Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 22:13-25 | 

Hari ini kita akan melanjutkan untuk membaca pasal 22 dari 1 Raja-raja. Pasal ini sangat penting karena disini kita diajarkan bagaimana untuk membedakan nabi sejati dan nabi palsu. Jadi, hari ini kita akan fokus pada bagaimana untuk membedakan nabi sejati dan nabi palsu. Pasal 22 dari 1 Raja-raja mengatakan kalau raja Israel, Ahab mengajak raja Yehuda, Yosafat untuk menyerang bangsa Aram bersama-sama supaya mereka dapat mendapatkan Ramot-Gilead. Yosafat tanpa keraguan sama sekali langsung setuju. Tetapi ia memiliki satu permintaan, yaitu untuk menanyakan kehendak Allah terlebih dahulu. Ahab bukanlah seorang yang rohani, ia tidak tertarik akan kehendak Allah. Tetapi untuk memenuhi permintaan Yosafat, ia mengumpulkan 400 nabi Yahweh.

Keempat ratus nabi ini adalah nabi-nabi pada nama saja. Mereka tahu nubuat macam apa yang Ahab ingin dengar, sehingga mereka melakukan apa yang Ahab sukai, yaitu mengatakan perkataan-perkataan yang menyenangkannya. Kita baca 1 Raja-raja 22:10-12:

1 Raja-Raja 22:10-12 Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing- masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk- tanduk besi, lalu berkata:”Beginilah firman TUHAN:Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.” Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya:”Majulah ke Ramot- Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.”

Keempat ratus nabi yang berkumpul di hadapan dua raja tersebut memiliki kekuatan yang besar dan juga keuletan. Zedekia bin Kenaana terlihat seperti kepala dari kelompok nabi-nabi ini. Ia membuat tanduk-tanduk besi. Di dalam Alkitab, tanduk adalah simbol dari kekuatan. Dua tanduk melambangkan Israel dan Yehuda. Tanduk terbuat dari besi memiliki arti ia dapat menghancurkan apa saja, mendapatkan apa saja yang diinginkan. Nubuat dari Zedekia mengatakan kalau Allah akan menggunakan Israel dan Yehuda untuk menghapuskan bangsa Aram.

Ke-399 nabi lainnya setuju dengan satu suara terhadap nubuatan Zedekia. Mereka bernubuat bagi Ahab dan Yosafat kalau Allah pasti akan menyerahkan Ramot-Gilead ke dalam tangan mereka. Kita dapat perhatikan disini karakteristik pertama dari nabi palsu: mereka suka untuk bersandar pada dominasi dari kekuatan dari segi jumlah untuk mempengaruhi orang-orang agar percaya apa yang mereka katakan. Nabi palsu tidak bergerak sendirian, ia memiliki kelompoknya sendiri. Tetapi manakala Allah mengirimkan seorang nabi, Ia mengirim satu nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya. Allah tidak pernah bergantung pada kekuatan dari banyak orang untuk menyakinkan kita untuk mengikuti kehendak-Nya.

Sebaliknya, cara nabi palsu melakukan sesuatu sama sekali berbeda. Mereka selalu bergantung pada kekuatan dari banyak orang untuk mempengaruhi orang lain agar mempercayai mereka. Insiden di Gunung Karmel adalah sebuah contoh yang sangat tepat. Nabi Elia harus berhadapan dengan 450 nabi Baal sendirian. Jika Anda ada disana, siapa yang akan Anda percayai? Beranikah Anda untuk percaya pada Elia yang berdiri disana sendirian? 450 orang mengatakan dengan satu suara kalau Baal adalah Allah. Tidakkah hal itu sangat dapat dipercayai? Mengapa Anda tidak percaya pada 450 orang dan berbalik untuk percaya pada Elia yang sendirian dan lemah?

Kita dapat melihat bahwa dukungan dari banyak orang akan memberikan mereka keuntungan secara alamiah. Sehingga, nabi palsu suka untuk menciptakan gengsi dan kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan seseorang dan memenangkan dukungan dari publik. Nabi sejati hanya memikirkan tentang kehendak Allah, ia tidak mempermasalahkan apakah publik mendukungnya atau tidak. Maka, ia tidak menggunakan cara manusia untuk membujuk publik mendukungnya.

Dalam gereja, kita harus sangat berhati-hati pada sesiapa yang suka untuk menarik orang untuk mendukung pemikiran mereka. Orang-orang demikian suka untuk bergantung pada kekuatan orang banyak untuk membangun status dan pengaruh mereka. Cara demikian adalah karakteristik dari seorang nabi palsu. Sudah tentu, saya tidak mengatakan kalau seseorang yang mengklaim dirinya seorang nabi dan suka untuk bergerak sendirian pastilah bukan seorang nabi palsu. Saya hanya dapat mengatakan kalau nabi sejati tidak akan pernah menggunakan kekuatan orang banyak untuk mempengaruhi keputusan orang lain.

Mari kembali ke 1 Raja-raja 22:10-12. Ketika Ahab mendengar 400 nabi itu dengan satu suara berkata bahwa Allah pasti akan menyerahkan kota tersebut ke dalam tangan raja, raja sangatlah senang. Tetapi Yosafat lebih bijaksana dalam masalah ini, ia tidak serta merta percaya pada 400 nabi tersebut. Mungkin karena ia telah mendengar tentang Israel yang dibanjiri oleh nabi-nabi palsu. Sehingga ia menyuarakan permintaan lain, berharap untuk menanyakan pendapat nabi Yahweh yang lain.

Ketika Yosafat bertanya pada Ahab apakah ada nabi Yahweh yang lain, Ahab menyebut Mikha. Perhatikan bahwa Ahab mengakui kalau Mikha adalah nabi Allah. Tetapi Ahab tidak suka untuk bertanya akan kehendak Allah padanya. Karena Ahab berpikir apa yang Mikha katakan selalu saja bertentangan dengan Ahab, mengatakan kata-kata yang tidak menyenangkan padanya. Dari situ kita dapat melihat kalau Ahab tidak mempedulikan kehendak Allah, ia hanya ingin untuk mendengar apa yang ia suka dengar.

Karena raja Yehuda menyuarakan permintaan ini untuk mencari pendapat dari nabi Yahweh yang lain, Ahab mau tidak mau harus memanggil Mikha. Mungkin ia juga ingin agar raja Yehuda tahu bahwa Mikha ini sangatlah menjengkelkan. Jadi orang seperti apakah Mikha itu? Mari kita baca ayat 13-14:

1 Raja-Raja 22:13-14 Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya:”Ketahuilah, nabi- nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.” Tetapi Mikha menjawab:”Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.”

Pembawa pesan yang dikirim untuk memanggil Mikha mengingatkannya untuk berjaga-jaga. Karena 400 nabi bernubuat kalau Ahab pasti akan memenangkan pertempuran. Pembawa pesan itu mengingatkan Mikha untuk jangan pernah mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan kalau tidak mau menyinggung raja dan membawa penderitaan atas dirinya sendiri. Kata-kata ini tentunya datang dari Ahab karena ia tidak ingin Mikha untuk merusak rencana perangnya. Jika operasi militer ini tidak mendapatkan dukungan dari raja Yehuda, Israel tidak akan mendapatkan wilayahnya yang hilang dari tangan bangsa Aram.

Mikha bersumpah dalam nama Allah kalau ia tidak akan pernah berbicara apapun hanya dengan tujuan untuk menyanjung raja Israel. Apapun yang Allah ingin ia untuk katakan, ia akan mengatakannya. Darinya, kita dapat melihat karakteristik dari seorang nabi sejati: Nabi sejati tidak takut akan kekuasaan, sekalipun jika hal itu mengancam nyawanya. Ia tidak akan mengatakan sesuatu hanya untuk tujuan menyanjung, tetapi ia hanya akan setia untuk menyampaikan firmam Allah.

Melihat kembali akan para nabi palsu, mereka semua suka untuk mengatakan hal-hal hanya untuk tujuan menyanjung. Hanya dengan cara demikian, mereka dapat memenangkan hati dan dukungan publik. Alkitab memberitahukan kita bahwa nabi palsu suka untuk menberitakan pesan damai karena pesan demikian adalah yang paling ingin didengar oleh publik. Publik (termasuk orang-orang Kristen) tidak suka untuk mendengar kata-kata yang menegur dan tidak enak didengar. Tetapi nabi sejati, seringkali menyampaikan pesan-pesan yang tidak enak didengar ini. Tidak heranlah mereka seringkali ditolak oleh publik.

Inilah perbedaan kedua antara nabi sejati dan nabi palsu: yaitu nabi palsu suka untuk menggunakan kata-kata yang enak didengar untuk menarik publik; sementara nabi sejati dengan setia menyampaikan firman Allah, dan ia bisa saja mati karena hal tersebut. Sudah tentu, saya tidak mengatakan kalau seseorang yang berbicara kata-kata yang tidak enak didengar dan mengklaim dirinya seorang nabi, maka ia pastilah seorang nabi Allah. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa seorang nabi yang suka untuk menggunakan kata-kata yang enak didengar untuk menarik publik, ia pastilah seorang nabi palsu karena Allah tidak pernah berbuat hal demikian.

Mari kita kembali ke 1 Raja-raja 22:13-14, Allah tidak menggerakkan Mikha untuk menemui Ahab, tetapi karena ia dipanggil oleh raja, Mikha hanya dapat mengikuti pembawa pesan untuk menemui Ahab. Menghadapi 400 nabi yang hanya nabi pada nama dan status saja, bagaimana Mikha menghadapinya? Kita lanjutkan untuk membaca ayat 15:

1 Raja-Raja 22:15 Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya:”Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot- Gilead atau kami membatalkannya?” Jawabnya kepadanya:”Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.”

Sangat mengejutkan, Mikha secara tidak disangka setuju dengan yang dikatakan oleh para nabi palsu. Ia mengatakan kepada Ahab kalau ia pergi berperang, ia pasti akan menang dan Yahweh akan menyerahkan kota tersebut ke dalam tangan raja. Mengapa? Sangat jelas terlihat, Mikha tidak tertarik untuk memberitahukan Ahab yang sebenarnya karena Ahab tidak mau mendengarnya. Sehingga ia kemudian menggunakan perkataan para nabi palsu dan asal menyampaikan pada Ahab. Mikha sangat bekerja sama dan harusnya Ahab merasa sangat senang. Mari kita baca ayat 16-18:

1 Raja-Raja 22:16-18 Tetapi raja berkata kepadanya:”Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?” Lalu jawabnya:”Telah kulihat seluruh Israel bercerai- berai di gunung- gunung seperti domba- domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman:Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing- masing pulang ke rumahnya dengan selamat.” Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat:”Bukankah telah kukatakan kepadamu:Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?”

Setelah mendengarkan perkataan Mikha, Ahab sangat tidak senang. Ia langsung meminta Mikha untuk mengatakan yang sebenarnya dalam nama Yahweh. Karena Mikha harus berbicara dalam nama Yahweh, ia harus mengatakan yang sebenarnya. Dalam sebuah penglihatan, ia melihat Israel seperti sekawanan domba yang tidak bergembala. Hal itu berarti Israel akan kehilangan pemimpinnya – Ahab akan mati di dalam pertempuran ini!

Ahab ingin mendengar yang sebenarnya, maka Mikha menyampaikan kepadanya kehendak Allah. Apa respon dari Ahab? Tidak ada respon sama sekali. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, ia adalah seseorang yang tidak suka akan kebenaran. Ia hanya mendengarkan apa yang ia ingin dengar. Perkataan para nabi palsu lebih dapat disetujui olehnya, itu alasan mengapa ia percaya. Ia tidak pernah memberikan perhatian apapun terhadap perkataan Mikha. Ahab hanya ingin untuk membuktikan kepada Yosafat kalau Mikha adalah seorang nabi yang hanya bernubuat yang jahat dan tidak pernah yang baik. Bagaimana mungkin orang ini adalah seorang nabi Allah?

Terlihat kalau Yosafat setuju dengan pendapat Ahab. Sama seperti sebagian orang Kristen yang mengkritisi para pengkhotbah. Mengatakan bahwa para pengkhotbah itu tidak mengatakan hal-hal yang menghibur dan memberkati tetapi hanya hal-hal yang menegur dan memperingatkan. Mereka berpikir bahwa sebagai hamba Allah, para hamba Allah itu seharunyas lebih banyak mengatakan kata-kata berkat kepada umat Allah. Mengapa mereka selalu berbicara hal-hal yang tidak baik dan tidak memberi harapan? Dan Mikha juga tidak konsisten dengan apa yang ia katakan. Ia pertama setuju dengan yang dikatakan para nabi palsu, kemudian tiba-tiba ia berbalik mengatakan hal yang sebaliknya. Sehingga Yosafat bisa saja berpikir bahwa orang ini tidaklah dapat dipercayai. Kita lanjutkan untuk membaca ayat 19-23:

1 Raja-Raja 22:19-23 Kata Mikha:”Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta- Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat- Nya, di sebelah kanan- Nya dan di sebelah kiri- Nya. Dan TUHAN berfirman:Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot- Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata:Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya:Dengan apa? Jawabnya:Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman:Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.”

Mikha melanjutkan untuk memberitahukan Ahab apa yang ia lihat dalam penglihatannya. Allah telah berencana untuk membujuk Ahab untuk pergi ke Ramot-Gilead dan ia akan mati disana. Allah mengirim roh ke dalam mulut semua nabi Ahab untuk menjadi roh pembohong. Ia akan menggunakan nubuat palsu untuk membujuk Ahab pergi ke dalam medan pertempuran untuk mati disana. Perhatikan kalau keempat ratus nabi ini benar-benar menerima gerakan dari roh tersebut. Dan gerakan ini datang dari Allah, ia bukan datang dari imajinasi mereka. Jadi, mereka dengan lantang dan fasih membicarakan sesuatu yang masuk akal dengan penuh pembenaran diri. Persoalannya adalah hal yang dibicarakan adalah suatu kepalsuan.

Hal ini juga mengingatkan kita pada orang-orang yang hidup dan melakukan segala sesuai karena ada suatu “dorongan”. “Dorongan” Anda mungkin saja sangat nyata, dan bukan berasal dari imajinasi Anda. Tetapi Anda harus berhati-hati bahwa tidak semua dorongan itu sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, kita harus bisa berpikir dengan hati-hati dan dalam segala sesuatu berdoa dan berwaspada agar kita dapat membedakan dengan baik.

Dari sini, kita dapat merasa aneh mengapa Allah membujuk pembawa pesan-Nya untuk berbohong? Kita berpikir kalau hanya iblis yang akan menggunakan penglihatan palsu untuk membuat orang bingung. Mengapa Allah juga melakukannya? Akankah Allah juga menipu orang? Mari kita baca sebuah ayat dari Mazmur, Mazmur 18:26:

Mazmur 18:26 terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat- belit.

Sederhananya, Allah akan memperlakukan Anda dengan cara yang sama dengan bagaimana Anda memperlakukan Allah. Ini adalah sebuah prinsip rohani yang sangat penting. Tidak ada masalah bagi kita untuk menerima bagian pertama dari ayat diatas. Tetapi sulit bagi kita untuk menelan bagian keduanya. “Orang yang bengkok” dan “berlaku belat-belit” adalah hal yang sama, yang berarti tidak jujur, licik. Hal itu berarti, jika Anda memperlakukan Allah dengan licik, Allah juga akan memperlakukan Anda dengan licik; jika Anda menipu Allah, Allah juga akan menipu Anda. Mungkin Anda akan mendapati hal ini tidak dapat dibayangkan. Allah akan memperlakukan manusia dengan licik? Inilah arti dari ayat diatas. Inilah prinsip bagaimana Allah menghakimi manusia. Inilah sebuah prinsip ganjaran. Bagaimana Anda ingin Allah memperlakukan Anda, Anda sebaiknya memperlakukan Allah dengan cara yang sama dan juga sesama Anda. Hal itu berarti, Anda dapat memutuskan tentang bagaimana Allah akan memperlakukan Anda.

Banyak orang Kristen berpikir meskipun mereka tidak setia terhadap Allah, Allah akan tetap memperlakukan mereka dengan setia. Asumsi ini benar-benar datang dari penipuan diri sendiri karena Alkitab tidak mengatakan demikian. Mungkin Anda akan berpikir bahwa hal ini hanyalah pengajaran dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru mengatakan sebaliknya. Jika Anda berpikir demikian, maka Anda benar-benar keliru. Mari kita baca 2 Tesalonika 2:11-12:

2 Tesalonika 2:11-12 Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.

Ini adalah sebuah peringatan yang sangat serius. Jika Anda seperti Ahab, tahu yang sebenarnya tetapi menolak untuk melakukannya, Allah akan membuat bingung persepsi Anda, membuat Anda mengikuti kebohongan-kebohongan. Ahab adalah contoh yang paling tepat. Ia tidak mendengarkan kebenaran untuk jangka waktu yang sangat lama sampai-sampai ketika Mikha memberitahukannya seluruh rencana Allah, ia tetap memilih untuk percaya pada kebohongan. Tidak seorangpun yang akan dengan sengaja percaya pada kebohongan-kebohongan. Ahab percaya pada kebohongan-kebohongan karena Allah telah memberikannya khayalan yang kuat, yang membuatnya percaya pada kebohongan itu.

Saudara dan saudariku, firman di dalam Alkitab sangatlah serius, tidak main-main. Jika Anda mengabaikan peringatan dari Allah, menolak akan kebenaran dan keadilan, Allah pasti akan mengirim Anda pada khayalan. Inilah kebenaran Allah karena inilah yang layak Anda dapatkan. Jadi, setiap kali ketika Anda menghadapi kebenaran, Anda harus berpikir dua kali karena apa yang Anda tabur, itulah yang Anda tuai.

Di 1 Raja-raja 22:23, Mikha memperingatkan Ahab. Ia berkata, “TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.” Nubuatan Mikha sangatlah spesifik, bukan saja ditujukan untuk Ahab, tetapi juga untuk keempat ratus nabi. Kita dapat membayangkan perkataan Mikha bukan saja menyinggung Ahab tetapi juga keempat ratus nabi. Mari lanjutkan untuk membaca ayat 24-25:

1 Raja-Raja 22:24-25 Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: “Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?” Tetapi Mikha menjawab: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.”

Perkataan Mikha membuat keempat ratus nabi itu sangat marah. Kepala dari 400 nabi, Zedekia segera maju dan menamparnya di pipi. Disini kita dapat melihat perbedaan lain antara nabi sejati dan nabi palsu. Nabi palsu tidak hanya suka untuk bersandar pada kekuatan orang banyak untuk melaksanakan tugas mereka, tetapi mereka juga suka menindas orang-orang yang membantah mereka, memaksa mereka untuk tunduk. Mereka akan menggunakan kata-kata untuk mengancam orang-orang yang membantah mereka. Mereka akan berkata kepada Anda, “Semua orang setuju dengan pandangan kami, kami mewakili gereja mayoritas, apa dasar dari bantahan Anda terhadap kami? Jika Anda tidak bertobat, Anda akan dianggap sesat” Apakah Anda mampu untuk menghadapi tekanan yang demikian?

Ancaman berupa kata-kata tidak ada artinya bagi seorang nabi sejati. Nabi Allah sejati selalu akan berhadapan dengan siksaan dan pukulan. Nabi palsu akan menggunakan kekuatan untuk memaksa mereka agar berkompromi, nabi-nabi yang tidak mau untuk berkompromi akan dianiaya. Kita dapat melihat disini kalau Zedekia sangatlah marah sampai ia menampar Mikha di pipi karena Mikha menentang apa yang dikatakan oleh mereka. Tindakan ini sangatlah penting karena hal ini mengungkapkan siapa sebenarnya Zedekia.

Perhatikan pada respon dari Mikha yang berada di bawah tekanan. Ia tidak mengutuk dan ia tidak membalas dendam. Malah kita yang merasa geram melihat perlakuan ke atasnya, namun Mikha adalah seorang nabi sejati. Lazimnya seorang nabi Allah akan mengutuk para nabi palsu dalam nama Allah agar tidak membingungkan bangsa Israel. Tetapi nabi sejati tidak akan bertindak menurut perasaannya sendiri. Jika Allah memintanya untuk diam, ia akan tetap diam.

Yesus berkata, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” Tindakan Zedekia mengungkapkan siapa dirinya. Ia adalah seekor serigala yang berbulu domba. Jika Anda tidak dapat membedakan dan bahkan mendukungnya, itu membuktikan kalau Anda sejenis dengannya. Jika Anda semua adalah serigala-serigala berbulu domba, maka sudah tentu Anda akan secara alamiah setuju satu sama lain, dan bisa bergaul akrab dengan sesama serigala yang berkulitkan domba. Jadi Anda sama sekali tidak mampu untuk membedakan.

Ahab dan Yosafat melihat bahwa Zedekia menampar Mikha. Jika mereka memiliki mata untuk melihat, mereka harusnya akan berpikir, “Mengapa seorang nabi Allah melakukan hal demikian?” Dan Mikha tidak membalas, ia tidak ingin untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Respon-respon dari dua orang ini sudah memberikan kita petunjuk untuk membedakan nabi sejati dan nabi palsu. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” Mengamati perilaku, etika dan sikap dari para pengkhotbah, maka kita tahu orang seperti apa mereka itu.

Tentunya, sebelum kita mengamati orang lain, kita harus mengecek diri kita sendiri untuk melihat orang Kristen seperti apakah kita ini. Apakah kita seperti “Zedekia” atau “Mikha”?

Ini adalah sebuah kontes antara nabi sejati dan nabi palsu. Hal itu membuat kita berpikir tentang insiden di Gunung Karmel. Perbedaannya adalah Elia menghadapi para nabi Baal di Gunung Karmel sementara Mikha menghadapi sekelompok nabi-nabi yang mengklaim diri mereka nabi-nabi Yahweh. Perhatikan pada fakta kalau Mikha tidak mengatakan mereka adalah para nabi palsu. Allah benar-benar mengirimkan roh masuk ke dalam mereka dan memakai mereka untuk membujuk Ahab. Semua ini adalah pekerjaan Allah. Dari cara Zedekia berani untuk menangani Mikha dengan kasar, kita dapat melihat kalau Zedekia sangat percaya diri terhadap “gerakan atau dorongan” yang diterimanya. “Dorongan” ini tidak datang dari imajinasinya sendiri. Ia tentunya percaya kalau ia adalah seorang nabi Allah sehingga ia menegur Mikha, dan berkata, “Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?”

Banyak orang Kristen suka untuk bersandar pada “dorongan” dari dirinya sendiri, berpikir kalau setiap gerakan adalah kehendak Allah. “Gerakan” ini membuat mereka sangat percaya diri dan besar kepala. Keempat ratus nabi ini mungkin saja adalah nabi Yahweh sebelumnya. Tetapi karena mereka telah menerima banyak keuntunggan dari Ahab, kualitas mereka mulai berubah, tidak lagi setia untuk menyampaikan firman Allah. Kita harus ingat kalau kehidupan rohani itu seperti sebuah kapal yang bergerak ke hulu. Jika ia tidak bergerak maju, maka ia akan bergerak mundur.

Setelah melihat itu semua, apa respon dari Ahab? Kita akan melanjutkan untuk membicarakan hal ini di lain waktu.

 

Berikan Komentar Anda: