Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 13:11-32 |

Hari kita kita akan melihat pada 1 Raja-Raja 13:11-32. Di PA yang lalu di ayat-ayat 1-10, kita melihat bahwa seorang nabi yang muda datang dari Yehuda (Alkitab menyebutnya sebagai abdi Allah). Dia dengan berani menegur Yerobeam karena perbuatan-perbuatannya yang jahat. Alkitab tidak memberitahu kita nama nabi ini. Tapi dari apa yang telah kita lihat, kita bisa menyimpulkan bahwa dia adalah seorang nabi yang sangat tunduk pada Allah. Dia tidak takut diintimidasi, tidak mencari kemuliaan dari manusia dan tidak berkompromi dengan kekayaan. Satu-satunya hal yang dia cari adalah menyelesaikan misi yang telah Allah tugaskan kepadanya. Kita harusnya belajar dari teladan nabi ini.

Setelah dia menyelesaikan misi yang telah Allah berikan kepadanya, dia dengan terburu-buru meninggalkan Betel sesuai dengan perintah Allah. Tapi peristiwanya tidak selesai di situ saja. Saat dia merasa puas diri karena telah menyelesaikan tugasnya dengan aman, tak terpikir oleh dia bahwa Israel adalah tempat yang rawan dan penuh dengan ancaman spiritual yang merbahaya. Ada ancaman besar yang sedang menantinya.

Seluruh bangsa Israel yang hadir melihat apa yang telah dilakukan oleh abdi Allah ini di Betel. Dia telah melakukan sesuatu yang sangat sensasional. Siapa yang berani berbicara dengan raja seperti dia? Dengan sangat cepat, berita ini tersebar luas. Saat abdi Allah ini dalam perjalanan pulang ke Yehuda, suatu kejadian yang tak terduga terjadi. Dia bertemu dengan seorang nabi tua dari Betel. Mari kita membaca dari 13:-15:

1 Raja-Raja 13:11-15 Di Betel diam seorang nabi tua. Anak-anaknya datang menceritakan kepadanya segala perbuatan yang dilakukan abdi Allah pada hari itu di Betel. Mereka menceriterakan juga kepada ayah mereka perkataan yang dikatakannya kepada raja. Kemudian ayah mereka bertanya: “Dari jalan manakah ia pergi?” Lalu anak-anaknya menunjukkan kepadanya jalan yang diambil abdi Allah yang datang dari Yehuda itu. Ia berkata kepada anak-anaknya: “Pelanai kedelai bagiku!” Mereka memelani keledai baginya, lalu ia menunggangnya dan pergi mengikuti abdi Allah itu dan mendapatinya duduk di bawah sebuah pohon besar. Ia bertanya kepadanya: “Engkaukah abdi Allah yang telah datang dari Yehuda?” Jawabnya, “Ya, akulah itu.” Katanya kepaanya: “Marilah bersama-sama aku ke rumah untuk makan roti.”

Alkitab menyebut orang tua ini sebagai seorang nabi. Siapa sebenarnya orang tua ini? Perhatikan fakta bahwa orang tua ini tidak terlibat di dalam upacara persembahan korban yang diadakan oleh Yerobeam. Anak-anaknya yang memberitahukan kepadanya apa yang telah mereka lihat dan dengar. Setelah mendengarnya, dia berangkat untuk mencari abdi Allah ini. Dia mau melihat seperti apa nabi yang muda ini. Mengapa nabi tua ini tidak ikut menghadiri upacara agama yang begitu penting ini? Apakah karena dia tidak dapat dengan bebas bergerak, jadi karena itu dia tidak bisa ikut? Tidak juga, dia masih bisa naik keledai untuk mencari abdi Allah itu. Jadi bukan karena alasan kesehatan dia tidak bisa mengikuti upacara agama itu.

Satu lagi kemungkinan adalah bahwa dia tidak setuju dengan reformasi agama yang dijalankan oleh Yerobeam, jadi dia tidak mau mengambil bagian. Pertanyaannya adalah: jika dia menentang reformasi agama Yerobeam, mengapa dia tidak pindah ke Yerusalem sama seperti imam-imam, orang-orang Lewi dan orang-orang Israel lain yang saleh? Dan terdapat satu lagi pertanyaan: Alkitab menyebutnya nabi. Kalau dia seorang nabi, mengapa dia tidak mencela perbuatan jahat yang diperbuat oleh Yerobeam di dalam nama Allah? Yang jelas Allah tidak berkenan dengan perbuatan jahat Yerobeam, karena itu dia mengutus abdi Allah dari Yehuda untuk menegur Yerobeam. Mengapa Allah tidak mengirim nabi tua ini?

Jawabannya sangat jelas. Nabi tua ini telah berkompromi dengan lingkungannya. Walaupun dia tahu bahwa Allah tidak senang dengan tindakan dan perbuatan Yerobeam, dia tidak mempunyai keberanian untuk bangkit dan melawan Raja. Dia telah kehilangan kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang nabi. Jadi, Allah tidak lagi dapat memakainya. Nabi tua ini kemungkinan telah memilih untuk menjalani kehidupan tuanya dengan tenang, jadi dia telah memilih untuk berkompromi. Tapi harga kompromi sangatlah mahal karena Allah tidak lagi memakainya.

Saat dia mendengar dari anak-anaknya segala yang telah dilakukan oleh abdi Allah dari Yehuda ini, dia sangat mengagumi nabi muda itu. Dia ingin sekali bertemu dengan abdi Allah ini dan untuk berkomunikasi dengannya. Jadi, dia dengan langsung meminta anak-anaknya menyiapkan keledai supaya dia bisa mengejar abdi Allah itu. Pada akhirnya, dia menemukan abdi Allah ini di bawah sebuah pohon besar. Jadi dia mengundang nabi muda itu pulang ke rumahnya untuk makan bersama. Di PA yang lalu kita telah melihat bahwa Allah telah memberikan perintah kepada abdi Allah untuk tidak makan dan minum di Betel. Namun dapat dimengerti bahwa Abdi Allah ini sudah begitu lelah setelah melewati perjalanan yang begitu panjang. Dia sangat ingin untuk bisa langsung minum dan makan. Berhadapan dengan undangan dari nabi tua ini, apa yang menjadi responnya? Mari kita membaca di ayat-ayat 16-17:

1 Raja-Raja 13:16-17 Tetapi jawabnya: “Aku tidak dapat kembali bersama-sama engkau dan singgah kepadamu; aku tidak dapat makan roti dan minum air bersama-sama engkau di tempat ini, sebab telah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air di sana. Jangan berjalan pulang melalui jalan yang telah kauambil itu.”

Abdi Allah itu memberitahu nabi tua bahwa Allah tidak mengizinkan dia untuk makan dan minum di Betel. Allah juga tidak mengizinkan dia untuk kembali ke Betel melalui jalan yang dia ambil saat pergi ke Betel. Dia masih tetap bekeras untuk taat pada perintah Allah. Saat Yerobeam mengundang abdi Allah untuk tinggal dan makan, abdi Allah ini menjawab dengan cara yang sama. Kelihatannya abdi Allah ini sangat tegas dan berpegang pada pendiriannya. Dia hanya ingin mengikuti perintah Allah dengan hati yang bulat dan menyelesaikan misi yang telah Allah berikan kepadanya. Namun nabi tua ini sangat kecewa. Sangat sulit untuk bertemu dengan manusia Allah, tidaklah mungkin untuk dia dengan begitu saja menyerah. Jadi, dia memikirkan satu cara untuk memperdaya abdi Allah itu agar dia mau tinggal. Mari kita membaca ayat-ayat 18-19:

1 Raja-Raja 13:18-19 Lalu jawabnya kepadanya: “Aku pun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air.” Tetapi ia berbohong kepadanya. Kemudian orang itu kembali bersama-sama dia, lalu makan roti dan minum air di rumahnya.

Setelah melihat bahwa nabi muda ini begitu keras tetap mau berpegang pada perintah Allah, nabi tua ini memberitahunya bahwa dia juga seorang nabi. Mereka berdua adalah orang yang berjalan di jalan yang sama yang melayani Allah yang sama. Nabi tua ini menipunya dan berkata bahwa seorang malaikat Allah dalam nama Allah telah memintanya untuk mengundang abdi Allah itu untuk pulang bersamanya serta makan dan minum di rumahnya. Saat abdi Allah ini mendapat tahu bahwa orang tua itu juga seorang nabi, dan Allah yang mengutus dia, maka dia pun tidak lagi siaga dan berjaga-jaga. Dia lalu mengikuti nabi tua itu pulang untuk makan di rumahnya. Nabi tua ini sangat berhasil memperdaya abdi Allah ini dengan memakai alasan yang rohani.

Pertanyaannya adalah: Anak muda ini adalah seorang manusia Allah, seorang nabi, mengapa dia tidak tahu bahwa nabi tua itu sedang berbohong? Satu penjelasan adalah bahwa Allah tidak mengungkapkan hal ini kepadanya, kemungkinan Allah ingin menguji tingkat ketaatannya. Terdapat juga satu kemungkinan yang lain, bahwa saat abdi Allah ini tahu bahwa orang tua itu juga seorang nabi, dia tidak lagi siaga dan tidak lagi terpikir untuk bertanya pada Allah. Karena dia tidak bertanya pada Allah, Allah tidak memberikan jawaban kepadanya. Namun perlu diketahui bahwa Allah tidak perlu mengungkapkan apa-apa pun padanya karena Allah sudah memberikan perintah yang jelas saat abdi Allah ini berada di Yehuda, dan perintahnya adalah untuk tidak tinggal di Betel dan makan di sana.

Mungkin, abdi Allah ini mengira bahwa Allah hanya tidak mengizinkan dia untuk makan bersama  orang Israel yang tidak benar (seperti Yerobeam). Tapi karena orang itu adalah seorang nabi, seorang senior yang berada di jalan pelayanan yang sama, mengapa harus Allah larang? Kemungkinan Allah sedang memakai nabi tua ini untuk menyediakan makanan dan minuman untuknya mendapat kembali kekuatannya. Jadi, demikianlah abdi Allah ini akhirnya tertipu oleh nabi tua itu. Mari kita meneruskan pembacaan di ayat-ayat 20-22:

1 Raja-Raja 13:20-22 Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah membawa dia pulang. Ia berseru kepada abdi Allah yang telah datang dari Yehuda: “Beginilah firman TUHAN: Karena engkau telah memberontak tehadap titah TUHAN dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, tetapi kembali dan makan roti dan minum air di tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum air – maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.”

Kemungkinan kita punya keraguan di dalam hati, bagaimana kita bisa tahu apakah orang tua ini benar-benar nabi Allah (dulunya dia adalah nabi Allah)? Perhatikan ayat 20. Di sini dikatakan bahwa firman TUHAN datang kepada nabi tua itu. Dia langsung menegur abdi Allah itu karena tidak mengikuti titah Yahweh. Dia seharusnya tidak makan dan minum di tempat yang telah dilarang oleh Allah. Nabi tua itu juga bernubuat bahwa abdi Allah itu akan mati di tempat asing. Jika kita meneruskan pembacaan, kita akan melihat bahwa semua kata-kata yang diucapkan oleh nabi tua itu menjadi kenyataan. Kita dapat melihat bahwa nabi tua itu masih bersemangat dan masih bisa bernubuat di dalam nama Allah.

Sekarang kita menjadi semakin bingung. Jika ia benar-benar nabi Allah, mengapa dia berbohong dalam nama Allah untuk mengakibatkan kematian abdi Allah? Sebenarnya, alasannnya sangat sederhana. Saat orang tua itu muda, dia benar-benar seorang nabi Allah. Tapi karena alasan yang tertentu, Allah tidak lagi memakainya di kemudian hari. Sama seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kehidupan spiritual itu seperti kapal yang bergerak ke hulu, kita entah akan bergerak maju ke depan atau akan ditarik ke belakang. Allah tidak lagi memakai nabi tua ini karena kehidupan spiritualnya telah mundur. Saat kehidupan spiritual seseorang itu mundur ke belakang, akibatnya sangatlah mengerikan. Sama seperti di 2 Petrus 2:20. Dikatakan, “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan TUHAN dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.” Kehidupan spiritual nabi tua itu tidaklah bagus. Untuk memperoleh tujuannya sendiri, dia berani berbohong di dalam nama Allah. Inilah hal yang mengerikan yang akan terjadi saat kehidupan spiritual kita mengalami kemunduran.

Anda kemungkinan bertanya mengapa Allah masih memakai nabi tua ini untuk bernubuat padahal kehidupan spiritualnya sudah begitu parah? Terdapat satu lagi prinsip spiritual yang sangat penting yang harus kita tangkap dengan baik. Jika Allah berkehendak, dia bisa memakai siapa saja (termasuk seorang yang berbuat dosa) untuk melakukan mukjizat atau bernubuat karena inilah otoritas dan kebebasan Allah. Kita semua tahu bahwa Allah berbicara kepada nabi Bileam lewat seekor keledai. Sekiranya Allah bisa menyampaikan kehendaknya melalui seekor keledai, dia bisa saja memakai siapa saja untuk menyampaikan kehendak atau nubuatannya. Pokok yang ingin saya tegaskan adalah bahwa dapat berbuat mukjizat, bernubuat tidak membuktikan bahwa kehidupan spiritual kita tanpa masalah. Kita harus jelas akan hal ini. Banyak orang Kristen yang mengira bahwa perbuatan mukjizat dan kemampuan untuk bernubuat adalah bukti akan kehidupan rohani mereka yang baik. Pemahaman ini bisa sangat menyesatkan. Kita akan disesatkan dan mengira bahwa melakukan mukjizat dan bernubuat merupakan hal-hal paling penting di dalam kehidupan spiritual.

Contoh dari nabi tua ini merupakan suatu peringatan bagi kita. Kehidupan spiritual adalah seperti kapal yang bergerak ke hulu, ia akan bergerak maju atau ditarik mundur ke belakang. Nabi tua ini pernah menjadi orang yang secara luar biasa dipakai oleh Allah. Tapi dia tidak dapat mempertahankan imannya, hasilnya adalah dia ditinggalkan oleh Allah. Saat dia mendengar tentang kesaksian tentang abdi Allah dari Yehuda, hatinya mulai bersemangat, dan dia meneguhkan kehendaknya untuk tunduk pada Allah. Dia sangat mengagumi nabi muda ini. Dia teringat akan semangatnya di waktu mudanya, tapi sayangnya, dia tidak lagi memilikinya sekarang. Saudara-saudara terkasih, jika kita tidak lagi bersinar untuk Allah, Allah akan membangkitkan orang lain untuk mengganti tempat kita. Harga yang perlu dibayar untuk kemunduran rohani merupakan harga yang sangat mahal dan mengerikan. Nabi tua ini bukan saja tidak dapat berbuat sesuatu demi kebaikan bangsa Israel, tapi dia malah mengakibatkan kematian seorang abdi Allah. Ini merupakan hal yang sangat menyedihkan!

Saat Anda membaca perikop ini, pasti banyak pertanyaan yang timbul di dalam benak Anda: Sebagai contoh, abdi Allah ini begitu setia, mengapa Allah tidak melindunginya? Apakah adil bagi Allah untuk menangani nabi muda ini dengan cara ini? Allah sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari memberikan peringatan kepadanya tentang bahayanya misi ini. Dia harusnya siaga dan berjaga-jaga setiap saat. Allah telah memerintahkan padanya untuk tidak makan dan minum di Betel. Peringatan ini bukan saja berlaku bagi Yerobeam tapi juga bagi nabi tua. Hal yang menyedihkan adalah saat setelah misinya telah selesai, dia tidak lagi berhati-hati dan berjaga-jaga, dan karena itu dia tertipu oleh nabi tua itu.

Allah mengizinkan nabi tua itu untuk mencobai dia karena Allah mau menguji hatinya. Sebagai abdi Allah atau seorang nabi, tanggungjawabnya adalah untuk memimpin umat kepada Allah sesuai dengan kehendak Allah. Seorang nabi yang tidak tunduk, tidak siaga atau tidak tahu bagaimana mengetahui kehendak Allah, bagaimana mungkin dia dapat memimpin umat Allah? Jika dia tidak menjadi saluran untuk kehendak Allah, dia akan pada akhirnya menjadi nabi palsu yang menyakitkan orang lain. Itulah hal yang terjadi pada nabi tua itu.

Allah telah mengetahui bahwa kondisi spiritual Yehuda dan Israel sedang terpuruk. Nabi-nabi palsu yang menipu orang banyak juga semakin bertambah. Jadi Allah membangkitkan seorang hamba yang setia untuk menyelamatkan umatNya. Sekalipun Allah bisa saja menyelamatkan nabi muda yang tidak lolos ujian ini, tapi jika dia nabi yang tidak mendengarkan Allah, pada akhirnya, dia bisa saja menjadi nabi yang membinasakan orang lain seperti nabi tua itu. Lewat contoh yang mengerikan ini, Allah mau menyampaikan suatu pesan yang sangat penting kepada semua nabi: Peperangan spiritual itu sesuatu yang sangat kejam. Jika kita sedikit tidak siaga, nyawa kita bisa melayang. Pesan ini bukan saja ditujukan pada para nabi pada zaman itu, tapi juga bagi kita semua orang percaya yang hidup di akhir zaman. Kita harus mendengar dengan saksama dan merenungkan dengan mendalam pesan ini. Mari kita meneruskan untuk membaca ayat-ayat 23-25:

1 Raja-Raja 13:23-25 Setelah orang itu makan roti dan minum air, dipelanailah keledai baginya. Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam. Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya; singa itu pun berdiri di samping mayat itu. Orang-orang yang lewat melihat mayat itu tercampak di jalan dan singa berdiri di sampingnya. Dan mereka menceriterakannya di kota tempat kediaman nabi tua itu.

Nubuatan nabi tua itu tergenapi. Setelah abdi Allah itu meninggalkan nabi tua itu, dia diterkam dan dibunuh oleh singa dalam perjalanannya kembali ke Yehuda. Hal yang menarik adalah bahwa singa itu tidak memakan mayat itu tapi berdiri di sampingnya seperti yang ditulis di ayat 28. Singa itu juga tidak menyerang keledai dan keledai itu dengan taat berdiri di samping mayat. Bukankah ini hal yang aneh? Seperti yang telah disampaikan tadi, Allah mau memakai fenomena aneh ini untuk menyampaikan pesan yang sangat penting kepada nabi-nabinya. Dikatakan di ayat 25 bahwa setiap orang yang melewati tempat ini berbicara tentang peristiwa aneh ini. Berita ini dengan cepat tersebar ke seluruh Yehuda dan Israel. Setiap orang yang takut pada Allah akan dapat memahami pesan yang berada di ballik peristiwa ini.

Sangat luar biasa apa yang dilakukan oleh singa dan keledai ini. Mereka tidak bertindak sesuai dengan naluri mereka. Mareka sepenuhnya tunduk di bawah kehendak Allah. Kiranya kita semua dapat mempelajari sesuatu tentang ketaatan mereka pada Allah. Kita tidak perlu memasang target yang terlalu tinggi. Kita hanya perlu untuk belajar sikap tunduk kepada Allah dari singa dan keledai ini. Kita harus memiliki kualitas ini jika kita mau Allah memakai kita. Jangan melupakan kisah tentang nabi Bileam. Allah tidak dapat memakai Bileam karena dia tidak tunduk pada Allah. Allah tidak punya cara lain melainkan memakai keledainya untuk menegur dia. Kita dapat melihat bahwa hewan-hewan lebih tunduk pada Allah ketimbang manusia!! Jika Anda mengklaim diri sebagai hamba Allah, apakah Allah dapat sesungguhnya memakai Anda sesuai dengan kehendakNya? Mari kita meneruskan untuk membaca ayat-ayat 29-32:

1 Raja-Raja 13:29-32 Nabi tua itu mengangkat mayat abdi Allah itu, menaruhnya ke atas keledai dan membawanya kembali ke kotanya sendiri untuk diratapi dan dikuburkan. Mayat orang itu dikuburkannya di dalam kuburnya sendiri, maka diratapilah dia: “Wahai saudaraku!” Setelah ia menguburkannya, ia berkata kepada anak-anaknya: “Kalau aku mati, kuburkanlah aku dalam kubur ini bersama dengan abdi Allah itu, dan taruhlah tulang-tulangku di sisi tulang-tulangnya. Sebab perkataan yang atas perintah TUHAN telah diserukannya terhadap mezbah yang di Betel itu dan terhadap segala kuil di bukit-bukit pengorbanan yang di kota-kota Samari akan betul-betul terjadi.”

Saat nabi tua itu tahu bahwa abdi Allah sudah terbunuh, dia dengan cepat menyediakan keledai dan pergi ke tempat kejadian. Dia membawa mayat abdi Allah ini ke kota kediamannya. Setelah nabi tua itu menguburkannya di kuburnya sendiri dan meratapi abdi Allah ini. Hal ini juga agak aneh. Dialah yang mengakibatkan kematian abdi Allah ini, lalu mengapa dia secara munafik meratapi kematiannya? Kemungkinan hatinya menyalahkan dia karena dia sendiri tidak dapat dipakai oleh Allah dan sekarang dia bahkan telah menyebabkan kematian seorang nabi yang muda dan cakap. Atau, apakah dia meratapi hilangnya seorang nabi di Israel? Sekalipun Allah tidak lagi memakainya, tapi nabi tua ini tetaplah seorang nabi. Dia banyak mengetahui tentang cara Allah mengerjakan segala sesuatu. Jadi, dia percaya bahwa nubuatan abdi Allah ini akan tergenapi. Dia meninggalkan pesan bahwa setelah dia mati, dia harus dikuburkan di bersama abdi Allah itu. Kemungkinan dengan cara ini, dia dapat menghindar dari penghakiman yang akan datang dengan berada di dalam kuburan yang sama dengan seorang abdi Allah (referensi di 2 Raja-Raja 23:15-18).

Nabi tua ini memahami prinsip bagaimana Allah berkerja. Jadi dia mempercayai bahwa kata-kata yang disampaikan oleh abdi Allah itu akan tergenapi. Sekalipun dia memahami banyak kebenaran dan misteri, namun dia tidak berbuat apa-apa selain dari meratapi kematian abdi Allah itu. Dari sini kita bisa melihat bahwa memahami prinsip-prinsip Alkitab dan bahkan mendapatkan pewahyuan dari Allah tidak semestinya membantu kita jika kita tidak meresponi Allah. Sekalipun dia memahami kehendak Allah, dia tidak meresponi Allah. Dan dia tidak memikul tanggungjawab seorang nabi untuk memproklamirkan pesan ini kepada bangsa Israel. Dan dia tidak meninggalkan Israel sebagaimana orang-orang saleh yang lain. Pokok ini menimbulkan banyak tanda tanya.

Alkitab memakai contoh ini terutamanya untuk memperingat para hamba Tuhan yang senior untuk tetap menjaga kasih mula-mula pada Allah. Dan mereka tidak boleh mengizinkan si Iblis untuk secara pelahan-lahan mengikis iman mereka melalui kekuasaan, status dan uang. Jika Anda berkompromi dengan dunia, dosa dan daging, secara pelahan-lahan Anda akan berubah menjadi seperti nabi tua itu. Pada waktu itu, yang tersisa adalah suatu kerangka spiritual yang kosong karena Allah tidak lagi akan memakai Anda. Allah tidak akan dapat memakai Anda untuk memberkati umatNya. Satu-satunya hal yang akan terjadi adalah Anda akan menjadi batu sandungan yang mendatangkan bahaya maut pada orang-orang yang baru percaya. Walaupun nabi tua ini berada di Israel, dia tidak dapat mendatangkan kebangkitan atau pemulihan rohani pada bangsa Israel. Yang terjadi malah sebaliknya, dia mengakibatkan kematian seorang abdi Allah yang muda dan berpotensi. Gereja tidak dapat dipulihkan, dan masalahnya tidaklah terletak pada orang-orang yang baru percaya. Masalah utamanya adalah pada “pendeta-pendeta tua” dan “hamba-hamba Tuhan yang senior”. Setiap dari kita harus menyelidiki ulang hubungan kita dengan Allah dan tidak menjadi “nabi tua” yang akan menyakiti diri kita dan juga orang lain pada akhirnya.

Contoh ini juga memberikan satu pesan kepada orang yang baru percaya: kita harus menghormati dan mendengarkan opini senior rohani kita (karena hal ini berkenan di mata Tuhan), tapi pada waktu yang bersamaan, kita juga harus belajar untuk mendengarkan kehendak Allah dalam segala hal. Sekalipun Anda tidak tahu membedakan apa yang dari Allah dan bukan dari Allah, kita harus meminta pada Allah untuk bisa mengetahui kehendaknya, karena hal ini merupakan tanggungjawab kita. Jika hati Anda benar-benar mengasihi dan mau tunduk pada Allah, Dia pasti akan memimpin kita. Jika Anda mau menjadi seorang hamba yang hidup sesuai dengan kehendak Allah, Anda harus belajar untuk mengetahui dan memahami kehendak Allah. Hal ini harus Anda lakukan agar Anda tidak diterkam oleh singa spiritual yakni si Iblis karena kecerobohan Anda.

Mungkin Anda akan bertanya, “Allah begitu serius dengan abdi Allah dari Yehuda, mengapa Allah tidak bunuh saja nabi tua itu?” Allah menangani abdi Allah itu dengan serius karena dia tidak menjalankan perintah Allah. Allah memakai abdi Allah dari Yehuda sebagai suatu pelajaran bagi nabi-nabi lain. Dia tidak semestinya memakai cara yang sama untuk menangani nabi-nabi lain yang tidak taat. Allah memakai kematian abdi Allah dari Yehuda ini untuk menyampaikan suatu peringatan yang sangat serius. Pada intinya, Allah akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatan mereka (termasuk nabi tua itu).

Ananias dan Safira adalah contoh yang sangat bagus. Mereka tidak jujur dengan Allah, Allah membunuh mereka. Tapi itu tidak berarti bahwa Allah akan membunuh kita dengan cara yang sama jika kita tidak jujur dengan Allah. Tidak akan terjadi seperti itu. Allah memakai Ananias dan Safira sebagai suatu pelajaran bagi kita. Dan apakah kita mendengarnya atau tidak sepenuhnya bergantung pada kita. Tapi Allah pasti akan menghakimi kita sesuai dengan perbuatan kita.

 

Berikan Komentar Anda: