Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 2:1-10 |

Hari kita akan melihat pada 1 Raja-Raja 2:1-10. Mari kita baca dari ayat-ayat 1-4:

1 Raja-Raja 2:1-4 Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan keapda Salomo, anaknya: “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya TUHAN menepati janji yang ditetapkanNya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapanKu dengan setia, dengan segenap hati dan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.

Di sini Alkitab berkata bahwa saat-saat kematian Daud sudah mendekat. Daud adalah seorang pahlawan, seorang raja yang cemerlang, menikmati semua kekayaan dan kemuliaan duniawi, seorang yang dihormati dan dikasihi oleh rakyatnya. Namun waktu tidak menanti manusia, sama seperti semua manusia duniawi, “Dari debu ke debu engkau akan kembali.” Sebelum kematiannya, Daud memanggil Salomo, memberinya nasihat dan pesan terakhir.

Nasihat pertama yang Daud berikan pada Salomo adalah, “kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki.” Apa artinya ini? Apakah itu berarti bahwa Daud mau Salomo menjadi prajurit seperti dirinya sendiri? Hidup Salomo terlindung, dia tidak pernah terlibat dalam peperangan melawan musuh. Dia tidak mempunyai pencapaian seorang pahlwan seperti Daud dalam memerintah negeri. Apakah itulah alasannya mengapa Daud mau dia “menjadi kuat dan membuktikan diri sebagai laki-laki” agar dia memperoleh penghormatan dari bangsa Israel? Itukah yang mau Daud sampaikan kepada Salomo?

Pesan yang Daud mau sampaikan berlawanan dengan apa yang kita pikirkan. Kalimat “kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki” sama sekali tidak ada kaitannya dengan melawan musuh di medan peperangan. Karena di ayat selanjutnya, ayat 3, Daud menghimbau Solomo untuk menetapi perintah Allah. Daud layak dipanggil orang yang menyenangkan Allah. Biasanya apa yang orang tua mau dari anak-anak mereka adalah hal-hal seperti karir, pencapaian, pernikahan dst. Tapi hal pertama yang merupakan kepedulian Daud adalah apakah Salomo dapat melakukan perintah Allah.

Kemungkinan Anda tidak mengira bahwa menepati perintah Allah membutuhkan kekuatan dan keberanian. Kita dapat melihat di Yosua 1:6-9:

Joshua 1:6-9 Kuatkan dan teguhkanllah hari-mu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”

Inilah nasihat Allah kepada Yosua lewat Musa. Kata-kata ini sangatlah mirip dengan apa yang Daud katakan sebelum kematiannya. Perhatikan kata-kata, “kuatkan dan teguhkan hatimu” yang muncul tiga kali. Musa mau Yosua menjadi kuat dan berani. Apa yang Musa mau Yosua lakukan? Dikatakan di ayat 7-8: bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri. Dan ayat 6 berkata: Jika Yosua kuat dan teguh hati dalam melakukan perintah Allah, dia dapat membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian. Ayat 8 berkata: Jika Yosua melakukan apa yang diperkatakan di dalam hukum Taurat, perjalanannya akan berhasil dan dia akan beruntung. Ayat 9 adalah janji Allah kepada Yosua: Jika Yosua kuat dan teguhkan hati dalam melakukan perintah Allah, Allah Yahweh akan menyertainya ke mana pun dia pergi.

Jadi, kita dapat melihat bahwa melakukan perintah dan hukum Allah membutuhkan kekuatan dan keteguhan hati. Orang Kristen yang dengan setia mengikuti Allah mengalami ini dengan nyata. Jika Anda dengan serius mengikuti dan menaati pengajaran Alkitab, keluarga Anda, relasi, kolega dan teman-teman akan memberikan Anda tekanan. Mereka akan mengira Anda adalah “orang kudus.” Dan karena kelakuan Anda sepenuhnya berbeda dari merek, mereka akan menolak Anda, menertawakan Anda, mengancam Anda, memakai segala cara untuk membuat Anda berkompromi. Banyak orang Kristen, pada akhirnya berkompromi dan berhenti melakukan ajaran Alkitab karena takut pada tekanan sedemikian. Jadi melakukan perintah dan hukum Allah tidaklah mudah.

Salomo sangat muda saat dia menjadi raja Israel. Dia tidak mempunyai pengalaman dalam banyak hal. Dan jangan lupa, ada kekuasaan yang bekerja menentangnya, yang bermusuhan dengan dia.

Mereka sewaktu-waktu akan merebut takhtanya. Jika Anda adalah Daud, bagaimana Anda akan membantu Salomo untuk memperkuat takhtanya? Nasihat yang diberikan oleh Daud kepada Salomo adalah untuk menaati perintah dan ketentuan Allah. Dengan berbuat demikian, Allah akan membantunya, memimpinnya dan membuat jalannya berhasil. Tidaklah mudah untuk Salomo melakukan perintah Allah. Karena para menteri di istana bukanlah orang yang takut pada Allah.

Mereka akan memakai cara yang lembut dan juga keras untuk membuat Salomo menyimpang dari jalan Allah. Dan sebagai raja, segala macam keinginan daging akan muncul untuk menguji dan menggoda Salomo. Untuk Solomo melakukan perintah Allah tidak semudah yang diucapkan. Jadi Daud menghimbau Salomo untuk menjadi kuat, dan menjadi seperti laki-laki. Tidak kira apa tekanan dan ujian, Salomo tidak boleh menyimpang dari jalan Allah. Kita dapat membaca di 1 Ko 16:13

1 Korintus 16:13  Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam imam! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!

Rasul Paulus, seperti Daud menghimbau kita untuk berdiri dengan teguh di dalam iman. Dan untuk tidak berkompromi karena tekanan dan pencobaan. Menjadi kuat dan bersikap seperti laki-laki. Apa maknanya “berdiri di dalam iman”? Iman tidak boleh dipisahkan dari mengikuti Allah dan melakukan perintah Allah. Jika Anda percaya pada Allah, Anda pasti akan melakukan kehendakNya. Ingatlah, untuk menjadi seorang Kristen, Anda haruslah bertekad untuk melakukan kehendak Allah sepanjang hidup. Melakukan perintah Allah tidaklah mudah. Kita pasti akan menghadapi ujian, penganiayaan. Tapi kita harus beriman pada Allah, untuk maju terus dan bertekun sampai akhirnya. Jika kita dengan setia melakukan kehendak Allah, maka kita akan mengalami apa yang dikatakan oleh Daud: “perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung…sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” Itu berarti Allah akan menyertai kita, membantu kita dan kita dapat menghasilkan buah bagiNya di mana dan kapanpun.

Yang berlawanan dengan keberanian adalah ketakutan. Apa yang akan terjadi pada orang Kristen yang suka berkompromi dan tidak mau menderita demi nama Allah? Mari kita lihat di Wahyu 21:8:

Wahyu 21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.

Ketakutan membuat orang berkompromi dan secara pelahan-lahan membuat mereka kehilangan iman. Setelah kita kehilangan iman, kita akan jatuh ke dalam segala macam dosa. Tidak heranlah, orang yang penakut tidak dapat mewarisi kerajaan Allah. Jadi, apa yang Daud sampaikan pada Solomo, juga berlaku bagi kita: Kita harus menjadi kuat dan berani untuk melakukan kehendak Allah. Mengapa kita harus bertekun menaati perintah Allah? Di bagian kedua ayat 3: perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Hanya mereka yang bertekun melakukan kehendak Allah yang akan mengalami realita Allah. Orang semacam ini akan dipimpin dan dipelihara oleh Allah. Apa saja yang dia lakukan akan berhasil karena sikap dan juga pikirannya sejalan dengan kehendak Allah. Dan Allah senang untuk memberkati apa saja yang dia lakukan. Kita dapat melihat hal ini dalam kehidupan Salomo. Saat Salomo masih muda, dia sangat mengasihi Allah. Dia melakukan kehendak Allah dengan segenap hatinya. Dan karena itu, Allah dengan kokoh mendirikan kerajaannya (ayat 12).

Walaupun Daud tidaklah sempurna di dalam hidupnya, Alkitab menilainya dengan positif. Alkitab memujinya sebagai manusia yang mengikuti Allah dengan segenap hatinya. Jadi, Daud mengajar Salomo lewat tindakan dan kelakuannya. Dia tahu benar harga yang perlu dibayar untuk menepati perintah Allah. Karena dia mempersembahkan seluruh hatinya kepada Allah, dia telah mencicipi kebaikan Allah. Daud tahu bahwa Salomo mewarisi takhtanya karena kebaikan dan belas kasihan Allah. Itulah alasan mengapa Daud memperingatkan Salomo di ayat 4, dan supaya TUHAN menepati jainji yang diucapkanNya tentang aku: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapanKu dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.

Inilah janji yang Allah berikan kepada Daud. Daud setia kepada Allah, jadi Allah menggenapi janjiNya. Kemudian, Daud menyerahkan tugas penting ini kepada Salomo. Jika Salomo mau membuat Israel kuat dan makmur, dia harus menepati perintah-perintah Allah dan dia juga harus mengajar bangsa Israel untuk menepati ketetapan dan perintah-perintah Allah.

Inilah nasihat pertama yang Daud sampaikan kepada Salomo: kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu untuk menggenapi ketetapan, perintah dan hukum Allah. Mari kita melanjutkan dengan melihat ayat-ayat 5-9:

1 Raja-Raja 2:5-9 Dan lagi engkau pun mengetahui apa yang dilakukan kepadaku oleh Yoab, anak Zeruya, apa yang dilakukannya kepada kedua panglima Israel, yakni Abner bin Ner dan Amasa bin Yeter. Ia membunuh mereka dan menumpahkan darah dalam zaman damai sekan-akan ada perang, sehingga sabuk pinggangnya dan kasut kakinya berlumuran darah. Maka bertindaklah dengan bijaksana dan janganlah biarkan yang ubanan itu turun dengan selamat ke dalam dunia orang mati. Tetapi kepada anak-anak Barzilai, orang Gilead itu, haruslah kau tunjukkan kemurahan hati. Biarlah mereka termasuk golongan yang mendapat makanan dari mejamu, sebab mereka pun menunjukkan kesetiaannya dengan menyambut aku pada waktu aku melarikan diri dari depan kakakmu Absalom. Juga masih ada padamu Simei bin Gera, orang Benyamin, dari Bahurim. Dialah yang mengutuki aku dengan kutuk yang kejam pada waktu aku ke Mahanaim, tetapi kemudian ia datang menyongsong aku di sungai Yordan dan aku telah bersumpah kepadanya demi TUHAN: Takkan kubunuh engkau dengan pedang! Sekarang janganlah bebaskan dia dari hukuman, sebab engkau seorang yang bijaksana dan tahu apa yang harus kaulakukan kepadanya untuk membuat yang ubanan itu turun dengan berdarah ke dalam dunia orang mati.

Daud menyebut tiga orang: Yoab, Barzilai, Simei. Dia memberitahu Salomo bagaimana untuk menangani ketiga orang ini. Yoab adalah panglima militer Daud. Dia setia kepada Daud seumur hidupnya. Mengapa Daud mau Salomo membunuhnya? Karena dia membunuh 2 panglilma Israel yang tidak bersalah.Untuk memahami kejadian dan juga perkembangan selanjutnya kita harus membaca di 2 Samuel. Pada waktu itu, Daud sedang memerangi anak Saul, Isyboset. Abner adalah komandan militer Saul. Di dalam pertempuran, Abner membunuh saudara Yoab, Asael.  Yoab menyimpan dendam dan berusaha mencari kesempatan untuk membalas dendam terhadap Abner. Mari kita baca di 2 Sam 3:12:

2 Samuel 3:12  Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: “Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.”

Suatu hari, Abner menyampaikan pada Daud bahwa dia mau mengikuti Daud dan membantunya menyatukan Israel. Tentu saja, Daud bersukacita karena Abner memiliki pengaruh yang besar saat Saul sedang berkuasa. Di atas perintah Abner, semua bawahan Saul akan mengikuti Daud. Jadi Daud membuat perjanjian dengan Abner, dan Abner berjanji untuk membawa bangsa Israel untuk tunduk di bawah Daud. Apa hasilnya? Mari kita melanjutkan untuk membaca ayat-ayat 27-28:

2 Samuel 3:27-28  Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, sekan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya. Ketika hal itu didengar Daud kemudian, berkatalah ia: “Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu.

Saat Yoab tahu bahwa Daud telah membuat perjanjian dengan Abner, dia sangat tidak senang. Dia memakai satu rencana licik untuk membunuh Abner. Alkitab memberitahu kita, Yoab melakukan itu bukan untuk Daud tapi untuk membalas dendam atas kematian adiknya, Asael. Tindakan Yoab untuk merusak nama baik dan citra Daud. Orang mengira bahwa Daudlah yang memakai rencana lick untuk membunuh Abner. Jadi Daud harus menunjukkan kepada orang-orang bawahan Abner bahwa dia tidak bersalah. Dan nama baik Daud dinodai dengan tuduhan kejahatan dan ketidak-benaran.

Bagaimana dengan Amasa? Amasa adalah panglima militer Absalom. Saat Absalom naik takhta lewat pemberontakan, dia menjadikan Amasa panglima angkatan perangnya. Setelah pemberontakan Absalom sudah ditangani, Daud merekrut Amasa untuk menjadi panglima angkatan perangnya sendiri. Mari kita lihat pada 2 Samuel 19:11-13:

2 Samuel 19:11-13  Raja Daud telah menyuruh orang kepada Zadok dan Abyatar, imam-iman itu, dengan pesan:”Berbicaralah kepada para tua-tua Yehuda, demikian: Mengapa kamu menjadi yang terakhir untuk membawa raja kembali ke istananya?” Sebab perkataan seluruh Israel telah sampai kepada raja. “Kamulah saudara-saudaraku, kamulah darah dagingku; mengapa kamu menjadi yang terakhir untuk membawa raja kembali? Dan kepada Amasa haruslah kamu katakan: Bukankah engkau darah dagingku? Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau tidak tetap menjadi panglimaku menggantikan Yoab.”

Pemikiran untuk menyingkirkan Yoab sudah ada di dalam pikiran Daud untuk waktu yang lama. Karena berulang kali Yoab tidak mengindahkan perintah Daud, dia melakukan apa yang dia ingini. Membunuh Abner dan Absalom adalah contoh-contoh yang paling nyata. Jadi, kali ini, Daud mau menggantikan Yoab dengan Amasa.

Dan Amasa telah menerima undangan Daud. Tapi tidak lama, Yoab sekali lagi merencanakan untuk membunuh Amasa (2 Samuel 20). Ini memberikan orang Yahudi kesan yang salah bahwa Daud sengaja menarik Amasa untuk mengikutinya, dan kemudian meminta Yoab untuk membunuhnya.

Yoab menyalah-guna kuasanya sebagai panglima angkatan. Dia bahkan membunuh Amasa dan Abner di dalam nama Daud. Pada waktu itu, situasi belum stabil, Daud tidak berani melakukan apa-apa. Jadi, dia harus menolerir Yoab. Tapi itu tidak berarti bahwa Daud menyetujui pembunuhan orang yang tidak bersalah. Apakah Yoab akan tunduk pada otoritas Solomo setelah Solomo menjadi raja? Kita sudah dapat melihat sikap Yoab terhadap Solomo saat dia memilih untuk mendukung Adonia menjadi raja. Jadi Yoab bisa menjadi ancaman yang tersembunyi bagi Salomo. Untuk menghindari Salomo dari membuat kesalahan, yakni dikontrol oleh Yoab, Daud menasihati Salomo untuk mencari kesempatan untuk menyingkirkan Yoab.

Yoab adalah seorang panglima angkatan yang berani dan cakap. Dia mengikuti Daud seumur hidupnya. Dia tidak pernah meninggalkan Daud. Yoab banyak berbakti untuk membantu Daud mendirikan kerajaannya dengan teguh. Hal yang menyedihakan adalah Yoab melakukannya menurut keinginannya sendiri. Hal ini tidak menyenangkan Daud. Ini mengingatkan saya dengan kata-kata Yesus di Matius 7:21-23:

Matius 7:21-23 Bukan setiap orang yang berseru kepadaku:Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapaku di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mujizat demi namamu juga? Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Banyak orang Kristen yang seperti Yoab. Mereka sangat cakap. Mereka melakukan banyak hal untuk Allah di dalam hidup mereka tapi Allah masih tidak berkenan. Mengapa? Karena mereka melakukan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka melakukan kehendak mereka, bukan kehendak Allah. Allah tidak hanya melihat pada prestasi pekerjaan kita, tapi apakah kita mau mengikuti kehendaknya dari dalam hati kita. Sama seperti Yoab melakukan tugas militernya dengan sangat cemerlang, tapi Daud tidak senang, karena banyak kali, dia melakukan menurut keinginannya sendiri, bukan keinginan Daud. Orang Kristen macam apakah Anda?

Seorang lain yang Daud sebut adalah Barzilai. Barzilai adalah orang yang menyediakan makanan bagi Daud dan para pengikutnya saat mereka di dalam pembuangan. Daud dapat mengalahkan Absalom karena logistik yang disediakan oleh Barzilai. Tanpa persediaan makanan dari Barzilai, mereka tidak akan mempunyai kekuatan untuk melawan Absalom. Jadi, saat Daud sedang berada di ambang maut, dia tidak melupakan kemurahan Barzilai. Dia berpesan pada Salomo untuk menangani keturunan Barzilai dengan baik. (Barzilai sudah meninggal dunia pada waktu itu).

Kita dapat melihat bahwa Daud adalah orang yang membalas kemurahan orang lain. Dia tidak melupakan kemurahan yang telah diberlakukan pada dia setelah dia menjadi raja. Dia bukan saja mencari kesempatan untuk membalas Barzilai (2 Sam 19:33), tapi juga berpesan pada anaknya untuk tidak melupakan keturunan Barzilai. Dari apa yang Daud lakukan pada Yoab, kita tahu bahwa Daud adalah seorang raja yang menghakimi dengan adil dan membalas atau menghukum orang sesuai dengan jasa-jasa mereka. Sekalipun Yoab membantu Daud untuk mengamankan takhtanya, Daud tidak melepaskan Yoab dari dosanya karena sudah melakukan pembunuhan.

Orang terakhir yang disebut Daud adalah Simei. Simei adalah dari suku Saul (Benyamin). Saat Absalom memberontak, Daud harus meninggalkan Yerusalem secara terburu-buru. Simei berjalan di sepanjang jalan sambil terus menerus mengutuk Daud. Dia bahkan melempar batu pada Daud dan hamba-hambanya (2 Sam 16:5-14). Walaupun Daud bisa saja mengutus seseorang untuk membunuh Simei, dia tidak melakukan itu. Dia memilih untuk dengan rendah hati menerima penghinaan dari Simei dan melihatnya sebagai penghukuman dari Allah.

Tapi saat Daud kembali ke Yerusalem, Simei adalah orang pertama yang datang untuk menyambut Daud dan meminta pengampunan dari Daud. Dan Daud bersumpah untuk mengampuninya. Jadi Daud mengampuninya, mengapa Daud masih mau Salomo membunuh Simei? Pada kenyataannya Simei telah melakukan dosa yang sangat serius, dia telah memarahi orang yang diurapi Allah. Di Perjanjian Lama, dosa ini akan membawa hukuman mati. Daud mengampuni dia karena Daud melihat semuanya ini sebagai ajaran dari Allah. Jadi, dia tidak menyimpan kebencian terhadap Simei. Tapi itu tidak berarti bahwa Daud menyetujui apa yang telah dilakukan Simei. Dari sudut pandang Hukum, dosa Simei membawa pada hukuman mati. Jika dia tidak dibunuh, mungkin orang lain akan mengikuti teladan Simei.

Simei tidak mendukung Adonia. Tapi itu tidak berarti bahwa dia mendukung Solomo. Karena Simei anggota keluarga Saul, penundukannya pada Daud jelas adalah dikarenakan ketidak-berdayaan. Saat Salomo mewarisi takhta itu, Simei mungkin saja menjadi musuh Salomo. Daud sangat mengenal pribadi Simei. Itulah alasannya dia meminta Salomo menyingkirnya.

Bagaimana persisnya Salomo menangani Yoab dan Simei. Hal ini akan kita lihat di lain waktu.

 

Berikan Komentar Anda: