Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 3:4-15 | 

Hari ini kita akan melanjutkan melihat pada Pasal 3 dari kitab 1 Raja-raja. Di pesan yang lalu, kita telah melihat pada ayat-ayat 1-3. Salomo menaati nasihat Daud serta perintah dan ketetapan Allah dengan segenap hati. Karena itu Allah memberkati dia dan menjadikan semua yang dikerjakannya berhasil. Kerajaannya menjadi teguh berdiri dan kokoh, bahkan Firaun Mesir semakin menghormatinya dan merelakan putrinya untuk menikahinya dan membuat perjanjian dengannya.

Walaupun Israel menjadi semakin kuat dalam hal ekonomi dan militer, situasi spiritual masyarakat masih kacau. Tentu saja, di bawah pemerintahan Daud, kondisi spiritual Israel menjadi jauh lebih baik dari angkatan-angkatan di bawah zaman para Hakim. Akan tetapi bangsa Israel pada waktu itu tidak mengetahui apa-apa tentang hukum-hukum Allah. Banyak orang yang masih mempersembahkan korban di bukit-bukit tempat pemujaan ilah-ilah Kanaan. Semua orang menyembah Allah menurut cara dan keinginan mereka sendiri. Jadi, hal yang paling penting adalah membangun suatu cara penyembahan dan pengorbanan yang menurut kehendak Allah, lalu mengajarkan umat bagaimana menyembah Allah dan mempersembahkan korban menurut hukum Musa. Inilah arti di balik pembangunan Bait Suci. Bait Suci bukanlah untuk Allah. Allah tidak membutuhkan Bait Suci. Bait Suci adalah untuk memberikan bangsa Israel suatu tempat yang tetap untuk menyembah Allah. Kita dapat melihat pokok ini di pasal 6.

Salomo adalah simbol seorang yang berhikmat. Alkitab memberitahu kita bahwa hikmat Salomo tak tertandingi oleh manusia lain. Dari tulisan-tulisannya, seperti Amsal dan Pengkhotbah, kita dapat melihat kebijaksanaan Salomo. Bagaimana Salomo memperoleh hikmatnya? 1 Raja-Raja 3 memberi kita gambaran yang mendetil. Mari kita baca ayat 4:

1 Raja-Raja 3:4 Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.

Dikatakan di sini bahwa Salomo pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban pada Allah. Dia mempersembahkan seribu korban bakaran di atas mezbah di Gibeon. Korban bakaran adalah persembahan untuk membalas kemurahan yang telah mereka terima dari Allah. Sama seperti yang dikatakan Roma 12, orang Kristen harusnya mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban persembahan yang hidup kepada Allah. Itu adalah ibadah yang setia. Allah menyelamatkan kita, kita harus mempersembahkan diri kita kepadaNya. Jadi, korban bakaran Salomo adalah untuk mengucap syukur kepada Allah Yahweh yang telah dengan teguh mendirikan Israel, dan menjadikan Israel makmur dan kuat. Salomo mempersembahkan korban ini bukan di atas namanya sendiri. Dia mempersembahkan korban bakaran ini kepada Allah bagi pihak semua umat Israel. Kita dapat melihat ini di 2 Tawarikh 1:1-6:

2 Tawarikh 1:1-6 Salomo, anak Daud, menjadi kuat dalam kedudukannya sebagai raja; TUHAN, Allahnya, menyertai dia dan menjadikan kekuasaannya luar biasa besarnya. Salomo memberi perintah kepada seluruh Israel, kepada kepala-kepala pasukan seribu dan pasukan seratus, kepada para hakim dan kepada semua pemimpin di seluruh Israel, yakni para kepala puak. Lalu pergilah Salomo bersama-sama dengan segenap jemaah itu ke bukit pengorbanan yang di Gibeon, sebab di situlah Kemah Pertemuan Allah yang dibuat Musa, hamba TUHAN itu, di padang gurun – Tetapi Daud telah mengangkut tabut Allah dari Kiryat-Yearim ke tempat yang disiapkannya bagi tabut itu, – sebab ia telah memasang kemah untuk tabut itu di Yerusalem. Namun mezbah tembaga yang dibuat Bezaleel bin Uri bin Hur masih ada di sana di depan Kemah Suci TUHAN. Maka ke sanalah Salomo dan jemaah itu meminta petunjuk TUHAN. Salomo mempersembahkan korban di sana di hadapan TUHAN di atas mezbah tembaga yang di depan Kemah Pertemuan itu; ia mempersembahkan seribu korban bakaran di atasnya.

Kitab Raja-Raja dan Tawarikh mempunyai banyak kemiripan dalam isi kandungannya dan juga perbedaan. Karena itu, kedua kitab itu memberikan pada kita suatu rujukan yang bagus dan juga memberi pada kita gambaran yang lebih menyeluruh tentang apa yang telah terjadi. Ayat pertama menyimpulkan keadaan spiritual Salomo dan pencapaiannya:

  1. Takhtanya telah didirikan dengan kokoh. Itu berarti negaranya sangat stabil dan rukun. Situasi ini sangat langka di Israel. Bahkan pada tahun-tahun pemerintahan Daud, Israel seringkali bergejolak karena perang saudara dan kekacauan.
  2. Hubungannya dengan Allah, sangat intim dan rukun. Allah bersertanya seperti yang tercatat di ayat 1.
  3. Allah meninggikan statusnya di antara bangsa-bangsa lain. Dia dihormati oleh raja-raja dan negara-negara lain.

Semua ini karena Salomo mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budinya. Dia menaati perintah-perintah Allah. Jadi Allah membuat segala yang dia kerjakan berhasil dan kerajaannya makmur. Allah memberkati seluruh negara Israel karena Salomo takut akan Allah dan tunduk kepadaNya. Jadi, apakah Anda orang tua, pendeta gereja, maupun pemimpin sebuah negara, jika Anda ingin orang lain diberkati karena Anda, Anda harus takut pada Allah. Kita dapat melihat pokok ini dari kehidupan Daud. Daud mengajarkan pada Salomo untuk takut pada Allah lewat teladannya sendiri. Saat Salomo mengikuti nasihat Daud, belajar dari teladan Daud untuk takut akan Allah, berkat Allah dilimpahkan ke atasnya.

Dari ayat 2, kita dapat melihat bahwa korban bakaran ini bukan dipersembahkan oleh Salomo sendiri. Korban itu dipersembahkan oleh seluruh bangsa Israel. Kita harus perhatikan fakta bahwa bukan saja Salomo memerintah ekonomi dan militer dengan baik, dia juga sangat peduli tentang hubungan bangsa Israel dengan Allah. Jadi, dia memerintahkan kepala-kepala pasukan seribu dan seratus, para hakim dan pemimpin bangsa Israel untuk mewakili seluruh umat mempersembahkan korban kepada Allah. Dia mau menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan orang bahwa kemakmuran negara bukan karena usaha manusia tetapi karena berkat dari Allah. Mereka harus mengingat sumber kemurahan saat mereka menikmati damai yang diberikan oleh Allah dan harus meresponi kasih Allah.

Mari kita kembali ke pasal 3 dari 1 Raja-Raja. Kita akan meneruskan dengan melihat pada ayat 5:

1 Raja-Raja 3:5 Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.”

Pada malam, korban itu dipersembahkan, Allah memperlihatkan DiriNya kepada Salomo dalam mimpi. Makna dari manifestasi ini sangatlah signifikan. Karena hal ini berarti bahwa Allah telah menerima korban yang dipersembahkan oleh Salomo bagi pihak umat Israel. Bukan hanya itu, Allah juga mengaruniakan pada Salomo suatu kejutan yang menyenangkan. Allah mengizinkan Salomo untuk meminta apa saja yang dia mau. Allah mengizinkan hal itu untuk mendorong Salomo agar menjadi raja yang benar dan jujur. Ini suatu kesempatan besar dan sangat luar biasa! Sekiranya Anda adalah Salomo, apa yang akan menjadi permintaan Anda? Meminta untuk mendapatkan istri yang baik, pekerjaan yang baik, hidup panjang atau karir yang cemerlang! Kita ingin meminta terlalu banyak hal dan tidak tahu mau meminta apa. Mari kita melanjutkan untuk melihat pada ayat-ayat 6-9 dan melihat apa yang menjadi permintaan Salomo?

1 Raja-Raja 3:6-9 Lalu Salomo berkata: “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hambaMu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapanMu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hambaMu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. Demikianlah hambaMu ini berada di tengah-tengah umatMu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?”

Dari apa yang Salomo katakan pada Allah, kita dapat melihat kerendahan hati Salomo:

  1. Salomo tahu dengan jelas bahwa dia bisa duduk di atas takhta bukan karena jasa-jasanya sendiri. Hal ini terjadi karena kesetiaan dan rahmat Allah terhadap ayahnya. Daud mengikuti Allah seumur hidupnya dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran. Allah dengan setia menggenapi janjinya kepada Daud. Inilah alasan mengapa saya berkata, Daud telah memberikan teladan yang sangat bagus untuk diikuti oleh Salomo, untuk mengasihi Allah dengan segenal hati dan akal budinya.
  2. Salomo menyadari bahwa bangsa Israel adalah umat pilihan Allah dan merupakan milik Allah. Allahlah yang memberikan pada Salomo penghargaan untuk memerintah umatNya. Jadi, dia harus memimpin dan menggembalakan umat Allah menurut kehendak Allah. Dia bertekad untuk tidak memerintahkan berdasarkan kehendaknya sendiri.
  3. Salomo menyadari bahwa dia tidak mempunyai kemampuan untuk memerintah umat Allah. Jadi, dia meminta Allah untuk memberinya hikmat dan mengajarnya bagaimana untuk memerintah umat Allah berdasarkan kebenaran dan kejujuran. Salomo hanya meminta satu hal,  yaitu hikmat untuk membedakan antara yang baik dengan yang jahat.

Apakah pemintaan Salomo ini membuat Anda kaget? Jika Anda adalah dia, apakah Anda juga akan meminta untuk memperoleh hikmat? Apa respon Allah kepada permintaan Salomo? Ayat 10 memberitahu kita: “Lalu adalah baik di mata TUHAN bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” Perhatikan kalimat “adalah baik di mata TUHAN”. Allah sangat senang dengan permintaan Salomo. Ini juga berarti bahwa ada doa yang akan membuat Allah kecewa dan sedih dan ada yang akan membuatnya senang. Kiranya doa kita selalu menyenangkan Allah. Mengapa Allah begitu senang? Mari kita lihat pada ayat-ayat 11-12:

1 Raja-Raja 3:11-12 Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.

Doa yang bagaimana yang menyenangkan Allah? Doa yang tidak mementingkan diri sendiri yang tidak meminta sesuatu untuk dirinya. Salomo tidak meminta panjang umur dan kekayaan untuk dirinya ataupun nyawa musuh-musuhnya. Dia hanya meminta hikmat agar dia tahu bagaimana untuk menghakimi. Dia meminta hikmat demi manfaat umat Allah karena dia mau memerintah Isarel dengan keadilan dan kebenaran. Dan dia mau umat Allah diberkati. Bagaimana Anda berdoa setiap hari? Apa yang Anda minta dari Allah? Ada beberapa orang Kristen yang suka meminta orang lain mendoakan mereka. Pokok doa mereka selalunya adalah untuk kebutuhan diri mereka sendiri, misalnya untuk lulus ujian, berhasil dalam karir, memberkati keluarga mereka dan juga tubuh yang sehat. Jika doa kita selalu untuk kebutuhan diri kita sendiri, permohonan kita tidak akan menyenangkan Allah. Kehidupan spiritual kita tidak akan bertambah baik karena kita masih egois.

Terdapat orang Kristen lain yang tidak meminta hal-hal materil. Mereka meminta hal-hal spiritual misalnya karunia spiritual. Mereka meminta Allah untuk memberikan karunia-karunia spiritual, kemampuan untuk menyembuhkan, mengusir setan, melakukan mukjizat, berbicara dalam bahasa tertentu dst. Sepertinya mereka meminta untuk kebutuhan spiritual, untuk melayani Allah. Tapi berhati-hatilah karena pada akhirnya apa yang Anda minta itu tetap untuk diri Anda sendiri. Karena apa yang menjadi kepedulian Anda bisa saja bukan kebutuhan gereja tapi “kebutuhan spiritual” diri Anda sendiri. Anda mengira dengan mempunyai banyak karunia spiritual, Anda akan menjadi lebih spiritual dibandingkan dengan orang lain.

Isi kandungan doa kita mencerminkan keadaan spiritual kita. Allah senang mendengar doa Salomo karena doanya tidak egois. Dia meminta sesuatu demi manfaat spiritual bangsa Israel. Kiranya kita semua belajar darinya. Tidak memusingkan diri dengan kebutuhan diri selalu, tapi belajar untuk mendoakan kebutuhan umat Allah. Jika kita berdoa dalam cara ini, Allah tentunya akan senang. Sebenarnya di Matius 6, Yesus telah mengajarkan pada kita prinsip penting ini. Mari kita baca di Matius 6:7-8:

Matius 6:7-8 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.

Allah tidak menghalang kita dari mengulang-ulang doa kita. Dia tidak melarang kita dari berulang-ulang kali mendoakan suatu hal. Yang Allah tidak mau adalah doa kita yang berulang kali dipanjatkan demi diri kita sendiri. Mari kita perhatikan apa yang dikatakan Yesus, inilah ciri doa-doa orang fasik. Apa yang dimaksudkannya? Itu berarti, inilah ciri mereka yang belum lahir baru. Orang yang belum lahir baru hanya mempedulikan kebutuhan mereka sendiri. Mereka mengira bahwa mendoakan diri mereka sendiri itu sepenuhnya dibenarkan. Jika orang Kristen juga berkelakuan dalam cara ini, bagaimana hal ini dapat menyenangkan Allah?

Yesus juga berkata, “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” Apakah Anda percaya? Mengapa kita tidak meminta untuk diri kita sendiri? Karena Bapa Surgawi tahu. Tanggungjawab kita adalah untuk mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya. Itu berarti memusingkan diri dengan hal-hal Allah, kehendak Allah, kebutuhan Kerajaan Allah dan kebutuhan saudara seiman. Anda harusnya mendoakan dan menaikkan permohonan untuk hal-hal ini. Allah mengingat kebutuhan Anda. Dia mungkin akan menggerakkan oran g lain untuk mendoakan Anda dan membantu Anda.

Mempedulikan kebutuhan saudara seiman adalah mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Jika Anda berdoa untuk kebutuhan orang lain, orang lain akan dipenuhi oleh sukacita saat Alalh memenuhi kebutuhan mereka. Dan di waktu yang bersamaan, Anda akan mengalami sukacita yang luar biasa. Pernahkah Anda mengalami sukacita yang sedemikian di mana Anda mendoakan orang lain? Belajarlah untuk melupakan diri, dan berikanlah perhatian pada kebutuhan orang lain dan mendoakan orang lain. Inilah berkat yang Allah akan limpahkan pada kita. Hanya mereka yang telah mengalaminya akan menyadari tentang betapa luar biasanya berkat ini.

Kiranya kita dapat belajar suatu sikap doa yang sama sekali baru dari teladan Salomo. Kita tidak mendoakan kebutuhan diri (karena kita telah menyerahkan semuanya pada Bapa surgawi). Kita mendoakan kebutuhan kerajaan Allah dan kebutuhan saudara seiman. Inilah doa yang pasti akan menyenangkan Allah. Jika kita selalu berdoa dengan cara ini, hal ini adalah bukti dan tanda bahwa kehidupan spiritual kita sedang terus bertumbuh.

Kita kembali ke 1 Raja-Raja 3:12. Allah senang dengan doa Salomo. Dia bukan hanya memberi padanya hikmat, Allah memberikannya secara bekelimpahan. Allah menjadikan dia orang yang begitu bijaksana dimana tidak ada orang yang sebelumnya atau yang sesudahnya yang akan setanding dengan dia dalam hal kebijaksanaan. Allah bukan saja memenuhi pemohonannya, tapi juga memberikan padanya hal-hal yang tidak dimintanya. Mari kita melanjutkan dengan ayat-ayat 13-14:

1 Raja-Raja 3:13-14 Dan juga apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja. Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.

Allah tidak hanya memberikan hikmat pada Salomo yang tak tertandingi di dalam dunia ini, Dia juga mengaruniakan pada Salomo kekayaan, kemuliaan dan panjang umur. Kemurahan Allah jauh melebihi pengharapan dan pemintaan kita. Allah sangat senang untuk memberkati kita. Namun karena keegoisan natur manusia, Allah tidak berani langsung memberikan berkat-berkat ini. Manusia seringkali menganggap bahwa berkat dari Allah itu adalah dari dirinya sendiri. Bukan saja mereka tidak berterima kasih kepada Allah, tapi mereka bahkan memakai berkat Allah (misalnya kekayaan, status, otoritas) untuk menindas orang lain. Kita harus mengerti bahwa berkat dari Allah untuk kita adalah supaya kita dapat memberkati orang lain. Saat Allah melihat kerendahan hati Salomo, ketidak-egoisannya dan cinta kasihnya kepada umat, Allah bukan saja menggenapi permohonannya, tapi juga melimpahkan berkat yang melebihi apa yang dia bayangkan maupun doakan.

Tapi berkat dan janji Allah bersyarat. Salomo dengan jelas mengetahui pokok ini. Karena itu di ayat 6 dia berkata, “Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hambaMu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapanMu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau”. Salomo tahu bahwa Allah memberkati Daud karena Daud telah berjalan di hadapan Allah dengan setia, benar dan jujur seumur hidupnya. Demikian pula di ayat 14, Allah memperingat Salomo sekali lagi, “jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.” Salomo tidak mempunyai umur yang panjang. Alkitab tidak menyebut berapa umurnya saat dia meninggal dunia. Tapi diperkirakan bahwa dia hidup tidak melewati 70 tahun. Yang jelas, ini adalah karena dia telah menyimpang dari jalan Allah di usia tuanya. Dia tidak berpegang kepada perintah dan ketetapan Allah. Dia kehilangan cinta mula-mulanya. Jadi, dia tidak mendapatkan berkat umur panjang ini.

Kita melanjutkan untuk membaca di ayat 15:

1 Raja-Raja 3:15 Lalu terjagalah Salomo; ternyata ia bermimpi. Sekembalinya ke Yerusalem, berdirilah ia di hadapan tabut Perjanjian Tuhan, dipersembahkannya korban-korban bakaran dan korban-korban keselamatan, kemudian ia megadakan perjamuan bagi semua pegawainya.

Setelah Salomo bangun dari mimpinya, dia kembali ke Yerusalem. Dia berdiri di hadapan tabut Perjanjian Allah untuk mempersembahkan korban-korban bakaran dan korban-korban keselamatan. Dan dia mengucapkan syukur kepada Allah untuk kemurahanNya. Sekali lagi kita melihat bagaimana umat Israel mempersembahkan korban. Mereka bisa mempersembahkan korban di bukit Gibeon (juga di bukit-bukit pengorbanan yang lain) kepada Allah. Mereka bisa juga melakukannya di hadapan tabut Perjanjian Tuhan. Mereka bisa melakukannya juga di tempat tinggi di Gibeon dan kemudian ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban. Cara mempersembahkan korban ini sepenuhnya bertentangan dengan perintah Musa. Tabut Allah dan Kemah Pertemuan dipisahkan ke dua tempat. Hal ini membingungkan orang banyak – mereka tidak tahu harus ke mana untuk mempersembahkan korban. Jadi hal yang urgen pada waktu itu adalah untuk mendirikan suatu pusat tempat penyembahan sesuai dengan kehendak Allah dan mengajarkan umat untuk menyembah Allah sesuai dengan perintah Musa. Jadi, kita dapat melihat mengapa pembangunan Baikt Suci merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi.

Di PA ini kita telah melihat bagaima Salomo memperoleh karunia hikmat. Apakah hal yang menonjol dari Salomo, setelah dia memperoleh karunia hikmat ini? Di PA yang akan datang, kita akan melihat manifestasi dari kebijaksanaan Salomo.

 

Berikan Komentar Anda: