Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 15:25-16:26 |

Asa menjadi raja di Yerusalem selama 41 tahun (911-870 SM). Ketika ia menjadi raja, kerajaan utara, Israel dalam keadaan rusuh dan terus-menerus bergonta-ganti raja sebanyak 6 kali. Ketika Asa naik takhta, Yerobeam masih adalah raja Israel. Dua tahun setelah Yerobeam meninggal, puteranya, Nadab naik takhta menggantikannya. Kurang dari setahun, Baesa merebut tahkta tersebut, ia menewaskan Nadab dan menjadi raja. Itu terjadi di tahun ketiga Asa menjadi raja di Yehuda. Baesa menjadi raja atas Israel selama 24 tahun. Ketika ia meninggal, puteranya, Ela naik takhta menggantikannya. Kemudian beberapa pemberontakan dan perebutan takhta mengikuti. Sehingga Israel memiliki 4 raja dalam kurun waktu 12 tahun.

Pada masa pemerintahan Asa, kerajaan Yehuda secara keseluruhan stabil. Dan kerajaan Israel mengalami kekacauan yang besar setelah Yerobeam. Raja-raja Israel menjadi semakin buruk dan semakin jahat. 2 Tawarikh 15:9 memberitahukan kita kalau banyak orang Israel yang saleh datang ke Yerusalem untuk memihak kepada Asa. Karena Asa melakukan apa yang benar di mata Allah. Para pemimpin kerajaan Israel saling berebut takhta dan saling melawan untuk mendapatkan kekuasaan. Orang-orang yang takut akan Allah meninggalkan Israel satu demi satu untuk mencari perlindungan pada Asa di Kerajaan Selatan. Tidak sulit untuk membayangkan bagaimana buruknya kondisi rohani dari kerajaan utara, Israel. Hal itu mengingatkan saya akan ayat di Amsal, yaitu Amsal 28:2 :

Amsal 28:2 Karena pemberontakan negeri banyaklah penguasa- penguasanya, tetapi karena orang yang berpengertian dan berpengetahuan tetaplah hukum.

Ayat di Amsal ini sangatlah benar. Beberapa kerajaan seringkali mengganti pemimpin mereka karena rakyat menemukan mereka tidak cakap dan korup. Sehingga mereka mengatur pemberontakan untuk meminta pergantian pemimpin. Tetapi pemimpin yang baru menduduki jabatannya tidak untuk jangka waktu yang lama, rakyat mulai merasa tidak puas dan mengatur pemberontakan lainnya untuk menggulingkan pemimpin yang sekarang. Tetapi setelah beberapa kali jatuh bangun, keadaan tidak berubah menjadi lebih baik. Tidak penting apakah di bidang politik, ekonomi, keamanan sosial, hal-hal menjadi bertambah buruk dari hari ke hari.

Sebenarnya alasan sebenar dari sebuah kerajaan menjadi tidak stabil disebutkan di Amsal 28:2, “Karena pemberontakan negeri banyaklah penguasa- penguasanya”. Jika para pemimpin dan rakyatnya berdosa, maka pasti kerajaan akan menjadi tidak stabil. Ketidak-stabilan ini terlihat dari banyaknya “penguasa-penguasanya”. Konsekuensinya adalah rakyat tidak dapat hidup dalam kedamaian. Ini adalah sebuah lingkaran setan. Inilah situasi dari kerajaan utara, Israel. Meskipun kerajaan utara terus-menerus mengganti raja mereka, tetapi kerajaan tetap berada dalam kekacauan. Karena dosa kerajaan sudah terlampau banyak hingga sampai ke langit. Sehingga ia tidak diberkati Allah.

Ada sebagian orang yang ingin menggunakan cara perebutan takhta untuk menyingkirkan raja yang tidak baik. Tetapi ketika mereka telah mendapatkan kekuasaan, mereka ternyata lebih buruk dibandingkan raja-raja sebelum mereka. Alkitab memberitahukan kita kalau sebuah kerajaan harus dibangun atas dasar kebenaran. Tanpa kebenaran, tidak penting apa jenis sistem politiknya, kerajaan itu tidak akan berdiri kokoh. Jadi, bagian paruh kedua dari Amsal 28:2 mengatakan, “tetapi karena orang yang berpengertian dan berpengetahuan tetaplah hukum.” Orang berpengertian dan berpengetahuan yang disebutkan di Amsal merujuk kepada orang yang takut akan Allah. Jika seluruh kerajaan takut akan Allah, Allah akan membuat kerajaan itu stabil.

Kemungkinan anda akan bertanya, “Ada raja-raja Israel yang jahat seperti Yerobeam, Baesa dan Ahab. Meskipun kesemua dari mereka adalah jahat, mengapa kerajaan mereka dapat bertahan begitu lama?” Tentu saja, arti dari Amsal 28:2 tidak mengatakan bahwa jika sebuah kerajaan memiliki dosa, raja mereka harus diganti. Hanya dikatakan kalau sebuah kerajaan memiliki dosa, kerajaan tersebut akan menjadi tidak stabil. Salah satu konsekuensi dari ketidak-stabilan adalah kerajaan tersebut akan sering bergonta-ganti raja. Yerobeam, Baesa dan Ahab adalah raja-raja Israel yang masing-masing dari mereka mampu bertahan menjadi raja selama lebih dari 20 tahun. Tetapi dari 1 Raja-raja kita dapat melihat kalau rakyat Israel di bawah pemerintahan mereka tidak hidup damai. Kita akan dapat melihat poin ini nanti.

Terakhir kali kita melihat tentang raja Yehuda, yaitu Asa. Hari ini kita akan kembali ke Israel dan membicarakan tentang raja-raja Israel ketika Asa masih bertakhta. Kita pertama akan melihat pada 1 Raja-raja 15:25-26:

1 Raja-raja 15:25-26 Nadab, anak Yerobeam, menjadi raja atas Israel dalam tahun kedua zaman Asa, raja Yehuda. Ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, serta hidup menurut tingkah laku ayahnya dan menurut dosa ayahnya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.

Yerobeam adalah raja di Israel selama 22 tahun. Setelah ia meninggal, puteranya, Nadab menggantikannya sebagai raja. Alkitab menggunakan satu kalimat untuk menyimpulkan kinerja Nadab: ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, serta hidup menurut tingkah laku ayahnya dan menurut dosa ayahnya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Nadab tidak hanya meneruskan takhta ayahnya, ia juga meneruskan segala hal-hal jahat yang dilakukan ayahnya. Nadab bertakhta untuk jangka waktu yang sangat pendek, hanya 2 tahun. Mengapa? Kita lihat ayat-ayat 28-30:

1 Raja-raja 15:28-30 Baesa membunuh dia dalam tahun ketiga zaman Asa, raja Yehuda, dan menjadi raja menggantikan dia. Segera sesudah ia menjadi raja, ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam; tidak ada yang bernafas yang ditinggalkannya hidup dari pada Yerobeam, sampai dipunahkannya semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan- Nya dengan perantaraan hamba- Nya Ahia, orang Silo itu, oleh karena dosa- dosa yang telah dilakukan Yerobeam, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, oleh sebab sakit hati yang ditimbulkannya pada TUHAN, Allah Israel.

Dan yang memberontak dan membunuhnya adalah bawahannya, Baesa, dari kaum Isakhar. Baesa tidak hanya membunuh Nadab, tetapi ia juga membunuh semua anggota keluarga dari keluarga Yerobeam. Dari hal itu, kita tahu bagaimana keluarga Yerobeam dipandang oleh bangsa Israel! Ayat 30 memberitahukan kita yang semua ini sesuai dengan nubuat yang diucapkan oleh nabi Ahia. Karena Yerobeam telah berdosa dan mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga Allah menggunakan Baesa untuk menghakiminya.

Mungkin anda akan bertanya, mengapa Allah tidak menghakimi Yerobeam ketika ia masih hidup? Mengapa Allah menagih dosanya hanya setelah ia meninggal? Bukankah dengan berbuat demikian Allah tidak adil terhadap Nadab? Allah memiliki waktu-Nya sendiri dalam melaksanakan rencana-Nya. Ia tidak memusnahkan Yerobeam ketika ia masih hidup. Hal itu tidak berarti Allah tidak akan bertindak, hal itu adalah untuk menguji bangsa Israel, terutama para raja Israel. Sangat disayangkan, putera Yerobeam, Nadab tidak takut akan Allah, dan tidak mendengarkan peringatan dari nabi. Ia tetap mengikuti jejak Yerobeam melakukan hal-hal yang jahat. Konsekuensinya adalah penghakiman Allah datang atasnya dengan tiba-tiba. Meskipun Yerobeam meninggal dengan tenang dan tidak menerima penghakiman Allah dalam hidupnya, jangan lupa kata-kata dari Ibr 9:27 yang mengatakan, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” penghakiman akan datang, Allah sepenuhnya benar dan adil.

Jika semua orang jahat mendapatkan penghakiman mereka di masa hidupnya, kita semua tidak akan berani untuk berbuat dosa. Kita tidak melakukan dosa bukan karena kita takut dan berserah kepada Allah tetapi karena kita takut akan penghakiman. Tetapi jika orang jahat hidup damai di seluruh hidupnya, yang terjadi adalah banyak orang yang tidak akan takut untuk berdosa. Allah mengijinkan orang jahat terus melakukan dosa dan tetap hidup, hal ini untuk menguji kita dan melihat apakah kita benar-benar takut dan berserah kepada-Nya. Ketika kita melihat kalau orang jahat dapat berbuat apapun yang mereka inginkan, mendapatkan apapun yang mereka mau dan penghakiman yang setimpal tidak datang ke atas mereka, kita seharusnya tidak pernah iri hati atau cemburu pada mereka, apalagi mengikuti contoh mereka untuk melakukan hal-hal yang jahat. Ingat kata-kata di 2 Tawarikh 16:9 “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan- Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.”

Jadi, kita seharusnya tidak pernah marah dengan atau bahkan mengikuti jejak orang-orang jahat untuk melakukan dosa ketika mereka menikmati kedamaian yang luar biasa walaupun dunia di sekitar mereka dibanjiri oleh dosa. Tidak penting kapan, kita harus mengingat firman Tuhan dan berjalan di jalan Allah, memperlakukan Allah dengan hati yang sungguh-sungguh. Ingat bahwa Allah memiliki waktunya sendiri, sama seperti apa yang dikatakan amsal orang Tionghoa, “Kebaikan memiliki balasan yang baik, kejahatan memiliki balasan yang tidak baik, jika balasan belum datang, itu karena waktunya belum tiba.” Kita akan melihat nanti dimana Baesa merupakan contoh lainnya. Kita lanjut untuk melihat pada ayat-ayat 33-34:

1 Raja-raja 15:33-34 Dalam tahun ketiga zaman Asa, raja Yehuda, Baesa bin Ahia menjadi raja atas seluruh Israel di Tirza. Ia memerintah dua puluh empat tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.

Baesa menjadi raja selama 24 tahun. Kurun waktu itu merupakan waktu yang cukup lama bagi seorang raja Israel. Kemungkinan Baesa tidak puas dengan kinerja Nadab, sehingga ia merebut takhtanya. Lantas bagaimana kinerjanya di saat ia memerintah? Ia tidak jauh berbeda  dari Yerobeam dan Nadab. Komentar yang diberikan Alkitab kepadanya adalah: “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.” Pendek kata, segala kejahatan yang dilakukan Yerobeam, itulah yang dilakukan oleh Baesa. Kita lihat pasal 16:1-4:

1 Raja-raja 16:1-4 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yehu bin Hanani melawan Baesa, bunyinya: “Oleh karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja atas umat- Ku Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan telah menyuruh umat- Ku Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit hati- Ku dengan dosa mereka, maka sesungguhnya Aku akan menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat. Siapa yang mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari padanya di padang akan dimakan burung yang di udara.”

Baesa adalah raja Israel tetapi ia tidak memerintah kerajaannya menurut hukum Taurat dan perintah-perintah Allah. Sebaliknya ia mengikuti jejak Yerobeam untuk melakukan yang jahat dan mengakibatkan rakyatnya jatuh ke dalam dosa. Tetapi Allah masih bersabar dengannya. Ia mengirimkan nabi, Jehu untuk menegur Baesa dan mengingatkannya jika ia tidak bertobat, penghakiman Allah akan datang ke atas seluruh keluarganya sama seperti hal itu datang ke atas keluarga Yerobeam. Setelah mendengarkan teguran dari nabi Jehu, apa reaksi dari Baesa? Kita lihat ayat 6-7:

1 Raja-raja 16:6-7 Kemudian Baesa mendapat perhentian bersama- sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Tirza. Maka Ela, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Juga dengan perantaraan nabi Yehu bin Hanani firman TUHAN telah datang melawan Baesa dan melawan keluarganya, baik karena segala yang jahat yang telah dilakukannya di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN dengan perbuatan tangannya, dan dengan demikian menjadi sama seperti keluarga Yerobeam, maupun oleh karena ia telah membunuh Yerobeam.

Ayat 7 memberitahu kita bahwa Baesa tidak meninggalkan kejahatan yang dilakukan Yerobeam dari awal hingga akhir masa hidupnya. Sehingga Allah memutuskan untuk menghabisi seluruh keluarganya. Perhatikan ayat 7 yang mengatakan kalau Allah marah kepada Baesa karena ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam. Mengapa demikian? 1 Raja-raja 15:29 mengatakan kalau pembunuhan seluruh keluarga Yerobeam oleh Baesa adalah pemenuhan dari nubuat nabi Allah. Hal itu berarti, apa yang dilakukan Baesa adalah sesuai dengan kehendak Allah. Mengapa dikatakan disini kalau Allah marah terhadap Baesa karena ia telah membunuh seluruh keluarga Yerobeam? Jika apa yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah, mengapa Allah marah dengannya?

Sebenarnya alasannya sangatlah mudah: apa yang anda lakukan mungkin sesuai dengan kehendak Allah, tetapi belum tentu hal itu menyenangkan hati Allah. Karena perilaku anda terhadap Allah tidak benar. Sama seperti banyak orang kaya suka berdonasi untuk organisasi-organisasi amal, apa yang mereka lakukan mendapat restu banyak orang dan Allah juga melihat tindakan-tindakan ini adalah baik; tetapi di saat yang sama, orang-orang kaya juga menggunakan cara-cara yang tidak etis untuk mendapatkan banyak uang. Apakah anda akan mengatakan kalau Allah akan senang dengan mereka?

Membunuh seluruh keluarga Yerobeam bersesuaian dengan kehendak Allah. Tetapi setelah mendapatkan takhta, Baesa tidak memimpin kerajaan Israel sesuai dengan kehendak Allah. Ia melakukan yang sebaliknya dan mengikuti jejak Yerobeam melakukan apa yang jahat untuk menyakiti hati Allah. Sehingga Allah ingin menagih atas dosa-dosanya, termasuk dosa membunuh seluruh keluarga Yerobeam. Kita dapat mengatakan kalau Allah menggunakan seorang yang jahat (karena Baesa tidak mau bertobat) untuk menghapuskan seorang jahat lainnya. Kita lanjut untuk melihat pada ayat 8-13:

1 Raja-raja 16:8-13 Dalam tahun kedua puluh enam zaman Asa, raja Yehuda, Ela, anak Baesa, menjadi raja atas Israel di Tirza. Ia memerintah dua tahun lamanya. Zimri, pegawainya yang menjadi panglima atas setengah dari pasukan kereta, mengadakan persepakatan melawan dia. Ketika ia minum- minum sampai mabuk di Tirza, di rumah Arza yang menjadi kepala istana di Tirza, datanglah Zimri, lalu membunuh dia dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Asa, raja Yehuda, dan ia menjadi raja menggantikan dia. Pada waktu ia menjadi raja itu, segera sesudah ia duduk di atas takhtanya, ia membunuh seluruh keluarga Baesa. Tidak ada seorang laki- lakipun dari padanya yang ditinggalkannya hidup, juga kaumnya, dan teman- temannya. Demikianlah Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan- Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu, oleh karena segala dosa yang telah dilakukan Baesa dan Ela, anaknya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa- dewa kesia- siaan mereka.

Baesa mirip dengan Yerobeam. Meskipun Yerobeam melakukan apa yang jahat di mata Allah di seluruh hidupnya, ia hidup damai seumur hidupnya, tanpa adanya hukuman setimpal datang atasnya yang disebabkan oleh kejahatannya. Ketika ia meninggal, penghakiman Allah datang atas keluarganya. Baik untuk diperhatikan bagaimana Baesa memperlakukan Yerobeam dan bagaimana Allah memperlakukannya. Putera Yeroboam, Nadab dibunuh dan takhtanya direbut oleh Baesa setelah 2 tahun memerintah. Kemudian, putera Baesa, Ela memberontak dan dibunuh oleh panglimanya ketika ia memerintah sebagai raja selama 2 tahun.

Tidak hanya itu, sesaat setelah Zimri duduk di takhtanya, ia membunuh seluruh keluarga Baesa, sama seperti Baesa membunuh seluruh keluarga Yerobeam. Hal ini bukanlah suatu kebetulan. Allah-lah yang menggunakan Zimri untuk menghakimi Baesa dan seluruh keluarganya. Allah memberikan waktu 2 tahun bagi putera Yerobeam, Nadab untuk bertobat, tidak mengikuti jejak ayahnya berbuat apa yang jahat. Tetapi ia tidak ingin bertobat. Hal yang sangat mirip yaitu Allah juga memberikan Ela waktu 2 tahun, tetapi ia memilih untuk mengikuti jejak Baesa untuk berbuat apa yang jahat, tidak berniat untuk berjalan di jalan Allah. Sehingga ayat 12-13 mengatakan: ‘Demikianlah Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan- Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu, oleh karena segala dosa yang telah dilakukan Baesa dan Ela, anaknya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa- dewa kesia- siaan mereka.’

Dalam jangka waktu pendek, yaitu sekitar 20an tahun, Israel telah bergonta-ganti raja sebanyak 4 kali. Saya percaya kita dibuat sangat kebingungan. Baesa adalah raja Israel pertama yang berhasil merebut takhta. Setelah saat itu, perebutan takhta menjadi sesuatu yang sering terjadi di Israel. Tidaklah sulit untuk membayangkan bagaimana situasi di Israel saat itu. Ketika Zimri menjadi raja, apakah situasinya membaik? Kita lanjutkan untuk membaca ayat-ayat 15-19:

1 Raja-raja 16:15-19 Dalam tahun kedua puluh tujuh zaman Asa, raja Yehuda, Zimri menjadi raja. Ia memerintah tujuh hari lamanya di Tirza, sedang rakyat berkemah mengepung Gibeton yang termasuk wilayah orang Filistin. Setelah rakyat yang berkemah itu mendengar orang mengatakan:”Zimri telah mengadakan persepakatan, dan iapun telah membunuh raja,” maka pada hari itu juga, di tempat perkemahan, seluruh Israel menobatkan Omri, panglima tentara, menjadi raja atas Israel. Kemudian Omri dengan seluruh Israel maju dari Gibeton, dan mereka mengepung Tirza. Segera sesudah Zimri melihat, bahwa kota itu telah direbut, masuklah ia ke dalam puri istana raja, lalu membakar istana raja itu sedang ia sendiri ada di dalamnya, dan ia mati, oleh karena dosa- dosa yang telah dilakukannya dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.

Kecenderungan untuk merebut takhta untuk mendapatkan kekuasaan ini tidak menyenangkan hati Allah. Alkitab mengajarkan kita untuk takut akan Allah dan menghormati mereka yang duduk di kursi kekuasaan. Banyak orang berpikir jika pemimpin dari sebuah bangsa tidak cakap dan korup, mereka harus segera digulingkan. Mereka berpikir bahwa masalahnya akan selesai dengan cara demikian. Cara berpikir demikian sangatlah salah. Allah membiarkan seseorang untuk berhasil merebut takhta kekuasaan tetapi hal itu tidak berarti Allah setuju kita melakukan hal demikian. Dari sudut pandang rohani, perebutan takhta untuk mendapatkan kekuasaan adalah sebuah cara politik untuk mengalahkan sebuah kejahatan dengan kejahatan lainnya. Tetapi ini bukanlah cara Allah menyelesaikan masalah.

Hasil dari mengalahkan sebuah kejahatan dengan kejahatan lainnya adalah lebih banyak kejahatan tercipta. Anda harus menggunakan sebuah kejahatan yang lebih kuat untuk menundukkan sebuah kejahatan. Yang terjadi adalah kekuatan kejahatan akan menjadi semakin kuat dan yang menang akhirnya adalah si jahat. Ketika manusia tidak ingin bersandar kepada Allah, ia harus bersandar pada kekuatan kejahatan dan ia akan dihancurkan oleh kejahatan itu sendiri pada akhirnya. Ayat 15 memberitahukan kita walau meskipun Zimri berhasil merebut takhta, tetapi ia hanya dapat menjadi raja selama 7 hari karena ia tidak mendapatkan dukungan dari pasukannya.

Bangsa Israel mengangkat Omri, komandan pasukan sebagai raja dan kemudian mereka mengumpulkan sebuah pasukan untuk melawan Zimri. Zimri sadar kalau bangsa Israel mendukung Omri dan Omri adalah komandan pasukan, ia tahu betul kalau permainan ini sama saja dengan kalah. Pada akhirnya ia membakar dirinya sendiri hingga tewas. Ayat 19 memberitahukan kita : ‘oleh karena dosa- dosa yang telah dilakukannya dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.’ Di mata Allah, Zimri tidaklah berbeda dari Yerobeam, mereka sama-sama pelaku kejahatan. Allah tidak senang dengan apa yang Zimri lakukan. Ia hanya menggunakan Zimri untuk menghakimi Baesa dan seluruh keluarganya.

Setelah membinasakan kesemua orang jahat ini, apakah situasi di Israel bertambah baik? Tentu tidak. Malah hanya semakin bertambah buruk, alasannya telah saya jelaskan tadi. Setelah Omri menjadi raja, dosa dari bangsa Israel makin bertambah. Kita lihat ayat-ayat 21-26:

1 Raja-raja 16:21-26 Pada waktu itu bangsa Israel terbagi dua. Sebagian dari bangsa itu mengikuti Tibni bin Ginat, dan bermaksud mengangkat dia menjadi raja, dan sebagian lagi mengikuti Omri. Tetapi rakyat yang mengikuti Omri lebih kuat dari pada rakyat yang mengikuti Tibni bin Ginat. Sesudah Tibni mati, maka Omri menjadi raja. Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda, Omri menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua belas tahun lamanya. Di Tirza ia memerintah enam tahun lamanya. Kemudian ia membeli gunung Samaria dari pada Semer dengan dua talenta perak. Ia mendirikan suatu kota di gunung itu dan menamainya Samaria, menurut nama Semer, pemilik gunung itu. Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya. Ia hidup menurut segala tingkah laku Yerobeam bin Nebat dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa- dewa kesia- siaan mereka.

Dari ayat-ayat 21-22, kita dapat mengerti situasi dari kerajaan utara, Israel. Omri diangkat sebagai raja Israel oleh bangsa Israel di tahun ke-27 Asa memerintah. Tetapi tidak semua bangsa Israel mendukung Omri, setengah dari bangsa Israel mendukung Tibni untuk menjadi raja. Sehingga dari tahun ke-27 hingga ke-31 Asa memerintah, Israel memiliki dua raja. Hal itu menunjukkan kalau sejak Omri merebut takhta, terjadi perang saudara di kerajaan utara hingga tahun ke-31 Asa memerintah, ketika Tibni meninggal. Kemudian perang saudara berhenti. Jelas Omri tidak mendapatkan dukungan dari seluruh bangsa Israel.

Setelah Omri menjadi raja di Tirza selama 6 tahun, ia memindahkan istana ke Samaria. Samaria inilah yang nantinya menjadi pusat dari penyembahan berhala. Setelah Omri diangkat menjadi raja, semua yang ia lakukan adalah lebih jahat daripada yang dilakukan raja-raja sebelumnya. Ia tidak hanya melakukan kejahatan, namun ia juga mengakibatkan orang Israel bahkan lebih jauh dari Yahweh. Komentar yang diberikan ayat 25 untuk Omri adalah: ‘Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya.’ Kejahatan Omri ‘lebih daripada segala orang yang mendahuluinya.’ Prospek kerohanian dari kerajaan utara, Israel sangatlah suram dan menyedihkan.

 

Berikan Komentar Anda: