Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 15:9-24 (2 Tawarikh 16:1-14) |
Hari ini, kita akan melihat tentang Asa, raja Yehuda. Ia menjadi raja di Yerusalem selama 41 tahun (911-870 SM). Alkitab memiliki banyak catatan tentang Asa. 1 Raja-raja 15:9-24 menyimpulkan catatan kehidupan Asa. Dan 2 Tawarikh 14-16 memberikan kita sebuah catatan yang sangat mendetail tentang kehidupan Asa. Hari ini kita akan fokus untuk melihat pada 2 Tawarikh 16-1-14. Menurut 2 Tawarikh, inilah 6 tahun terakhir Asa menjadi raja.
Kehidupan Asa dapat dikategorikan ke dalam 3 tahap. Tahap pertama dicatat di 2 Tawarikh 14:1-8, itulah 10 tahun pertama Asa menjadi raja. Dalam 10 tahun tersebut, Asa adalah seorang pemberani, ia tidak takut akan apapun. Ia sangat tekun dalam melakukan apa yang baik di mata Allah. Ia menghancurkan mezbah-mezbah berhala dan bukit-bukit pengorbanan. Ia meruntuhkan pilar-pilar kudus dan merobohkan patung-patung yang terbuat dari kayu. Ia juga memerintahkan rakyat Yehuda untuk mencari Yahweh, Allah bapa leluhur mereka, melakukan hukum Taurat dan perintah-perintah-Nya.
Asa mencari Allah dengan segenap hatinya, Allah memberikan kedamaian bagi tanah Yehuda. Asa juga memanfaatkan tanah Yehuda yang makmur dan orang-orang hidup dalam kedamaian, ia membangun benteng-benteng pertahanan dan sebuah pasukan yang kuat dan besar. Ini adalah pencapaian Asa dalam 10 tahun pertamanya menjadi raja.
Tahap kedua dicatat di 2 Tawarikh 14:9-15:9, yang merupakan tahun ke-11 sampai tahun ke-35 Asa menjadi raja. Di tahun ke-11 dirinya sebagai raja, Allah memberikan Asa sebuah ujian iman. Saat itu, raja Etiopia menyerang Yehuda dengan pasukan berjumlah satu juta tentara. Pasukan Yehuda tidak akan mampu melawan pasukan sebesar pasukan Etiopia. Meskipun situasinya sangat parah, Asa tidak kebingungan di masa kritis ini, ia memilih untuk berseru kepada Allah, sehingga Allah memberikan orang-orang Yehuda sebuah kemenangan telak.
Setelah melawan balik pasukan Etiopia, iman Asa kepada Allah bertumbuh ke tingkat yang lebih tinggi. Ia membawa rakyat Yehuda bersama-sama mempersembahkan korban kepada Allah di Yerusalem. Dan mereka bersumpah untuk setia kepada Allah. Untuk mengekspresikan tekadnya kepada Allah, ia bahkan meninggalkan kesetiaan pada keluarga demi kebenaran, ia memecat neneknya dari pangkat ibu suri karena ia menyembah berhala dan tidak menyembah kepada Allah.
Oleh karena penyerahan diri dan iman Asa kepada Allah, Allah memberikan tanah Yehuda kedamaian sampai tahun ke-35 Asa bertakhta – keseluruhan periode kedamaian selama 24 tahun. Kita dapat melihat lagi, kedamaian tidak datang oleh karena kemampuan manusia tetapi merupakan sebuah anugerah dari Allah. Jika pemimpin dari sebuah kerajaan takut akan Allah, berjalan di jalan Allah, kerajaan itu akan memiliki kedamaian sejati.
Tahap ketiga dicatat di 2 Tawarikh 16:1-14, yang merupakan tahun ke-36 sampai tahun ke-41 Asa bertakhta sebagai raja. Perikop ini yang akan kita lihat hari ini. Seperti banyak hamba Allah lainnya, Asa juga makmur pada awalnya dan kemudian mulai mundur pada akhirnya. Keadaan kerohanian pada masa tuanya tidak terlalu baik. Meski ia mengalami pertolongan Allah, ia tidak dapat berpegang pada imannya kepada Allah di masa tuanya. Jadi, kita dapat melihat kalau iman kita kepada Allah belum tentu sebanding dengan pengalaman kita akan mukjizat-mukjizat Allah. Mengalami mukjizat-mukjizat Allah baik karena hal itu dapat membuat kita untuk lebih percaya kepada Allah. Tetapi mukjjzat-mukjizat Allah tidak dapat menggantikan iman kita. Jika kita tidak membangun hubungan kita dengan Allah lebih jauh, percaya kepada Allah dan berserah kepada-Nya, kehidupan rohani kita akan tetap mundur.
Hubungan kita dengan Allah tidak bergantung pada seberapa banyak kita mengalami mukjizat-mukjizat. Itu semua bergantung pada kepercayaan dan penyerahan diri kita kepada Allah. Jika kita tidak lagi percaya dan berserah kepada Allah, iman kita pasti akan mundur, sama seperti Asa di masa tuanya. Seperti apa Asa di masa tuanya? Mari kita lihat 2 Tawarikh 16:1-6 :
2 Tawarikh 16:1-6 Pada tahun ketiga puluh enam pemerintahan Asa majulah Baesa, raja Israel, hendak berperang melawan Yehuda. Ia memperkuat Rama dengan maksud mencegah lalu lintas kepada Asa, raja Yehuda. Lalu Asa mengeluarkan emas dan perak dari perbendaharaan rumah TUHAN dan dari perbendaharaan rumah raja dan mengirimnya kepada Benhadad, raja Aram yang diam di Damsyik dengan pesan: “Ada perjanjian antara aku dan engkau, antara ayahku dan ayahmu. Ini kukirim emas dan perak kepadamu. Marilah, batalkanlah perjanjianmu dengan Baesa, raja Israel, supaya ia undur dari padaku.” Lalu Benhadad mendengarkan permintaan raja Asa; ia menyuruh panglima- panglimanya menyerang kota- kota Israel. Dan mereka memukul kalah Iyon, Dan, Abel- Maim dan segala tempat perbekalan kota- kota di Naftali. Segera sesudah Baesa mendengar hal itu, ia berhenti memperkuat Rama; ia menghentikan usahanya itu. Tetapi raja Asa mengerahkan segenap orang Yehuda, yang harus mengangkat batu dan kayu yang dipergunakan Baesa untuk memperkuat Rama itu. Ia mempergunakannya untuk memperkuat Geba dan Mizpa.
Pertama-tama saya harus membuat beberapa tambahan. Disini dikatakan di tahun ke-36 Asa sebagai raja, Baesa datang untuk menyerang Yehuda. Ada beberapa perbedaan ketika kita membandingkan dengan 1 Raja-raja 15:33. Karena 1 Raja-raja 15:33 mengatakan kalau Baesa menjadi raja di tahun ke-3 Asa sebagai raja. Ia memerintah Israel selama 24 tahun lamanya. Hal itu berarti Baesa meninggal di tahun ke-27 Asa sebagai raja. Jadi, mustahil untuknya menyerang Yehuda di tahun ke-36 Asa sebagai raja. Karena ketidaksesuaian mengenai tahun, kita sulit untuk mengatakan di tahun mana Baesa datang untuk menyerang Yehuda.
Saya baru saja mengatakan kalau 2 Tawarikh 16:1-14 adalah 6 tahun terakhir Asa sebagai raja. Sudah tentu, kesimpulan ini dibuat menurut catatan dari 2 Tawarikh. Jika kita membandingkan kesimpulan ini dengan 1 Raja-raja, hal itu bisa jadi tidak benar. Walau bagaimanapun, karena kita sedang melihat pada 2 Tawarikh, kita menjelaskan menurut isi dari 2 Tawarikh.
Kita dapat melihat di 2 Tawarikh 15:9, kemakmuran secara rohani di tanah Yehuda menarik banyak orang Israel menyeberang memihak pada Asa. Mungkin raja Israel, Baesa melihat bahwa Asa bertambah kuat, dia menjadi iri dan menyerang Yehuda. Baesa memperkuat Rama yang letaknya sekitar 6 km di utara Yerusalem. Hal itu merupakan jalan yang harus dilalui seseorang jika ia ingin pergi ke Israel. Baesa berhenti memperkuat Rama dan kemudian menyegel bagian utara Yehuda, lalu ia secara bertahap memindahkan pasukannya menuju selatan.
Menghadapi ancaman dari raja Israel, bagaimana respon Asa? Asa dalam menghadapi situasi ini tidak seperti sebelumnya ketika ia menghadapi raja Etiopia, berseru kepada nama Allah, mencari pertolongan Allah. Ia mengambil emas dan perak dari perbendaharaan rumah Yahweh dan rumah raja, dan memberikannya kepada raja Aram yang diam di Damsyik dan membuat perjanjian dengannya. Ia memintanya untuk menyerang Israel. Asa tidak bersandar kepada Allah dalam hal ini, ia menggunakan kepintarannya sendiri, mencoba untuk memecahkan sendiri krisis ini.
Meskipun Asa tidak bersandar kepada Allah, caranya terlihat berhasil. Raja Aram menerima emas dan peraknya, yang kemudian mengirim pasukan untuk menyerang kota-kota di sebelah utara Israel. Hasilnya adalah Baesa harus berhenti menyerang Yehuda. Asa tidak menggunakan cara militer apapun untuk memecahkan krisis ini. Meskipun hal itu memerlukan uang untuk mengundang pihak luar untuk membantu, tetap saja uang hanyalah harta duniawi dan tidak begitu penting. Memakmurkan tanahnya, rakyat hidup dalam kedamaian dan keamanan dari takhta adalah yang terpenting. Dan lebih dari itu, Asa dapat menggunakan bahan-bahan yang digunakan orang Israel untuk memperkuat Rama untuk memperkuat Geba dan Mizpa.
Jadi, sepertinya keputusan Asa sangatlah bijaksana, seluruh kerajaan akan memujinya. Tetapi bagaimana Allah melihatnya? Mari kita lanjutkan untuk melihat ayat 7-9:
2 Tawarikh 16:7-9 Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya:”Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu. Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada- Nya. Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan- Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”
Asa berpikir kalau ia dapat bersandar pada pengalaman politiknya selama bertahun-tahun untuk menyelamatkan tanah Yehuda dari sebuah bencana besar. Ketika ia sangat bangga akan dirinya, seorang nabi Allah tiba-tiba datang kepadanya. Nabi ini menegurnya dalam nama Allah kalau ia tidak bersandar kepada Allah dalam bertindak tetapi malah bersandar kepada orang Kafir, raja Aram. Nabi ini mengingatkannya bahwa ketika ia mencari Allah di masa lalu, Allah menyelamatkan rakyat Yehuda dari pasukan Etiopia yang berjumlah sangat besar. Karena Allah telah membantunya untuk mengalahkan pasukan Etiopia yang besar, masakan Ia tidak akan membantunya untuk melawan Israel? Mengapa ia tidak mencari Allah tetapi malah mencari raja Aram?
Jika Asa tidak pernah mengalami kekuatan Allah, akan dapat dimengerti kalau ia bertindak seperti yang dilakukannya. Tetapi ia sungguh mengalami keselamatan dari Allah. Secara logika, ia seharusnya bahkan lebih bertekad dalam imannya kepada Allah. Mengapa ia mencari manusia di masa tuanya? Apa yang Asa lakukan sangatlah membingungkan bagi kita. Apakah anda mengerti kenapa?
Asa menggunakan cara-cara politik untuk menyelesaikan krisis ini. Dari sudut pandang manusia, hal itu merupakan metode yang sangat pandai. Namun dari sudut pandang rohani, itu merupakan sebuah tindakan yang sangat bodoh.
1. Ia tidak bersandar kepada Allah. Dan ia menganggap raja Aram sebagai Allah. Ia menawarkan emas dan perak yang seharusnya dipersembahkan kepada Allah kepada raja Aram. Sama seperti ketika jemaat mengalami kesulitan, pendeta tidak bersandar dan menunggu akan Allah, malah sebaliknya, ia mengambil persembahan orang-orang kudus dan menawarkan kepada orang yang memiliki kekuatan dan pengaruh untuk mendapatkan bantuan mereka. Dengan berbuat demikian, ia mencuri uang Allah, menghina nama Allah. Tindakan Asa sama seperti memberitahukan orang-orang bahwa raja Aram lebih berkuasa daripada Allah. Allah tidak mampu menolong kita, namun raja Aram mampu menyelamatkan kita. Cara politik Asa sangatlah pandai, tetapi itu tidak membantu tetapi hanya melukai baik imannya dan iman rakyat Yehuda.
2. Orang Aram adalah musuh bagi kedua orang-orang Yehuda dan orang Israel. Asa meminta bantuan dari musuh orang-orang pilihan Allah, pasti akan ada konsekuensi-konsekuensi yang buruk. Keputusan Asa sama dengan menempatkan seekor rubah untuk menjaga angsa milik seseorang. Mulai saat itu, bangsa Aram sering menyerang tanah Israel. Meskipun situasi rohani dari tanah utara, Israel sangatlah buruk, raja-raja Israel sangat buruk dari lainnya. Namun, belum saatnya Allah ingin menghakimi mereka. Allah menganggap Yehuda dan Israel adalah dua kakak-beradik. Walaupun perilaku dari saudari yang lebih tua, Israel sangat memalukan, saudari yang lebih muda, Yehuda harus tetap memperlakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi raja Yehuda, Asa tidak bersandar kepada Allah dan menantikan Allah dan juga tidak memperlakukan Israel sesuai kehendak Allah. Malah sebaliknya, Asa mencari pihak luar untuk menyerangnya, hal ini tidak menyenangkan hati Allah.
Hal ini membuat saya berpikir akan Paulus, yang di 1 Kor 6 menegur jemaat Korintus kalau mereka seharusnya tidak saling bertengkar satu sama lain. Mereka tidak hanya bertengkar satu sama lain, mereka juga bahkan pergi ke pengadilan menentang satu sama lain di hadapan bangsa Kafir. Dan nama Allah sangat dihina karena sebab itu. Jadi, kita harus berhati-hati. Orang-orang Kristen seharusnya tidak pernah bertengkar dan pergi ke pengadilan menentang satu sama lain. Jika ada orang-orang Kristen atau jemaat lain menyerang kita, kita seharusnya tidak menggunakan metode dunia untuk merespon kepada pihak berlawanan. Kita harus menunggu akan Allah dan mencari metode Allah untuk menyelesaikan permasalahan.
Beri perhatian pada perkataan nabi Hanani. Ia berkata kepada Asa, “Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu.” Mengapa ia mengatakannya demikian? Mengapa ia tidak mengatakan, “Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN, Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Israel dari tanganmu.” Mengapa dikatakan tentara raja Aram dan bukan tentara raja Israel?
Alasannya sangatlah sederhana. Karena bangsa Aram adalah musuh bagi kedua Yehuda dan Israel. Kehendak Allah menginginkan Yehuda dan Israel untuk melenyapkan Aram. Tetapi mereka bahkan tidak hanya tidak bersatu untuk melenyapkan Aram, Yehuda kemudian bahkan membuat perjanjian dengan Aram untuk berurusan dengan Israel! Asa membantu pertumbuhan dari musuhnya, melemahkan kekuatan dari Israel dan Yehuda. Sama seperti orang percaya yang bertengkar satu sama lain, pergi ke pengadilan menentang satu sama lain, hal ini akan melemahkan kekuatan jemaat dan membantu pertumbuhan kekuatan Iblis. Jika seseorang jatuh, yang lainnya akan berada di dalam bahaya. Jika Israel diserang oleh Aram, maka cepat atau lambat, hal itu akan memberikan dampak yang negatif pada Yehuda. Jadi, keputusan Asa berpandangan dangkal, ia tidak menimbang kalau keputusan ini akan memberikan dampak negatif jangka panjang. Karnea itu Allah perlu untuk mengirim seorang nabi untuk menegurnya.
Nabi Hanani juga memperingatkan Asa, bahwa mulai saat itu, tanah Yehuda akan mengalami peperangan. Ketika Asa bertakhta sebagai raja, tanah Yehuda pada dasarnya berada dalam kedamaian. Terbiasa dengan hidup di masa kedamaian dan kemakmuran, Asa tidak ingin melawan tanah utara, ia sangat berusaha untuk menghindar. Hal yang menyedihkan ialah metode yang ia gunakan tidak menyenangkan hati Allah. Meskipun ia berhasil menghindari peperangan, akan ada banyak peperangan yang menunggunya. Karena ia tidak menangani permasalahan sesuai dengan kehendak Allah. 1 Raja-raja 15:16 memberitahu kita kalau Asa dan raja Israel, Baesa seringkali berperang antara satu sama lain di masa hidup mereka. Tidak bersandar kepada Allah untuk menangani masalah hanya akan menyembuhkan gejala-gejalanya saja tetapi bukan akar permasalahannya. Permasalahan yang mengikuti setelah itu akan menjadi bertambah serius. Apa respon Asa setelah mendengar teguran dari nabi Hanani? Kita lanjut untuk melihat ayat 10:
2 Tawarikh 16:10 Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat.
Nabi dikenal sebagai pelihat di masa lalu. Karena Allah memberikan mereka penglihatan dan membuat mereka mampu untuk melihat lebih dulu sehingga mereka dapat meneruskan penyampaian pesan kepada orang-orang pilihan Allah. Kita dapat melihat disini bahwa setelah Asa mendengar perkataan nabi Hanani, ia tidak hanya tidak bersyukur karena nabi telah mengingatkannya, malah sebaliknya, ia marah dengannya dan memasukkannya ke dalam penjara. Mungkin Asa berpikir kalau membuat perjanjian dengan raja Aram merupakan sebuah tindakan yang bijaksana. Dan oleh karena itu, tanah Yehuda juga menghindari sebuah pertempuran. Seluruh kerajaan memujinya bijaksana. Perkataan dari nabi Hanani sangat merusak adegan yang bahagia ini.
Awalnya Asa memiliki kesempatan untuk bertobat, dan bisa meminta nabi untuk memohon berdoa buatnya, meminta Allah untuk mengampuni dosanya. Tetapi ia tidak melakukannya. Malah sebaliknya, ia lebih jauh melakukan dosa dan meyakiti Allah. Yaitu dengan memasukkan nabi Tuhan ke dalam penjara. Tidak hanya itu, Asa juga menganiaya beberapa rakyat. Alkitab tidak mengatakan mengapa orang-orang ini dianiaya oleh Asa. Namun karena hal ini disebutkan bersamaan dengan nabi Hanani, maka pasti hal itu berkaitan dengan masalah ini. Kemungkinan orang-orang ini setuju dengan apa yang dikatakan oleh nabi, mereka menolak pemenjaraan nabi Hanani, konsekuensinya adalah mereka turut ditangnai oleh Asa.
Nabi Hanani muncul hanya sekali. Kemungkinan setelah menyampaikan perkataan Allah, ia menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara. Ini adalah harga yang harus dibayar sebagai seorang nabi. Paulus ingin agar orang-orang Kristen mencari karunia-karunia Roh Kudus, terutama karunia sebagai nabi. Karena jemaat membutuhkan nabi untuk menyampaikan kehendak Allah agar jemaat tidak tersesat dari mengikuti kehendak Allah. Tetapi harga menjadi seorang nabi sangatlah mahal. Jika anda ingin mengatakan perkataan yang menghibur, semua orang akan menyukai anda. Jika anda, seperti nabi Hanani, mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka anda akan dibenci, anda mungkin akan kehilangan nyawa anda.
Hanani dipenjarakan karena menyampaikan pesan Allah, ia mungkin tidak pernah bisa bebas. Ia mungkin dianiaya atau mungkin bahkan kehilangan nyawanya. Tetapi Allah akan mengingatnya. Sebaliknya, Asa memegang teguh kekuatan di tangannya, ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Tetapi jika ia tidak bertobat, Allah pasti akan menghakiminya. Kita lanjut membaca ayat 12-14:
2 Tawarikh 16:12-14 Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah. Namun dalam kesakitannya itu ia tidak mencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib- tabib. Kemudian Asa mendapat perhentian bersama- sama nenek moyangnya. Ia mati pada tahun keempat puluh satu pemerintahannya, dan dikuburkan di kuburan yang telah digali baginya di kota Daud. Mereka membaringkannya di atas petiduran yang penuh dengan rempah- rempah dan segala macam rempah- rempah campuran yang dicampur menurut cara pencampur rempah- rempah, lalu menyalakan api yang sangat besar untuk menghormatinya.
Ketika Asa sudah tua, ia menderita sakit pada kakinya. Sakit yang sangat parah. Ia meninggal dalam waktu dua tahun. Sangat disayangkan karena ia tidak mencari pertolongan Allah tetapi pertolongan tabib-tabib. Kita dapat melihat setelah kejadian dengan Baesa, hubungannya dengan Allah tidak bertumbuh. Mungkin ia mengetahui keadaan rohaninya tidak baik, dan mengetahui kalau penyakit yang dideritanya merupakan sebuah hukuman dari Allah, sehingga ia tidak mencari pertolongan Allah. Asa merupakan seorang yang melakukan apa yang benar di mata Allah ketika dirinya masih muda. Tetapi ia jatuh ke dalam situasi demikian di masa tuanya. Sangat tidak dapat dipahami!
Meskipun Asa tidak begitu baik di masa tuanya, tetapi ketika melihat keseluruhan hidupnya, ia berkontribusi banyak untuk Yehuda. Dibandingkan dengan raja-raja lain, kontribusinya masih sangat positif. Ketika Asa meninggal, seluruh kerajaan mengadakan sebuah upacara pemakaman yang sangat khidmat untuknya. Kita dapat melihat kalau ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Walaupun di masa tuanya, kepercayaannya pada Allah mundur sangat banyak, ia tidak seperti raja-raja lainnya yang membuat rakyatnya jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala. Perubahan rohani yang ia lakukan ketika ia muda tetap sangat menyenangkan hati Allah. Mungkin oleh sebab itu, Alkitab tetap memberikannya sebuah penilaian positif.
Di awal saya berkata kalau kehidupan Asa dapat dikategorikan ke dalam tiga tahap:
1. 10 tahun pertama.
2. Pertempuran dengan raja Etiopia sampai pada penyerangan Yehuda oleh Baesa.
3. Membuat perjanjian dengan raja Aram hingga kematiannya.
Saya tidak tahu apakah anda sadar bahwa setiap tahap merupakan sebuah ujian? Ketika Asa naik takhta, ia langsung menghadapi sebuah ujian: memilih jalan Allah atau jalannya sendiri? Asa muda membuat sebuah keputusan bijaksana. Ia memilih untuk melakukan apa yang baik di mata Allah. Karena itu Allah memberkatinya dan memberikan tanah Yehuda kedamaian selama 10 tahun.
Setelah 10 tahun, Allan menggunakan pasukan raja Etiopia untuk menguji iman Asa. Meskipun rakyat Yehuda bertempur dengan jumlah tentara yang jauh lebih sedikit, Asa tidak takut. Ia memilih untuk berseru kepada Allah, mencari pertolongan Allah. Maka Allah menolong rakyat Yehuda dan memberikan mereka sebuah kemenangan telak. Setelah Asa melewati ujian ini, Allah mengirim nabi Azarya untuk menguatkannya untuk terus mencari Allah dan berserah kepada-Nya.
Setelah beberapa tahun, Allah menggunakan raja Israel, Baesa untuk menguji Asa. Kali ini Asa gagal. Kemungkinan karena ia telah menjadi raja untuk waktu yang lama, ia telah mendapatkan pengalaman politik yang banyak. Sehingga, ia tidak lagi bersandar kepada Allah. Sebaliknya, ia menggunakan cara dunia untuk menyelesaikan masalah. Ia memilih untuk membuat perjanjian dengan raja Aram yang dibenci oleh Allah. Ia ingin menggunakan raja Aram untuk melemahkan kekuatan dari raja Israel. Sehingga Allah mengirim nabi Hanani untuk menegurnya dan mengumumkan kalau tanah Yehuda akan berhadapan dengan banyak peperangan mulai saat itu. Allah juga menggunakan penyakit untuk mendisiplin Asa.
Anda akan sadar kalau setiap ujian akan memiliki sebuah konsekuensi yang sepadan. Ketika melewati ujian itu, iman akan bertumbuh dan Allah akan memberkati kita. Ketika gagal melewati ujian itu, iman akan mundur dan hubungan kita dengan Allah akan terkena dampaknya. Tiga tahap yang dilewati Asa mengingatkan kita bahwa di tahap apapun dalam hidup kita, kita tetap akan menghadapi ujian iman. Tidak peduli baik atau buruk, kita harus tetap mencari Allah, bersandar pada anugerah-Nya untuk terus mengikuti Dia. Kita tidak memiliki pilihan lain karena kehidupan rohani adalah seperti sebuah perahu yang bergerak ke hulu, antara bergerak maju atau terbawa arus ke belakang.