengampuni mereka yang berusaha menyakitinya. Kerinduannya untuk Allah, keseriusannya terhadap kebenaran dan kepeduliannya pada rakyat mengungkapkan kualitas hidupnya. Membandingkan keduanya, kualitas hidup Salomo jauh lebih baik dari Adonia. Tidaklah mengherankan bahwa Allah memilih dia untuk menjadi raja Israel. Kejadian tentang Adonia ini mengingatkan saya pada kata-kata rasul Petrus. Mari kita baca di 1 Petrus 5:5-6:

1 Petrus 5:5-6  Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikanNya pada waktunya.

“Barangsiapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan, dan barangsiapa yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Alkitab banyak kali menyebut prinsip spiritual ini. Kiranya kita dapat mempelajari pelajaran ini dari Adonia dan Salomo. Orang Kristen (khususnya yang melayani Allah) harusnya jangan pernah menjadi seperti Adonia, memakai segala cara untuk meninggikan diri di dalam gereja. Gereja adalah keluarga Allah, bukan satu organisasi duniawi. Barangsiapa yang bermain politik dan merebut kekuasaan dan status di dalam gereja adalah orang yang bodoh.

Adonia adalah orang semacam ini. Dia tidak takut pada Allah dan tidak menghormati atau tunduk pada ayahnya. Dia memakai kepintarannya untuk meninggikan diri. Dia berusaha memakai segala macam metode untuk mendapatkan takhta itu. Pada akhirnya, rencana liciknya dirusakkan. Allah merendahkan dia, dan membuatnya malu. Dia bukan saja tidak dapat duduk di atas takhta, dia malah harus bersujud di depan Salomo untuk memohon pengampunan.

Saat kita melihat pada Salomo, dia tidak mengincar takhta itu – kemungkinan dia tidak menemukan dirinya layak untuk itu. Kemungkinan dia mengira saudaranya Adonia yang harus menjadi raja. Namun, Allah meninggikan dia. “Barangsiapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan, dan dia yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Kiranya kita mengingat prinsip ini di dalam hati kita. Jangan pernah merebut kekuasaan dan status di dalam keluarga Allah. Allah sangat membenci orang semacam ini. Kemuliaan dan kewenangan spiritual diberikan oleh Allah. Kepada siapa Allah akan berikan? Kepada mereka yang dengan penuh kerelaan hati merendahkan diri mereka. Kita harus belajar untuk menjadikan kerendahan hati sebagian dari karakter kita. Tunduklah satu dengan yang lain dan jadilah orang yang menyenangkan Allah.

 

Berikan Komentar Anda: