Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 3:16-4:34 |

Di PA yang lalu, kita telah melihat 1 Raja-Raja 3:16-4:34. Perikop yang panjang ini mengambarkan bagi kita hikmat Salomo. Hikmatnya terlihat dalam empat bidang yang berbeda: i). Penghakiman, dapat membedakan apa yang benar dan apa yang salah (1 Raja-Raja 3:16-28); ii). Administrasi dan pengelolaan negara (1 Raja-Raja 4:29-32);  iii). Mengenal Allah, filsafat hidup ( 1 Raja-Raja 4:29-31); iv) Ilmu pengetahuan alam (1 Raja-Raja 4:33).

Ayat 4.30 memberitahu kita bahwa hikmat yang diberikan oleh Allah kepada Salomo itu melampaui hikmat bani Timur dan hikmat orang Mesir. Bani Timur dan Mesir adalah simbol peradaban dan negara yang maju pada waktu itu. Semua orang yang bijaksana berasal dari negara-negera peradaban kuno ini. Tetapi hikmat yang dimiliki Salomo jauh melebihi semuanya. Itu berarti, Salomo adalah orang yang paling bijaksana di seluruh dunia. Kita membaca di 4:31-33:

1 Raja-Raja 4:31-33 Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. Ia mengubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima. Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan.

Ayat 31 menyebut beberapa nama: Etan, Heman, Kalkol dan Darda. Mereka adalah orang Israel. Mereka terkenal di antara umat Israel sebagai orang-orang bijaksana. Mereka seperti orang-orang bijaksana dari sejarah Tiongkok seperti Konfusius dan dan Lao Tzu (ahli filsuf dari Tiongkok). Kalkol dan Darda tidak disebut di tempat lain di dalam Alkitab. Tapi nama-nama Etan dan Heman muncul di Mazmur. Mazmur 89 adalah perenungan dari Etan dan Ezrahi. Dan Mazmur 88 adalah perenungan dari Heman dan Ezrahi. Jadi kita dapat melihat bahwa orang-orang ini bukan saja bijaksana tapi juga mengasihi Allah dan takut pada Allah. Tentunya mereka juga memiliki hikmat spiritual. Tapi Alkitab memberitahu kita bahwa hikmat spiritual Salomo jauh melebihi semua orang-orang ini. Atau kita bisa berkata bahwa dia mengenal Allah lebih dari semua orang-orang ini. Di Israel (di antara umat Allah), tidak ada orang yang mengenal Allah dan mempunyai hikmat spiritual lebih dari Salomo.

Dari ayat-ayat 32-33, kita dapat melihat hikmat Salomo yang diungkapkan lewat amsal dan mazmur yang ditulisnya. Salomo menulis Amsal dan mengajarkan umat untuk takut pada Allah. Allah memberi Salomo hikmat supaya melaluinya negeri-negeri lain diajar untuk berjalan dengan sikap takut pada Allah. Orang-orang bijak dari negeri lain tidak mempunyai hikmat semacam ini. Di samping itu, Allah juga memberi Salomo hikmat untuk memahami segala sesuatu yang telah dia ciptakan – apakah di langit, di laut atau di atas bumi, dia memiliki wawasan. Besar kemungkinan Salomo merupakan ilumuwan alam yang pertama. Dia mengajarkan orang untuk memahami ciptaan Allah. Kita kembali ke 4.29:

1 Raja-Raja 4:29 Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengetahuan (pengertian) yang amat besar, serta akal yang luas (hati yang lapang/largeness of heart) seperti daratan pasir di tepi laut.

Kita melihat bahwa Allah memberi Salomo hikmat dan pengertian (understanding). “Hikmat” dan “pengertian” adalah dua kata Ibrani yang berbeda. “Hikmat” biasanya berarti hikmat di dalam hati. “Pengertian” berarti hikmat yang diungkapkan di dalam tindakan, contohnya, dalam cara dia berhubungan dengan orang lain, bagaimana dia menangani orang lain dan persoalan, kemampuannya untuk menjalankan administrasi dan rencana. Di Perjanjian Lama, kedua kata ini dipakai saling bergantian karena mempunyai arti yang mirip.

Di sini juga disebut satu lagi karunia yaitu “kebesaran hati”. Apa yang dimaksudkan dengan kebesaran hati? Ada yang berkata artinya sama dengan hikmat – hikmat Salomo sangatlah besar. Jadi, kalau demikian ayat 29 dapat ditafsirkan sebagai “Allah memberi Salomo hikmat, pengertian dan kebesaran hikmat, seperti banyaknya pasir di tepi laut”. Penafsiran ini kelihatannya masuk akal. Tapi penafsiran ini tidak memberikan makna khusus yang lain karena hikmat Salomo sudah terkenal. Ayat ini hanya memberikan penekanan pada pokok ini. Hari kita kita akan melihat pada kalimat “kebesaran hati ini (largeness of heart) dan melihat apa yang menjadi makna dari frasa ini?

“Kebesaran” berarti lapang atau luas. Kata ini biasanya dipakai untuk merujuk pada luasnya suatu tempat atau lingkungan. Jadi, apa artinya “kebesaran hati”? Seperti apakah seorang yang memiliki “kelapangan atau kebesaran hati.” Bagaimana kita bisa mempunyai “kelapangan hati”? Kita bisa melihat di satu ayat, Mazmur 119:32:

Mazmur 119:32  Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintahMu, sebab Engkau melapangkan hatiku.

Kita dapat melihat di sini “kelapangan hati” berkaitan dengan hubungan yang akrab dengan Allah dan juga melakukan perintahNya. Pemazmur memohon pada Allah untuk melapangkan hatinya. Karena dia tahu tanpa “kelapangan hati”, dia tidak dapat melangkah di jalannya Allah. Itu berarti dia tidak tahu bagaimana untuk mengikuti Allah. Jadi, Allah mengaruniakan pada Salomo suatu kelapangan hati untuk membuatnya memahami kehendakNya. Dan segala sesuatu yang dia lakukan itu sesuai dengan kehendak Allah. Hikmat sejati (hikmat spiritual) tidak dapat dipisahkan dari kehendak dan perintah Allah. Jika seseorang itu tidak memahami kehendak Allah, bagaimana dia dapat melangkah di jalan Allah? Kalau dia bahkan tidak melangkah di jalannya Tuhan, bagaimana dia bisa menjadi seorang yang spiritual-bijaksana?

Hikmat dari Alkitab tidaklah sama dengan pengetahuan yang dikejar manusia. Manusia duniawi suka bermegah tentang pembelajaran dan pengetahuan mereka. Manusia duniawi mengukur berapa bijaksananya seseorang dengan melihat pada berapa banyak pembelajaran dan pengetahuan yang dimilikinya. Tapi hikmat dari Allkitab berkaitan dengan takut pada Allah dan mengenal Allah. Hal yang sepenuhnya berbeda dengan hikmat duniawi. Hukum dan ketetapan Allah adalah untuk mengajar kita takut pada Dia dan Dia akan melapangkan hati kita untuk memahami kehendakNya. Cara pemazmur membuat pemohonannya menunjukkan bahwa dia memiliki ketajaman pemahaman rohani yang luar biasa. Jadi, seperti apakah orang yang mempunyai “kebesaran hati ini”? Dia haruslah seorang yang berhikmat. Tapi dimana hikmat ini akan terlihat? Kita baca di Amsal 11:12.

Amsal 11:12  Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi (berhikmat), tetapi orang yang pandai (berpengertian) berdiam diri.

Mengapa kita melihat pada Amsal 11:12? Karena kata “hikmat” dan “pengertian” di sini adalah dua kata Ibrani yang juga muncul di 1 Raja-Raja 4:29. “Pandai/berpengertian” di Amsal 11:12 adalah kata Ibrani untuk “hikmat” di 1 Raja-Raja 4:29. Ayat ini memberitahu kita ciri penting seorang yang spiritual-berhikmat. Apa cirinya? Ciri utamanya adalah kemampuan untuk menolerir dan menerima orang lain dan hidup damai dengan orang-orang yang berbeda.

Saya yakin tidak banyak orang yang menyadari ciri penting ini. Amsal berkata, “orang yang tanpa hikmat menghina sesamanya.” Mengapa Anda menghina sesama? Karena Anda memandang rendah orangnya. Anda pikir Anda lebih kudus, benar dan berhikmat dari padanya. Tapi Amsal berkata bahwa jika Anda memikir dengan cara ini, hal ini membuktikan bahwa Anda tidak berhikmat. Bisa saja sesama itu memang jauh lebih buruk dari Anda dalam setiap hal, dari sudut pandang dunia, dia benar-benar orang yang tanpa hikmat. Tapi sikap Anda yang menghinanya membuktikan bahwa Anda sebenarnya lebih tidak bijaksana dibandingkan dengan dia.

Bagian kedua ayat itu berkata, “orang yang berpengertian berdiam diri.” Orang yang berpengertian adalah orang yang bijaksana. Bagaimana orang yang benar-benar bijaksana berurusan dengan orang yang bodoh? Dia akan berdiam diri. Itu berarti dia tidak akan menghina sesamanya. Dengan senyuman di wajah dia akan melupakan semuanya. Dia akan menerima apa saja dengan kelapangan hati. Jadi, sangat mudah untuk melihat bahwa dia mempunyai hikmat spiritual. Kalau Anda orang yang mempunyai hikmat spiritual, Anda akan dapat hidup damai dengan orang lain. Karena jika Anda menghina orang ini, meremehkan orang itu, dan Anda tidak dapat hidup damai dengan mereka, hal-hal ini membuktikan bahwa Anda adalah seorang yang bodoh dan tidak berhikmat.

Jadi, Allah tidak saja memberikan pada Salomo hikmat dan pengertian, Dia juga memberinya kebesaran hati. Apa itu kebesaran hati? Suatu kelapangan hati, dapat menerima setiap jenis manusia dan dapat hidup damai dengan mereka. Kita dapat melihat pokok ini di pasal 4 dan 5. Kita baca di 4:34:

1 Raja-Raja 4:34 Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.

Semua raja-raja di bumi telah mendengar tentang hikmat Salomo. Mereka mengirim utusan dari jauh untuk mendengar kata-kata hikmat dari Salomo. Semua raja di bumi mengirim utusan ke Yerusalem untuk menghadap Salomo. Kita dapat melihat bahwa Salomo mempunyai hubungan yang baik dengan negeri lain, mereka dapat hidup damai satu dengan lainnya. Jika ada dendam di antara negara-negara, seperti Amerika dan Russia hari ini, hubungan mereka akan dengan mudah menjadi tegang dan memanas. Sangat sulit untuk hidup berdamai. Salomo, selain dari hikmatnya yang luar biasa, dapat menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara lain. Raja-raja negara lain menghormatinya. Berdasarkan relasi baik ini, mereka sangat senang mengirim utusan untuk belajar dari Salomo.

Ada orang Kristen yang berpikir, “Bukankah ini semacam kompromi?” Orang fasik yang tidak tahu tentang Allah Israel itu tentunya bukanlah bangsa yang kudus. Jika mereka diizinkan untuk berhubungan dan bergaul dengan Israel, tidakkah tradisi mereka yang tidak takut pada Allah itu akan mempengaruhi bangsa Israel? Kalau Anda berpikir dengan cara ini, Anda masih belum memahami apa itu kekudusan yang sebenarnya, dan apa itu melakukan kehendak Allah. Sadarilah bahwa tujuan semua raja-raja itu mengirim utusan untuk menghadap Salomo adalah untuk mempelajari hikmatnya. Lalu, apa yang akan diajarkan oleh Salomo pada mereka? Dari Amsal, kita bisa mendapatkan ide tentang hal apa saja yang diajarkan oleh Salomo kepada mereka – yaitu berjalan dalam takut pada Allah. Salomo memanfaatkan hubungan damai ini untuk mengajarkan pada semua raja-raja tentang jalan Allah. Jadi bukannya Israel yang dipengaruhi oleh negara lain tapi Israel-lah yang justru sedang mempengaruhi negara lain. Israel menjadi pemimpin di dunia internasional, memimpin negara lain untuk mengenal jalan Allah.

Dapat Anda katakan inilah satu-satunya kali Israel berfungsi sebagai pemimpin spiritual di tingkat internasional dan menjadi terang dunia di pentas dunia. Israel dapat menjadi terang bagi semua bangsa karena Salomo takut akan Allah, menaati hukum Allah dengan segenap akal budi dan hatinya. Karena itu, Allah berkenan dengannya dan mengaruniakan kepadanya hikmat yang luar biasa dan membantunya mendirikan negara Israel. Allah juga mengaruniakan padanya kebesaran hati. Dia dapat hidup damai dengan semua raja-raja dan memimpin mereka untuk mengenal jalan Allah. Tentu saja, keadaan spiritual ini tidak dapat dianggap pasti. Saat Salomo semakin tua, hatinya semakin menjauh dari Allah dan negara Israel mulai mundur karena Allah tidak lagi membantunya.

Mari kita satu lagi contoh, 1 Raja-Raja 5:12:

1 Raja-Raja 5:12 Dan TUHAN memberikan hikmat kepada Salomo seperti yang dijanjikan kepadanya; maka damai pun ada antara Hiram dan Salomo, lalu mereka berdua mengadakan perjanjian.

Ayat ini sangat berarti. Bagian pertama berkata bahwa TUHAN (Yahweh) memberi hikmat kepada Salomo. Langsung setelah itu, bagian kedua menyebut, “terdapat damai di antara Hiram dan Salomo dan mereka berdua mengadakan perjanjian.”

Apa yang mau disampaikan oleh Alkitab kepada kita? Maknanya sangatlah jelas. Ini berarti bahwa Allah memberi hikmat kepada Salomo supaya dia dapat membangun hubungan yang baik dengan semua negara. Tanpa hubungan yang damai dengan tetangganya, Salomo tidak dapat membangun bait Allah. Ayat 5:4 memberitahu kita bahwa Salomo tahu tentang pokok ini.

Salomo mengasihi Allah. Jadi Allah mengaruniakan kebesaran hati kepadanya untuk memampukan dia membangun relasi baik dengan negara lain sesuai dengan kehendak Allah. Dengan demikian, mereka dapat hidup damai bersama. Bukan hanya demikian, Salomo juga memenangkan kepercayaan dan hormat dari semua raja-raja. Dengan menciptakan lingkungan yang damai, Salomo dapat memfokuskan perhatiannya untuk membangun Bait Allah dengan segenap hatinya. 1 Raja-Raja 5 memberitahu kita bahwa pada waktu itu, Israel bukan saja menikmati damai, tapi semua raja-raja juga mendukung Salomo dalam rencananya membangun Bait Suci. Hiram, Raja Tirus adalah contoh yang baik. Dia bukan saja mendukung Salomo, tapi dia juga menyediakan kayu untuk membangun Bait Suci. Karena hikmat dan kebesaran hatinya, semua raja-raja menghormati Salomo dan memuji Raja Israel. Walaupun mereka tidak meninggalkan berhala-berhala mereka, tapi tetap saja hal ini merupakan suatu awal yang baik, karena mereka menghormati Allah Israel dan menghormati raja yang dipilihNya.

Saya menekankan “kebesaran hati” karena hal ini merupakan suatu ungkapan yang nyata akan hikmat spiritual. Orang yang mempunyai hikmat rohani adalah orang y ang tidak hanya memiliki hubungan yang baik dengan Allah, dia juga mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia. Jika seseorang itu mempunyai musuh ke mana saja dia pergi, bagaimana dia dapat menjadi terang dan garam? Kita baca di Yakobus 3:17-18:

Yakobus 3:17-18 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

Orang bijaksana yang rohani tidak saja murni dalam hidupnya, tapi juga berdamai dengan orang lain. Dia orang yang pandai memakai kedamaian untuk menabur buah kebenaran. Banyak orang Kristen yang mendambakan hikmat spiritual, mereka berpikir bahwa hikmat spiritual berarti mengetahui dengan baik prinsip-prinsip Alkitab dan memiliki pengetahuan theologia. Saat mereka mempelajari sedikit Alkitab dan mendapatkan sedikit pengetahuan teologia, mereka akan memakai pengetahuan ini untuk berdebat dengan orang lain. Mereka berpikir dengan memenangkan perdebatan akan membuktikan bahwa mereka lebih bijaksana dari yang lain. Tapi ini bukanlah hikmat yang dibicarakan oleh Alkitab. Kita baca di Yakobus 3:13-16:

Yakobus 3:13-16 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan. Jikalau kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Ayat-ayat 14-15 adalah contoh negatif untuk membantu kita memahami apa ciri-ciri orang yang tidak punya hikmat. Yaitu iri hati, mementingkan diri sendiri dan menimbulkan kekacauan. Jadi, kita dapat melihat bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai hikmat yang spiritual adalah orang itu akan dapat hidup damai bersama orang lain dan membuat orang lain juga dapat hidup dalam keadaan yang damai dan tenang. Tidak mengherankan bahwa ayat 13 memberitahu kita bahwa orang yang mempunyai hikmat spiritual memperlihatkan ciri kelemah-lembutan di dalam kehidupannya. Ciri kelemah-lembutan ini berarti orangnya dapat menolerir dan menerima orang lain dan hidup berdamai dengan orang lain. Ini adalah perilaku yang dicerminkan oleh orang yang mempunyai hikmat spiritual. Mari kita terus melihat hubungan di antara hikmat dan hidup dalam damai dengan orang lain.

Kita baca di Kolose 4:5-6: 

Kolose 4:5-6 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.

Mereka yang di luar adalah orang-orang non-Kristen. Alkitab mau kita memakai hikmat dalam bergaul dengan orang lain. Bagaimana memakai hikmat dalam berurusan dengan orang tidak percaya? Ayat 6 memberikan kita jawabannya: Kata-kata kita harus selalu penuh kasih. Kita tahu bahwa di dalam Perjanjian Baru, garam mewakili hikmat. Kata-kata yang tidak hambar atau yang “dibumbui garam/seasoned with salt” berarti kata-kata yang penuh kasih.

Banyak orang Kristen yang menunjukkan kebenaran diri di depan orang-orang non-Kristen. Mereka seringkali memakai kata-kata dari Alkitab untuk menekan atau menegur orang-orang tidak percaya. Paulus mengingatkan kita bahwa hikmat spiritual harusnya membawa damai dan ketenangan kepada orang lain. Kiranya Allah memberikan pada kita hikmat dan kebesaran hati agar kita dapat bergaul dengan orang lain dengan baik. Jika kita memiliki kebesaran hati, sikap kita akan penuh dengan kasih dan kelemah-lembutan saat kita berbicara dengan orang lain. Kata-kata kita bisa membangun orang lain dan membawa sukacita pada mereka. Kalau setiap kali orang non-Kristen menemukan hatinya penuh sukacita dan tenang setelah berbicara dengan kita, mereka pasti akan mau bergaul dengan kita terus. Dengan cara ini, Anda dapat menuntun mereka untuk lebih mengenal Allah.

Kita baca di 2 Timotius 2:24-26:

2 Timotius 2:24-26 Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat an memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.

Paulus adalah orang spiritual yang mempunyai banyak hikmat. Inilah nasehatnya kepada para pelayan Tuhan: Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar tapi harus lemah lembut dengan semua orang. Di sini disebut tentang orang yang suka melawan, hal ini merujuk pada orang yang suka bertengkar. Bukankah ini nasehat yang bijaksana. Beberapa orang Kristen menyakini bahwa cara untuk mempertahankan kebenaran adalah dengan berdebat. Jika kita dapat menang dalam perdebatan melawan orang yang berbeda pandangan dengan kita, maka kita telah dengan berhasil mempertahankan kebenaran. Jadi banyak orang Kristen yang terlibat dalam perdebatan sengit dengan orang lain. Mereka pikir, lewat perdebatan, mereka akan dapat menyakinkan orang lain untuk menerima pandangan mereka. Kalau Anda masih berpikir dalam cara ini, ini menunjukkan bahwa Anda masih tidak memiliki hikmat spiritual.

Paulus berkata bahwa memberitakan Injil tidak perlu dilakukan lewat pertengkaran. Kita harus dengan hati yang lemah lembut membujuk orang yang melawan kebenaran untuk berpaling pada Allah. Orang yang memiliki hikmat spiritual akan dengan sikap lemah lembut menangani pihak yang melawannya. Kalau Anda bersikap lemah lembut terhadap Allah dan manusia, maka Allah akan bekerja melalui Anda. Itulah alasannya mengapa Paulus berkata, “sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran”. Paulus tidak menjamin bahwa hal itu akan berhasil setiap kali. Karena pada akhirnya, tergantung pada pihak yang lain apakah mereka mau meresponi Allah atau tidak. Tapi Paulus sangat pasti akan satu hal – pertengkaran tidak akan ada hasilnya. Pertengkaran dan perdebatan hanya akan memberi Iblis kesempatan untuk bekerja.

Kalau Anda pernah berdebat dengan orang lain, Anda akan tahu bahwa perdebatan itu mempengaruhi perasaan kita. Jika kita ceroboh, kata-kata kita akan menyinggung manusia dan juga Allah. Seringkali, diskusi berubah menjadi perdebatan, kemudian pertengkaran. Sekalipun Anda memenangkan pertengkaran ini, Anda akan kehilangan teman. Dan yang lebih buruk lagi, semua teman Anda akan menjadi musuh Injil. Jika Anda dengan lemah lembut bergaul dengan orang lain, sekalipun mereka masih mempertahankan ide mereka sendiri, mereka masih bersahabat dengan Anda. Masih akan ada kesempatan untuk membagi kebenaran dengan mereka. Dengan cara ini, mereka akan tetap menghormati Anda. Sekalipun mereka tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, mereka mungkin masih akan merenungkan apa yang telah Anda sampaikan.

Setelah saya percaya pada Tuhan, saya sering memberikan Injil kepada teman-teman sekelas. Terdapat seorang teman yang suka memakai ayat-ayat yang sulit dalam Alkitab untuk mempermalukan saya. Sikapnya sangant buruk. Dia sebenarnya tidak mau mengenal Tuhan. Jadi, ada kalanya, saya benar-benar merasa ingin berdebat dengannya. Tapi setiap kali perasaan itu muncul, saya menahan diri. Saya terus memakai sikap yang lemah lembut dalam pergaulan saya dengannya. Pernah sekali, dia menelpon saya untuk menimbulkan satu lagi pertanyaan yang sulit tentang Alkitab. Saya tidak tahu jawabannya. Saya hanya dapat jujur memberitahunya bahwa saya tidak tahu jawaban kepada pertanyaan itu. Dia terdiam sejenak, lalu dia berkata pada saya, “Anda tahu kenapa saya suka bertanya pada Anda? Karena Anda tidak seperti orang Kristen yang lain. Anda berani mengaku bahwa Anda tidak tahu. Banyak orang Kristen pikir bahwa mereka tahu segala sesuatu dan senang bertengkar dengan orang lain. Saya tahu bahwa pertanyaan yang saya timbulkan itu tidak mempunyai jawaban. Tapi mereka tetap tidak mau mengakui bahwa mereka tidak tahu. Mereka berusaha untuk mencantumkan semua hal yang tidak saling berkaitan dan memberikan penjelasan yang tidak masuk akal. Saya sengaja mempermalukan mereka.” Saya lalu berkata kepadanya dengan lemah lembut, bahwa kalau dia benar-benar berminat, kita dapat sama-sama belajar Alkitab. Kita bisa sama-sama mempelajari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pikir saya, dia tidak akan menerima tawaran saya. Di luar dugaan saya, dia langsung setuju. Jadi, kami berdua mempelajari Alkitab bersama-sama di kampus setiap minggu.

Salomo memiliki kebesaran hati. Dia dapat menerima raja-raja dari semua bangsa. Dia tidak memandang rendah raja-raja lain hanya karena dia adalah orang yang berhikmat yang memiliki kebesaran hati. Dia mau bergaul dengan bangsa lain agar mereka dapat hidup dalam keadaan damai. Memanfaatkan situasi damai itu, dia memberitakan tentang hikmat Allah, membangun Bait Allah dan memproklamirkan nama Allah Yahweh. Hikmat yang dimaksudkan oleh Alkitab, bukanlah suatu kompromi dengan dunia. Hikmat dari Alkitab adalah tentang memakai hikmat Allah dan kebesaran hati untuk menerima orang dari latar belakang dan budaya yang berbeda-beda. Dan dengan memanfaatkan keadaan damai ini, dia menyebar luaskan Injil dan membawa mereka kepada Allah.

 

Berikan Komentar Anda: