Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 11 | 

Hari kita akan melanjutkan untuk melihat pada 1 Raja-Raja 11. Terakhir kali kita melihat pada alasan-alasan kegagalan Salomo. Kehidupan spiritual Salomo sangat berkelimpahan pada awalnya tetapi berakhir pada kemunduran. Salomo adalah sosok yang pada awalnya mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budinya. Dan Allah sangat disenangkan oleh Salomo. Namun pada akhirnya, dia berpaling menjadi orang yang melakukan kejahatan. Itulah alasan mengapa saya berkata, kehidupan spiritual adalah seperti sebuah kapal yang sedang berlayar ke hulu, kapal itu hanya bisa maju atau mundur. Tidak ada jalan tengah. Tidak heranlah Paulus mengingatkan orang-orang Kristen untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan rasa takut dan gentar. Karena barangsiapa yang mengira dia akan berdiri akan pada akhirnya jatuh. Ini merupakan suatu peringatan yang sangat penting.

Terakhir kali, kita juga melihat bahwa hubungan kita dengan Allah tidak bergantung pada seberapa banyak karunia spiritual yang kita miliki. Hal itu juga tidak bergantung pada pencapaian atau seberapa hebatnya pelayanan kita (contohnya, apakah kita telah membangun suatu katedral yang indah bagi Allah yang ditutupi oleh emas). Hal yang paling penting adalah apakah hati kita tulus ikhlas terfokus hanya pada Allah – mengasihi Dia dengan segenap hati dan akal budi, takut pada Dia dan menetapi segala perintahNya. Tidak kira dalam situasi apa pun, apakah dalam keadaan sukses atau gagal; dalam keadaaan lemah atau kuat; dalam musim atau luar musim, kita harus menjaga hati kita agar terus terfokus dan terpusat hanya pada Allah.

Di Amsal 4.23, Salomo memperingatkan kita untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan; karena dari situ-lah terpancar kehidupan. Ini benar-benar adalah kata-kata hikmat. Menjaga hati kita berarti memastikan devosi kita tetap terfokus hanya pada Allah. Saat kita kehilangan devosi dan fokus pada Allah, segala sesuatu menjadi sia-sia. Karena Allah tidak akan berkenan. Hal yang paling menyedihkan adalah Salomo mempunyai hikmat spiritual dan memahami kebenaran spiritual tapi dia tidak melakukan sesuai dengan pemahamannya. Tidak heranlah, Alkitab menekankan pentingnya menjadi pendengar dan juga pelaku firman. Hanya mendengar dan memahami firman tidak akan dapat menyelamatkan kita. Allah sangat berkenan dengan orang yang mendengar dan melakukan Firman. Inilah alasan mengapa Allah begitu senang dengan Daud. Ayat-ayat di 1 Raja-Raja 11:1-8 sebanyak dua kali menyebut tentang Daud. Hal ini terlihat di ayat 4 dan 6. Kita dapat melihat pada kedua ayat-ayat ini:

1 Raja-Raja 11:4 Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.

1 Raja-Raja 11:6 dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.

Dua kali disebutkan di sini bahwa Salomo tidak mengikuti teladan ayahnya, Daud untuk dengan sepenuhnya hati tunduk pada Allah. Ini merupakan penilaian yang diberikan Alkitab pada Salomo. Saat kita membaca kitab Raja-Raja, kita harus menyadari tentang suatu hal yang menarik. Alkitab seringkali memakai Daud sebagai suatu ukuran dalam mengasihi Allah dan penundukan pada Allah untuk menilai raja-raja Israel yang lain. Saya menemukan pemakaian Daud sebagai suatu teladan sangatlah cocok. Karena Daud dan kita sama. Kita semua mempunyai kelemahan, gagal dan tersandung. Saat dia berbuat salah Daud dengan didisplin oleh Allah dengan keras. Daud sangat berbeda dari yang lain bukan karena dia sempurna dan tanpa cela. Dia berbeda dari yang lain karena hatinya dengan tulus ikhlas mencari Allah. Dia tidak pernah bercabang hati dalam urusannya dengan Allah. Inilah hal yang Allah mau kita pelajari.

Allah tidak memakai seorang manusia yang sempurna dan tanpa cela sebagai suatu tolok ukur untuk menilai raja-raja Israel. Dia memakai Daud sebagai suatu standard dan teladan, supaya mereka (dan juga kita) bisa belajar darinya. Sekalipun Daud mempunyai kelemahan dan mengalami kegagalan, dia dapat pada akhirnya, dengan pertolongan Allah, menjadi seorang yang menyenangkan hati Allah. Karena tidak kira apa keadaannya, dia tetap mempertahankan hatinya yang terfokus hanya pada Allah. Kuncinya adalah hatinya yang tulus ikhlas dalam berurusan dan berhadapan dengan Allah. Itulah alasan mengapa saat dia lemah dan tersandung, Allah masih dapat membantunya untuk bangkit lagi. Pertolongan Allah selalu ada bagi kita, tapi persoalannya adalah apakah kita mempunyai hati yang tulus ikhlas ini untuk mengikutinya.

Sekiranya Daud – seorang manusia seperti kita yang begitu lemah dapat mengandalkan kasih karunia Allah untuk mengalahkan dosa dan kelemahan untuk menjadi orang yang menyenangkan Allah, maka raja-raja Israel yang lain tidak mempunyai alasan untuk dengan tulus ikhlas mengikuti Allah dan untuk tidak melakukan kehendak Allah. Jadi, saat kita membaca 1 Raja-Raja, kita akan menyadari bahwa Alkitab seringkali memakai Daud untuk menilai kegagalan dan pencapaian dari kehidupan raja-raja Israel yang lain. Mari kita sekali lagi melihat pada suatu contoh, 1 Raja-Raja 11:38:

1 Raja-Raja 11:38 Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mataKu dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu seperti yang telah dilakukan oleh hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu.

Inilah yang Allah sampaikan pada Yerobeam melalui nabi Ahia. Salomo tidak mengikuti teladan Daud, jadi Allah memilih Yerobeam untuk keluar melawan Salomo. Sebelum Yerobeam mendapatkan takhta Yerusalem, Allah sudah memperingatkannya untuk mengikuti teladan Daud. Jika dia melakukan hal yang benar di mata Allah, mengikuti teladan Daud, menepati ketentuan dan perintah-perintah Allah, Allah akan bersamanya dan kerajaannya akan bertahan.

Saat Salomo ditahbiskan, Allah juga memintanya untuk mengikuti teladan Daud. Jadi kita dapat melihat bahwa Allah menangani setiap raja Israel dengan cara yang sama. Mereka harus mengikuti teladan Daud – mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budi mereka, menepati ketentuan dan perintah Allah. Dibandingkan dengan raja-raja Israel yang lain, hukuman pada Salomo harusnya lebih berat. Hal ini adalah karena Salomo dipilih secara khusus oleh Allah. Allah telah mengaruniakan damai pada seluruh bangsa dan juga mengaruniakan padanya hikmat yang luar biasa untuk memerintah bangsa. Bukan hanya itu, Allah juga telah menampakkan diri sebanyak dua kali pada Salomo. Salomo dikaruniakan jauh lebih banyak dibandingkan dengan raja-raja Israel yang lain. Tapi Salomo tidak membalas kebaikan Allah. Dia tidak menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan. Pada akhirnya dia meninggalkan Allah.

Salomo tidak mengikuti teladan Daud. Dia tidak dengan tulus ikhlas mengikuti Allah. Dia tidak mengikuti Allah dengan segenap hati dan akal budinya. Bagaimana Allah menangani dia? Kita membacanya di 1 Raja-Raja 11:9:

1 Raja-Raja 11:9 Sebab itu TUHAN menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya

Ayat 9 memberitahu kita bahwa Allah menjadi murka dengan Salomo. Mengapa Allah begitu keras bereaksi terhadap Salomo? Ayat 9 memberitahu kita dengan jelas apa alasannya. Karena hatiya telah berpaling dari Allah yang telah menampakkan diri padanya dua kali. Allah menampakkan diri pada Salomo sebanyak dua kali. Ini adalah anugerah yang tidak diberikan pada raja-raja Israel yang lain. Dan di penampakan yang kedua Allah memperingatkan Salomo untuk mengikuti allah-allah yang lain. Sekalipun demikian, hati Salomo tetap saja berpaling dari Allah. Inilah alasan mengapa Allah begitu murka dengan Salomo. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Yesus, -yang lebih banyak menerima, lebih banyak yang akan dituntut darinya.” Allah begitu murka karena Salomo mengacuhkan kelimpahan anugerah yang telah Allah berikan padanya. Bagaimana Allah mengungkapkan murkanya pada Salomo? Kita membaca di ayat-ayat 11-13:

1 Raja-Raja 11:11-13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: -Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapanKu yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padamu, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih.

Ayat 11 berkata bahwa Allah mau mengoyakkan kerajaan itu dari Salomo dan memberikannya kepada hambanya. Kita harus memahami bahwa janji-janji dari Allah melibatkan dua sisi: janji yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Janji-janji Allah pada Salomo itu selalu bersyarat. Jika dia melakukan semua persyaratan yang telah Allah tentukan, Allah akan meneguhkan kerajaannya. Yang ini merupakan janji yang positif. Saat Salomo tidak dengan tulus ikhlas menepati perjanjian dan ketetapn-ketetapan yang telah Allah perintahkan, Allah harus menerapkan sisi lain dari janjiNya. Janji dari sisi negatifnya adalah Allah akan mengoyakkan kerajaan dari Salomo. Tidak kira apakah positif atau negatif, kedua-duanya merupakan janji-janji Allah. Karena Salomo tidak layak untuk menerima janji positif itu, Allah hanya bisa membiarkan dia mengalami sisi negatif dari janjiNya.

Perhatikan ayat-ayat 12-13 di mana Daud disebut sebanyak dua kali. Dikarenakan oleh Daud, Allah tidak mengoyak kerajaan dari Salomo di dalam hidupnya. Juga karena Daud, Allah akan menberikan satu suku kepada keturunannya. Allah melakukan semua itu bukan karena Salomo tapi karena hambaNya, Daud. Daud telah dengan tulus ikhlas mengikuti Allah sepanjang hidupnya, jadi Allah mengingat dia dan perjanjian yang telah Dia lakukan dengan Daud. Jangan mengira bahwa Salomo tidak tunduk pada Allah dan Allah masih mengasihani dan menanganinya dengan kemurahan dan memberikannya hidup yang aman damai. Di sini ditekankan tentang kesetiaan Allah pada Daud. Allah tidak melupakan janji-janjinya pada Daud sekalipun keturunan Daud memberontak melawan Allah.

Sekalipun Allah tidak merencana untuk mengoyak bangsanya dari tangan Salomo semasa hidupnya, itu tidak berarti bahwa Allah tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Salomo menyimpang dan berpaling pada jalannya sendiri. Lewat beberapa cara Allah menyampaikan pada Salomo bahwa Dia tidak senang dengan apa yang telah Salomo lakukan. Allah membangkitkan tiga orang untuk menjadi musuh Salomo. Ketiga orang itu secara langsung mengancam stabilitas Israel. Ayat 14 menyebut tentang musuh Salomo yang pertama: Hadad, orang Edom. Dia merupakan keturunan dari raja Edom. Dia merupakan satu-satunya yang sisa dari keluarga kerajaan Edom. Saat Daud mengalahkan Edom, panglima dari angkatan perang, Yoab membunuh semua laki-laki dari keturunan Edom. Pada waktu itu, Hadad masih seorang anak kecil. Hamba dari ayahnya membawanya dan melarikan diri ke Mesir. Firaun Mesir menerima Hadad dan mengizinkan dia tinggal di Mesir. Adik dari pemaisuri Mesir diberikan kepadanya sebagai istri.

Sekalipun Hadad mengalami kemurahan dari Firaun, dia masih belum melupakan tentang hal membalas dendam untuk menebus kematian ayahnya. Setelah Daud dan Yoab meninggal dunia, dia kembali ke Edom. Tujuan dia kembali ke Edom adalah untuk mengumpulkan suatu angkatan perang untuk membalas apa yang telah dialami keluarganya. Kitab Suci tidak dengan jelas memberitahu bagaiman Hadad mengancam Israel. Tapi ayat 25 berkata bahwa Hadad menimbulkan banyak masalah bagi bangsa Israel. Edom terletak di selatan Israel. Itu berarti Allah telah membangkitkan musuh yang berlokasi di selatan Israel. Ini berarti pas di bagian selatan dari Yehuda, dan jika bangsa Edom mau menyerang Israel, yang pertama diserang adalah Yehuda.

Satu lagi musuh Salomo adalah anak Elyada, Rezon yang disebut di ayat 23. Dia pada awalnya adalah orang yang berada di bawah Hadadezer, raja Zoba. Saat Daud membantai umat Zoba, Rezon mengumpulkan sekelompok orang. Dan Rezon menjadikan dirinya pemimpin dari kelompok ini dan menjadi raja di Damsyik. Ayat 25 memberitahu kita bahwa Rezon mendatangkan malapetaka bagi Israel karena dia membenci Israel. Di kemudian hari, Rezon menjadi raja Suriah. Suriah terletak di utara Israel, sama seperti Suriah di masa sekarang. Itu berarti bahwa Allah telah membangkitkan musuh yang sangat tidak bersahabat di utara Israel. Musuh yang mengancam kedamaian Israel di bagian utara. Musuh ini masih eksis sampai ke hari ini. Suriah hari ini masih musuh berat bagi bangsa Israel.

Di selatan, ada Edom. Di utara, ada Suriah. Sejak waktu itu, tidak ada hari-hari yang damai bagi bangsa Israel. Semasa pemerintahan Salomo, Israel menikmati damai yang luar biasa. Damai sejahtera ini terjadi bukan karena kepandaian Salomo, bukan karena dia tahu bagaimana memerintah bangsa atau karena kebijakan luar negerinya yang bagus. Damai sejahtera yang sejati dikaruniakan oleh Allah. Salomo takut pada Allah, dengan tulus ikhlas mengikuti Allah, Allah mengaruniakan damai pada Israel. Saat Salomo memberontak melawan Allah, Allah menarik kembali janji itu. Jadi Israel kembali mengalami kekacauan.

Hal ini mau tidak mau membawa kita untuk melihat pada Israel yang ada pada hari ini. Di tahun 1948, negara Israel terbentuk. Barangsiapa yang akrab dengan Alkitab akan setuju bahwa pembentukan negara Israel merupakan suatu mukjizat. Allah mengiznkan Israel bangkit menjadi suatu bangsa, Allah menginginkan agar bangsa Israel untuk takut padaNya, untuk mengenal satu-satunya anakNya, Yesus Kristus. Tapi bangsa Israel bukan saja tidak takut pada Allah, tidak mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budi, mereka bahkan menjadi semakin angkuh dan sombong. Mereka mengandalkan Amerika, kekayaan, persenjataan dan teknologi. Satu-satu hal yang tidak mereka andalkan adalah Allah. Jadi, Israel tidak pernah mengalami damai dan masih diancam oleh musuh-musuh yang berada di sekeliling mereka.

Di utara Israe, terdapat Suriah dan Hizbullah di Lebanon; di bagian tenggara terdapat Hamas; di barat ada Iran. Dulunya memang mereka adalah musuh-musuh Israel yang lemah. Tapi sekarang mereka sudah menjadi semakin kuat. Apakah ini merupakan suatu kebetulan? Bagi mereka yang memahami prinsip-prinsip Alkitab akan tahu bahwa semuanya ini bukanlah suatu kebetulan. Firman Allah tentang Israel pasti akan terjadi. Karena kata-kata itu merupakan firman yang dari Allah yang kekal.

Kita baru saja melihat musuh-musuh yang berada di luar. Ancaman yang paling besar yang harus dihadapi oleh Salomo adalah ancaman yang berasal dari dalam Israel, yaitu Yerobeam, orang Efraim. Yerobeam berbeda dari Hadad dan Rezon. Hadad dan Rezon menjadi musuh Salomo karena kebencian mereka pada bangsa Israel. Tapi Yerobeam adalah seorang Israel. Dia adalah orang bawahan Salomo. Dia tidak membenci maupun bermusuhan dengan Salomo. Ayat 28 memberitahu kita bahwa Yerobeam adalah seorang yang tangkas. Jadi dia dipercayakan dengan suatu pekerjaan yang penting. Salomo memintanya untuk mengawasi semua pekerjaan pembangunan. Kemungkinan, dia terlibat dalam menangani pembangunan Milo. Namun pendapatnya bertentangan dengan pendapat Salomo. Hal itu menjadi penyebab langsung yang memecahkan bangsa Israel. Sepertinya pembangunan Milo tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Kita melihat pokok ini saat membaca pasal 12. Mengapa Yerobeam kemudian menjadi musuh Salomo? Mari kita membaca 11: 29-31, 37-38:

1 Raja-Raja 11:29-31 Pada waktu itu, ketika Yerobeam keluar dari Yerusalem, nabi Ahia, orang Silo itu, mendatangi dia di jalan dengan berselubungkan kain baru. Dan hanya mereka berdua ada di padang. Ahia memegang kain baru yang di badannya, lalu dikoyakkannya menjadi dua belas koyakan; dan ia berkata kepada Yerobeam: -Ambillah bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari tangan Salomo dan akan memberikan kepadamu sepuluh suku.

1 Raja-Raja 11:37-38  Maka engkau ini akan Kuambil, supaya engkau memerintah atas segala yang dikehendaki hatimu dan menjadi raja atas Israel. Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mata-Ku dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku seperti yang telah dilakukan oleh hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu.

Hal ini terjadi pada suatu hati di mana dia bertemu dengan nabi Allah, Ahia di jalan. Ahia mengumumkan padanya bahwa karena Salomo telah meninggalkan Allah, maka Allah memutuskan untuk menyerahkan 10 suku kepada untuk diperintah olehnya. Dan menjadikan dia sebagai raja Israel. Perhatikan kata-kata yang ada di ayat 38, tentang janji yang harusnya diberikan kepada Salomo. Tapi, karena Salomo tidak melakukan apa yang benar di mata Allah, jadi Allah telah menarik kembali janji itu dan memberikannya kepada Yerobeam.

Mendengar semua itu, Yerobeam mestinya sangat bingung dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Bagaimana mungkin dia melawan Salomo dan mengambil 10 suku Israel dari tangan Salomo? Tapi kata-kata nabi Ahia adalah kata-kata yang dapat dipercayai karena kata-kata itu diucapkan di dalam nama Allah. Ahia adalah seorang nabi yang sangat dianggap di seluruh tanah Israel. Bahkan Salomo sekalipun tidak berani untuk mengacuhkan kata-kata nabi Ahia. Jadi, sekalipun, Yerobeam bingung dan tidak mengerti tapi dia tahu bahwa Ahia adalah nabi Allah. Dia harus memerhatikan ucapannya. Dengan sangat cepat pesan ini sudah tersebar ke seluruh tanah Israel. Salomo turut mendengar tentang pesan ini Apa yang menjadi respon Salomo saat dia mendengar pesan ini? Mari kita membaca di ayat 40:

1 Raja-Raja 11:40 Lalu Solomo berikhtiar membunuh Yerobeam, tetapi Yerobeam bangkit dan melarikan diri ke Mesir, kepada Sisak, raja Mesir dan di Mesirlah ia tinggal sampai Salomo mati.

Saat pesan ini sampai pada Salomo, dia dengan langsung memerintahkan pembunuhan Yerobeam. Respon dari Salomo meneguhkan pada kita bahwa kata-kata Ahia itu sangat dianggap (dan orang tidak berani untuk mengacuhkannya). Bahkan Salomo tidak berani untuk mengacuhkan nubuatan ini. Hal yang menyedihkan adalah Salomo tidak melihat pada kesalahannya sendiri. Dan yang lebih parah lagi, dia tidak bertobat dan berpaling kembali kepada Allah. Dia bahkan menjadi semakin jahat karena dia mau membunuh orang yang telah dipilih Allah. Keadaan spiritual Salomo sepenuhnya terungkap lewat peristiwa ini. Hatinya sudah menjadi sangat keras. Sama perti raja Saul, dia telah mencapai tahap di mana dia tidak bisa kembali lagi.

Salomo adalah seorang yang sangat pintar. Untuk menyelamatkan takhtanya, dia dengan langsung membuat keputusan untuk mengejar dan membunuh Yerobeam. Tentu saja, Yerobeam tidak mungkin dapat melawan Salomo, jadi dia memilih untuk melarikan diri ke Mesir. Kelihatannya dengan mudah Salomo menyingkirkan Yerobeam. Yerobeam langsung melarikan diri ke Mesir. Di Mesir, Yerobeam tidak mungkin dapat melakukan tindakan perlawanan. Dilihat secara dangkal, kelihatannya Salomo telah berhasil menyingkirkan orang yang dapat menimbulkan kekacauan. Tapi Salomo lupa bahwa yang sedang melawannya bukanlah Yerobeam, tapi Allah yang kekal. Manusia tidak mungkin dapat melawan rencana Allah.

Mengapa Allah tidak membiarkan Yerobeam untuk melawan Salomo di hidup Salomo? Satu alasan yang nyata adalah Allah memakai Yerobeam untuk memperingatkan Salomo bahwa Allah selalu melakukan apa yang telah Dia ucapkan. Hal ini merupakan suatu peringatan terakhir kepada Salomo. Hal yang menyedihkan adalah Salomo tidak introspeksi diri. Dan yang lebih parah adalah dia memakai kekuasaannya untuk melawan kehendak Allah. Responnya sama persis dengan apa yang dilakukan oleh raja Saul. Saat Saul mendengar bahwa Allah telah memilih Daud, respon pertamanya bukanlah pertobatan tapi bagaimana untuk menyingkirkan Daud. Kita pernah membahas apakah Salomo akan diselamatkan pada akhirnya. Jika kita melihat pada responnya di ayat 40, sangatlah kecil kemungkinan untuk dia bertobat, hatinya sudah berubah menjadi sangat gelap dan keras. Ini merupakan suatu hal yang sangat sangat mengerikan dan merupakan suatu peringatan bagi kita semua.

Hari ini, kita berhenti di sini. Di kesempatan yang akan datang, kita akan melihat pada pasal 12 dari kitab 1 Raja-Raja.

 

Berikan Komentar Anda: