Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 3:1-3 |

Kita melanjutkan untuk mengurai 1 Raja-raja. Kita telah mempelajari Pasal 1 dan 2. Hari ini kita akan melihat pada 1 Raja-raja 3. Di pasal 1 dan 2, kita telah melihat Adonia dan sekutunya berusaha beberapa kali untuk merebut kekuasaan. Tapi mereka gagal. Pada akhirnya, Allah membantu Salomo. Dia memberinya hikmat dan kesempatan untuk menyingkirkan Adonia dan antek-anteknya. Saat orang-orang jahat ini tersingkir, situasi politis di Israel menjadi stabil. Kerajaan Salomo telah didirikan dengan teguh, seperti yang dikatakan Salomo di Amsal:

Amsal 25:4-5 Sisihkanlah sanga dari perak, maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas. Sisihkanlah orang fasik dari hadapan raja, maka kokohlah takhtanya oleh kebenaran.

Salomo melakukan sesuai dengan nasihat Daud. Dia dengan kuat dan berani menaati hukum Allah. Dia memerintah kerajaannya dengan kebenaran. Allah menjadikan segala yang dilakukannya berhasil. Di bawah pemerintahannya yang brilian, kerajaannya berkemabng dan menjadi bertambah kuat. Mari kita melihat di 1 Raja-Raja 3:1-3:

1 Raja-Raja 3:1-3 Lalu Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir; ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istananya dan rumah TUHAN dan tembok sekeliling Yerusalem. Hanya, bangsa itu masih mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, sebab belum ada didirikan rumah untuk nama TUHAN sampai pada waktu itu. Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapn-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersambahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.

Ayat pertama mengatakan bahwa Salomo membuat perjanjian dengan Firaun, raja Mesir, dan menikahi putri Firaun. Banyak orang Kristen yang bingung ketika mereka membaca ayat ini. Mengapa Allah mengizinkan dia untuk menikahi seorang kafir? Tidakkah apa yang dia lakukan melawan hukum? Saya tahu kita sangat prihatin akan masalah ini. Saya kembali ke pertanyaan ini nanti. Persisnya apa yang mau disampaikan oleh ayat ini pada kita? Ayat pertama mengatakan bahwa Salomo memerintah Israel dengan kebenaran dan kejujuran. Beberapa tahun kemudian, Israel menjadi sebuah kerajaan yang kuat. Kerajaannya menjadi begitu kuat sampai Firaun Mesir bersedia membiarkan putrinya menikah dengan Salomo.

Pada saat itu, Mesir adalah negara adikuasa. Biasanya negara yang lemah yang menawarkan putrinya kepada penguasa yang memerintah negaranya dengan kekerasan. Hal ini tentu saja cara untuk menyenangkan lawan agar mendapatkan perlindungan dan naungan. Ketika Salomo memerintah Israel, Firaun Mesir tanpa diduga memberikan putrinya kepada Salomo. Jadi, dari ini kita bisa melihat seperti apa status internasional Israel pada waktu itu. Bahkan Firaun melihat Israel secara berbeda dan bersedia untuk membuat perjanjian pernikahan dengan Salomo. Jelas Salomo membuat keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan politik – satu teman baru selalu lebih baik daripada satu musuh baru. Jika suatu negara ingin menjadi stabil, ia harus hidup damai dengan negara tetangganya. Ini adalah prinsip Salomo untuk kebijakan luar negerinya.

Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa Mesir adalah sebuah negara dibenci oleh Allah. Jadi, Salomo seharusnya tidak menikah dengan putri Firaun. Memang benar bahwa Mesir adalah sebuah negara yang tidak takut akan Allah Israel. Namun, kita tidak harus melihat Mesir sebagai negara yang seperti Kanaan. Allah memang memerintahkan Israel untuk menyingkirkan semua negara di Kanaan tapi tidak Mesir. Dosa orang kafir di Kanaan sudah penuh, jadi Allah ingin menyingkirkan mereka. Ketika Israel ingin keluar dari Mesir, Allah menghukum Mesir dengan berat (tetapi tidak membasminya). Firaun dihukum karena tidak tahu berterima kasih, tidak memperlakukan Israel dengan baik. Allah memakai Yusuf untuk menyelamatkan Mesir pada waktu negara itu dilanda kelaparan. Allah lewat Yusuf, bukan hanya menyelamatkan Mesir, tapi membuat Mesir menjadi lebih kuat. Semua negara di sekitar Mesir melemah dan mundur karena kelaparan. Tetapi Firaun-Firauan yang berikutnya bukan saja tidak berterima kasih dan menangani bangsa Israel dengan baik tapi mereka memperbudak bangsa Israel dan membunuh bayi laki-laki mereka. Untuk itu, Allah sangat marah, sehingga Ia menghukum Mesir dengan keras. Namun demikian, sebelum menghukum Mesir, Allah memberikan kesempatan untuk Firaun bertobat melalui Musa. Tapi Firaun tidak menerima.

Jadi, kita harus memahami latar belakang sejarah ini dengan benar sebelum kita dapat dengan tepat memahami Alkitab. Kita tidak bisa menyamakan Mesir dengan orang Amori dan orang Kanaan. Dosa-dosa negara-negara itu sudah penuh. Itulah alasan mengapa Allah bertekad untuk menyingkirkan mereka tetapi Mesir belum tiba ke tahap itu. Allah tidak melarang Israel memiliki hubungan luar negeri dengan negara-negara lain, yang ada hanya larangan untuk negara-negara di Kanaan. Rencana Allah adalah untuk menjadikan Israel terang bagi bangsa-bangsa lain dan membawa mereka untuk mengenal Allah Israel. Mari kita datang untuk melihat salah satu ayat dalam Perjanjian Baru. Mungkin itu dapat membantu kita untuk memahami prinsip ini. Mari kita lihat 1 Korintus 5: 9-11:

1 Korintus 5:9-11 Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.

Banyak orang Kristen berpikir bahwa percaya pada Tuhan berarti memisahkan diri dari dunia, tidak lagi berhubungan dengan orang tidak percaya. Pemahaman ini salah. Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk memisahkan diri dari dunia. Allah meninggalkan kita di dunia untuk membuat kita menjadi terang dunia agar dapat membimbing manusia duniawi untuk mengenal Allah. Misi kita adalah untuk menjadi terang Allah yang menarik manusia ke dalam pengenalan dengan Allah. Dan kita tidak seharusnya mengikuti dunia dan dipengaruhi oleh mereka. Satu-satunya hal yang harus kita jauhi adalah orang-orang Kristen yang mengklaim diri mereka mengenal Allah, tetapi masih hidup dalam dosa. Kita harus memisahkan diri dari orang-orang seperti ini.

Jadi, kita harus memahami prinsip ini: Allah memanggil Israel tidak untuk tujuan memisahkan dari negara lain, tetapi untuk menjadi terang dunia, untuk menyaksikan kebenaran, rahmat dan kebaikan Allah. Dan membuat dunia berpaling kepada Allahnya Abraham. Prinsip ini tidak berubah bahkan ketika kita sampai pada era Perjanjian Baru. Namun, Israel tidak dapat menjadi terang dunia, mereka gagal sepenuhnya. Sekarang Allah telah menyerahkan misi ini pada gereja.

Alkitab tidak melarang Israel untuk membangun hubungan dengan Mesir. Tapi apakah itu berarti bahwa Israel dapat menikahi seorang kafir? Bagaimana seharusnya kita melihat Salomo menikahi putri dari Mesir? Apakah merupakan ajaran dari Perjanjian Lama untuk tidak menikah dengan orang non-Yahudi? Alkitab tidak menjelaskan tentang masalah ini. Memang banyak hal-hal dari persoalan ini yang tidak dapat kita simpulkan. Tapi ada pokok yang kami sangat yakin yaitu bahwa “Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya.” (Ayat 3) Ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya adalah apa yang Daud nasihatkan pada Salomo sebelum kematiannya – untuk memelihara perintah-perintah Allah. Jika Salomo mengasihi Allah dan menuruti perintah Allah, maka kita bisa sangat yakin bahwa keputusan ini sesuai dengan kehendak Allah.

Kesimpulan ini mungkin agak mengagetkan Anda. Mengapa saya berkata demikian? Terdapat tiga alasan:

Pertama, Alkitab memuji Salomo “” Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya “setelah ia menikah dengan putri Mesir”. Dan di ayat-ayat berikutnya, Allah memanifestasikan DiriNya kepada dia dalam mimpi. Kita bisa melihat bahwa kehidupan rohani Salomo sangat baik pada saat itu, ia dicintai oleh Allah dan berkenan pada Allah. Jika ia telah melakukan sesuatu yang menentang kehendak Allah, ia tidak akan berkenan pada Allah.

Kedua, Allah tidak menghancurkan Mesir. Allah tidak meminta Israel untuk menghapus Mesir. Itu berarti Tuhan mengijinkan Israel untuk hidup bersama dengan Mesir. Setiap kali Israel menyimpang dari jalan Allah, Allah memakai Mesir untuk mengajar Israel. Jika Israel mematuhi perintah-perintah Allah, Israel bisa menikmati kedamaian dan hidup damai dengan tetangganya – terutama Mesir. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan Allah yang menggerakkan hati Fiarun Mesir untuk membuat perjanjian dengan Israel (pernikahan merupakan cara politik untuk membuat perjanjian dengan negara lain). Dengan cara ini, seluruh Israel bisa menikmati kedamaian yang luar biasa.

Ketiga, alasan utama Alkitab tidak memgizinkan Israel untuk menikahi gadis non-Yahudi adalah untuk menghindari Israel tergoda untuk mengikuti dewa-dewa mereka. Itu tidak berarti bahwa ketika ada seorang gadis non-Yahudi yang mau berpaling kepada Allah Israel, dia tidak bisa menikah dengan seorang Israel. Memang ada yang demikian, walaupun sangat sedikit: misalnya, Rahab, Rut dll. Wanita-wanita non-Yahudi itu memberikan sumbangan spiritual yang besar kepada Israel. Salomo bersedia menikahi puteri Firaun, kita bisa berasumsi bahwa puteri Firaun bersedia berpaling kepada Allah Israel. Meskipun asumsi ini tidak memiliki dukungan dari Alkitab, tetapi menurut tradisi Yahudi, puteri Firaun telah berpaling pada Tuhan Israel.

Keempat, banyak orang berpikir bahwa puteri Firaunlah yang telah membuat Salomo meninggalkan Allah. Asumsi ini tidak memiliki dukungan dari Alkitab. Kita bisa melihat 1 Raja-raja 11:1 -4:

1 Raja-Raja 11:1-4  Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang-tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu keapda allah-allah mereka.”Hati Salomo telah berpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.

Di sini dikatakan bahwa selain puteri Firaun, Salomo menikah dengan banyak perempuan kafir.
Yang didaftarkan, semuanya wanita dari Kanaan. Allah telah memperingatkan Israel untuk tidak menikah dengan mereka. Karena mereka akan memalingkan Israel untuk mengikuti dewa-dewa mereka. Namun, Salomo memilih untuk mencintai mereka. Pada akhirnya wanita-wanita Kanaan itu membalikkan hati Salomo untuk mengikuti allah lain. Jadi, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa puteri Firaun yang membuat Salomo menyembah berhala. Salomo menikah dengan putri Firaun ketika ia masih sangat muda. Dan Salomo jatuh ke dalam penyembahan berhala ketika ia sudah tua.

Ketika Salomo masih muda, ia rendah hati takut akan Tuhan. Dia sangat rajin dan berhati-hati dalam menaati ketetapan-ketetapan Allah. Karena itu, Allah memberkati dan melindunginya. Sangat disayangkan bahwa ketika Salomo menjadi tua, ia mulai mempercayai dirinya sendiri, menjadi sombong dan tidak lagi mengandalkan Allah. Akibatnya ia jatuh ke dalam perangkap. Seorang raja yang bijaksana menjadi berantakan. Sangatlah diayangkan. Tentang pokok ini, kita akan membahasnya di bab 11.

Mungkin Anda akan bertanya: “Jika Salomo bisa menikahi gadis non-Yahudi, apakah orang Kristen dapat menikahi non-Kristen?” Kita harus memahami bahwa ketika kita membaca Alkitab, kita harus memahami semangat dari apa yang dikatakan, bukan kata-katanya itu sendiri. Apa yang mau diajarkan oleh bagian ini pada kita? Terdapat dua pokok di sini: 1) Allah membuat Salomo makmur dan sukses, 2) Salomo mengasihi Yahweh, menaati ketetapan-ketetapan ayahnya. Dua pokok ini saling berkaitan. Allah membuat Salomo makmur karena ia mengasihi Allah dan terus menaati ketetapan-Nya. Ketetapan Daud adalah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budi dan berpegang pada ketetapan dan peraturan Allah.

Yang jelas, pokok utama di sini bukanlah mengajarkan kita untuk menikahi orang non-Kristen. Bagian ini mengajarkan kita untuk belajar bagaimana Salomo mencintai Allah dengan segenap hati dan dengan segenap akal budinya dan bagaimana ia menaati ketetapan Allah ketika ia masih muda. Jika Anda adalah orang yang mengasihi Allah dengan segenap hati dan segenap akal budi Anda dan berpegang pada perintah Allah, maka Anda akan melakukan apa yang berkenan pada Allah, Anda tidak akan melanggar kehendak Allah. Anda sepenuhnya punya kebebasan. Seseorang yang mencintai Tuhan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan Allah dan menyakiti sesamanya.

Kami telah melihat pasal 11 dari 1 Raja-raja. Kelemahan fatal Salomo adalah nafsunya untuk wanita. Ketika kehidupan rohaninya kuat dan hubungannya dengan Tuhan itu baik, kelemahan ini tidak menimbulkan ancaman baginya. Karena kelemahan ini dapat diatasi dengan mengandalkan kuasa Allah. Tapi ketika dia mulai percaya diri, menjadi sombong dan menyimpang dari Tuhan, kelemahan ini menjadi fatal. Mengapa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap akal budi adalah hal yang begitu penting? Karena hal ini dapat melindungi kita, menyelamatkan kita dari godaan. Bahkan jika kita memiliki kelemahan, Tuhan akan melindungi kita apabila kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan pikiran kita dan tunduk kepada-Nya. Kita tidak tahu kapan Salomo melangkahi garis ini dan jatuh ke dalam pencobaan. Tapi kami yakin bahwa itu tidak terjadi dalam waktu semalam. Semua jenis dosa besar mulai dari hal-hal kecil. Jika Anda tidak mencintai Tuhan dengan segenap hati dan pikiran, tidak peduli seberapa banyak pengetahuan Alkitab Anda, masa depan kehidupan rohani Anda tidaklah menjanjikan dan bahkan sia-sia.

Saya mau sekali lagi menekankan bahwa perikop ini mengajarkan pada kita dua pokok penting: 1) Allah yang membuat Salomo makmur dan berhasil; 2) Salomo mengasihi Yahweh, menaati ketetpan-ketetapan ayahnya. Kedua pokok in saling berkaitakan. Allah-lah yang menjadikan Salomo berhasil karena dia menaati nasihat ayahnya, mengasihi Allah dengan segenap hati dan segenap akal budinya dan terus berpegang pada ketetapan dan peraturan Allah.

Mari kita kembali pada 1 Raja-Raja 3:2 -3

1 Raja-Raja 3:2-3 “Hanya, bangsa itu masih mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, sebab belum ada didirikan rumah untuk nama TUHAN sampai pada waktu itu. Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.

Dua kali disebut tentang “bukit-bukit(high places)”. Pada waktu itu, orang mengorbankan persembahan di tempat-tempat tinggi. Dan Salomo juga mempersembahkan korban dan ukupan di bukit-bukit. Perhatikan dengan saksama kata, “hanya” di ayat 3. Itu berarti mempersembahkan korban di bukut-bukit pengorbanan bukanlah hal yang benar. Semua yang Salomo lakukan berkenan pada Allah. Tapi mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan tidak berkenan pada Allah. Apa yang menjadi permasalahan di sini? Ada apa dengan bukit-bukit pengorbanan ini?

Mari kita lihat pada ayat 4:

1 Raja-Raja 3:4  Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah.

Bukit pengorbanan ini terletak di Giebon. Tempat ini sangat besar dan terkenal. Orang Kanaan suka mendirikan mezbah di bukit-bukit atau di lapangan yang luas. Hal ini merupakan tradisi mereka. Saat bangsa Israel menyingkirkan orang Kanaan, mereka mempersembahkan korban kepada Allah di bukit-bukit pengorbanan. Apa yang mereka lakukan sebenarnya melanggar hukum Musa. Karena hukum memerintahkan bangsa Isreal untuk mempersembahkan korban hanya pada tempat-tempat yang telah ditetapkan oleh Allah. Tapi pada tahun-tahun di bawah pemerintahan para hakim, tidak ada orang yang menaati hukum Msa. Semua orang mempersembahkan korban kepada Allah sesuai dengan cara mereka sendiri. Jadi bangsa Israel, tanpa sengaja mengikuti amalan religius bangsa Kanaan dan menjadi penyembah berhala.

Pada tahun-tahun pemerintahan Daud, tempat tinggi di Gibeon adalah tempat utama bagi bangsa Israel untuk mempersembahkan korban. Kenapa? Mari kita lihat 2 Tawarikh 1:03 – 4

2 Tawarikh 1:3-4 Lalu pergilah Salomo bresama-sama dengan segenap jemaah itu ke bukit pengorbanan yang di Gibeon, sebab di situlah Kemah Pertemuan Allah yang dibuat Musa, hamba TUHAN itu, di padang gurun. –  Tetapi Daud telah mengangkut tabut Allah dari Kiryat-Yearim ke tempat yang disiapkannya bagi tabut itu, – sebab ia telah memasang kemah untuk tabut itu di Yerusalem.

Mengapa umat Israel dan Salomo memilih bukit-bukit di Gibeon untuk tempat mempersembahkan koran? Karena Kemah Pertemuan Allah ada di Gibeon. Tapi hal yang menarik adalah bahwa tabut Allah yang ada di Kiryat-Yearim telah diangkut oleh Daud ke Yerusalem. Ini adalah karena Daud merencanakan untuk mendirikan bait Allah di sana. Inilah keadaan spiritual bangsa Israel pada waktu itu. Mereka menyembah, mempersembahkan korban menurut cara dan kehendak mereka sendiri. Mereka sudah sepenuhnya berpaling dari hukum Musa.

Apa yang mau disampaikan oleh 1 Raja-Raja 3:2-3 kepada kita adalah bahwa Israel telah menjadi makmur, kuat dan maju dalam hal ekonomi, militer dan budaya. Tapi persepsi spiritual mereka tidak berubah. Walaupun kelihatannya mereka seperti sedang menyembah Allah Israel tapi sebenarnya mereka telah mengikuti praktik penyembahan orang Kanaan yang menyembah berhala (walaupun beberapa melakukannya tanpa sadar). Allah mengizinkan permintaan Daud untuk mendirikan bait Allah karena itu merupakan kebutuhan bangsa Israel, bukan karena itu merupakan kebutuhan Allah. Lewat pembangunan Bait Suci, Allah mau mengajar umat Israel bagaimana menyembah Dia dan mendekat padaNya. Ini berarti mendirikan Bait Suci merupakan suatu pemulihan spiritual bagi bangsa Israel –  berpaling dari penyembahan berhala sejak bertahun-tahun kepada menyembah satu-satunya Allah yang benar.

Salomo melihat kebutuhan spiritual bangsa Israel. Jadi, setelah negara itu tenang, tugas utamanya adalah untuk mendirikan Bait Suci untuk Allah dengan segenap kekuatannya. Saya harap Anda dapat memahami maka sebenar di balik pembandungan Bait Suci. Banyak orang yang melihat Bait Suci sebagai membangun suatu gedung yang mewah dan bagus. Dan karena itu mereka mengira bahwa hal itu akan menyenangkan Allah. Sebenarnya Allah tidak peduli tentang pembangunan itu sendiri. Yang menjadi keprihatinan Dia adalah kondisi spiritual umatNya. Itulah yang ditekankan oleh Stepanus di Kisah Para Rasul 7:46-53: “Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia.”

 

Berikan Komentar Anda: