Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 14:1-8 |

Kehidupan spiritual itu seperti kapal yang bergerak ke hulu, entah kapal itu akan bergerak maju atau akan ditarik mundur ke belakang. Dan jika ditarik mundur ke belakang, akibatnya sangat mengerikan. Kita dapat melihat prinsip ini di dalam kedua kitab Raja-Raja. Janganlah pernah menjadi orang yang mendengar tapi tidak mendengar dan melihat tapi tidak melihat. Banyak orang Kristen yang berbicara tentang menjadi umat pilihan Allah atau umat yang telah dipanggil Allah. Mereka mengira bahwa orang yang dipilih oleh Allah akan memiliki jaminan kekal. Tidak kira di bawah situasi yang apapun, sekalipun Anda memberontak melawan Allah, Allah tetap akan melindungi Anda. Jika seorang itu melayani Allah tapi akhirnya mundur, tersandung dan meninggalkan Allah, maka kesimpulan yang ditarik pada umumnya adalah dia tidak dipilih Allah.

Penjelasan ini kedengaran sederhana dan mudah dimengerti. Dan kelihatannya agak logis. Tapi Alkitab tidak mengajarkan hal ini. Sampai ke sekarang, kita telah melihat beberapa orang yang dipilih Allah di kitab 1 Raja-Raja – Salomo, Yerobeam, seorang abdi Allah dari Yehuda dan seorang nabi tua. Salomo dipilih oleh Allah untuk mewarisi takhta. Walaupun dia secara pribadi dipilih oleh Allah, dia menjadi seorang pelaku kejahatan pada akhirnya. Yerobeam dipilih sebagai raja Israel oleh Allah, tapi pada akhirnya dia membuat Israel jatuh ke dalam dosa. Abdi Allah dari Yehuda juga dipilih oleh Allah karena setiap nabi sejati dipanggil dan dipilih oleh Allah. Sekalipun demikian, abdi Allah ini pada akhirnya diterkam oleh singa karena dia tidak menaati perintah Allah. Tentu saja, nabi tua itu juga dipilih oleh Allah, tapi keadaannya di hari-hari tuanya sangatlah menyedihkan.

Di sini saya ingin menambahkan bahwa sekalipun abdi Allah dari Yehuda ini dibunuh oleh singa tapi itu tidak berarti bahwa dia seorang pelaku kejahatan. Dia tidak sama dengan Yerobeam maupun nabi tua. Abdi Allah dari Yehuda ini tersandung dan jatuh karena dia tidak siaga dan berhati-hati pada waktu itu. Jika dari sudut pandang pribadi, karena Yahweh adalah Allah yang penuh rahmat dan pengasih, Allah akan memberinya kesempatan. Tapi apa yang menjadi keprihatinan kitab Raja-Raja bukanlah keselamatan pribadi satu orang tapi keselamatan spiritual seluruh umat Allah. Karena itu Allah harus memakai cara yang sangat serius ini untuk menghukum abdi Allah dari Yehuda. Seorang nabi yang tidak taat pada kehendak Allah akan membawa pengaruh negatif yang sangat besar dan berpanjangan pada umat. Demi umat Allah, Allah harus menghukum abdi Allah ini sebagai peringatan untuk nabi-nabi yang lain – bahwa harga yang harus dibayar karena tidak siaga dan tidak berhati-hati sangatlah besar! Contoh ini memberikan suatu peringatan kepada mereka, saat umat Allah berhadapan dengan bencana rohani, setiap orang harus bertanggung jawab, terutamanya nabi-nabi yang dipilih oleh Allah yang merupakan penjaga kaum Israel. Jadi mereka yang menggembalakan umat Allah harus memikul tanggungjawab yang berat, mereka harus siaga setiap saat!

Salomo, Yerobeam, nabi tua dan abdi Allah dari Yehuda, mereka semua dipilih oleh Allah, mengapa mereka pada akhirnya tersandung? Kita mengira bahwa barangsiapa yang Allah pilih, Allah akan tanpa syarat melindunginya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Alasan Allah memilih atau memanggil seseorang adalah untuk memberinya suatu misi untuk dilaksanakan. Allah akan memberinya kasih karunia yang dibutuhkan untuk memyelesaikan misi itu. Tapi itu tidak berarti bahwa orang itu tidak akan pernah tersandung dan meninggalkan Allah. Saya telah berkata bahwa janji Allah selalu ada syaratnya. Orang yang dipilih oleh Allah harus terus menerus tunduk pada Allah agar mendapatkan anugerah dari Allah untuk menyelesaikan misinya. Itulah alasan mengapa Allah terus menerus memperingatkan Salomo dan Yerobeam untuk menaati hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan Allah.

Alkitab juga memakai contoh nabi tua untuk memberikan peringatan kepada hamba-hamba Tuhan dan pendeta-pendeta senior agar mereka mempertahankan cinta mula-mula mereka. Jangan membiarkan Iblis memakai dunia untuk secara pelahan-lahan mengikis iman Anda. Jika Anda berkompromi dengan dunia, dosa dan daging, maka secara perlahan-lahan pada akhirnya Anda akan berubah menjadi seperti nabi tua itu. Yang tersisa pada akhirnya hanyalah kerangka spiritual yang kosong karena Allah tidak lagi akan memakai Anda. Allah tidak lagi dapat memakai Anda untuk memberkati umatNya, yang akan terjadi adalah Anda akan jatuh dan mengakibatkan kematian banyak orang yang baru percaya. Nabi tua itu tinggal di Israel tapi dia tidak dapat membawa pemulihan spiritual bagi bangsa Israel. Pada akhirnya, dia malah mengakibatkan kematian seorang abdi Allah yang muda dan cakap. Gereja selalunya tidak dapat dipulihkan bukan kareana orang-orang yang baru percaya tapi dikarenakan oleh pendeta-pendeta atau hamba-hamba Tuhan yang “tua”. Setiap dari kita harusnya menyelidiki hubungan kita dengan Allah dan tidak menjadi seperti “nabi tua” yang mendatangkan kematian bagi dirinya dan juga orang lain.

Alkitab memberikan penilaian yang sangat negatif terhadap Yerobeam. Kita mau tidak mau harus bertanya, “Mengapa Allah memilih orang seperti itu untuk menjadi raja Israel?” Apakah karena Allah tidak tahu dia orang yang seperti apa? Bukankah Allah itu maha tahu? Mengapa Allah melakukan kesalahan yang sedemikian?

Sebenarnya sebelum Yerobeam menjadi raja Israel, dia adalah orang yang sangat tangkas. Salomo sangat mengagumi kemampuannya. Karena itu Yerobeam diangkat untuk menjadi mandor bagi semua proyeknya. Yerobeam bukan saja seorang yang tangkas tapi juga punya rasa keadilan. Kita membaca itu di 11:27 bahwa dia berani berkonflik dengan Salomo. Dari sini kita bisa melihat bahwa dia seorang yang berani mengutarakan pendapatnya. Sekalipun di hadapan Raja Salomo, dia tidak takut untuk mengungkapkan pandangannya dan tidak berkompromi. Walaupun dengan berbuat demikian, dia telah membuat Salomo tersinggung.

Jadi, dari sudut pandang manajemen, Yerobeam adalah seorang yang punya kualitas seorang pemimpin. Dia berani menentang kebijakan Salomo yang tidak adil terhadap suku-suku yang lain. Ini membuktikan bahwa dia seorang yang punya rasa keadilan. Dia bukan sosok yang tanpa kebaikan dan egois. Allah memilih dia karena dia memiliki kualitas-kualitas itu. Tapi, janganlah lupa, Allah tidak memilih seorang manusia sempurna tanpa kekurangan. Sekalipun kita punya banyak kekurangan, Allah masih mau memberi kita kesempatan. Itulah alasan mengapa setiap kali Allah memilih seseorang di Kitab Raja-raja, Allah selalu memperingatkan orang-orang itu untuk menepati perintah-perintah Allah. Allah tahu kelemahan kita, karena itu Dia memakai hukum dan ketetapanNya untuk melindungi dan membimbing kita.

Abdi Allah dari Yehuda adalah contoh yang sangat baik. Untuk melindunginya, Allah telah mengintruksikan dia untuk tidak makan atau minum di Betel sebelum dia meninggalkan Yehuda. Instruksi ini tidak bermaksud untuk membatasi dia, menghilangkan kebebasannya, tapi instruksi itu adalah untuk melindunginya. Demi keamanan spiritualnya, Allah menginstruksikan dia untuk cepat-cepat meninggalkan tempat itu langsung setelah dia menyelesaikan misi dan tidak berlama-lama di situ. Tapi abdi Allah ini tidak dengan saksama menaati instruksi Allah, dan akibatnya adalah dia kehilangan nyawanya.

Kiranya contohnya ini akan membantu kita untuk memahami hati Allah. Seringkali kita tidak memahami mengapa Allah menghentikan kita dari melakukan hal-hal yang tertentu. Dan hal-hal ini kelihatannya tidak terlalu penting. Segala sesuatu yang Allah instruksikan pada kita bermaksud untuk melindungi kita dan demi manfaat kita. Kemungkinan kita tidak memahaminya sekarang. Tapi dengan bergulirnya waktu, kita mungkin akan pada suatu hari nanti memahami kehendakNya yang baik.

Hari ini kita akan melihat pada 1 Raja-Raja 14:1-18. Perikop ini berkaitan dengan Yerobeam. Kita akan pertama-tama melihat pada ayat-ayat 1-3:

1 Raja-Raja 14:1-3 Pada waktu itu Abia, anak Yerobeam jatuh sakit. Lalu Yerobeam berkata kepada isterinya: “Berkemaslah! Menyamarlah, supaya jangan diketahui orang, bahwa engkau isteri Yerobeam, dan pergilah ke Silo. Bukankah di sana tinggal nabi Ahia! Dialah yang telah mengatakan tentang aku, bahwa aku akan menjadi raja atas bangsa ini. Bawalah sepuluh roti, kue kismis, dan sebuli-buli air madu, dan pergilah kepadanya. Dia akan memberitahukan kepadamu, apa yang akan terjadi dengan anak ini.”

Di akhir pasal 13, 1 Raja-raja memberitahu kita bahwa Yerobeam tidak meninggalkan perbuatan jahatnya walaupun setelah menerima nubuatan dari abdi Allah dari Yehuda itu. Dia meneruskan dengan pengangkatan orang biasa menjadi imam-imam dan mendorong bangsa Israel untuk mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan. Yerobeam tidak menghiraukan peringatan Allah. Dia terus melakukan apa yang dia mau. Jadi Allah harus menyadarkan dia dengan memakai cara yang lain. Suatu hari, anaknya Abia, jatuh sakit dan semua tabib di istana tidak dapat menyembuhkannya.

Yerobeam adalah seperti banyak orang Kristen. Saat tidak ada masalah mereka melakukan apa saja yang mereka mau. Mereka sama sekali tidak mendengarkan instruksi Allah. Tapi saat ada masalah, mereka baru terpikir untuk berdoa pada Allah. Saat putra Yerobeam sakit parah, dia tiba-tiba teringat pada nabi Ahia. Nabi Ahialah yang menubuatkan bahwa Yerobeam akan menjadi raja Israel. Dan nubuat ini memang tergenapi setelah itu. Yerobeam berharap bahwa nabi Ahia akan menyembuhkan anaknya dalam nama Allah. Tapi dia tidak berani untuk bertemu dengan nabi Ahia karena dia tidak mendengarkan nasehat Ahia. Tapi Yerobeam sangat mengasihi anaknya, dan pada akhirnya dia menyarankan untuk isterinya menyamar sebagai orang biasa dan pergi ke Silo untuk mencari nabi Ahia.

Yerobeam tahu bahwa apa yang telah dia lakukan itu tidak menyenangkan Allah, jadi dia takut bahwa nabi Ahia akan mengenal isterinya, dan dengan itu akan mengatakan hal-hal yang tidak baik. Sulit juga untuk memahami cara Yerobeam berpikir. Dia menyakini bahwa Allah itu maha kuasa tapi dia sendiri tidak mau tunduk pada Allah. Dia mengetahui bahwa Allah itu maha tahu, tapi dia kira dia bisa menyembunyikan segala sesuatu dari Allah dan menipu nabi Allah.

Mentalitas ini sangat aneh. Tapi di dalam kehidupan nyata kita sehari-hari, banyak orang Kristen yang menangani Allah dalam cara ini. Mereka mengklaim bahwa mereka percaya pada Allah tapi mereka melakukan apa saja yang mereka mau tanpa mengingat Allah. Allah tidak ada di mata mereka. Mereka mengklaim bahwa Allah itu maha tahu tapi mereka seringkali berbuat dosa secara tersembunyi. Sangat tidak konsisten. Kita bisa melihat ketidak-konsistensi ini pada orang lain. Saat kita melihat Yerobeam kita mengeleng-geleng kepala. Kita menilai Yerobeam sebagai orang yang sangat parah tapi kita buta pada apa yang kita sendiri lakukan. Inilah kengerian dosa. Dosa membuat kita semua menipu diri kita sendiri. Kita melanjutkan untuk melihat di ayat-ayat 4-6:

1 Raja-Raja 14:4-6 Isteri Yerobeam berbuat deamikian. Ia berkemas, pergi ke Silo dan masuk ke rumah Ahia. Ahia tidak dapat melihat lagi, sebab matanya sudah kabur karena ia sudah tua. Tetapi TUHAN telah berfirman kepada Ahia: “Bahwasanya isteri Yerobeam datang untuk menanyakan kepadamu perihal anaknya, sebab anak itu sedang sakit. Begini-begini harus kaukatakan kepadanya.” Ketika perempuan itu masuk, berbuatlah ia seolah-olah orang lain. Tetapi sesudah Ahia mendengar bunyi langkah perempuan itu, sementara melangkah masuk pintu, berkatalah ia: “Masuklah, hai isteri Yerobeam! Mengapakah engakau berbuat seolah-olah engkau orang lain? Aku disuruh menyampaikan pesan yang keras kepadamu.

Ayat 4 memberitahu kita bahwa Ahia sudah menjadi buta karena sudah tua. Sekalipun isteri Yerobeam tidak menyamar seperti orang biasa, Ahia tidak akan tahu siapa dia. Tapi hal yang luar biasa adalah: sekalipun Ahia tidak dapat melihat secara jasmani, tapi mata spiritualnya masih terang. Dia masih sangat peka pada suara Allah. Allah telah menyingkapkan semuanya pada dia. Ahia dapat melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh orang bisa karena dia peka pada suara Allah. Dia memang layak disebut sebagai nabi Allah.

Hal yang paling penting bukanlah organ tubuh jasmani kita, Allah berbicara ke dalam hati. Isteri Yerobeam menyamar sebagai orang biasa dan bahkan orang dengan penglihatan yang baik juga tidak dapat mengenal dia. Tapi dengan mengandalkan pewahyuan dari Allah, nabi Ahia langsung bisa mengenal siapa dia sebenarnya. Ahia dan Yerobeam merupakan dua sosok yang sangat jauh berbeda. Secara fisik, Yerobeam sangat gagah, tangkas dan efisien, dan matanya terang tapi dia tidak dapat dipimpin oleh Allah. Ahia seorang sosok yang tua, buta dan tidak leluasa bergerak tapi dia sangat peka pada suara Allah dan dapat dipimpin oleh Allah. Apa yang akan menjadi pilihan Anda?

Melayani Allah tidak bergantung pada talenta, kemampuan dan hikmat kita. Pelayanan sepenuhnya bergantung pada Allah. Namun untuk dapat dipimpin oleh Allah, kita harus menjadi orang yang berhati murnia. Allah hanya dapat memimpin orang yang hatinya suci. Jika Allah tidak memimpin kita, bagaimana kita bisa memimpin orang lain? Pada akhirnya, yang terjadi adalah orang buta memimpin orang buta.

Ayat 6 memberitahu kita bahwa saat isteri Yerobeam melangkah masuk ke dalam rumah, sang nabi sudah mengenal siapa dia. Kita dapat membayangkan kekagetan isteri Yerobeam dan dia tidak tahu harus bagaimana. Dia telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk menyamar sebagai orang biasa, tapi tidak terpikir oleh dia bahwa identitasnya akan langsung tersingkap pas dia melangkah masuk ke dalam rumah sang nabi, bahkan sebelum dia sempat membuka mulutnya. Dia merasa sangat malu. Sebenarnya, hal itu masih belum seberapa dibandingkan dengan apa yang akan terjadi setelah itu! Apa yang akan disampaikan oleh nabi Ahia akan membuatnya lebih ketakutan lagi. Mari kita membaca di ayat-ayat 7-12:

1 Raja-Raja 14:7-12 “Pergilah, katakan kepada Yerobeam: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Aku telah meninggikan engkau dari tengah-tengah bangsa itu, dan mengangkat engkau menjadi raja atas umatKu Israel; Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hambaKu Daud yang tetap mentaati segala perintahKu dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mataKu. Sebab engkau telah melakukan perbuatan jahat lebih dari semua orang yang mendahului engkau dan telah membuat bagimu allah lain dan patung-patung tuangan, sehingga engkau menimbulkan sakit hatiKu, bahkan engkau telah membelakangi Aku. Maka Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis. Setiap orang dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab TUHAN telah mengatakannya. Tetapi bangunlah dan pulang ke rumahmu. Pada saat kakimu melangkah masuk kota, anak itu akan mati.

Nabi sama sekali tidak menyampai hal yang memberi pengharapan. Dia bukan saja mengumumkan tentang kematian anak Yerobeam, tapi bahwa Allah akan mendatangkan lebih banyak mala petaka ke atas keluarga Yerobeam. Mala petaka yang bagaimana? Dikatakan bahwa Allah akan membunuh semua laki-laki di dalam keluarganya. Dan mereka semua akan mati tanpa dikuburkan. Mengapa Allah begitu serius menangani mereka? Alasannya ada di ayat-ayat 8-9 – karena Yerobeam telah meremehkan kata-kata nabi. 

Yerobeam tidak berani bertemu dengan Ahia karena dia tidak melakukan instruksi yang disampaikan oleh nabi. Dia mengira bahwa tidak akan ada konsekuensi dari ketidak-taatannya pada kata-kata sang nabi. Tapi dengan meremehkan apa yang disampaikan oleh nabi, dia telah meremehkan Allah. Karena nabi adalah jurubicara bagi Allah. Lalu Ahia menginstruksikan isteri Yerobeam untuk menyampaikan pada dia bahwa Allah akan menghakimi seluruh keluarganya. Semuanya ini terjadi kerana Yerobeam telah meremehkan instruksi Allah, tidak menjalankan perintah-perintah Allah dan melakukan apa yang jahat di mata Allah.

Sebenarnya nabi Ahia saat dia pertama kali bertemu dengan Yerobeam telah menginstruksikan Yerobeam untuk menaati instruksi-instruksi dari Allah untuk hidup sesuai dengan ketetapan-ketetapan Allah, dan belajar dari Daud untuk melakukan apa yang baik di mata Allah (11.38). Inilah persyaratan yang Allah tetapkan dalam memberikan kepadanya 10 suku-suku Israel. Tapi setelah Yerobeam memperoleh kekuasaan, dia sepenuhnya mengabaikan semua perintah Allah. Dia memerintah Israel sesuai dengan kehendaknya sendiri dan membuat Israel jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala.

Perbuatan-perbuatan jahatnya telah membuat keluarganya punah tanpa keturunan. Perbuatan jahatanya bukan saja menyakiti keluarganya, tapi juga membawa kebinasaan bagi Israel. Mari kita melihat pada ayat-ayat 15-16:

1 Raja-Raja 14:15-16 “Kemudian TUHAN akan menghajar orang Israel, sehingga tergoyah-goyah seperti gelagah di air dan Ia akan menyentakkan mereka dari pada tanah yang baik ini yang telah diberikanNya kepada nenek moyang mereka; Ia akan menyerakkan mereka ke seberang sungai Efrat sana, oleh karena mereka telah membuat tiang-tiang berhala mereka dan dengan demikian menyakiti hati TUHAN. Ia akan lepas tangan terhadap orang Israel oleh karena dosa-dosa yang telah dilakukan Yerobeam dan yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.”

Allah bukan saja mendatangkan mala petaka ke atas seluruh keluarga Yerobeam. Dia juga akan menangani bangsa Israel. Tentu saja, Israel di sini berarti seluruh negara utara. Allah mau mengeluarkan bangsa Israel dari tanah perjanjian dan menyerakkan mereka ke seberang sungai Efrat. Allah telah merencanakan untuk membuang bangsa Israel ke tempat yang jauh sampai ke timur. Jadi dosa Yeroebam bukan saja menyakiti seluruh keluarganya tapi juga seluruh bangsa. Perbuatan jahat Yerobeam telah menaburkan benih-benih kebinasaan di antara bangsa Israel. Tanggungjawab seorang gembala sangatlah berat. Keputusan kita secara langsung mempengaruhi prospek spiritual dari sebuah gereja. Kita benar-benar harus belajar untuk memimpin gereja dengan rasa takut dan gentar. Kita tidak boleh sama sekali mengikuti langkah Yerobeam dan menjadi gembala yang menyakiti diri sendiri dan juga orang lain.

Negara utara, Israel binasa di tahuan 722-21 SM. Yerobeam bertakhta sebagai raja di sekitar tahun 931-910 SM. Mengapa Allah begitu awal sudah menubuatkan pembinasaan Israel? Apakah itu karena tidak ada yang bisa mengubah apa yang telah Allah rencanakan? Mengapa Allah tidak membinasakan negara utara saat negara itu berada di bawah pemerintahan Yerobeam?

Allah dari jauh-jauh hari telah menubuatkan pembinasaan negara utara untuk memberi kesempatan pada Israel untuk bertobat. Jika Israel tidak mau binasa, tidak mau ditinggal oleh Allah, maka mereka harus menangani kejahatan mereka yakni ketidak-percayaan, pemberontakan dan penyembahan berhala. Hal yang menyedihkan adalah bahwa raja-raja setelah Yerobeam juga tidak mendengar dan menaati nubuatan sang nabi. Mereka tidak menarik pelajaran dari Yerobeam. Karena itu negara utara berakhir dalam pembinasaan.

Dalam pasal 13, Allah memperingatkan Yerobeam lewat abdi Allah dari Yehuda. Tapi dia sama sekali tidak meresponi, dia tetap seperti sebelumnya. Hati Yerobeam telah menjadi sangat keras. Allah tahu bahwa dia sama sekali tidak tersentuh dengan kata-kata nabi Ahia. Jadi, pada waktu ini, Allah memberikannya suatu pertanda buruk dan berharap bahwa hal itu akan membuatnya sadar. Mari kita membaca di ayat 13:

1 Raja-Raja 14:13 “Seluruh Israel akan meratapi dia dan menguburkan dia,sebab hanya dialah dari pada keluarga Yerobeam yang mendapat kubur, sebab di antara keluarga Yerobeam hanya padanyalah terdapat sesuatu yang baik di mata TUHAN, Allah Israel.”

Pertanda ini sangatlah kejam. Anak Yerobeam seorang yang baik tapi dia dijadikan kambing hitam. Sebenarnya pertanda ini adalah suatu bentuk belas kasihan dari Allah. Tujuannya adalah untuk membuat Yerobeam sadar, untuk menyelamatkan dia sebelum terlambat dan membuat dia bertobat agar dia diselamatkan. Tapi hati Yerobeam sudah terlalu keras, jadi Allah harus memakai metode ini untuk mengagetkan dia. Tapi hatinya tetap saja keras. Sekalipun anak Yerobeam harus mati tapi hal itu merupakan belas kasihan Allah. Karena, “hanya dialah dari pada keluarga Yerobeam yang mendapat kubur”. Allah mengingat kebaikannya. Dia tidak perlu menghadapi bencana-bencana yang akan menimpa keluarganya.

Saya yakin kita memandang kematian sebagai suatu hal yang malang. Sekiranya seorang anak muda meninggal dunia, kita merasakan itu hal yang sangatlah disayangkan. Tapi kita tidak pernah memikirkan kematian sebagai rahmat dari Allah terhadap manusia. Yerobeam mati dengan tenang. Kelihatannya dia tidak perlu membayar harga untuk perbuatan-perbuatan jahatnya. Anaknya seorang yang baik tapi meninggal dunia dalam usia yang sangat muda. Dari sudut pandang manusia, hal ini tidak adil. Tapi cara-cara Allah selalu lebih tinggi dari cara kita. Dia adil secara mutlak. Anak Yerobeam mati awal, tapi bukan karena Allah tidak adil tapi karena rahmat Allah. Allah mengingat kebaikannya jadi Allah menyelamatkannya dari keluarga Yerobeam agar dia tidak terlibat dalam kejahatan yang dilakukan oleh Yerobeam.

Ayat-ayat 17-18 memberitahu kita bahwa saat istri Yerobeam tiba di Tirza, anaknya meninggal pas saat dia melangkah masuk ke dalam rumah. Inilah pertanda yang Allah mau sampaikan pada Yerobeam. Namun sangatlah disayangkan bahwa Yerobeam masih tidak mau melembutkan hatinya, dia terus melakukan perbuatan jahatnya dan sepenuhnya mengabaikan peringatan-peringatan dari Allah!

 

Berikan Komentar Anda: