Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 22:41-51| 

Kita melanjutkan untuk melihat pasal 22 dari 1 Raja-raja. Sebelumnya, kita telah melihat karakteristik-karakteristik dari para nabi sejati dan nabi palsu. Saya berharap ciri-ciri itu dapat membantu kita untuk membedakan siapa hamba Allah yang sejati. Mari kita kembali ke ayat 24-25:

1 Raja-Raja 22:24-25 Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: “Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?” Tetapi Mikha menjawab: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.”

Di ayat 23, Mikha memperingatkan Ahab dan berkata, “TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.” Perkataan Mikha tidak hanya menyinggung Ahab tetapi juga keempat ratus nabinya, terutama Zedekia. Ia segera maju dan menampar pipi Mikha. Tetapi respon Mikha sangatlah tenang, ia tidak membalas baik lewat perkataan maupun tindakan. Ia hanya berbicara satu kalimat kepada Zedekia, “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.” Kata “bersembunyi” di sini berarti ketika seseorang telah dikalahkan, ia pergi untuk bersembunyi untuk menghindari ditangkap oleh musuhnya.

Dua nabi mengatakan hal yang bertolak belakang. Yang satu mengatakan bahwa Ahab pasti akan memenangkan pertempuran. Yang satu lagi mengatakan bahwa Ahab akan mati di medan pertempuran. Bagaimana untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah? Sebelumnya, kita mengatakan kalau salah satu caranya adalah dengan mencermati kehidupan dari nabi itu. Kita dapat melihat siapa yang sejati dan siapa yang palsu dengan melihat pada buahnya. Cara yang lain adalah ketika Anda memiliki roh yang sama dengan nabi sejati itu, maka Anda akan dapat membedakan siapa yang benar dan siapa yang salah. Cara ketiga adalah pembuktian setelah semuanya terjadi. Banyak orang yang menggunakan cara ketiga untuk membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Tetapi masalahnya adalah ketika Anda mengetahuinya, hal itu mungkin sudah terlambat. Mari lanjutkan untuk membaca ayat 26-28:    

1 Raja-Raja 22:26-28 Berkatalah raja Israel:”Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, dan katakan:Beginilah titah raja:Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.” Tetapi jawab Mikha:”Jika benar- benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya: “Dengarlah, hai bangsa- bangsa sekalian!”

Apa yang akhirnya menjadi keputusan Ahab? Orang-orang yang hidup di dalam daging akan menggunakan cara kedagingan untuk menilai permasalahan. Karena kesemua 400 nabi bernubuat dalam satu suara kalau Ahab akan menang, sudah tentu kata-kata dari pihak mayoritas yang dapat diandalkan. Mikha adalah satu-satunya orang yang membual, bagaimana kita bisa mempercayainya? Kemungkinan Yosafat juga berpikir demikian. Keempat ratus nabi itu sangatlah luar biasa dalam penampilan dan terlihat seperti orang yang kata-kata mereka dapat dipercaya. Yosafat adalah seorang yang baik, tetapi ia kekurangan pengertian rohani dan ia dipimpin oleh Ahab.

Sebelum Ahab maju untuk menyerang bangsa Aram, ia memenjarakan Mikha dan membuatnya menderita. Bagi Ahab, Mikha adalah orang yang tidak tidak tahu bagaimana untuk menghargai dan selalu berbicara bertentangan dengan Ahab. Kepercayaan diri Ahab membuatnya jatuh ke dalam kekeliruan. Ia tidak hanya percaya pada kebohongan, tetapi juga telah melangkah semakin jauh dalam menyakiti Allah, yaitu dengan salah memperlakukan nabi Allah. Ahab mengira Mikha akan berusaha lari karena itu Ahab memenjarakannya. Tujuannya adalah saat dia kembali setelah memenangkan pertempuran, dia akan menghukum Mikha. Tapi Ahab telah salah memenjarakan orang, ia seharusnya memenjarakan sekelompok besar nabi itu karena merekalah yang telah mengutusnya ke dalam maut.

Mikha berkata kepada Ahab, “Jika benar- benar engkau pulang dengan selamat, tentulah aku bukan nabi Allah.” Mikha mengatakannya di depan semua orang, sehingga hal itu dapat diverifikasi. Jika Ahab kembali dengan selamat, Mikha bukanlah nabi Allah. Dan ia juga melakukan kejahatan dengan menipu raja yang layak dijatuhi hukuman mati. Kita melanjutkan untuk membaca ayat 29-33:   

1 Raja-Raja 22:29-33 Sesudah itu majulah raja Israel dengan Yosafat, raja Yehuda, ke Ramot- Gilead. Raja Israel berkata kepada Yosafat:”Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.” Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran. Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: “Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.” Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata:”Itu pasti raja Israel!” Lalu majulah mereka untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak. Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya.

Sebelum masuk ke medan pertempuran, Ahab menyarankan Yosafat untuk mengenakan pakaian kebesarannya dan berada di belakang untuk memerintahkan seluruh pertempuran. Sedangkan dirinya menyamar sebagai seorang pasukan biasa untuk bertempur di garis depan. Saran ini terlihat sangat masuk akal karena Yehuda menolong Israel untuk menyerang bangsa Aram dan terlihat masuk akal kalau Ahab sendiri yang memimpin pasukannya ke garis depan. Masalahnya adalah ada alasan di balik pengaturan Ahab ini. Meskipun ia tidak percaya pada perkataan Mikha, tetapi seperti pepatah Tionghoa yang mengatakan kalau lebih aman untuk percaya kalau hal itu benar daripada percaya bahwa hal itu salah. Karena bagaimanapun Mikha tetaplah seorang nabi. Sehingga Ahab memutuskan untuk tidak mengenakan pakaian kebesaran raja. Jika pasukan Aram benar-benar memfokuskan bidikan mereka pada raja Israel, maka Yosafat-lah yang akan menjadi sasaran mereka.

Ahab berpikir bahwa dengan bersandar pada kecerdikannya yang kecil, ia dapat menipu semua orang. Untuk melindungi nyawanya, ia tidak ragu-ragu untuk membiarkan Yosafat menggantikan tempatnya. Tidak heranlah kalau ia buta secara rohani dan tidak dapat melihat kebenaran karena ia terlalu egois, hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Yosafat yang malang telah dimanipulasi oleh Ahab dan ia tidak menyadari kalau dirinya berada dalam bahaya besar.

Sudah tentu ketika pertempuran dimulai, pasukan Aram menggunakan segala kekuatan mereka untuk berusaha mengepung dan menyerang raja Israel. Panglima pasukan kereta melihat Yosafat yang mengenakan pakaian kebesaran raja dan mereka berpikir kalau ia adalah Ahab. Mereka mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk mengepung dan menyerangnya. Semua pasukan pemanah menembakkan panah mereka ke arahnya. Begitu banyak panah yang dibidikkan ke arah Yosafat, kelihatannya ia pasti akan mati Tetapi secara ajaib salah satu dari panglima pasukan kereta mengenali kalau ia bukanlah Ahab, lalu mereka berhenti mengepungnya dan mundur. Mengapa hal itu sangat luar biasa? Mari kita lihat di 2 Tawarikh 18:31-32:  

2 Tawarikh 18:31-32 Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata:”Itu raja Israel!” Lalu mereka mengepung dia, untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak dan TUHAN menolongnya. Allah membujuk mereka pergi dari padanya. Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya.

Yosafat seharusnya sudah mati. Ia masih hidup bukan disebabkan oleh keberuntungan. Hal itu karena ia berteriak pada Allah dan Allah menolongnya. Bagaimana Allah menolongnya? Yaitu dengan membuka mata pasukan Aram, Allah membiarkan mereka melihat kalau ia bukanlah raja Israel. Allah menggerakkan mereka untuk mundur dari Yosafat. Yosafat adalah seorang yang baik, sehingga Allah mendengarkan doanya dan menyelamatkannya dari bahaya. Bagaimana dengan Ahab? Kita melanjutkan untuk melihat pada 2 Tawarikh 18:33-34:

2 Tawarikh 18:33-34 Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja, dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya:”Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.” Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja Israel tetap berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu sampai petang. Ia mati ketika matahari terbenam.

Ahab menggunakan Yosafat untuk menjadi penggantinya. Dengan demikian, ia tidak akan menjadi target dari pasukan pemanah musuh. Tetapi ia lupa bahwa dengan berbuat demikian, ia hanya dapat menipu manusia dan bukannya Allah. Hasilnya adalah tepat seperti yang telah direncanakan oleh Ahab, pasukan pemanah musuh benar-benar mengira Yosafat sebagai raja Israel. Mereka semua menembakkan panah mereka ke arahnya. Tetapi yang ajaib adalah, tidak satupun dari panah-panah tersebut mengenai Yosafat; meskipun tidak seorang pun membidik ke arah Ahab, sebuah panah nyasar mengenai Ahab dan ia pun mati.                   

Yosafat berada dalam bahaya besar tetapi ia berhasil melarikan diri dari bahaya itu karena Allah menyelamatkannya. Ahab melakukan segalanya untuk melindungi dirinya, menempatkan dirinya dalam posisi yang paling tidak menarik perhatian. Tetapi diluar perhitungannya, sebuah panah nyasar mengenainya. Yang terjadi adalah bahwa panah itu menembus sambungan baju zirahnya dan membunuhnya. Hal ini bukanlah kebetulan, itu adalah pekerjaan Allah. Semuanya tepat seperti yang telah dikatakan oleh nabi Allah, Mikha. Di hari ia harus mati, maka pasti ia akan mati. Firman Allah tidak akan gagal.

Inilah akhir dari Ahab. Ia menerima banyak kemurahan di dalam hidupnya. Tetapi sayangnya, ia selalu bercabang hati terhadap Allah, ia tidak rela untuk benar-benar fokus mengikuti kehendak Allah. Ahab tidak suka akan kebenaran tetapi ia cinta untuk mendengarkan perkataan-perkataan yang menyanjung. Hasilnya ia menyakiti Allah berulang kali. Allah tidak berkenan dengan Ahab, kematiannya adalah awal dari penghakiman Allah terhadapnya. Dan ada banyak lagi hukuman setimpal yang akan datang ke atas seluruh keluarganya karena ia telah melakukan terlalu banyak kejahatan.

Setelah melihat pada kehidupan Ahab, kita juga harus berbicara tentang raja Yehuda, Yosafat. Yosafat naik takhta ketika Ahab telah menjadi raja selama 4 tahun. Ia menjadi raja di Yerusalem selama 25 tahun. Dan Ahab menjadi raja di Samaria selama 22 tahun. Sehingga, pada dasarnya mereka adalah raja di periode waktu yang bersamaan. Alkitab memberikan sebuah komentar yang sangat negatif bagi Ahab tetapi memberikan sebuah komentar yang sangat positif bagi Yosafat. Mari kita lihat 2 Tawarikh 17:3-6:

2 Tawarikh 17:3-6 Dan TUHAN menyertai Yosafat, karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal- baal, melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah- perintah- Nya dan tidak berbuat seperti Israel. Oleh sebab itu TUHAN mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya. Seluruh Yehuda memberikan persembahan kepada Yosafat, sehingga ia menjadi kaya dan sangat terhormat. Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala.

Disini kita dapat melihat bahwa Yosafat memiliki beberapa hal yang baik:

  1. Ia fokus untuk mengikuti jejak Daud, yaitu untuk mencari Allah dan bukan Baal-baal (ayat 3).
  2. Ia hidup menurut perintah-perintah Allah dan tidak berbuat seperti negeri utara Israel (ayat 4).
  3. Yosafat dengan tabah hati hidup menurut jalan yang ditunjukkan Allah (ayat 6).
  4. Ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala (ayat 6).
  5. Ayat 7-9 juga memberitahukan kita kalau Yosafat mengutus beberapa kaum Lewi ke setiap kota di Yehuda untuk mengajarkan rakyat akan perintah-perintah Allah.

Yosafat tidak hanya mencari Allah sendirian tetapi ia juga memimpin rakyat Yehuda untuk kembali kepada Allah. Apapun yang ia lakukan, ia melakukannya dengan sukacita dan kerelaan. Sehingga Allah senang. Allah juga menggunakan berbagai macam cara untuk menguatkannya:

  1. Allah berserta dengannya (ayat 3).
  2. Allah mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya, membuatnya dihormati oleh rakyatnya. Ia memiliki kekayaan dan kehormatan yang berlimpah (ayat 5).

Mari kita lihat ayat 10-13:

2 Tawarikh 17:10-13 Ketakutan yang dari TUHAN menimpa semua kerajaan di negeri- negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat. Dari antara orang- orang Filistin ada yang membawa kepada Yosafat persembahan, dan perak sebagai upeti. Juga orang- orang Arab membawa kepadanya kambing domba, domba jantan tujuh ribu tujuh ratus ekor dan kambing jantan tujuh ribu tujuh ratus ekor. Yosafat makin lama makin kuat, menjadi luar biasa kuat. Di Yehuda ia membangun benteng- benteng dan kota- kota perbekalan. Banyak perbekalannya di kota- kota Yehuda. Orang- orang perangnya ada di Yerusalem, semuanya pahlawan yang gagah perkasa.

Allah tidak hanya mengokohkan takhta Yosafat, Ia juga membuat negeri-negeri di sekeliling Yehuda takut akan Yosafat. Banyak negeri-negeri yang membawakan upeti baginya, bahkan musuh Yehuda, Filistin berinisiatif untuk membawakan persembahan dan upeti baginya. Maka, Yosafat menjadi semakin kaya dan negeri Yehuda juga menjadi semakin makmur. Di bawah pemerintahan Yosafat, negeri Yehuda tidak hanya stabil secara politik dan makmur secara ekonomi, tetapi juga bertambah kuat secara militer. Mungkin karena hal tersebut, Ahab, raja Israel mengajak Yosafat untuk bersama-sama menyerang Aram.

Secara keseluruhan, Yosafat adalah seorang raja yang baik, yang sulit untuk ditemui. Tetapi ia juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ketika takhtanya telah kokoh dan dia menikmati kekayaan dan kehormatan, ia membuat sebuah kesalahan yang tidak dapat diperbaiki. Mari kita lihat di 2 Tawarikh 18:1:

2 Tawarikh 18:1 Ketika Yosafat kaya dan sangat terhormat, ia menjadi besan Ahab.

Kesalahannya adalah bahwa ia bersekutu dengan Ahab lewat pernikahan – Ahab memberikan putrinya untuk menikah dengan putra Yosafat, Yoram. Alkitab tidak menyebutkan siapa yang menyarankan untuk bersekutu lewat pernikahan, tetapi jelas Yosafat setuju atas hubungan pernikahan dengan keluarga Ahab ini. Mungkin Yosafat menemukan bahwa kerajaan utara dan kerajaan selatan Israel adalah satu keluarga. Sehingga ia sangat rela untuk bersatu dengan Ahab dan menggunakan pernikahan untuk lebih jauh mempererat hubungan diantara kedua kerajaan. Lewat pernikahan, kerajaan utara dan selatan dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dan dapat hidup secara harmonis. Belum lagi memikirkan tentang kemungkinan menyatukan kedua kerajaan di masa depan.

Yosafat tidak hanya bersekutu dengan Ahab lewat pernikahan, ia juga bekerja sama secara dekat dengan Ahab dalam bidang militer dan perdagangan. Kerjasama ini membuat Yehuda rugi karena Allah tidak suka akan keputusan Yosafat. Yosafat mempertimbangkan hal ini hanya dari sudut pandang politik, ia tidak menanyakan akan pendapat Allah. Hasilnya adalah ia melakukan sebuah kesalahan yang fatal. Apa konsekuensi negatif yang muncul dari pernikahan diantara kedua keluarga ini? Mari kita lihat 1 Raja-raja 8:17-18:

2 Raja-Raja 8:17-18 Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia hidup menurut kelakuan raja- raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.

Yoram adalah putra dari Yosafat. Ketika ia menjadi raja Yehuda, ia mengikuti kelakuan-kelakuan raja Israel, sama seperti Ahab. Yosafat adalah seorang raja yang baik. Ia sangat mencintai perintah-perintah Allah. Ia setia dalam menjalankan perintah-perintah Allah. Ia juga memerintahkan rakyat Yehuda untuk mengikuti perintah-perintah dan hukum-hukum Allah. Mengapa putranya tidak mengikuti jejaknya tetapi mengikuti kejahatan raja-raja Israel?

Ayat 18 telah memberikan kita jawabannya – karena ia menikahi putri Ahab untuk menjadi istrinya. Dibawah pengaruh Ahab dan putri Izebel, Yoram sangat cepat berbalik untuk mengikuti kebiasaan orang Israel dan melakukan yang jahat di mata Yahweh. Kita dapat melihat kalau keputusan kita sangatlah penting. Kita seharusnya tidak mempertimbangkan hal-hal hanya dari tingkat materialistiknya saja. Kita harus menanyakan kehendak Allah dalam setiap hal. Hanya ketika kita berlaku sesuai dengan kehendak Allah, gereja dan keluarga tidak akan dirugikan secara rohani.    

Harga bagi Yosafat untuk bersekutu dengan Ahab lewat pernikahan terlalu tinggi. Ia tidak hanya menghancurkan putranya sendiri, tetapi ia juga menghancurkan negeri Yehuda. Pekerjaan baik yang ia lakukan selama hidupnya hilang begitu saja dalam jangka waktu hanya beberapa tahun. Bersekutu dengan Ahab lewat pernikahan sama dengan membuka pintu belakang yang melaluinya kebiasaan kejahatan Israel mengalir ke dalam negeri Yehuda seperti banjir bandang. Inilah kesalahan terbesar yang dilakukan Yosafat dalam hidupnya.

Kesalahan kedua yang Yosafat lakukan adalah bersekutu dengan Ahab secara militer. Hal ini telah kita bahas sebelumnya. Persekutuan ini hampir membunuhnya. Jika bukan karena Allah yang berbelas kasih terhadapnya, Yosafat pasti sudah mati di medan pertempuran.  Mari kita baca 2 Tawarikh 19:1-3:     

2 Tawarikh 19:1-3 Yosafat, raja Yehuda, pulang dengan selamat ke istananya di Yerusalem. Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat:”Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau. Namun masih terdapat hal- hal yang baik padamu, karena engkau menghapuskan tiang- tiang berhala dari negeri ini dan mencari Allah dengan tekun.

Disini dikatakan setelah Yosafat bertempur dalam pertempuran melawan bangsa Aram, ia pulang dengan selamat ke Yerusalem. Nabi Yehu menegurnya dalam nama Allah kalau ia seharusnya tidak menolong Ahab karena ia adalah musuh bagi Allah. Menolongnya sama saja dengan menjadi musuh Allah. Hal ini adalah peringatan yang sangat penting. Untuk menjadi seorang Kristen bukan hanya menjadi seorang yang baik, ia juga harus melakukan kehendak Allah. Yosafat adalah seorang yang baik, ia juga bahkan menampung penjahat seperti Ahab. Tetapi ini adalah kasih manusia, bukan kasih Allah.

Yosafat bertindak menurut kedagingan, hasilnya adalah Allah tidak senang dengannya. Tetapi Allah masih mengingat akan pekerjaan baik yang telah ia lakukan dan akan terus untuk berbelas kasihan padanya. Di ayat 4-10, Yosafat segera berangkat untuk memimpin rakyat Yehuda untuk kembali kepada Allah setelah ditegur oleh nabi Yehu. Ia juga menginstruksikan hakim-hakim negeri untuk takut akan Allah dan memerintah umat Allah dengan setia menuruti perintah-perintah Allah. Jadi, kita dapat melihat kalau ia sangat serius terhadap perkataan nabi Yehu. Ia tahu kalau dirinya salah dan segera bertobat untuk kembali kepada Allah. Dan ia bahkan semakin aktif dari sebelumnya dalam mencari Allah.

Kesalahan ketiga yang dilakukan Yosafat adalah kerjasamanya dengan putra Ahab, Ahazia dalam bidang ekonomi. Kerjasama ini juga tidak menyenangkan Allah karena Ahazia adalah seorang yang fasik perbuatannya. Mari kita baca 2 Tawarikh 20:35-37:

2 Tawarikh 20:35-37 Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal- kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal- kapal itu dibuat mereka di Ezion- Geber. Tetapi Eliezer bin Dodawa dari Maresa bernubuat terhadap Yosafat, katanya:”Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.” Lalu kapal- kapal itu pecah, dan tak dapat berlayar ke Tarsis.

Ahazia juga adalah seorang yang fasik perbuatannya. Kemungkinan Ahazia-lah yang mengambil inisiatif dalam menyarankan kepada Yosafat untuk bekerjasama dalam membuka sebuah industri maritim, dan untuk pergi ke Tarsis untuk mendapatkan emas. Yosafat setuju dengan saran itu. Kemudian nabi Eliezer bernubuat kepadanya bahwa Allah tidak senang akan hubungan kerjasamanya dengan Ahazia. Sehingga Allah akan mengagalkan rencana mereka. Dan sudah tentu yang terjadi adalah kapal-kapal itu pecah dalam badai dan rencananya digagalkan.            

Yosafat memiliki sebuah kekuatan yang sangat luar biasa, yaitu rela untuk menerima teguran dari nabi. Setiap kali setelah ia ditegur oleh seorang nabi, ia akan bertindak untuk memperbaiki kesalahannya. Karena hal itu, Allah mau mengirimkan seorang nabi untuk mengoreksi dan memimpinnya. Kelebihan Yosafat adalah bahwa ia akan memperbaiki dirinya setiap kali ia menemukan bahwa ia telah berbuat kesalahan (hal ini yang tidak dimiliki oleh Asa, ayahnya). Kualitas ini jarang dimiliki raja-raja Yehuda. Mari kita baca 1 Raja-raja 22:48-49:                 

1 Raja-Raja 22:48-49 Yosafat membuat kapal- kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal- kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal- kapal itu pecah di Ezion- Geber. Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat:”Baiklah anak buahku pergi bersama- sama anak buahmu dengan kapal- kapal itu.” Tetapi Yosafat tidak mau.

Ketika kita memahami luar dalam dari keseluruhan insiden ini, maka kita menjadi tahu bahwa hal ini merupakan kali kedua Ahazia menyarankan kerjasama dalam navigasi. Kali ini, Yosafat menolak. Yosafat adalah seseorang yang mau diajar di hadapan Allah. Setelah nabi Eliezer menegurnya, ia tidak berani untuk kembali bekerjasama dengan Ahazia. Karena Yosafat memiliki hati yang mau diajar, Allah juga menyelamatkannya dari kematian dan tidak mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan. Allah berbelas kasih.

Yosafat sangat serius dalam mengikuti perintah-perintah Allah. Ia juga membawa seluruh negeri untuk takut akan Allah. Tetapi persepsi rohaninya sangatlah biasa dan lemah, itulah sebabnya ia tidak dapat menilai dengan jelas dan bekerjasama secara dekat dengan Ahab. Meskipun demikian, Yosafat memiliki sebuah hati yang mau diajar, sehingga Allah memperbaiki kesalahannya melalui nabi-nabi untuk mencegahnya melakukan kesalahan yang lebih serius. Ia sangat bertolak belakang dengan Ahab. Ahab adalah seseorang yang tidak mengubah dirinya bahkan setelah begitu banyak peringatan. Sehingga Allah tidak memiliki pilihan lain selain menghakiminya.

Banyak orang Kristen seringkali menemukan diri mereka bersedih akan dosa-dosa masa lalu mereka. Mereka kuatir kalau Allah belum mengampuni mereka. Sebenarnya hal yang paling penting bukanlah masa lalu, tetapi hari ini. Karena masa lalu adalah masa lalu, kita tidak dapat mengubahnya. Hal yang terpenting adalah menjadi seseorang yang mengoreksi dirinya setelah menyadari sebuah kesalahan telah dibuat. Jika Anda dapat memiliki sebuah hati yang mau diajar di hadapan Allah, Allah pasti akan berbelas kasih terhadap Anda, sama seperti Ia berbelas kasih terhadap Yosafat.

 

Berikan Komentar Anda: