Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 15:1-8 |

Hari ini kita akan membahas tentang raja Yehuda, Abiam. Abiam adalah anak dari Rehabeam. Ia adalah raja Yehuda yang ketiga. Tentang perbuatan-perbuatan Abiam, ada sebuah penjelasan yang sangat singkat di dalam kitab 1 Raja-raja. Mari kita lihat di 1 Raja-raja 15:1-8:

1 Raja-Raja 15:1-8 Dalam tahun kedelapan belas zaman raja Yerobeam bin Nebat menjadi rajalah Abiam atas Yehuda. Tiga tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Maakha, anak Abisalom. Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, moyangnya. Tetapi oleh karena Daud maka TUHAN, Allahnya, memberikan keturunan kepadanya di Yerusalem dengan mengangkat anaknya menggantikan dia dan dengan membiarkan Yerusalem berdiri, karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan- Nya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu. Dan ada perang antara Rehabeam dan Yerobeam, seumur hidupnya. Selebihnya dari riwayat Abiam dan segala yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja- raja Yehuda? Dan ada perang antara Abiam dan Yerobeam. Kemudian Abiam mendapat perhentian bersama- sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. Maka Asa, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Semua penjelasan ini adalah mengenai Abiam. Hal yang menarik adalah 2 Tawarikh 13 menggunakan keseluruhan satu pasal untuk menjelaskan perbuatan-perbuatan Abiam. Kita akan membacanya secara menyeluruh nanti. Abiam memerintah untuk waktu yang sangat singkat, hanya selama 3 tahun. 1 Raja-raja 15:3 adalah penilaian yang diberikan Alkitab untuk Abiam. Penilaiannya sangatlah negatif. Alkitab memperlihatkan kalau Abiam memiliki 2 masalah:

1. Ia hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya (Rehabeam) sebelumnya.

2. Ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Yahweh, Allahnya, seperti Daud, moyangnya.

Di 1 Raja-raja 11:4, kita telah mendiskusikan arti dari “sepenuh hati berpaut kepada TUHAN.” Menurut teks Ibrani aslinya, kalimat ini seharusnya diterjemahkan sebagai “hati yang fokus kepada Allah.” Kata kuncinya adalah “fokus”. Itu berarti Abiam bukannya menyangkal Allah dan ia tidak merubah kepercayaannya pada Allah lain. Masalahnya adalah hatinya tidak sepenuhnya fokus pada Allah saja. Hatinya mendua dalam hubungan dengan Allah.

Hal ini juga merupakan masalah bagi banyak orang Kristen. Banyak orang Kristen tetap percaya pada Allah, mereka datang ke persekutuan-persekutuan tepat waktu dan juga berpartisipasi dalam pelayanan dalam bentuk yang berbeda-beda. Satu-satunya masalah adalah pada hati mereka yang tidak sepenuhnya fokus, atau tidak berpusat sepenuhnya pada Allah.

Apa yang dimaksudkan dengan “hati yang tidak sepenuhnya fokus pada Allah”? Yesus menggunakan sebuah contoh di Mat 6:22-23 untuk membantu kita mengerti pentingnya dari fokus terhadap Allah. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. ” Hati yang tidak berfokus pada satu” berarti “mendua hati”. Seseorang yang mendua hati tidak dapat melayani Allah. Karena Allah tidak suka dengan orang yang demikian. Mari kita lihat Yakobus 4:8 :

Yakobus 4:8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang- orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

Yakobus memberitahukan kepada kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang tidak dapat mendekat pada Allah karena Allah tidak suka dengan mereka. Perhatikan bagaimana Yakobus meletakkan orang-orang berdosa sejajar dengan orang yang mendua hati. Hal itu bermaksud, orang yang mendua hati adalah orang berdosa di mata Allah. Jadi, jangan berpikir karena kita tidak melakukan dosa besar apapun, maka kita bukanlah orang-orang berdosa dan kita dapat mendekat kepada Allah. Hal ini tidaklah benar. Ketika kita mendua hati terhadap Allah, hati kita tidak sepenuhnya fokus pada Allah, kita adalah orang-orang berdosa dan Allah tidak akan mendekat kepada kita.

Alkitab mendeskripsikan Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya. Tapi hal tersebut tidak berarti kalau Abiam adalah seseorang yang melakukan segala jenis kejahatan dan meninggalkan Allah. Jangan lupa kalau Rehabeam tidak melakukan kejahatan apapun yang mencolok, masalah pada dirinya adalah sikapnya terhadap Allah selalu berubah-ubah dan hatinya tidak dengan sepenuhnya fokus kepada Allah. Jadi, kitab 1 Raja-raja tidak menjelaskan kehidupan Abiam secara menyeluruh. Tapi ketika kita menangkap masalah dari Rehabeam, maka kemudian kita dapat mengerti masalah dari Abiam. Karena masalah mereka adalah sama, yaitu hati mereka tidak sepenuhnya fokus kepada Allah. Mereka adalah orang yang hatinya mendua.

2 Tawarikh 13:1-22 mencatat dengan mendetail sebuah pertempuran antara Abiam dan Yerobeam. Abiam menunjukkan imannya terhadap Allah dan keberaniannya dalam pertempuran ini. Mari kita baca 2 Tawarikh 13:1-3 :

2 Tawarikh 13:1-3 Dalam tahun kedelapan belas zaman raja Yerobeam menjadi rajalah Abia atas Yehuda. Tiga tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Mikhaya, anak Uriel dari Gibea. Dan ada perang antara Abia dan Yerobeam. Abia memulai perang dengan pasukan pahlawan- pahlawan perang, yang jumlahnya empat ratus ribu orang pilihan, sedangkan Yerobeam mengatur barisan perangnya melawan dia dengan delapan ratus ribu orang pilihan, pahlawan- pahlawan yang gagah perkasa.

Abia adalah Abiam. Dua nama yang berbeda tetapi merujuk kepada satu orang. Untuk menghindari kebingungan, kami akan tetap menggunakan nama Abiam. Abiam menjadi raja ketika Yerobeam telah menjadi raja selama 18 tahun. Sangatlah jelas kalau Abiam jauh lebih muda dari Yerobeam. Pengalamannya dalam memerintah sebuah bangsa dan bertempur tidak akan dapat dibandingkan dengan Yerobeam. Ketika Abiam belum lama bertakhta sebagai raja, Yerobeam mengambil kesempatan untuk menyerang Yehuda dan ingin menunjukkan kekuasaannya pada waktu itu, ketika Abiam menjadi raja.

Pasal 13 dari 2 Tawarikh mencatat pertempuran yang tidak biasa ini. Pertempuran ini terjadi ketika Abiam belum lama menjadi raja. Yerobeam memilih 800,000 pasukan pahlawan-pahlawan perang dan ingin mengalahkan Abiam yang jumlah pasukan perangnya hanya setengah darinya. Ia tidak pernah berpikir kalau Abiam yang tidak dapat dibandingkan dengannya dari segi usia, pengalaman dan kekuatan pasukan berani untuk mengumpulkan pasukan untuk bertempur. Iman Abiam terhadap Allah lebih baik dari imannya. Kita lanjutkan untuk membaca bagaimana Abiam menghadapi Yeroboam. Mari kita baca ayat 4-9 :

2 Tawarikh 13:4-9 Lalu Abia berdiri di atas gunung Zemaraim, yang termasuk pegunungan Efraim, dan berkata:”Dengarlah kepadaku, Yerobeam dan seluruh Israel! Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak- anaknya untuk selama- lamanya dengan suatu perjanjian garam? Tetapi Yerobeam bin Nebat, hamba Salomo bin Daud, telah bangkit memberontak melawan tuannya. Petualang- petualang, orang- orang dursila, berhimpun padanya; mereka terlalu kuat bagi Rehabeam bin Salomo, yang masih muda dan belum teguh hati, dan yang tidak dapat mempertahankan diri terhadap mereka. Tentu kamu menyangka, bahwa kamu dapat mempertahankan diri terhadap kerajaan TUHAN, yang dipegang keturunan Daud, karena jumlah kamu besar dan karena pada kamu ada anak lembu emas yang dibuat Yerobeam untuk kamu menjadi allah. Bukankah kamu telah menyingkirkan imam- imam TUHAN, anak- anak Harun itu, dan orang- orang Lewi, lalu mengangkat imam- imam menurut kebiasaan bangsa- bangsa negeri- negeri lain, sehingga setiap orang yang datang untuk ditahbiskan dengan seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan, dijadikan imam untuk sesuatu yang bukan Allah.

Abiam tidak hanya tidak mundur di waktu berbahaya tersebut, tapi ia juga menunjukkan keberanian dan imannya terhadap Allah. Ia menegur secara terang-terangan dosa Yeroboam. Ia menegur Yeroboam karena melakukan hal-hal dengan tidak bergantung pada Allah, tetapi bergantung pada petualang-petualang, orang-orang dursila untuk mencapai tujuannya. Ia menegur Yerobeam karena membuat orang Israel bergantung pada ilah-ilah palsu. Ia telah mengangkat imam-imam bagi dirinya dan menyingkirkan imam-imam TUHAN dan orang-orang Lewi. Kita lanjut untuk melihat pada ayat 10-12 :

2 Tawarikh 13:10-12 Tetapi kami ini, Tuhanlah Allah kami, dan kami tidak meninggalkan- Nya. Dan anak- anak Harunlah yang melayani TUHAN sebagai imam, sedang orang Lewi menunaikan tugasnya, yakni setiap pagi dan setiap petang mereka membakar bagi TUHAN korban bakaran dan ukupan dari wangi- wangian, menyusun roti sajian di atas meja yang tahir, dan mengatur kandil emas dengan pelita- pelitanya untuk dinyalakan setiap petang, karena kamilah yang memelihara kewajiban kami terhadap TUHAN, Allah kami, tetapi kamulah yang meninggalkan- Nya. Lihatlah, pada pihak kami Allah yang memimpin, sedang imam- imam- Nya siap meniup tanda serangan terhadap kamu dengan nafiri isyarat- isyarat. Hai orang Israel, jangan kamu berperang melawan TUHAN, Allah nenek moyangmu, karena kamu tidak akan beruntung! “

Ia memberitahu Yerobeam dan orang Israel kalau ia dan orang-orang Yehuda akan terus menyembah Yahweh, tidak melupakan hukum-hukum dan perintah-perintah Allah. Ia juga memperingatkan Yerobeam kalau menyerang Yehuda sama dengan menyatakan perang dengan Allah. Allah akan mengagalkan rencananya. Perkataan Abiam sangatlah serius. Saya pikir kata-kata ini tidak datang dari Abiam, namun Allah lah yang menggunakan Abiam untuk menegur Yerobeam. Allah lah yang memberikannya kesempatan terakhir untuk bertobat. Karena setelah itu, Alkitab tidak pernah lagi menyebut tentang Yerobeam.

Hal yang sangat menyedihkan adalah Yeroboam tetaplah sama seperti sebelumnya, ia tidak mendengarkan kepada teguran dan peringatan Abiam. Hal ini memang seperti yang disangkakan sebelumnya. Jika ia tidak mendengarkan akan peringatan para nabi, berarti ia tidaklah takut akan disiplin dari Allah, bagaimana ia akan menerima teguran dari Abiam? Kita lanjut untuk melihat ayat 13-14 :

2 Tawarikh 13:13-14 Tetapi Yerobeam mengirim suatu pasukan penghadang yang harus membuat gerakan keliling supaya sampai di belakang mereka, sehingga induk pasukannya berada di depan Yehuda dan pasukan- pasukan penghadang di belakang mereka. Ketika Yehuda menoleh ke belakang, lihatlah, mereka harus menghadapi pertempuran dari depan dan dari belakang. Mereka berteriak kepada TUHAN, sedang para imam meniup nafiri,

1 Raja-raja 15:6 mengatakan kalau Rehabeam sering menyatakan perang terhadap Yerobeam selama hidupnya. Yerobeam berpengalaman di medan perang. Pengalaman perangnya terlihat sangat canggih. Ia mengambil kesempatan ketika Abiam menegur orang Israel, ia merencanakan penyergapan. Pertama, ia memulai sebuah serangan dan ingin memberikan serangan yang tidak terduga pada Abiam.

Ketika orang-orang Yehuda mengetahui kalau mereka telah dikepung baik dari arah depan maupun belakang, mereka panik dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Orang Israel pastinya lebih banyak dalam segi jumlah. Bersamaan dengan penyergapan tersebut, orang-orang Yehuda dianggap akan kalah bertempur. Mereka bahkan berperang terhadap satu sama lain dengan langsung berhadapan muka, orang-orang Yehuda tidak memiliki harapan untuk menang berperang. Ketika mereka berada dalam penyergapan, lantas apakah seluruh pasukan tumbang? Hal yang sangat menakjubkan adalah orang-orang Yehuda tidak lari kucar-kacir dalam kepanikan. Malah sebaliknya, mereka berteriak kepada TUHAN, sedang para imam meniup nafiri. Kita lanjut untuk melihat ayat 15-18 :

2 Tawarikh 13:15-18 dan orang- orang Yehuda memekikkan pekik perang. Pada saat orang- orang Yehuda itu memekikkan pekik perang, Allah memukul kalah Yerobeam dan segenap orang Israel oleh Abia dan Yehuda. Orang Israel lari dari depan Yehuda, tetapi Allah menyerahkan mereka ke dalam tangan Yehuda. Abia dengan laskarnya mendatangkan kekalahan yang besar kepada mereka. Dari orang Israel mati terbunuh lima ratus ribu orang pilihan. Demikianlah orang Israel ditundukkan pada waktu itu, sedang orang Yehuda menjadi kokoh, karena mereka mengandalkan diri kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka.

Ayat 15 mengatakan ketika orang-orang Yehuda berteriak kepada Allah, Allah menolong mereka untuk mengalahkan orang Israel. Alkitab tidak memberitahukan kita bagaimana orang-orang Yehuda memperoleh kemenangan, namun jelas itu adalah sebuah keajaiban. Jumlah orang Israel dua kali lipat jumlah orang-orang Yehuda. Bersamaan dengan penyergapan tersebut, sebenarnya peluang orang-orang Yehuda memperoleh kemenangan sangatlah tipis. Kita dapat melihat kalau orang-orang Yehuda mendapat kemenangan jelas adalah karena mendapatkan pertolongan dari Allah. Maka ayat 18 mengatakan kalau kemenangan dari orang-orang Yehuda adalah karena mereka mengandalkan diri kepada Allah. Kita lanjut untuk melihat pada ayat 19-21 :

2 Tawarikh 13:19-21 Abia mengejar Yerobeam dan merebut dari padanya beberapa kota, yakni Betel dengan segala anak kotanya, Yesana dengan segala anak kotanya dan Efron dengan segala anak kotanya. Tak pernah lagi Yerobeam mendapat kekuatan di zaman Abia. TUHAN memukul dia, sehingga ia mati. Abia menunjukkan dirinya kuat. Ia mengambil empat belas isteri dan memperanakkan dua puluh dua anak laki- laki dan enam belas anak perempuan.

Yerobeam awalnya ingin untuk mengerahkan pasukan dalam jumlah yang besar untuk mengalahkan Abiam dalam satu kesempatan. Tetapi ia tidak pernah mengira akan mengalami jumlah korban yang sedemikian besar dari pasukannya di dalam pertempuran ini. Ia kehilangan 500,000 pahlawan-pahlawan perang dan beberapa kota. Allah memakai Abiam yang tidak berpengalaman untuk mengalahkan Yerobeam yang angkuh dan terlalu percaya diri.

Pertempuran ini sangatlah penting. Karena itulah kesempatan terakhir yang Allah berikan kepada Yerobeam untuk bertobat. Allah menggunakan Abiam yang begitu muda untuk mengajarkan Yerobeam sebuah pelajaran yang keras dan membuatnya tidak dapat berkuasa kembali. Kekuatan militer dari bangsa Israel langsung dengan drastis menurun, yang tidak akan lagi mengancam bangsa Yehuda. Beberapa tahun kemudian, Allah menghukum Yerobeam dan ia pun mati. Kita tahu kalau ia tidak bertobat dan kembali kepada Allah sampai pada kematiannya.

Insiden ini memperlihatkan kepada kita kalau Abiam adalah seorang raja yang gagah berani. Pertempuran ini tidak hanya menunjukkan keberaniannya, tapi juga imannya kepada Allah. Sudah tentu, komentar Alkitab terhadap Abiam pada akhirnya adalah negatif. Kemungkinan setelah pertempuran tersebut, ia sedikit demi sedikit mulai berkuasa, hatinya tidak lagi fokus kepada Allah, tidak lagi mengandalkan diri kepada Allah dengan sepenuh hatinya. Masalah dengan Abiam yaitu hatinya tidak sepenuhnya fokus pada Allah. Di masa-masa berbahaya, ia akan berpikir untuk mencari Allah. Namun ketika hal-hal telah mereda dan menjadi stabil, ia lupa akan Allah. Karena Alkitab mendeskripsikan kalau Abiam sama seperti ayahnya, hatinya tidaklah sepenuhnya fokus pada Allah. Maka masalahnya kurang lebih sama seperti yang dimiliki oleh Rehabeam.

Kamu mungkin akan bertanya, apakah Rehabeam atau Abiam, mereka lebih baik dari Yerobeam. Mengapa Alkitab mengkritik mereka selayaknya mereka adalah orang-orang berdosa? Dalam hal ini, mereka tidaklah berbeda dari Yerobeam, kesemua dari mereka dianggap sebagai orang-orang berdosa oleh Allah. Namun kenyataannya membuktikan kalau Abiam jauh lebih baik dari Yerobeam, lalu mengapa Alkitab tetap melihatnya sebagai seorang yang berbuat kejahatan?

Kita harus mengerti kalau Alkitab menggunakan standar Allah untuk menilai keadaan rohani dari raja-raja. Apa yang kita lihat sebagai baik atau jahat, itu adalah relatif. Ketika kita mengatakan Rehabeam dan Abiam lebih baik dari Yerobeam, kita sedang mengatakan kalau mereka relatif lebih baik dari Yerobeam. Hal ini adalah kenyataan, tapi itu tidak berarti kalau mereka telah memenuhi syara-syarat Allah.

Seringkali kita melakukan kesalahan bodoh yang sama persis: jika orang Kristen disekitar saya lebih buruk dari kita dalam tingkah laku dan cara mereka menyelesaikan masalah, orang-orang akan memuji saya. Lalu saya berpikir bahwa saya adalah seorang Kristen yang baik. Konsekuensinya, saya akan senang akan diri saya sendiri, berpikir bahwa saya telah mencapai syarat-syarat dari Allah. Tetapi sebenarnya hal ini tidaklah demikian. Orang-orang memuji saya bukan karena saya telah mencapai syarat-syarat dari Allah, tetapi hanya karena saya relatif lebih baik dibandingkan kebanyakkan orang-orang Kristen lainnya.

Banyak orang Kristen yang mengatakan kepada saya kalau ada banyak orang non-Kristen yang hidupnya jauh lebih bak daripada orang-orang Kristen. Mengapa mereka harus percaya kepada Yesus untuk diselamatkan? Orang yang menanyakan pertanyaan ini tentunya tidak tahu akan standar Allah. Kita semua menggunakan standar manusia untuk menilai orang dan diri sendiri. Orang-orang Kristen harus belajar untuk menggunakan standar Allah untuk menilai diri kita. Hanya ketika kita berbuat demikian, kita tidak akan menjadi orang yang membenarkan diri sendiri dan kehidupan rohani juga tidak akan menjadi stagnan. Tidak heran Paulus mengajak orang-orang Kristen untuk mengerjakan keselamatan kita dengan gemetar dan takut. Karena standar Allah sangatlah tinggi.

Dari sudut pandang seorang manusia, Rehabeam dan Abiam lebih baik dari Yerobeam. Kita berpikir adalah normal kalau hati seorang percaya tidak sepenuhnya fokus pada Allah saja. Karena banyak orang Kristen yang demikian. Jadi orang Kristen tidak jelas-jelas melakukan hal-hal yang buruk, Allah tidak akan kuatir akan hati kita yang tidak sepenuhnya fokus pada-Nya. Mentalitas yang demikian adalah karena manusia menggunakan standarnya sendiri untuk menilai diri mereka sendiri. Hal ini akan membuat kita puas akan diri sendiri dan kehilangan sikap berjaga-jaga kita. Kita harus menggunakan standar Alkitab untuk menilai diri kita. Kita seharusnya tidak pernah berpikir bahwa karena banyak orang Kristen berpikir kalau tidak sepenuhnya fokus pada Allah bukanlah sebuah masalah, maka kemudian kita menghentikan hati kita dari berusaha untuk sepenuhnya berfokus pada Allah. Tidak masalah bagaimana orang lain memujimu, jika hatimu mendua terhadap Allah, Allah akan melihatmu sebagai seorang pelaku kejahatan. Inilah standar Alkitab.

Ekstrim yang satu lagi adalah saya selalu berpikir kalau saya tidak sebaik orang lain dan kemudian saya menelantarkan diri saya. Mentalitas ini juga datang dari pemikiran untuk menilai diri menggunakan standar-standar manusia. Mentalitas ini mempengaruhi pertumbuhan rohani dari kehidupan orang Kristen. Kita seharusnya secara aktif belajar dari contoh yang baik tetapi jangan pernah membanding-bandingkan dengan saudara dan saudari kita. Allah tidak suka akan hal ini. Jika kita ingin membandingkan, kita harus menggunakan standar Alkitab dan standar Allah untuk menilai diri kita, inilah sikap yang benar. Mari kita lihat 1 Kor 4:3-5 :

1 Korintus 4:3-5 Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi a ku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap- tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

Paulus mengatakan kalau ia tidak peduli bagaimana orang lain menilai dirinya. Karena hal itu tidaklah penting. Sudah tentu, hal itu tidak berarti Paulus tidak bersedia untuk menerima kritik dari orang lain. Ia menggunakan standar Allah untuk menilai dirinya sendiri. Ia tidak kecewa akan penilaian atau penghakiman orang lain akan dirinya. Ia tidak angkuh karena ia merasa ia tidak berbuat sesuatu yang salah. Ia tahu pada akhirnya yang berarti adalah penghakiman dari Allah. Sehingga ia sangat gigih untuk melayani Allah dengan hati yang tidak memdua untuk menyenangkan Allah. Berharap kita semua belajar dari contohnya, tidak menggunakan standar manusia untuk menilai diri kita. Tetapi berusaha untuk mencapai standar-standar Allah yang telah diberikan untuk kita.

Ketika kita membicarakan tentang syarat Allah bagi kita, banyak orang Kristen akan merasakan tekanan dalam hati mereka. Karena kita semua merasa kalau syarat-syarat Allah sangatlah tinggi, Ia senang meminta kita melakukan sesuatu yang tidak kita senangi dan yang sangat sulit bagi kita. Sebenarnya tidaklah demikian adanya. Saya telah memperhatikan satu fenomena yang sangat menarik di 1 Raja-raja 15:5. Ayat 5 mengatakan, “karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan- Nya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.”

Alkitab mengatakan bahwa di seluruh hidupnya, Daud hanya melakukan satu hal yang tidak disenangi Allah. Hal itu adalah dosa menyangkut Uria, orang Het (ia membunuh Uria dan mengambil istrinya). Apakah betul Daud hanya melakukan satu hal yang tidak baik dalam seluruh hidupnya? Saya pikir kita dapat dengan mudah melihat banyak hal-hal tidak baik yang Daud lakukan dalam hidupnya. Sebagai contoh, ia bersikap angkuh dengan menghitung jumlah pasukannya. Ia tidak mengajari anak-anaknya dengan baik. Ia memiliki terlau banyak istri dan sebagainya.

Kita semua ahli dalam mencari kesalahan. Kita dapat menemukan kesalahan-kesalahan dari sesuatu yang sempurna. Jika kita adalah Allah, maka Daud tidak akan hidup damai dalam hidupnya. Karena di mata kita, Daud memiliki terlalu banyak masalah dan kelemahan. Yang mengejutkan adalah Alkitab menegur Daud hanya untuk satu hal, yaitu insiden tentang Uria, orang Het.

Kita dapat melihat kalau Allah tidak seperti yang kita bayangkan, yang senang menemukan kesalahan pada orang-orang. Jika Ia ingin menemukan kesalahan -kesalahan kita, hal itu akan sangat mudah. Tetapi Ia tidak melakukan itu. Kelonggaran dari Allah pada Daud jauh diluar ekspektasi kita. Kita dapat melihat kalau Allah lebih murah hati daripada yang kita bayangkan. Allah tahu hati Daud, meskipun ia lemah, tetapi hatinya selalu berpaut dan tertuju sepenuhnya pada Allah. Hal yang persis juga, jika kita mencari Allah dengan sepenuh hati dan tidak mendua hati, Allah akan bermurah hati dengan kita. Allah sungguh murah hati dan benar, tetapi manusia (termasuk diri kita) kasar dan kaku. Jika anda ingin mengalami anugerah-anugerah Allah, kita harus belajar dari Daud, mengikut Allah dengan sepenuh hati dan fokus.

Abiam menjadi raja untuk jangka waktu yang sangat singkat, hanya 3 tahun. Ayahnya, Rehabeam menjadi raja selama 17 tahun. Masa mereka berdua memerintah jika digabungkan masih lebih singkat dari masa Yerobeam memerintah. Yerobeam menjadi raja selama 22 tahun. Alkitab tidak mengatakan mengapa Abiam meninggal begitu cepat. Tiga tahun setelah kematiannya, Yerobeam juga meninggal dunia. Berikutnya kita akan melihat akan anak Abiam, Asa.

 

Berikan Komentar Anda: