Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 14:21-31 |

Di sesi yang ke-15, saya telah memperkenalkan anak Salomo, Rehabeam. Tidak terdapat banyak kemunculan tentang Rehabeam di kitab 1 Raja-Raja. Jadi, saya mengira bahwa satu sesi sudah cukup untuk memperkenalkan Rehabeam. Tapi setelah melihat di kitab 2 Tawarikh, saya menemukan bahwa adalah perlu untuk berbicara lebih banyak tentang Rehabeam karena sosok ini merupakan suatu potret bagi banyak orang Kristen.

Kehidupan spiritual kebanyakan orang Kristen selalunya terombang ambing, kadang-kadang baik dan kadang-kadang tidak baik; ada kalanya sangat mengasihi Allah tapi, tidak lama setelah itu, mendingin dan mundur. Saya percaya banyak orang Kristen memiliki pengalaman yang sedemikian. Pengalaman yang begini sangatlah lazim. Jika kehidupan spiritual kita turun naik, tidak stabil, ada kala baik dan ada kala buruk, kira-kira bagaimanakah Allah akan memandang pada kita?

Banyak orang Kristen yang mengira bahwa kehidupan spiritual yang turun naik itu sangat normal karena manusia itu lemah. Dan bahkan Daud yang perkasa juga sangat lemah. Jadi Allah akan memahami kelemahan kita, Dia tidak akan memperhitungkan semua itu. Seperti ulangan semester, kadang hasilnya bagus, kadang jelek. Jika hasil semester pertama bagus dan kita gagal semester yang kedua, kita masih mendapatkan hasil yang lumayan pada keseluruhannya. Tapi permasalahannya adalah, bagaimana Allah memandang semuanya itu?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali pada kehidupan Rehabeam. Rehabeam yang memiliki ikatan persaudaraan dengan Yerobeam, adalah seorang raja yang baik. Masalahnya adalah penundukannya pada Allah terus berubah-ubah. Mari kita meninjau kembali kehidupan Rehabeam. Kita hanya akan melihat terutama pada 2 Tawarikh 11-12. Kita membaca dari 2 Tawarikah 11:11-12:

2 Tawarikh 11:11-12 11Ia memperkokohkan kota-kota kubu itu dan menempatkan di situ kepala-kepala pasukan dengan persediaan makanan, minyak dan anggur; 12 perisai dan tombak pun disediakan di tiap-tiap kota. Ia membuat kota-kota itu amat kokoh. Demikianlah Yehuda dan Benyamin menjadi daerah kekuasaannya.

Setelah pemecahan Israel menjadi negara utara dan selatan, Rehabeam memperkokohkan setiap kota di Yehuda untuk melindungi kota-kota Yehuda dari diserang orang Yerobeam. Hal yang menarik adalah Yerobeam tidak mengembangkan kekuasaan militernya dan dia hanya melakukan reformasi religus. Yerobeam mau memakai agama untuk mengekang Rehabeam. Namun, Rehabeam meningkatkan kewaspadaannya dari setiap aspek. Dia bukan hanya memperkokohkan pertahanan Yehuda secara militer, tapi juga secara spiritual. Dia memimpin bangsa Yehdua untuk  dengan sepenuh hati mencari Allah. Mari kita membaca di 2 Tawarikh 11:16-17:

2 Tawarikh 11:16-17  16 Dari segenap suku Israel orang datang ke Yerusalem mengikuti orang-orang Lewi itu, yakni orang yang telah membulatkan hatinya untuk mencari TUHAN Allah Israel; dan mereka datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka.17 Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan Yehuda dan memperkuat permerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup mengikuti jejak Daud dan Salomo.

Di sesi yang lalu, kita telah melihat bahwa setelah para imam, orang-orang Lewi dan orang-orang saleh meninggalkan negara utara dan berpindah ke Yerusalem, kota Yerusalem mengalami kebangkitan rohani. Suku Israel dengan sepenuh hati berjalan di dalam jalannya Daud dan Salomo – mereka belajar dari raja Daud dan Salomo untuk mengasihi Allah dengan segenap akal budi dan hati. Negara Yehuda pada waktu itu dilindungi kubu-kubu pertahanan. Kerajaan Rehabeam diperkokoh selama tiga tahun. Mengapa hanya tiga tahun? Mari kita membaca di 12:1-2:

2 Tawarikh 12:1-2  Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh. Tetapi pada tahun kelima zaman raja Rehabeam, majulah Sisak, raja Mesir, menyerang Yerusalem – karena mereka berubah setia terhadap TUHAN

Karena kerajaannya telah didirikan dan diperkokohkan, Rehabeam berserta seluruh Israel meninggalkan hukum Allah. Setelah Israel terpisah menjadi dua, Rehabeam sangat aktif mencari Allah, itulah alasannya mengapa selama tiga tahun yang pertama, Allah memperkuatkan negara Yehuda. Tapi saat negara itu telah menjadi teguh, di tahun ke-empat, Rehabeam melupakan Allah dan meninggalkan hukum-hukum Allah. Hati Rehabeam terhadap Allah berubah-ubah. Hal ini sangat mencirikan Rehabeam.

Konsekuensi dari Rehabeam meninggalkan hukum Allah pada negara selatan sangatlah besar. Pertama-tama, karena teladannya bangsa Yehuda turut tidak menaati hukum-hukum Allah. Jadi, ayat 2 berkata bahwa raja dan rakyat telah memurkai Allah dengan berubah kesetiaan mereka. Kedua, di tahun ke-lima pemerintahannya, Allah menggerakkan raja Mesir, Sisak untuk datang menyerang Yerusalem. Allah tidak mengizinkan negera selatan untuk terlalu lama menikmati kestabilan dan menjadi kuat.

Ayahnya Rehabeam, Salomo mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Firaun Mesir. Mengapa Mesir tiba-tiba menyerang Israel? Perhatikan bahwa raja Mesir, Sisak hanya menyerang negara selatan dan bukannya negara utara. Setiap orang yang bijaksana akan menyadari bahwa hal ini merupakan suatu tindakan Allah. Hanyalah karena campurtangan Allah, Salomo dapat mempertahankan hubungan yang baik dengan Firaun Mesir. Bukanlah suatu kebetulan negara Israel bisa menikmati kedamaian. Kedamaian dan kekuatan Israel bukanlah karena kekuatan militer dan juga bukan karena kebijakan luar negerinya. Kedamaian yang dimiliki oleh Israel adalah karena ketaatan mereka pada hukum Allah. Saat Rehabeam dan orang-orang Yehuda dengan sepenuh hati mencari Allah, Allah meneguhkan negara itu. Saat Rehabeam dan rakyatnya meninggalkan hukum Allah, Allah memakai Mesir sebagai cambuk untuk mendisplin mereka. Tindakan displin ini merupakan suatu ungkapan kasih dan rahmat Allah ke atas Rehabeam. Saat raja Mesir, Sisak datang menyerang Yerusalem, bagaimana Rehabeam menangani situasinya? Mari kita melihat di ayat-ayat 3-5:

2 Tawarikh 12:3-5  3 dengan seribu dua ratus kereta dan enam puluh ribu orang berkuda, sedang rakyat yang mengikutinya dari Mesir, yakni orang Libia, orang Suki dan orang Etiopia, tidak terhitung banyaknya. Ia merebut kota-kota benteng yang di Yehuda, bahkan mendekati Yerusalem. Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yeruslaem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: “Beginilah firman TUHAN: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Aku pun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak.” 

Saat raja Mesir, Sisak datang dengan dengan penuh kekuatan dan mengalahkan kota-kota benteng yang di Yehuda dengan mudah, seperti angin meniup dedaunan kering dari pohon-pohon dan tiba di depan kota Yerusalem. Janganlah lupa bahwa Rehabeam telah menghabiskan banyak tenaga dan uang untuk mengukuhkan kota-kota ini namun kota-kota benteng ini tidak dapat menahan serangan dari raja Sisak. Ini adalah karena semuanya ini terjadi atas kehendak Allah.

Saat raja Mesir, Sisak menyerang Yerusalem, Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda sedang berkumpul untuk mendiskusikan apa yang harus dilakukan. Di momen yang genting ini, nabi Semaya datang bertemu dengan Rehabeam dan para pemimpin itu. Semaya adalah nabi yang menghentikan peperangan di antara negara utara dan selatan. Di momen yang kritis ini, dia muncul lagi. Dia menegur Rehabeam dan para pemimpin Yehuda dengan berkata bahwa mereka telah meninggalkan Allah, jadi Allah memakai raja Mesir, Sisak untuk menghukum mereka. Sekali lagi, kita melihat pentingnya seorang nabi. Di momen yang penting ini, Allah akan memakai nabiNya untuk menyampaikan kehendakNya. Saat Rehabeam dan para pemimpin Yehuda mendengar kata-kata nabi, apa yang menjadi respon mereka? Mari kita melanjutkan untuk melihat di ayat-ayat 6-8:

2 Tawarikh 12:6-8  6 Maka pemimpin-pemimpin Israel dan raja merendahkan diri dan berkata: “TUHANlah yang benar!” Ketika TUHAN melihat bahwa mereka merendahkan diri, datanglah firman TUHAN kepada Semaya, bunyinya: “Mereka telah merendahkan diri, oleh sebab itu, Aku tidak akan memusnahkan mereka. Aku segera akan meluputkan mereka dan kehangatan murka-Ku tidak akan dicurahkan atas Yerusalem dengan perantaraan Sisak. Tetapi mereka menjadi hamba-hambanya, supaya mereka tahu membedakan antara mengabdi kepadaKu dan mengabdi kepada kerajaan-kerajaan duniawi.”

Setelah Rehabeam dan para pemimpin Yehuda mendengarkan kata-kata sang nabi, mereka merendahkan diri mereka di hadapan Allah, dan mengakui perlanggaran mereka, dan menganggap Allahlah yang benar. Rehabeam mau menerima teguran sang nabi, dan tunduk pada kehendak Allah dan menyerah pada raja Mesir, Sisak. Ini merupakan suatu langkah yang bijaksana.

Dari sudut pandang ini, Rehabeam lebih baik dari Yerobeam karena Yerobeam tidak bertobat sekalipun telah diperingatkan berkali-kali. Dia bahkan tidak memberikan perhatian pada kata-kata sang nabi. Tentu saja, Rehabeam sedikit lebih baik dari Yerobeam. Namun Rehabeam juga punya masalah, dia mudah dipengaruhi oleh kesusksesannya dan melupakan Tuhan saat situasi menjadi semakin membaik. Saat ditegur dan dihajar oleh Allah, dia akan tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah. Dia tidak memiliki suatu pemikiran yang tegas. Jadi, kehidupan spiritualnya seringkali agak labil.

Bagaimanapun, Allah menerima pertobatan Rehabeam dan para pemimpin Yehuda. Tapi pertobatan mereka tidak membuat Allah menghilangkan hukumanNya. Allah mengizinkan raja Mesir untuk menguasai Yerusalem, merampas kekayaan Bait Suci dan istana. Allah hanya mengurangi displinnya ke atas Rehabeam dengan tidak mengizinkan raja Mesir memusnahkan Yerusalem.

Pokok ini memperingatkan kita bahwa saat kita didisplin oleh Allah, jangan berpikir bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja saat kita mengakui dosa kita dan bertobat. Ini tidak benar. Saat Allah memutuskan untuk mendisplin kita, Dia akan melaksanakannya sampai tuntas. Jika kita tidak terlambat untuk bertobat, Dia akan mengurangi tingkat displinnya karena belas kasihannya. Tapi Dia tidak akan menghilangkan semua displinnya karena displin itu sangat bagus untuk kehidupan spiritual kita. Jika kita menerima displin Allah dengan hati yang tunduk, displin dari Allah itu akan menjadi berkat bagi kita. Apa yang terjadi pada Daud adalah bukti yang paling baik tentang hal ini.

Sekalipun Allah telah mengurangi hukumannya ke atas Rehabeam dan umatnya, displin yang dijatuhkan Allah ke atas mereka masih sangat serius. Kita melanjutkan untuk melihat di ayat 9:

2 Tawarikh 12:9  9Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah raja; semua dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo.

Walaupun negara selatan tidak mengalami pemusnahan namun displin Allah merupakan suatu keaiban. Emas dan harta negara mereka diambil pergi oleh raja Mesir. Bait Allah dijarah sampai kosong oleh Firaun. Bagi orang Yehuda penjarahan bait Suci oleh orang-orang Mesir merupakan hal yang paling memalukan. Tapi Allah memakai cara ini untuk memperingatkan mereka agar tidak terlalu bertakhyul tentang bait Suci. Hal yang paling penting adalah untuk tunduk pada Allah yang kekal. Jangan mengira bahwa dengan memiliki bait Allah maka Allah akan melindungi mereka tanpa syarat. Allah memakai raja Mesir, Sisak untuk memperingatkan mereka tentang akibat dari pemberontakan. Sejak saat itu, negara Yehuda kehilangan kedamaian, kekayaan dan juga kemerdekaan. Semuanya ini adalah karena orang-orang Yehuda tidak mau sepenuh hati melayani Allah. Hal ini membuat saya berpikir bahwa peristiwa ini mungkin membuat raja Israel, Yerobeam bahkan lebih lagi mengeraskan hatinya untuk terus menipu dirinya sendiri. Karena negara Israel tidak diserang oleh negara asing, apakah itu berarti bahwa Allah sedang memberkati negara utara? Kemungkinan apa yang terjadi pada negara selatan membuat Yerobeam bahkan lebih arogan dan percaya diri.

Setelah Rehabeam dan para pemimpin Yehuda mengalami displin Allah, apa yang menjadi respon mereka? Mari kita membaca di ayat 12:

2 Tawarikh 12:12   12 Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda.

Saat Rehabeam merendahkan dirinya di hadapan Allah, Allah menunjukkan belas kasihan ke atasnya. Dia tidak sepenuhnya memusnahkan negara selatan. Tapi lewat displin ini, sesuatu yang baik mulai terjadi di negara Yehuda. Apakah hal yang baik itu? Hal inilah yang dipandang baik oleh Allah Yahweh (menunjuk pada 1 Raja-Raja 14:13). Alkitab menyebutnya secara konkret. Yang jelas lewat displin yang didatangkan melalui raja Mesir, rakyat Yehuda mulai berpaling kembali pada apa yang baik di mata Allah.

Secara keseluruhan, Rehabeam adalah raja yang baik, terutamanya kalau dibandingkan dengan Yerobeam. Satu-satu hal yang menjadi masalahnya adalah penundukannya pada Allah ada kalanya baik, ada kalanya sangat tidak baik. Lalu apa penilaian Alkitab tentang hidup Rehabeam. Mari kita baca di 2 Tawarikh 12:14:

2 Tawarikh 12:14  14 Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN

Melihat pada kehidupan Rehabeam, kita semua setuju bahwa walaupun prestasinya ada kalanya baik, ada kalanya tidak, dia bukanlah raja yang jahat dibandingkan dengan Yerobeam. Setidaknya, Alkitab tidak berkata bahwa dia melakukan suatu tindak kejahatan yang parah. Tapi komentar yang diberikan pada Rehabeam di ayat 14 adalah sesuatu yang tidak kita duga. Alkitab menyebutnya sebagai seorang yang berbuat jahat. Kejahatan apa yang telah dia perbuat? Mengapa dia berbuat jahat? Karena dia tidak tekun mencari Allah. Apa yang dimaksudkan dengan “tekun” mencari Allah?”

“Tekun” di dalam teks aslinya berarti “mempersiapkan/memperlengkapi”, “ketetapan hati” atau “penguatan”. Kita dapat melihat pada referensi lain untuk melihat bagaimana kata ini dipakai. Satu contoh ada di 2 Tawarikh 26:14:

2 Tawarikh 26:14  14 Uzia memperlengkapi seluruh tentara itu dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur dan batu umban.

Kata asli yang diterjemahkan sebagai “memperlengkapi” di 2 Tawarikh 26:14 adalah kata yang sama dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan sebagai “tekun” di 12:14. Kita dapat melihat bahwa saat kita tekun mencari Allah, kita harus memperlengkapi diri. Sama seperti raja Yehuda, Uzia memperlengkapi seluruh tentera dengan segala macam persenjataan untuk memperkuatkan diri mereka untuk melawan kekuasaan musuh. Mempersiapkan angkatan yang kuat tidak terjadi dalam satu hari. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memperlengkapkan diri dan untuk melatih. Dengan cara yang sama, mencari Allah tidak terjadi dalam satu hari, hal ini merupakan tujuan atau gol seluruh hidup kita. Jika kita tidak mempersiapkan hati kita, sangatlah sulit untuk mencari Allah dengan ketetapan hati dan ketekunan.

Banyak orang yang mencari Allah hanya di saat ada kebutuhan, contohnya saat sakit parah, saat diberhentikan dari pekerjaan dll. Setelah masalah mereka tertangani, mereka akan membuang Allah jauh-jauh. Di lain waktu, saat berhadapan dengan masalah lagi, mereka akan sekali lagi mencari Allah dengan serius. Orang Kristen yang seperti ini sangat terombang ambing kehidupan mereka karena mereka hanya mencari Allah karena keadaan memaksa mereka. Mereka sama sekali tidak pernah mempersiapkan hati mereka.

Hal ini merupakan masalah Rehabeam. Setelah Israel terbagi menjadi dua, dia takut bahwa Yerobeam akan merebut takhtanya, karena itu dia dengan sepenuh hati mencari Allah. Saat negaranya kokoh didirikan, dia meninggalkan Allah. Jadi Allah mendisplin dia melalui raja Mesir, Sirsak. Saat bermasalah dengan raja Mesir, Rehabeam lalu sekali lagi menjadi rendah hati dan sekali lagi dengan serius mencari Allah. Besar kemungkinan saat negaranya aman, dia akan sekali lagi meninggalkan Allah. Jadi Alkitab menggambarkan dia seorang yang berbuat jahat karena dia tidak selalu mau menetapkan hatinya untuk mencari Allah.

Mencari Allah adalah gol seumur hidup kita. Kita harus setiap waktu hidup dengan berpegang pada prinsip Tuhan dan tidak melibatkan diri dalam situasi yang menjauhkan kita dari Allah. Karena itu, Yesus telah berkali-kali memberitahu kita bahwa kita harus memperhitungkan harga yang harus dibayar untuk menjadi Kristen. Mari kita melihat di Lukas 14:25-29:

Lukas 14:25-29   25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 26 “Jikalau seseorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. 27 “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu. 28 “Sebaba siapakah di antara kamu yang kalau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 29 “Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan itu?

Yesus telah memakai 2 perumpamaan untuk membantu kita memahami pentingnya memperhitungkan harga yang perlu dibayar untuk mengikuti Yesus. Perumpamaan yang pertama adalah perumpamaan tentang pendirian sebuah rumah. Yang satu lagi adalah tentang raja keluar bertempur dengan musuhnya. Karena keterbatasan waktu, kita hanya akan melihat pada perumpamaan yang pertama, perumpamaan tentang mendirikan rumah. Yesus tahu bahwa dibutuhkan kebulatan tekad dan juga ketekunan untuk mencari Allah. Jika kita tidak memperlengkapi hati kita, kita tidak akan mampu untuk bertahan sampai akhirnya. Sama seperti membangun sebuah rumah, jika kita tidak duduk dan membuat perencanaan atau menghitung ongkosnya, proyek pembangunan kita tidak akan selesai.

Yesus menyampaikan banyak hal untuk kita pertimbangkan dalam hal menghitung ongkos: apakah kita akan terus mencari Allah kalau keluarga kita membantah; kalau nyawa terancam; dan saat harus mengalami penderitaan? Tentu saja ada situasi yang lain: banyak orang yang mencari Allah karena kebutuhan. Mereka tidak pernah duduk dan memperhitungkan biayanya, dan di saat masalah mereka tertangani, mereka melupakan Allah, sama seperti Rehabeam. Tidak heranlah banyak orang yang menyerah setelah hanya satu atau dua tahun menjadi Kristen.

Duduk dan menghitungkan biaya merupakan langkah mempersiapkan hati kita. Jika hati kita siap, kehidupan spiritual kita akan menjadi stabil. Mari kita membaca di 1 Tawarikh 28:7:

1 Tawarikh 28:7   7 ‘Dan Aku akan mengokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya, jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturanKu seperti sekarang ini.’

Kata “mengokohkan” adalah kata yang sama dengan dengan kata “mepersiapkan hati” di dalam naskah asli. Jadi, satu lagi arti “mempersiapkan hati” adalah “mengokohkan”, “tegas”. Sebenarnya, “mempersiapkan” dan “mengokohkan” berkaitan maknanya. Tanpa mengokohkan/mempersiapkan hati kita, kehidupan spiritual kita tidak dapat menjadi kokoh. Kita dapat melihat keteguhan kehidupan spiritual itu bukan suatu hal yang bisa direkayasa.

Perhatikan bagian kedua dari ayat ini, Allah berjanji pada Daud bahwa jika anaknya, Salomo menaati perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan Allah dengan setia, Allah akan mengokohkan kerajaannya. Kita melihat bahwa stabilitas Israel tidak bergantung pada kemampuan manusia tapi bergantung pada Allah. Keturunan Daud hanya perlu mempersiapkan hati mereka untuk mencari Allah, Allah akan mengokohkan takhta mereka. Karena inilah janji Allah pada Daud. Dengan cara yang sama, menjadi seorang Kristen tidaklah bergantung pada kemampuan dan kebulatan tekad kita semata, tapi pada Allah. Untuk mendapatkan pertolongan Allah, kita harus mempersiapkan hati kita, kita harus dengan tekun menaati kehendakNya. Jika kita tekun mempersiapkan hati kita, Allah akan membantu kita, Dia akan mengaruniakan pada kita kemurahan untuk meneguhkan hati kita.

Apa yang menjadi masalah Rehabeam yang membuat sikap hatinya pada Allah selalu berubah-ubah? Masalahnya adalah dia telah menyia-yiakan kemurahan yang Allah berikan kepadanya. Allah telah memakai metode yang berbeda-beda untuk mempersiapkan hatinya untuk mencari Allah, tapi dia meninggalkan hukum-hukum Allah setelah dia menerima kemurahan Allah. Yesus berkata di Matius 13:12 “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” Jika kita terus meresponi kemurahan dan kasih karunia dari Allah, kehidupan spiritual kita akan berkemenangan secara terus menerus. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, dan dia akan memiliki secara berkelimpahan. Jika Anda mengizinkan kehidupan spiritual Anda terombang ambing, maka Anda tidak sedang meresponi kasih karunia Allah. Suatu hari, Allah akan mengambil pergi apa yang Anda miliki. Itu berarti, orang Kristen yang tidak memperlengkapi dan mempersiapkan hati mereka untuk mencari Allah, mereka akan semakin hari semakin melemah dan akhirnya akan mengalami kemunduran.

Dibandingkan dengan Jerobeam, Rehabeam jauh lebih baik. Kita tidak perlu meragukan itu. Hal ini benar, kalau kita membandingkan keduanya, tapi pada akhirnya Alkitab tetap menyebut Rehabeam sebagai orang yang melakukan kejahatan. Kemungkinan pertobatan Rehabeam itu tulus tapi tidak bertahan lama. Saat semuanya menjadi baik-baik saja, dia dengan cepat meninggalkan hukum-hukum Allah. Jika dia bertekun dalam pertobatannya sampai pada akhirnya, Alkitab tidak akan menegur dia sebagai orang yang melakukan kejahatan.

Contoh dari Rehabeam memperingatkan kita untuk tidak menjadi orang Kristen yang terombang ambing. Kita harus mempersiapkan hati kita dan tekun mencari Allah. Jika kita dengan tekun menaati kehendak Allah, Dia akan mengaruniakan kepada kita kemurahan dan anugerah yang akan mengokohkan kehidupan spiritual kita yang akan menjadikan kita terus berkemenangan.

 

Berikan Komentar Anda: