Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 3:16 – 4:34 |
Di PA yang lalu kita membaca 1 Raja-Raja 3:4-15, yaitu tentang bagaimana Salomo meminta hikmat dari Allah. Salomo meminta hikmat dari Allah agar dia dapat memerintah umat Allah dengan adil. Permintaan ini muncul dari hati yang tidak egois, dan karena itu Allah berkenan dengan permintaannya dan memberikan padanya hikmat yang luar biasa. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menandingi hikmat Salomo. Kita dapat melihat pokok ini di 4:29-31. Setelah Salomo menerima karunia hikmat ini, apakah ada hal luar biasa yang dikerjakannya? Inilah yang akan kita lihat hari ini.
Hari ini kita akan melihat perikop yang agak panjang, yakni dari 3:16 ke 4:34. Karena perikop ini agak panjang, kita tidak akan melihat setiap perinciannya. Banyak orang yang mengira bahwa 3:16-28 berbicara tentang manifestasi hikmat dari Salomo. Sebenarnya bukan saja 3:16-28, tapi seluruh pasal 4 masih berbicara mengenai hikmat Salomo.
Ayat-ayat 1 Raja-Raja 3:16-28 berbicara mengenai hikmat Salomo dalam menghakimi. Bagaimana Salomo menghakimi dengan keadilan yang membuat orang dengan hati yang tulus mau tunduk kepadanya. Orang banyak sangat menghormati dan memandang tinggi Salomo. Pasal 4 menggambarkan bagaimana Salomo memerintah Israel dan pencapaiannya dalam hal diplomasi. Pencapaian ini tentu saja sangat berkaitan dengan hikmatnya. Mari kita baca di 3:16-22.
1 Raja-Raja 3:16-22 Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan sundal menghadap raja, lalu mereka berdiri di depannya. Kata perempuan yang satu: “Ya tuanku! Aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah, dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada di rumah itu. Kemudian pada hari ketiga sesudah aku, perempuan ini pun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah. Pada waktu malam anak perempuan ini mati, karena ia menidurinya. Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku; sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedang anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku. Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan.” Kata perempuan yang lain itu: “Bukan! Anakklah yang hidup dan anakmulah yang mati.” Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “Bukan! Anakmulah yang mati dan anakulah yang hidup.” Begitulah mereka bertengkar di depan raja.
Salomo menangani banyak kasus. Alkitab hanya menyebut kasus ini sebagai contoh tentang hikmat Salomo yang luar biasa. Kasus ini sangat spesial karena kasus ini dengan jelas dan sepenuhnya menggambarkan keegoisan dari natur manusia. Manusia bisa melakukan hal yang tak terbayangkan demi manfaat diri mereka sendiri. Contohnya adalah salah satu dari dari perempuan sundal itu. Waktu malam dia tertidur di atas anaknya sendiri dan tanpa sengaja membunuhnya. Bukannya mengakui kelalaiannya sendiri dia malah pergi mengambil anak orang lain untuk menggantikan anaknya yang sudah tidak bernyawa itu. Dia merasakan kesedihan kehilangan anaknya, dan dia berusaha menebus kehilangannya dengan menambah kesakitan pada temannya. Hal ini mencerminkan natur manusia yang egois. Walaupun kita tidak melakukan hal yang tidak bermoral ini, namun seringkali kita melakukan hal-hal untuk memuaskan keegoisan dan kebutuhan diri kita sendiri dan dalam proses itu kita mendatangkan rasa sakit pada orang lain. Inilah sifat dosa (apakah itu dalam hal mencuri, zinah, fitnah dst.) – kita akan melakukannya sekalipun tindakan itu menyakitkan dan merugikan orang lain.
Kasus dua perempuan sundal ini sangat rumit untuk dipecahkan karena tidak ada saksi mata atas kejadian ini. Yang ada hanya kesaksian dari diri mereka sendiri. Kalau di zaman sekarang, tidak sulit untuk memecahkan persoalan ini. Kita bisa mengambil DNA dari anak itu dan kedua wanita itu, dan dari situ kita bisa langsung menyimpulkan siapa ibu kandungnya. Bukan karena kepintaran manusia yang membuat Allah mengizinkan manusia menemukan kode DNA. Tapi karena cara manusia melakukan kejahatan sudah terlalu sofis. Banyak kasus kejahatan yang dilaksanakan dengan teliti dan tanpa celah. Tidak ada cara untuk membongkarnya menggunakan metode tradisional. Jadi salah satu alasan Allah mengizinkan manusia menemukan kode genetik di akhir zaman ini adalah untuk menghentikan penyebaran kejahatan.
Tapi di zamannya Salomo, tidak ada mesin pendeteksi kebohongan. Tidak ada ujian genetika yang bisa dilakukan. Para hakim kebingungan bagaimana menangani kasus-kasus yang rumit ini. Jadi, akhirnya mereka menyerahkan kepada raja untuk menghakimi. Di zaman dulu, raja merupakan mahkamah tertinggi. Kasus-kasus yang sulit akan diserahkan kepada raja untuk diadili. Itulah alasannya mengapa Paulus di Kisah Para Rasul dapat mengajukan banding pada kaisar di Roma.
Kasus dua perempuan sundal ini membuat seluruh Israel prihatin. Itulah alasan mengapa Alkitab mencatatnya. Seluruh negeri sedang melihat apa keputusan yang akan dibuat oleh Salomo. Siapa yang akan diserahkan anak itu. Mari kita melanjutkan untuk melihat ayat-ayat 23-28:
1 Raja-Raja 3:23-28 Lalu berkatalah raja: “Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Sesudah itu raja berkata: “Ambilkan aku pedang,” lalu dibawalah pedang ke depan raja. Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada lain.” Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!” Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya.” Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada di dalam hatinya untuk melakukan keadilan.
Hikmat Salomo termanifesti dalam fakta bahwa dia sepenuhnya memahamai sifat dan natur manusia. Dia memanfaatkan hubungan akrab antara ibu dan anak untuk mencari tahu siapa yang sebenarnya adalah ibu kandung kepada bayi itu. Saat diuji, dia langsung bisa melihat siapa yang bohong dan siapa yang benar. Kasus ini membuat bangsa Israel dapat melihat hikmat Salomo yang tak tertandingi di dunia ini. Dia bahkan dapat mengadili kasus yang serumit ini. Akibatnya adalah seluruh bangsa takut pada dia. Karena dia mempunyai hikmat Allah, dia dapat mengadili segala sesuatu dengan tajam dan tepat.
Ayat 28 berkata bahwa Salomo memiliki hikmat dari Allah. Itu tidak berarti bahwa hikmat Salomo itu setara dengan Allah. Yang dikatakan hanyalah bahwa hikmat Salomo itu datangnya dari Allah. Salomo sendiri adalah orang yang pandai. Di 1 Raja-Raja 2:9 Daud sudah memuji Salomo sebagai orang yang pandai. Dia memang pandai sejak kecil. Tapi hikmat manusia tidak cukup untuk memerintah sebuah negara. Kasus ini adalah satu contoh yang baik, hikmat manusia tidak tahu harus berbuat apa.
Salomo adalah orang yang memandang jauh ke depan. Dia mengerti bahwa hanya kebenaran dan keadilan yang dapat memenangkan kepercayaan dan hormat dari orang banyak. Sebuah negari hanya dapat berkembang dan maju dengan menjadikan kebenaran dan keadilan sebagai landasannya. Tapi menerapkan kebenaran itu tidaklah mudah. Dari kasus ini, kita dapat melihat kelicikan dan kengerian sifat manusia. Hanya dengan mengandalkan hikmat manusia, tidak ada hakim yang bisa mengadili begitu banyak kasus-kasus yang rumit. Hikmat manusia bisa saja mengadili orang baik sebagai orang jahat. Itulah alasan mengapa saya berkata, fakta bahwa Salomo meminta hikmat dari Allah untuk mengadili umatnya, menunjukkan pada kita bahwa Salomo adalah orang yang memandang jauh ke depan.
Jadi, kita bisa melihat bahwa seorang pemimpin itu harus bergantung pada Allah untuk bisa memerintah negerinya dengan baik. Karena hati manusia itu sangat licik. Tanpa hikmat untuk membedakan yang benar dari yang salah, bagaimana mungkin seorang raja memerintah dengan sukses? Dan memang tidak mudah untuk memerintah sebuah negeri. Tidak kira betapa besar hikmat Salomo, dia tidak bisa memerintah seluruh bangsa Israel sendiri. Terdapat suatu daftar nama di 4:1-19 yang memerintah bangsa Israel bersama Salomo. Mereka adalah orang pejabat pemerintahan dan orang bawahan yang dipilih Salomo. Mereka membantu Salomo dalam melakukan tugas memerintah negeri. Beberapa adalah anak-anak orang-orang bawahan Daud, ayah Salomo. Banyak dari orang-orang bawahan Daud adalah orang-orang benar.
Tapi mereka sudah sangat tua. Jadi, Salomo mengajak anak-anak mereka untuk membantunya. Alkitab tidak menyebut tentang yang lain, tapi kami yakin bahwa mereka semua telah dipilih dengan hati-hati oleh Salomo. Tanpa orang-orang bawahan yang setia ini, Salomo tidak mungkin dapat dengan sukses memerintah Israel.
Mari kita terus melihat pencapaian Salomo yang brilian. Kita melihat dulu di ayat 4:7 dan ayat-ayat 27-28.
1 Raja-Raja 4:7 Salomo mempunyai dua belas orang kepala daerah atas seluruh Israel yang harus menjamin makanan raja dan seisi istananya: adalah tanggungan tiap-tiap kepala daerah untuk menjamin makanan selama sebulan dalam setahun.
1 Raja-Raja 4:27-28 Dan para kepala daerah itu menjamin makanan raja Salomo serta semua orang yang ikut makan dari meja raja Salomo. Mereka membawanya masing-masing dalam bulan gilirannya dengan tidak mengurangi sesuatu apa pun. Jelai dan jerami untuk kuda-kuda biasa dan kuda-kuda teji dibawa mereka ke tempat yang semestinya, masing-masing menurut tanggungannya.
Ayat-ayat ini kelihatan sangat sederhana, tapi terdapat satu pesan yang penting. Untuk memahami pentingnya pesan ini, kita harus memahami sejarah Israel. Bangsa Israel tidak pernah sesungguhnya bersatu sejak mereka masuk ke tanah Kanan. Setiap suku menangani urusan masing-masing. Hal ini jelas terlihat di zaman para hakim. Jadi di tahun-tahun di bawah Raja Saul, suku-suku Israel buat pertama kali mengalami kesatuan. Namun kesatuan ini bersifat singkat dan hanya bertahan sementara. Saat Daud menjadi raja, peperangan di antara Yehuda dan suku-suku lain terus berlanjutan. Perang saudara itu hanya berhenti di tahun-tahun terakhir Daud. Pada akhirnya, Israel dan Yehuda bersatu di bawah kedaulatan pemerinthan Daud. Tapi itu hanya merupakan suatu pemulaan. Hanya pada tahun-tahun pemerintahan Salomo, Yehuda dan Israel benar-benar bersatu menjadi satu negeri.
Ayat 7, 27-28 berkata bahwa Salomo menetapkan 12 kepala daerah di seluruh Israel, yang menyediakan makan untuk raja dan seluruh istana. Itu berarti, Salomo telah menegakkan satu pemerintahan pusat. Setiap suku siap untuk mengambil gilirian menyalurkan persediaan makanan untuk pusat pemerintahan dalam mendukung Salomo dan pejabat-pejabat yang memerintah negara. Situasi ini tidak pernah ada sebelumnya. Jangan lupa bahwa Salomo itu berasal dari suku Yehuda. Terdapat banyak konflik di antara suku-suku lain dengan suku Yehuda. Meminta suku-suku lain untuk membayar pajak kepada raja Yehuda adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin. Tapi Salomo berhasil melakukannya. Hikmat dan keadilan yang dia perlihatkan membuat suku-suku lain mempercayainya. Dengan bantuan Allah, Salomo berhasil menyatukan setiap suku menjadi satu bangsa.
Setiap suku di Israel bersatu di bawah pimpinan Salomo, dan apa yang menjadi hasilnya? Mari kita membaca 4:20:
1 Raja-Raja 4:20 Orang Yehuda dan orang Israel jumlah seperti pasir di tepi laut. Mereka makan dan minum serta bersukaria.
Ayat ini, “Yehuda dan Israel jumlah mereka seperti pasir di tepi laut’, mengingatkan kita dengan janji yang Allah berikan kepada Abraham. Janji ini digenapi di bawah pemerintahan Salomo. (Tentu saja, ini digenapi di tingkat lahirah dan pengenapan spiritualnya terjadi di Perjanjian Baru). Apa yang dapat kita lihat dari fakta bahwa populasi Israel bertambah? Ini menunjukkan bahwa Israel menikmati kedamaian yang tidak pernah dialami sebelumnya. Di zaman dulu, peperangan, sakit penyakit dan kelaparan telah menyebabkan banyak negara mengalami penurunan populasi. Tanpa damai dan stabilitas, tidak mungkin bagi populasi sebuah negara itu bertambah. Ayat 20 menyimpulkan bagi apa yang telah dicapai oleh pemerintahan Salomo. Rakyat dapat hidup tenang, bahagia dan beranak cucu karena keadaan sangat mendukung. Suatu gambaran sebuah negeri di mana rakyatnya hidup makmur. Kita melanjutkan untuk melihat ayat 21:
1 Raja-Raja 4:21 Maka Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir. Mereka menyampaikan upeti dan tetap takluk kepada Salomo seumur hidup.
Salomo bukan saja menyatukan Israel dan Yehuda, tapi di bawah pemerintahan Salomo, Israel menguasai wilayah yang paling besar. Perbatasan Timur Israel menjangkau sampai ke Sungai Efrat, yang hari ini juga disebut Sungai Efrat dan terletak di Irak. Perbatasan Selatan menjangkau sampai ke Mesir. Tidak pernah dalam sejarah Israel, wilayahnya sedemikian besar. Ini juga merupakan kegenapan dari janji Allah kepada Abraham. Kita bisa melihat di Kej. 15:18:
Kejadian 15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.
Abram adalah nama lama Abraham. Sejak di Kejadian 15, Allah telah memberikan janji yang sedemikian kepada Abraham: Keturunannya (bangsa Israel) akan mendapatkan wilayah di antara sungai Mesir dan sungai Efrat. Sungai yang di Mesir bukanlah Sungai Nil, tapi sungai kecil di Mesir (Yosua 15:4). Perbatasan Timur dari Mesir adalah sungai itu. Allah memberikan wilayah dengan perbatasan kepada bangsa Israel. Allah tidak meminta bangsa Israel menduduki dan membasmi semua negeri lain. Allah hanya memerintah bangsa Israel untuk membinasakan bangsa Kanaan karena dosa mereka sudah penuh. Dari waktu bangsa Israel pertama kali memasuki tanah Kanaan, janji ini tidak pernah digenapi, dan hanya digenapi di bawah pemerintahan Salomo.
Janji ini tidak tergenapi untuk waktu yang begitu lama karena bangsa Israel tidak menepati hukum dan ketetapan Allah dengan segenap hati dan pikiran mereka. Seperti yang telah saya katakan, janji Allah ada syaratnya. Sekiranya kita tidak menggenapi persyaratan Allah, kita tidak akan dapat mengambil bagian di dalam janji Allah. Waktu Salomo masih muda, dia sangat mengasihi Allah dan dia dengan segenap hati dan akal budi menaati perintah dan ketetapan Allah. Itulah alasan mengapa Allah memberkati segala sesuatu yang dia lakukan. Allah memberkati Israel melaluinya. Saat Salomo menjadi tua, hatinya menjauh dari Allah. Dia tidak hanya menyembah Allah dan dia juga tidak menaati perintah dan ketetapan Allah dengan segenap hatinya. Sebagai akibatnya, Israel mulai bergejolak lagi. Saat dia meninggal dunia, Israel sudah terpecah menjadi dua, kerajaan selatan dan kerajaan utara. Israel mulai melemah sebagai suatu bangsa. Jadi, sekali lagi, ingin saya tekankan bahwa janji Allah kepada manusia bukannya tanpa syarat. Hanya mereka yang terus menerus tanpa henti-henti memenuhi persyaratan yang telah Allah tetapkan, yang dapat terus bernaung di bawah kasih karunia Allah.
Dari ayat 21, kita dapat melihat peluasan wilayah Israel. Namun ini terjadi bukan karena Israel memusnahkan negara-negara lain tapi negeri-negeri tetangga mau berada di bawah penjajahan Israel. Mareka menawarkan untuk membayar upeti kepada Israel. Ayat 21 berkata, “Mereka tetap takluk kepada Salomo”. Situasi ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak terulang lagi setelah kematian Salomo.
Jadi, Salomo menjadi raja atas Israel merupakan kegenapan seluruh janji-janji Allah kepada Israel. Tentu saja, apa yang saya katakan adalah kegenapan di tingkat lahirah. Dari sudut pandang tertentu, Salomo di waktu mudanya adalah semacam mesias/penyelamat. Di bawah pemerintahannya, Israel menikmati damai yang luar biasa, populasi bertambah seperti pasir di laut, dan semua negara lain datang membayar upeti kepada Salomo. Raja-raja dari setiap negeri, ada yang datang dari jauh untuk mendengar pengajarannya.
Kita meneruskan dengan membaca ayat-ayat 22-25:
1 Raja-Raja 4:22-25 Adapun persediaan makanan yang diperlukan Salomo untuk sehari ialah tiga puluh kor tepung yang terbaik dan enam puluh kor tepung biasa, sepuluh ekor lembu gemukan dan dua puluh lembu gembalaan dan seratus ekor domba, belum terhitung rusa, kijang, rusa dandi dan gangsa piaraan, sebab ia berkuasa atas seluruh tanah di sebelah sini sungai Efrat, mulai dari Tifsah sampai ke Gaza, dan atas semua raja di sebelah sini sungai Efrat; ia dikaruniai damai di seluruh negerinya, sehingga Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo.
Dari ayat-ayat 22-23 kita dapat melihat kelimpahan persediaan makanan di Israel. Persediaan makanan yang berlimpah yang dipersembahkan kepada Salomo menunjukkan bahwa orang banyak tidak hidup dalam kekurangan. Ayat 24 memberitahu kita bahwa setiap negeri yang berada di bawah pemerintahan Salomo menikmati damai. Jadi tidaklah heran mereka rela dan senang untuk berada di bawah pemerintahan Salomo dan membayar upeti kepadanya. Pemerintahan Salomo juga mendatangkan damai kepada Yehuda dan Israel, stabilitas dan kemakmuran. Satu pokok yang layak mendapat perhatian kita adalah ayat 25. Dikatakan di situ, “orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo.” Kehidupan yang damai tenteram, stabil dan makmur tidak terbatas hanya pada orang kaya. Tapi semua orang, tidak kira siapa, yang berdiam di dalam wilayah Israel, menikmati kehidupan yang baik. Kita melanjutkan untuk melihat ayat 26:
1 Raja-Raja 4:26 Lagipula Salomo mempunyai kuda empat puluh ribu kandang utuk kereta-keretaya dan dua belas ribu orang berkuda.
Salomo adalah orang yang merencanakan masa depan. Dia tidak mengabaikan kebutuhan angkatan perangnya hanya karena negerinya stabil. Salomo membangun militer yang kuat di waktu damai. Kereta dan orang berkuda di zaman dulu dapat disamakan dengan tank dan prajurit yang lengkap persenjataannya. Hanya negara besar yang mampu memilikinya. Semakin besar negeri itu, semakin besar perlengkapan perangnya. Banyak ahli yang berpendapat bahwa kekuatan Israel di waktu Salomo mengatasi kekuatan dan kebesaran Mesir. Jika tidak, Firaun Mesir tidak akan mengizinkan anaknya untuk menikahi Salomo.
Kita akan menyimpulkan apa yang telah kita katakan sejauh ini. Kita telah melihat bahwa Salomo mengandalkan hikmat dari Allah untuk menyatukan semua suku-suku Israel. Saat setiap suku Israel bersatu bersama, dan tunduk di bawah pemerintahan Salomo sebagai raja, Israel menjadi kuat, makmur dan stabil. Anda dapat katakan bahwa di bawah pemerintahan Salomo, Israel menjadi berkat bagi segala bangsa, menjadi terang dunia dan menjadi pusat perhatian setiap negeri. Kita bisa membaca ay. 34.
1 Raja-Raja 4:34 – 5:1 Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo.
Status internasional Salomo semakin meningkat. Segala raja di bumi telah mendengar tentang hikmatnya. Mereka mengirim utusan untuk mendengar kata-kata hikmat dari Salomo. Ini adalah gambaran yang penuh kemuliaan. Raja-raja segala bangsa mengambil inisiatif untuk datang ke Yerusalem untuk belajar akan hikmat Allah – belajar tentang cara Allah Israel.
Ketika kita memberitakan injil, selalunya kita seolah-olah harus memaksa orang untuk datang mendengar. Apakah pernah ada orang tidak percaya yang mengambil inisiatif meminta kepada kita untuk memberitakan injil kepada mereka? Apakah hal ini mungkin terjadi? Saat kita sepenuhnya tunduk kepada Salomo dari Perjanjian Baru – tunduk di bawah pemerintahan Yesus Kristus dan bersatu dengan Yesus, hal-hal luar biasa akan terjadi. Gereja harus tunduk sepenuhnya pada Kristus. Saat kita dengan satu hati bersatu kita akan menjadi kuat, menjadi terang, dan menjadi garam yang membuat orang-orang tidak percaya tertarik untuk tunduk kepada Kristus.
Gereja yang berbeda adalah seperti suku-suku Israel yang berbeda. Jika mereka tidak tunduk pada Allah, tidak mendengarkan Kristus yang diutus Allah, sekalipun, terdapat begitu banyak gereja, tetap tidak akan ada terang, tidak ada garam. Karena kita hanya memperhatikan urusan kita masing-masing. Kita akan memerhatikan perkembangan dan manfaat bagi gereja kita sendiri. Jika setiap gereja bertekad untuk mendengarkan Kristus yang diutus Allah dan menjadikan Kristus komandan kita, maka gereja pada keseluruhannya akan dapat menjadi terang di dunia ini dan membuat banyak bangsa-bangsa tertarik untuk berpaling kepada Allah.
Kita akan melanjutkan dengan mempelajari pasal 4 di pesan yang akan datang. Kiranya Allah akan memberikan kita visi spiritual lewat studi akan pasal 4.