Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 18 | 

Di bagian kedua dari 1 Raja-raja pasal 16 sampai pasal 22, semua catatannya adalah tentang Ahab, raja Israel. Untuk mempelajari kehidupan Ahab, hal yang tidak dapat dihindari adalah kita juga harus membicarakan tentang nabi Elia. Sebelumnya kita melihat kalau kondisi kerohanian dari kerajaan utara, Israel mengalami kemunduran yang terus menerus. Ketika Ahab menjadi raja, rakyat Israel telah melupakan Allah dan telah berpaling untuk menyembah dewa-dewa orang Kanaan. Meski demikian, Allah tetap sangat sabar dengan Israel. Ia mengirimkan nabi Elia untuk menegur dan membimbing Ahab dan bangsa Israel, supaya jangan sampai mereka terjerumus ke dalam maut.

Hal yang patut disayangkan tentang Ahab adalah ia buta secara rohani. Kebutaannya disebabkan karena ia seorang yang tidak mencintai kebenaran. Allah mengirimkan Elia untuk menolong Ahab tetapi Ahab menganggap Elia sebagai seorang musuh bagi Israel. Ahab bukan saja tidak mempercayai Elia tetapi ia juga sangat kasar pada nabi ini. Sebaliknya, Izebel, istri Ahab seringkali membuatnya melakukan hal-hal yang jahat di mata Allah. Tetapi Ahab malah menganggap Izebel sebagai seorang teman dan mau mendengarkan pendapatnya.

Contoh dari Ahab mengingatkan kita kalau kita harus menjadi seorang yang mencintai kebenaran. Jika kita tidak mencintai kebenaran, Allah tidak akan memberikan kepada kita kemampuan untuk membedakan dan mempersepsi hal-hal rohani. Tidak peduli betapa tinggi tingkat kecerdasan kita, berapa lebar dan dalamnya pengetahuan kita, tanpa kemampuan untuk membedakan secara rohani, kita tidak akan mampu untuk membedakan apa yang benar dan salah. Kita akan menjadi seperti Ahab, menganggap hamba Allah sebagai seorang musuh dan menerima penyampai pesan dari Iblis sebagai seorang teman sejati. Kita dapat melihat betapa seriusnya konsekuensi dari tidak adanya kemampuan untuk membedakan secara rohani.

Hari ini kita akan melihat 1 Raja-raja pasal ke 18. Di waktu yang lalu, kita melihat nabi Elia mengumumkan kepada Ahab kalau bangsa Israel akan menghadapi kekeringan selama beberapa tahun. Hal itu benar-benar terjadi. Kemarau yang melanda Israel sangatlah serius. 1 Raja-raja 18:1 memberitahukan kita kalau kemarau tersebut bertahan selama 3 tahun (tempat lain di dalam Alkitab mengatakan kalau kemarau terjadi selama 3 tahun dan 6 bulan). Dalam masa 3 tahun ini, bangsa Israel bergantung pada makanan yang tersisa di dalam lumbung dan air sumur untuk bertahan hidup. Kekeringan di Samaria sangatlah serius karena istana Ahab ada disana.

Ahab dan kepala istana, Obaja pergi ke beberapa tempat yang berbeda untuk mencari padang rumput karena tidak ada padang rumput yang tersisa dan hewan ternak akan segera punah. Obaja adalah satu dari sangat sedikit orang yang takut akan Allah di Israel. Ketika ratu memerintahkan untuk membunuh semua nabi Yahweh, ia membahayakan hidupnya untuk menyelamatkan seratus nabi Allah. Ia menyembunyikan mereka dan mengirimkan makanan dan air bagi mereka secara sembunyi-sembunyi setiap harinya. Meskipun ia tidak menunjukkan pendiriannya pada Ahab atau Izebel, ia menunjukkan rasa takutnya pada Allah melalui tindakannya, yakni melindungi nabi-nabi Allah. Mungkin karena hal inilah, Allah memberikannya anugerah untuk dia menemui nabi Elia. Kita lihat ayat-ayat 7-12:

1 Raja-raja 18:7-12 Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya:”Engkaukah ini, hai tuanku Elia?” Jawab Elia kepadanya:”Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu:Elia ada.” Tetapi jawab Obaja:”Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata:Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. Dan sekarang engkau berkata:Pergilah, katakan kepada tuanmu:Elia ada. Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.

Obaja bertemu dengan Elia di tengah jalan. Perhatikan pada fakta kalau Elia tidak berinisiatif untuk menemui Ahab. Ia hanya meminta Obaja memanggil Ahab untuk datang menemuinya. Ketika banyak gereja bertemu dengan orang-orang yang memiliki uang dan kuasa, mereka akan memberikan perhatian khusus bagi mereka. Mereka tidak akan memandang pada mereka-mereka yang tidak memiliki uang dan tanpa status sosial. Tetapi cara nabi Allah melakukan sesuatu hal berbeda dari kita. Karena mereka melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah. Elia tidak takut dan menghormati Ahab hanya karena Ahab adalah seorang raja. Dan sebaliknya, ia meminta Obaja untuk ‘memanggil’ Ahab datang menemuinya.

Ketika Obaja mendengar kalau Elia ingin agar dirinya ‘memanggil’ Ahab, ia menjadi sangat takut. Karena Ahab telah mengirimkan orang kemana-mana untuk mencari Elia, tetapi mereka tidak dapat menemukannya dan Ahab sangat tidak senang akan hal ini. Obaja kuatir jika ia memberitahukan Ahab kalau Elia ada di suatu tempat dan jika Allah dengan tiba-tiba mengangkat Elia pergi, maka kemudian Obaja akan melakukan kejahatan karena telah menipu sang raja. Ia kemudian akan dihukum mati.

Obaja adalah orang yang takut akan Allah. Ia mengerti tentang cara kerja Allah. Perhatikan pada apa yang ia katakan, ‘Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui’. Dari kalimat ini, kita dapat melihat kalau ia memahami hal-hal rohani. Ia kuatir jikalau setelah ia menyampaikan perkataan Elia kepada Ahab, dan kemudian Allah mengangkat Elia ke suatu tempat lain, maka ia pasti akan dibunuh. Kita dapat melihat kalau ia mengerti bahwa nabi dipimpin sepenuhnya oleh roh Allah. Di ayat 15, Elia bersumpah kepada Obaja dalam nama Allah kalau ia harus bertemu dengan Ahab karena hal itu adalah perintah Allah. Kita lanjutkan untuk melihat pada ayat 15-20:

1 Raja-Raja 18:15-20 Jawab Elia:”Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.” Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya:”Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” Jawab Elia kepadanya:”Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah- perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi- nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi- nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.” Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi- nabi itu ke gunung Karmel.

Setelah mendapatkan janji dari Elia, Obaja kemudian memberanikan diri menyampaikan perkataan Elia kepada Ahab. Lalu, Ahab pergi menemui Elia. Perhatikan pada tuduhan Ahab terhadap Elia ketika ia menemuinya. Ia menuduh Elia sebagai ‘pengacau Israel’. Itu berarti, Ahab melihat kekeringan di Israel disebabkan oleh Elia. Mengapa hal itu sangat aneh? Bukankah Elia telah mengumumkan kepada Ahab sebelum datangnya kekeringan itu? Mengapa ia masih tidak menyadari kalau Elia adalah nabi Allah tapi malah berbalik menyalahkan Elia sebagai tersangka utama dalama hal kemarau itu?

Dari hal ini kita dapat melihat kalau kemampuan Ahab untuk memahami hal-hal rohani sangatlah buruk. Ia masih tidak menyadari kalau kekeringan itu adalah bentuk disiplin dari Allah untuknya dan bangsa Israel. Ahab masih dengan penuh percaya diri menegur Elia sebagai seorang yang membuat bangsa Israel mengalami malapetaka. Kemungkinan nabi-nabi Baal yang memberitahukan pada Ahab kalau malapetaka itu disebabkan oleh Elia dan beberapa orang Israel yang tidak mau tunduk menyembah Baal, sehingga Baal mengirimkan malapetaka kepada Israel. Di dalam hati Ahab, Baal adalah allah yang benar. Yahweh telah menjadi allah yang palsu di Israel. Dan Elia adalah nabi dari allah palsu ini, sehingga ia menjadi tersangka utama dari bencana ini.

Pada generasi Yerobeam, Yerobeam menggunakan lembu emas untuk menggantikan Allah, Yahweh. Tetapi di dalam hati rakyat Israel, Yahweh tetap adalah Allah mereka. Atas dasar ketidaktahuan, mereka menyembah Baal. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu, ketika sampai di tahun-tahun Ahab, bangsa Israel telah secara terang-terangan menerima Baal sebagai allah mereka. Inilah kenapa Alkitab seringkali menegur dosa-dosa Yerobeam yaitu karena dosanya telah membawa kerusakan secara rohani yang sangat parah bagi Israel. Tapi Ahab membuat situasi menjadi semakin parah. Elia lalu menjawab Ahab dengan tajam di ayat 18, menyalahkannya dan ayahnya karena melupakan perintah-perintah Yahweh dan mengikut Baal yang menyebabkan Allah mengirimkan bencana atas Israel.

Tetapi kebenaran ini tidaklah begitu jelas bagi Ahab dan bangsa Israel. Mereka tidak bisa melihat. Bagaimana untuk membuktikan kepada bangsa Israel kalau Yahweh adalah Allah yang benar dan Elia adalah nabi-Nya? Hanya ada satu cara, yaitu lewat sebuah tantangan publik. Maka kemudian Ahab mengirimkan nabi-nabi Baal dan Asyera sebuah deklarasi perang. Mereka akan bertanding secara terbuka di hadapan bangsa Israel di Gunung Karmel. Bagi Ahab yang tidak memiliki persepsi rohani,  hal ini tentunya adalah sebuah ide yang bagus. Yang menang adalah Allah. Hal ini sangatlah sederhana. Kita lanjutkan melihat ayat 20-24:

1 Raja-Raja 18:20-24 Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi- nabi itu ke gunung Karmel. Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata:”Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Lalu Elia berkata kepada rakyat itu:”Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi- nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong- motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya:”Baiklah demikian!”

Maka lalu Ahab mengumpulkan bangsa Israel dan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel sesuai arahan dari Elia. Elia menunjukkan kalau masalah dari bangsa Israel adalah mereka telah berlaku timpang dan bercabang hati – mereka menyembah Baal dan Yahweh, tanpa sebuah pendirian yang jelas. Elia tidak mengijinkan mereka untuk memiliki keduanya, menyembah dua tuan. Perhatikan pada reaksi dari bangsa Israel, mereka tidak menjawabnya sepatah katapun. Mereka semua adalah orang-orang pintar, mereka adalah orang-orang realis, jadi barangsiapa yang dapat memberikan mereka bukti yang nyata, ia adalah Allah.

Mungkin anda akan bertanya mengapa nabi-nabi Asyera tidak disebutkan disini? Arti dari nama ‘Baal’ adalah ‘tuan’ atau ‘suami’. Orang-orang yang menyembah Baal mengakui kalau Baal adalah tuan mereka. Hal yang menarik disini adalan Yahweh juga adalah ‘tuan’ atau ‘suami’ dari Israel. Jadi Baal dengan mudah dikelirukan dengan Yahweh dan kemudian menggantikan posisi Yahweh. Bangsa Israel yang hanya mementingkan uang sangatlah rentan untuk ditipu dayakan oleh Baal.

Asyera adalah dewi dari bangsa Kanaan. Pada generasi Ahab, Asyera dianggap sebagai “pendamping” dari Baal. Asyera adalah “kekasih” dari Baal. Jadi, Elia akan terutama menghadapi nabi-nabi Baal. Ketika nabi-nabi Baal dikalahkan, Asyera juga akan dikalahkan dan otomatis dihancurkan. Karena itu kitab Raja-raja menganggap Baal dan Asyera adalah satu, dan Baal sebagai ilah yang utama.

Perhatikan akan perkataan Elia. Ia mengatakan jika Yahweh adalah Allah, kita seharusnya mengikut Yahweh. Jika Baal adalah Allah, kita seharusnya mengikut Baal. Menurut definisi Alkitab, sesiapa yang kita ikuti dan dengarkan, ia adalah Allah kita. Hal ini bukanlah tentang hal kepercayaan, tetapi tentang sebuah tindakan. Jika anda percaya Yahweh adalah Allah, anda harus mengikuti Dia. Jika anda tidak mengikuti Dia, Dia bukanlah Allah anda meskipun anda berkata anda percaya pada-Nya.

Perkataan Elia juga ditujukan kepada kita. Orang-orang Kristen dapat mengklaim dirinya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Lord) tetapi tidak mengikutinya. Percaya kalau Bapa di surga adalah satu-satunya Allah yang benar tetapi tidak mendengarkan Dia. Jikalau kita hanya percaya di dalam pikiran kita tanpa adanya tindakan apapun, pada akhirnya kita akan menemukan kalau Bapa di surga bukanlah Allah kita karena kita ragu dan bercabang hati. Meskipun lidah kita mengaku tetapi tidak ada tindakan apapun yang sesuai dengan apa yang kita katakan. Ingat jika Yahweh adalah Allah, kita seharusnya mengikut Yahweh dengan segenap hati.

Di Gunung Karmel, hanya Elia yang merupakan nabi Yahweh. Keseluruhannya ada 850 nabi Baal dan Asyera. Elia ada dalam situasi yang kalah dari segi jumlah, tetapi ia tidak takut dan bersandar terus pada Allah. Ia telah membuat peraturan-peraturan untuk tantangan ini yaitu barangsiapa yang mengirimkan api untuk membakar korban bakaran, ia adalah Allah yang benar. Peraturannya sangatlah mudah. Hasilnya juga mudah untuk dilihat. Bangsa Israel yang berkumpul untuk menyaksikan tantangan ini sangat gembira dan mendukung saran Elia ini.

Elia menyuruh nabi-nabi Baal untuk mulai terlebih dahulu. Pertama mereka menyiapkan lembu untuk korban bakaran dan kemudian memanggil nama Baal. Mereka berjingkat-jingkat di sekitar mezbah yang mereka dirikan. Mereka memanggil-manggil nama Baal tiada henti dari pagi hingga tengah hari. Tetapi tidak ada jawaban. Ayat 28-29 mengatakan ketika mereka tidak memiliki jalan lain, mereka menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Dari tengah hingga petang hari, mereka berteriak-teriak dengan suara keras. Tetapi tetap tidak ada jawaban. Kita baca ayat 30-34:

1 Raja-Raja 18:30-34 Kata Elia kepada seluruh rakyat itu:”Datanglah dekat kepadaku!” Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub.– Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN:”Engkau akan bernama Israel.”– Ia mendirikan batu- batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan- potongannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata:”Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!” Kemudian katanya:”Buatlah begitu untuk kedua kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya:”Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya,

Nabi-nabi Baal telah sangat sibuk sepanjang hari, Baal tidak memberikan jawaban apapun. Kemudian tiba giliran Elia untuk memanggil nama Allah. Elia mengumpulkan bangsa Israel di sisinya, kemudian ia memperbaiki mezbah Yahweh yang telah diruntuhkan. Elia tidak menggunakan mezbah yang telah didirikan oleh nabi-nabi Baal karena mereka tidak menyembah Allah yang sama. Ia tidak mendirikan sebuah mezbah baru karena hal itu tidak diperbolehkan oleh perintah Allah. Ia mendirikan kembali mezbah yang telah ditinggalkan dari masa lalu. Inilah mezbah Yahweh yang telah ditinggalkan oleh bangsa Israel. Ia mengambil 12 batu yang melambangkan 12 suku Israel. Ia menggunakan simbol ini untuk membawa bangsa Israel kembali kepada Allah dari bapa leluhur mereka, Abraham, Ishak dan Yakub.

Kemudian Elia menyiapkan lembu untuk kurban bakaran. Setelah itu, Elia melakukan suatu hal yang tidak dapat dipahami. Ia meminta orang-orang untuk menuangkan air ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api hingga seluruh mezbah sangat penuh dengan air sampai airnya tumpah ke atas tanah. Kelihatannya Elia tidak bijaksana dengan melakukan hal tersebut. Nabi-nabi Baal telah berusaha sepanjang hari, tidak ada api yang turun untuk membakar korban bakaran. Bukankah dengan membasahi seluruh korban bakaran dan kayu api malah akan membuatnya semakin mustahil untuk terbakar? Pertanyaannya adalah jika Yahweh adalah Allah yang Perkasa, tidak ada yang dapat menghentikannya. Dengan berbuat demikian, Elia ingin untuk membuktikan kepada bangsa Israel siapa Allah yang benar. Mari kita lihat ayat 36-39:

1 Raja-Raja 18:36-39 Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata:”Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah- tengah Israel dan bahwa aku ini hamba- Mu dan bahwa atas firman- Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata:”TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”

Semuanya telah siap, Elia mulai berdoa kepada Allah. Ia tidak meminta Allah untuk mengirimkan api untuk membakar korban bakaran, ia hanya meminta kepada Allah 3 hal:

1).  Berdoa kepada Allah untuk menunjukkan Diri-Nya Allah bangsa Israel;

2).  Berdoa kepada Allah untuk membuktikan kepada rakyat ia adalah nabi Allah;

3).  Berdoa kepada Allah untuk membuat hati bangsa Israel tobat kembali.

Allah mendengarkan doa Elia. Ia mengirimkan api yang besar untuk menyambar habis korban bakaran dan semua yang ada di atas mezbah. Bahkan air yang di dalam parit itu habis dijilat.

Kita dapat membayangkan reaksi dari rakyat. Mereka tersungkur, berteriak dan berkata, “Yahweh adalah Allah! Yahweh adalah Allah!” Akhirnya Allah memanifestasikan Diri-Nya kepada bangsa Israel. Elia kemudian memerintahkan rakyat untuk menangkap nabi-nabi Baal dan tidak mengijinkan satupun dari mereka luput. Rakyat menangkap mereka. Elia membawa mereka ke satu sisi dari Sungai Kison dan membunuh mereka disana. Allah menggunakan Elia untuk menghabisi semua nabi-nabi palsu itu.

Kemudian Elia naik ke atas bukit dan berdoa untuk hujan bagi bangsa Israel. Allah juga mendengarkan doanya. Ketika bangsa Israel kembali dan mengakui Yahweh adalah Allah, Allah mengirimkan curah hujan. Melalui kejadian-kejadian mukjizat ini, Ahab dan bangsa Israel mengetahui dengan jelas kalau Allah Israel menggunakan kemarau untuk mendisiplinkan mereka karena mereka telah melupakan Allah. Allah juga menggunakan mukjizat-mukjizat ini untuk membuktikan bahwa Elia adalah nabi-Nya dan bangsa Israel seharusnya mendengarkan perkataannya dengan seksama.

Secara kasat mata, kejadian di Gunung Karmel ini terlihat seperti kebangkitan rohani dari bangsa Israel. Tetapi sebenarnya apa yang dikatakan sebagai “kebangkitan” ini tidak bertahan lama karena masalah bangsa Israel dalam menyembah berhala sudah sangat berakar. Bersamaan dengan pengaruh dari ratu Izebel, sangat sulit untuk menumbangkan kebiasaan menyembah berhala ini.

Mungkin anda akan berpikir jika anda telah melihat mukjizat-mukjizat yang demikian luar biasa, anda akan tetap dengan setia percaya kepada Allah. Sebenarnya, mukjizat ini bukanlah sesuatu yang membesarkan hati. Karena seluruh peristiwa ini memberitahu kita kalau kaum pilihan Allah buta dan tidak tahu berterima kasih. Mereka melupakan Allah mereka yang telah menyelamatkan mereka dan kembali menyembah Iblis sebagai tuan mereka. Hal yang sangat menyedihkan. Jika anda telah menjadi seorang Kristen, tetapi masih butuh mukjizat untuk membuktikan apakah Allah itu benar, maka anda berada di situasi menyedihkan, sama seperti bangsa Israel saat itu.

Saya berharap kita semua ingat akan perkataan Elia: Jika Yahweh adalah Allah, ikutilah Dia; tetapi jika Baal adalah Allah, ikutilah dia. Jangan ragu dan bercabang hati, kita harus menjadi seorang Kristen dengan sebuah pendirian yang jelas dan mengikut Yahweh dengan segenap hati. Orang Kristen yang bercabang hati adalah seorang yang tidak mencintai kebenaran. Mereka akan sama seperti Ahab yang buta secara rohani dan tidak mampu untuk membedakan benar dan salah. Karena Allah tidak akan dan tidak mampu untuk menolong orang-orang yang demikian.

 

Berikan Komentar Anda: