Pastor Eric Chang | Matius 15:10-20

Hari ini kita lanjutkan pendalaman kita di Matius 15:10-20. Kita telah membahas ajaran Yesus secara sistematis minggu demi minggu. Sangatlah penting untuk memahami secara keseluruhan apa yang Yesus ajarkan. Hari ini kita mempelajari Matius 15:10-20.

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: “Dengar dan camkanlah: – perhatikan perkataan ini. Orang yang mendengarkan tidak selalu mengerti. Dan saya harap seiring dengan pendalaman kita akan pengajaran Tuhan, Anda tidak sekadar mendengar saja tetapi juga mengerti – bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?” Jawab Yesus: “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.” Lalu Petrus berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami.” Jawab Yesus: “Kamupun masih belum dapat memahaminya? Kamu mendengar tetapi apakah kamu juga tidak memahaminya? – Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.”


Apakah penawar bagi permasalahan manusia?

Apakah hal yang sedang disampaikan oleh Yesus kepada kita di sini? Apa pesan rohani yang ingin dia sampaikan? Makna penting dari ayat-ayat ini sangatlah luar biasa. Jika saya bertanya kepada Anda apakah akar persoalan manusia, jawaban apa yang akan Anda berikan?

Apakah akar dari persoalan umat manusia? Apakah persoalan yang sedang melanda dunia secara keseluruhan? Kita sedang berhadapan dengan masalah besar. Kita sedang berurusan dengan persoalan mendasar.

Akankah Anda berkata bahwa persoalan umat manusia adalah bahwa mereka kurang banyak beribadah di gereja? Itukah diagnosa Anda tentang persoalan umat manusia? Akankah Anda berkata bahwa kekurangan iman adalah persoalannya? Atau kurang beragama? Oh, ada sangat banyak agama. Agama bertebaran di mana-mana. Semua agama ada!

Menurut Anda  apa yang dibutuhkan oleh dunia?


Pengembangan bidang teknik, elektronik atau militer?

Apakah yang diperlukan oleh dunia adalah pengembangan di bidang teknik? Ya, dunia pasti perlu pengembangan di bidang teknik. Yang diperlukan oleh dunia adalah tambahan jembatan dan jalan raya. Saya sendiri adalah seorang pengagum bidang teknik. Kalau saya tidak melayani Tuhan, dan tidak menjadi orang militer (karena saya pernah berpikir bahwa ilmu kemiliteran akan mengatasi persoalan di dunia ini, maka yang diperlukan oleh dunia adalah pasukan tentara yang besar), maka saya akan menjadi seorang insinyur.

Sejak masa kecil, saya gemar mencari penemuan baru. Ada banyak buku-buku tentang penemuan baru yang saya miliki. Ada banyak hal yang saya rancang dan temukan dahulu ternyata sekarang ini secara ajaib sudah menjadi kenyataan. Banyak persenjataan militer yang pernah saya rancang ketika saya masih berusia sekitar 17 atau 18 tahun. Di antara yang pernah saya rancang adalah topi baja dan kendaraan yang melintasi permukaan yang sulit dengan ban yang besar – sekarang sudah dipakai di kalangan militer. Kendaraan ampibi, senapan mesin anti macet karena merupakan senapan mesin ganda, dan berbagai senjata yang pernah saya pikirkan dahulu. Semuanya itu sekarang sudah ada. Akan tetapi dunia tidak menjadi lebih baik dengan adanya semua penemuan itu.

Semua itu baik akan tetapi tidak memecahkan persoalan dunia. Itulah sebabnya saya memberitakan Injil. Kalau bidang teknik bisa memberi jalan keluar bagi persoalan dunia, maka saya akan menjadi orang pertama yang belajar teknik.

Bagaimana dengan elektronik? Bidang elektronik sangatlah menarik. Pengembangan radio dan sebagainya ini. Kita perlu lebih banyak radio dan alat-alat elektronik. Apakah dunia akan menjadi lebih baik dengan pengembangan elektronik? Namun Anda bisa lihat, hal ini juga tidak membuat dunia menjadi lebih baik karena bergantung pada siapa yang memanfaatkannya.

Bukankah Robert Oppenheimer, ahli fisika ternama, menjadi sangat tertekan akibat keikut-sertaannya di dalam pengembangan fisika nuklir, sehingga dia nyaris tidak bisa memaafkan dirinya sendiri akibat partisipasinya di dalam pembuatan bom atom karena pembuatan bom bukan merupakan tujuannya. Setelah ia menentang apa yang pernah ikut dia kembangkan itu, ia dituduh sebagai orang komunis dan sebagainya, hal yang sama sekali tidak benar. Hati nuraninya sangat mengganggu dia karena dia adalah ahli fisika nuklir yang telah berperan besar di dalam pengembangan bom atom.

Dunia tidak menjadi lebih baik dengan berbagai macam penemuan ilmiah itu. Lalu bagaimana agar dunia bisa menjadi lebih baik?


Pengembangan agama?

Apakah agama membuat dunia menjadi lebih baik? Berada di Amerika adalah hal yang sangat menarik. Saya hanya bisa menemukan sedikit buku Kristen. Yang banyak saya temukan di toko-toko buku adalah buku tentang ajaran Buddha aliran Zen, tentang ajaran sufi, mistik dan bahkan dewa-dewa Yunani! Anda bisa mendapatkan lebih banyak buku tentang zaman klasik dan tentang meditasi ketimbang buku-buku Kristen. Saya bertanya-tanya mengapa. Saya ingin tahu apa yang sedang terjadi. Orang sudah berpaling dari Kekristenan di dalam pencarian mereka akan jalan keluar. Dan semua ini salah gereja. Janganlah menyalahkan dunia. Gerejalah yang salah.

Mengapa? Karena jika Anda tidak mendiagnosa persoalan dengan tepat dan mantap, maka Anda tidak akan bisa memberikan jawaban yang akurat. Jika dokter yang memeriksa penyakit Anda berkata bahwa persoalan Anda hanya sakit perut biasa, padahal yang Anda derita adalah kanker perut, tentunya pengobatan yang dia berikan akan salah sama sekali. Sangatlah penting untuk memiliki diagnosa yang tepat sebelum Anda bisa mengatasi persoalan dengan benar. Jika saya cermati jawaban yang diberikan oleh gereja atas persoalan dunia ini, tak heran jika dunia berpaling dari gereja dan berpikir, “Jawaban semacam itu tidak akan memecahkan persoalan.” Dan saya tidak menyalahkan dunia.

Orang-orang Farisi memberikan jalan keluar yang salah. Tahukah Anda apa yang mau disampaikan lewat perikop ini? Solusi yang disampaikan oleh orang-orang Farisi adalah: Anda perlu lebih beragama, dan lebih beragama itu berarti lebih banyak ibadah. Lebih banyak ibadah termasuk pembasuhan tangan, tambahan upacara pembersihan. Lebih sering beribadah ke Bait Allah. Lebih sering berdoa di Bait Allah. Perbesar phylacteries (tabung kecil yang digantungkan di lengan mereka). Tambahkan lebih banyak kegiatan agama. Bahkan saat teduh Anda bisa menjadi sekadar kegiatan ibadah, sadarkah Anda akan hal itu? Apakah agama menjadi jawaban bagi persoalan umat manusia? Apakah hal semacam itu merupakan jawabannya?

Jika hal semacam itu merupakan jawabannya, lalu apa salahnya dengan meditasi transendental? Itu juga kegiatan agama. Apa salahnya dengan Buddha aliran Zen? Itu juga agama. Apa salahnya dengan setiap agama yang ada? Apa bedanya antara agama yang satu dengan yang lainnya? Bukankah itu hal yang selalu diucapkan oleh orang non-Kristen? Semua agama sama saja. Semua menyuruh Anda berbuat baik. Semua menyuruh Anda untuk menjadi alim.

Kita harus mencapai akar persoalan ini jika kita ingin mendapatkan jawaban yang masuk akal. Jadi apa yang kita perlukan? Jika ilmu pengetahuan alam tidak bisa memecahkan persoalan, mungkin kita perlu lebih mengembangkan pendidikan lagi? Mungkin kita perlu mengembangkan psikologi? Memberi lebih banyak konseling kepada orang-orang? Tahukah Anda, sekarang ini orang lebih banyak yang pergi menemui psikiater daripada ke pendeta? Saya tidak menyalahkan mereka. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa psikiater menarik biaya dari Anda, sedangkan pendeta tidak mengenakan biaya apa-apa. Dan jika Anda mendapatkan sesuatu yang gratis, Anda justru merasa tidak enak. Tentu saja, ketika Anda membayar $30, Anda merasa, “Ini pasti bernilai. Ini nasehat dari psikiater. Pendeta tidak menarik biaya, mungkin nasehatnya juga tidak bernilai.” Psikiater membebani Anda $30 untuk setengah jam, berarti nasehatnya bernilai $30! Mudah-mudahan memang bernilai $30. Jika tidak, carilah orang yang menarik biaya $50 dari Anda, dan itu pasti lebih baik. Pendeta tidak menarik biaya apa-apa karena seringkali nasehatnya tidak bernilai sama sekali. Dan terlalu sering, hal itu memang benar. Tidak ada nilainya. Apa yang bisa kita katakan?

Apakah diagnosis bagi persoalan ini? Kita mendapatkan jawaban yang murahan untuk persoalan yang berat. Saya menerima kiriman bertumpuk-tumpuk majalah Kristiani yang tidak pernah sempat saya baca, majalah yang tidak saya minta akan tetapi mereka terus saja mengirimkannya. Mereka menemukan nama saya entah di mana. Namun selama Anda adalah seorang pendeta, maka mereka akan mengirimi Anda majalah dari organisasi ini atau itu, berharap Anda akan mempromosikannya dan mereka bisa mendapat lebih banyak pembaca. Saat saya baca sekilas majalah-majalah tersebut saya menemukan jawaban-jawaban yang murahan. Obat murahan untuk penyakit yang berat jelas tidak akan mengatasi masalah.


“Masalahmu bukan apakah kamu religius atau tidak.”

Jadi, masalah apakah yang sedang disampaikan di sini? Yesus sedang berkata, “Masalahmu bukan karena kamu religius atau tidak. Masalahmu terletak di dalam hati kamu.” Apa yang keluar dari dalam hati? Perhatikan daftarnya, ayat 18 berkata: Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Sekarang perhatikanlah ayat 19: Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

Bukankah koran-koran Anda dipenuhi dengan hal-hal tersebut setiap hari? Inilah hal-hal yang muncul dari dalam hati manusia. Masalah Anda, masalah kita, masalah saya, terletak di dalam hati. Dan sebelum sesuatu terjadi di dalam hati manusia, kita tidak akan pernah akan bisa memecahkan masalah ini.


Agama tidak dapat mengubah hati manusia

Sekarang kita tahu mengapa teknik tidak bisa mengatasi persoalan ini karena bidang teknik tidak berkaitan dengan hati manusia. Dan bidang kedokteran juga tidak bisa mengatasi persoalan karena bidang ini juga tidak berhubungan dengan hati manusia. Dokter bisa mencangkokkan jantung dan juga hati ke dalam tubuh Anda, dan semoga Anda bisa bertahan hidup selama beberapa tahun setelah itu, akan tetapi tidak ada cangkok hati rohani yang bisa mereka lakukan. Itu sebabnya mengapa beberapa sahabat baik saya yang mendalami bidang kedokteran telah meninggalkan pekerjaan mereka dan beralih memberitakan Injil karena mereka tahu bahwa kedokteran tidak bisa mengatasi persoalan manusia dan mereka ingin menjangkau inti dari persoalan: memecahkan persoalan umat manusia. Tak akan ada pemecahan bagi persoalan manusia jika Anda tidak menangani hati manusia.

Bagaimana dengan ajaran Buddha? Buddha menyuruh Anda untuk menjadi bermoral, baik hati. Bagus sekali, akan tetapi hal itu tidak akan membereskan persoalan karena dari dalam hati keluar segala pikiran yang jahat. Dan tidak akan ada gunanya berbicara kepada orang yang dari dalam hatinya keluar berbagai macam pikiran jahat, “Ah, ah, tidak baik memiliki pikiran jahat. Anda harus memiliki pikiran yang baik.” Itu memang bagus, akan tetapi tidak mengubah fakta bahwa pikiran-pikiran yang jahat itu terus saja mengalir keluar. Percuma saja berkata kepadanya, “Kamu seharusnya tidak berpikiran jahat.” Dia akan berpikir, “Masalahnya bagaimana menghentikan pikiran-pikiran yang jahat ini?” Bahkan orang yang berpikiran jahat juga tahu bahwa dia seharusnya tidak berpikiran jahat.

Anda harus punya solusi atas persoalan ini, bukan sekadar memberi nasehat yang bagus saja. Nasehat yang bagus tak akan menyelesaikan persoalan ini. Jika Anda berkata kepada orang sakit, “Seharusnya kamu tidak boleh sakit. Tidaklah baik menjadi sakit, lebih enak menjadi sehat.” Dia sudah tahu bahwa sakit itu tidak baik. Apa gunanya memberitahu dia akan hal itu? Dia tidak senang jadi orang sakit, jadi sekadar berkata bahwa tidak seharusnya dia menjadi sakit tidak akan memecahkan persoalan. Anda harus menangani penyakitnya. Anda harus punya jalan keluar bagi persoalannya.


Apakah yang ditawarkan oleh gereja?

Saat kita sampai pada kenyataan ini, agama menjadi tidak ada artinya. Bagaimana agar kita bisa sampai pada akar persoalannya? Mari kita lihat jalan keluar yang ditawarkan oleh gereja. Dunia, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak punya jalan keluar. Pendidikan tidak bisa memecahkan persoalan. Ilmu pengetahuan alam juga tidak bisa memecahkan persoalan; ia tidak bisa memberi Anda hati yang baru. Filsafat tidak bisa memecahkan persoalan. Jadi apa yang bisa memecahkan persoalan? Hanya Allah yang bisa mengatasi persoalan. Hanya Allah yang bisa mengurusi masalah ini, namun bagaimana? Mari kita teliti apa yang ditawarkan oleh gereja.

Gereja menghampiri dan bertanya, “Apakah Anda selamat?” Anda tahu, terkadang kita mengajukan pertanyaan yang benar-benar bodoh, karena jika saya bukan orang Kristen dan Anda bertanya apakah saya selamat, saya bahkan tidak paham apa yang sedang Anda bicarakan. Tetapi orang Kristen datang dan bertanya begitu saja kepada orang-orang, seperti yang dulu biasanya saya lakukan, “Apakah Anda selamat?” Lalu orang itu menatap saya dengan pandangan kosong karena dia tidak tahu apa yang saya bicarakan atau mungkin juga dia tidak tahu apa arti selamat itu.

Apa arti “diselamatkan” ini? Kemudian saya melanjutkan dengan berbicara tentang Empat Hukum Rohani. Dan saya berkata, “Jadi sekarang, yang perlu Anda kerjakan adalah mengambil langkah ini, langkah selanjutnya, dan langkah berikutnya.”

Pertama-tama, mari  kita pahami satu persoalan, apakah dia mengerti bahwa semua langkah itu tidak menjadikan dia orang alim? Tahukah dia bahwa langkah-langkah ini mencakup perubahan di dalam hati? Saya kuatir dia tidak tahu. Jika hukum ini membantu dia memahami bahwa hatinya akan diubahkan maka hukum-hukum tersebut sangatlah bagus. Bagus sekali. Pastikanlah bahwa dia memahaminya.

Namun seringkali, orang tersebut hanya diberitahu, “Kamu harus percaya kepada Yesus.” Bagaimana perkara percaya kepada Yesus ini bisa mengubah hati? Tahukah Anda bagaimana perubahan itu terjadi? Jika Anda tidak tahu, bagaimana dia bisa tahu? Bagaimana hal percaya kepada Yesus ini bisa mengubah hati manusia? Jika dalam kesempatan Pendalaman Alkitab nanti, saya ingin mendengar pendapat Anda akan hal ini. Bagaimana tepatnya hal percaya kepada Yesus ini bisa mengubah hati manusia? Lalu apa bedanya dengan mempercayai Buddha? Bagaimana hal mempercayai Yesus bisa mengubah hati manusia? Ini adalah persoalan penting yang harus dipahami.


Apakah Adam menciptakan natur dosa dengan berbuat dosa?

Sebelum kita masuk ke dalam solusi bagi persoalan ini, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita lebih mendalami persoalan ini. Jika pikiran-pikiran dan perbuatan jahat keluar dari dalam hati manusia, apakah itu terjadi karena watak atau natur manusia itu berdosa? Terlalu sering, jawaban teologis atas pertanyaan ini adalah ‘ya’, manusia pada hakekatnya punya natur yang berdosa.

Apakah maksudnya jika kita berkata bahwa hakekat manusia itu berdosa? Sebelum kita masuk ke dalam solusi, kita harus mendiagnosa  persoalan kita dengan tepat. Apakah diagnosanya? Jika kita berkata bahwa hakekat manusia itu berdosa, apakah sebenarnya yang sedang kita bicarakan itu?

Dan kita perlu ajukan pertanyaan lanjutan, bagaimana manusia sampai memiliki natur dosa? Oh, para pakar teologi sudah punya jawabannya! Manusia mewarisi natur dosa itu dari Adam. Lalu dari mana Adam mendapat natur dosa itu? Demikianlah, kita kembali lagi ke titik awal.

Apakah Adam mewarisi natur dosa itu dari suatu tempat? Jadi Adam yang menciptakan natur yang berdosa, begitukah? Dia menciptakan natur dosa yang akan diwarisi oleh manusia lainnya. Berarti, pada dasarnya, kita akan dihukum karena dosa Adam. Dan kita menjadi jahat sebenarnya bukan karena kesalahan kita sendiri, semua ini salah Adam. Maksud saya, Allah seharusnya menghukum Adam saja. Mengapa Dia sampai harus menghukum saya? Maksud saya, Adam yang menciptakan natur dosa itu dan saya hanya mewarisinya, tetapi saya lalu dihukum karena warisan itu. Berhati-hatilah dengan jawaban yang begitu dangkal. Saya menguatirkan teologi dan juga teologi sistematis yang telah memberikan jawaban semacam itu.

Bagaimana Adam bisa mendapatkan natur dosa ini? Yah, karena dia berbuat dosa. Jadi, dengan berbuat dosa maka Anda akan menciptakan natur dosa? Dengan cara itukah kita menciptakan natur dosa? Jawaban semacam ini jelas sangat tidak bermutu. Kita hanya dapat sekadar berkata bahwa manusia telah berbuat dosa. Itu saja.

Lalu yang mana yang muncul lebih dulu? Dosa atau natur dosa itu yang muncul lebih dahulu? Sepertinya sama dengan masalah ayam dan telur. Anda berbuat dosa dulu baru muncul natur dosa, atau Anda memiliki natur dosa dulu baru muncul perbuatan dosa?

Dan anehnya, para pakar teologi itu juga begitu kebingungan dengan persoalan ini lalu memutuskan untuk memandang bahwa keduanya terjadi secara bersamaan, sesuatu hal yang jelas tidak mungkin. Pilihannya adalah, Anda berbuat dosa dulu baru memiliki natur dosa. Atau pilihan lainnya, Anda memiliki natur dosa dulu baru melakukan perbuatan dosa. Akan tetapi, jika Anda harus memiliki natur dosa dulu, maka itu berarti Adam diciptakan dengan natur dosa. Tidak bisa. Hal itu tidak bisa diterima, karena Allah menciptakan semuanya baik. Baiklah, di dalam kasus ini, tentunya Adam berbuat dosa dulu sebelum memiliki natur dosa. Lalu mengapa di dalam kasus kita urutannya menjadi terbalik?

Ada banyak ajaran teologi yang layak diragukan karena berasal dari pemikiran yang tidak jernih. Saya akan berterus terang akan hal ini. Jika kita ingin memberitakan Injil kepada dunia, maka kita harus menunjukkan kepada orang non-Kristen bahwa kita bisa menyampaikan sesuatu yang masuk akal. Dan jika yang kita sampaikan adalah omong kosong saja, mengatakan bahwa pada kasus Adam natur dosa itu muncul dulu sebelum perbuatan dosa dan pada ketika yang lain perbuatan dosa yang muncul lebih dulu, dan selanjutnya kedua hal itu muncul bersamaan, maka orang non-Kristen akan berkata, “Aku pikir kamu juga tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan itu, mari kita lupakan saja semua omong kosong ini.”

Bayangkan bahwa Anda sedang menemui dokter dan dia memberi Anda diagnosa omong kosong, saya pikir Anda akan segera pergi menjcari dokter yang lain karena Anda akan berpikir, “Dokter ini omongannya tidak masuk akal. Aku tidak yakin apa dia tahu hal yang sedang dia bicarakan.” Kita harus berada di titik di mana kita tidak sekadar memberikan jawaban yang tidak jelas nalarnya.


Kita memiliki natur  yang egois seperti Adam

Dari dalam hati kita keluar segala pikiran yang jahat, mengapa? Bagaimana pikiran yang jahat-jahat itu bisa muncul dari dalam hati kita? Jawabannya terletak pada pemahaman mengapa kita berbuat dosa.

Jawaban sederhananya adalah karena kita memiliki natur yang sama dengan Adam, apakah natur itu? Yaitu bahwa secara alami kita ini mementingkan diri sendiri, yaitu kita berpusat pada diri sendiri. Ini adalah hal yang natural dan tidak selalu berarti buruk. Camkan hal itu baik-baik. Hal ini bisa menjadi jahat atau tidak bergantung pada cara Anda menjalaninya.

Renungkanlah hal ini. Jika Anda tidak mementingkan diri Anda, jika Anda tidak tertarik pada kepentingan pribadi Anda, apa yang akan terjadi. Jika ada api yang sedang menyala, dan Anda tidak peduli pada kepentingan Anda, apa yang akan Anda lakukan? Anda akan memasukkan tangan Anda ke dalam api itu dan tangan Anda terbakar. Anda tidak punya tangan lagi. Anda lalu berkata, “Yah, aku tidak peduli pada kepentingan pribadiku. Aku tidak egois.” Bukankah sudah menjadi bagian dari kepentingan pribadi Anda untuk tidak ingin terbakar? Tentu saja itu kepentingan pribadi. Apakah kepentingan pribadi itu salah? Tidak selalunya. Dapatkah Anda melihat bahwa kepentingan pribadi tidak selalu jahat? Ini adalah wujud kepedulian Anda untuk melindungi diri. Allah ingin agar Anda melindungi diri Anda.

Atau dengan kata lain. Jika Anda sama sekali tidak peduli dengan kesejahteraan Anda, lalu mengapa Anda ingin “diselamatkan”? Mengapa Anda ingin diselamatkan? Anda ingin diselamatkan karena Anda peduli dengan kesejahteraan Anda, bukankah begitu? Ah, egois! Anda bisa lihat, keegoisan ternyata ada di bagian akar Kekristenan. Mengapa Anda menjadi Kristen sekarang ini? Jelaskanlah, mengapa? Yah, kami hanya ingin ikut menyanyikan lagu, kami ingin kedamaian. Ah, egois! Anda ingin damai sejahtera. Tidak seharusnya Anda menginginkan damai sejahtera. Oh, saya tidak boleh menginginkan damai sejahtera. Seharusnya saya menginginkan kesengsaraan. Itu baru tidak egois!

Jadi, pada dasarnya, bahkan hasrat kita pada keselamatan didorong oleh keegoisan, bukankah begitu? Apakah Anda akan berkata tidak? Jika Anda tidak peduli pada kepentingan pribadi Anda, tentunya Anda tidak akan peduli apakah Anda akan masuk surga atau neraka, benar bukan? Apakah Anda tidak peduli? Apa bedanya? Anda tidak peduli akan masuk ke surga atau neraka, itu menunjukkan tidak adanya keegoisan, benar bukan? Namun karena Anda peduli, Anda tidak ingin pergi ke neraka melainkan ke surga, Anda ingin mempertahankan diri Anda karena Anda ingin menyelamatkan diri Anda.

Jika Anda tenggelam, dan jika Anda tidak peduli pada kepentingan pribadi Anda, mengapa Anda tidak biarkan saja diri Anda tenggelam? Mengapa Anda berteriak, “Tolong! Tolong! Tolong!” Dan teriakan Anda itu telah mengganggu orang-orang di sekitar Anda. Tenggelamlah dengan tenang. Tenggelam dengan tenang dan menghilang, itu saja. Anda akan mengganggu semua orang di sekitar Anda yang sedang menikmati liburannya jika Anda berteriak sekeras-kerasnya. Adakah orang yang akan menuduh Anda egois jika Anda berteriak minta tolong saat tenggelam? Apakah ada yang akan berkata bahwa itu adalah natur orang yang berdosa. Ah! Anda hanya peduli pada diri Anda sendiri saja. Anda tidak peduli pada mereka yang sedang menikmati liburannya, dan mengganggu ketenangan mereka. Mengapa Anda tidak diam dan tenggelam saja? Dapatkah Anda memahami maksud saya? Tahukah Anda apa yang saya mau sampaikan?

Sekarang Anda bisa melihat mengapa banyak orang begitu kacau sehingga tidak bisa membedakan antara yang satu dengan yang lainnya, mereka tidak bisa memilah keduanya. Mereka berbicara tentang natur yang jahat. Apakah keinginan Anda untuk diselamatkan itu bukan natur yang jahat? Bukankah egois jika Anda ingin diselamatkan? Jika Anda tempelkan label ‘egois’ pada keinginan semacam itu, tentunya Anda tidak akan peduli apakah Anda diselamatkan atau tidak. Anda tidak akan peduli apakah Anda tenggelam atau tidak. Anda tidak akan peduli apakah Anda terbakar atau tidak. Anda tidak akan peduli semua itu, bukankah demikian?

Bisakah Anda berpikir lurus? Dalam pembahasan teologi, jika bahan pembicaraannya adalah perkara rohani, ada kalanya otak yang sangat cerdas bisa menjadi sangat tumpul dan bodoh. Dan kadang-kadang, saat saya meneliti teologi sistematis, maafkan jika saya menyampaikan hal ini, yang saya temukan hanya omong kosong saja.


Mempertahankan hidup tidaklah jahat, yang penting adalah bagaimana cara Anda melakukannya

Ada ‘keegoisan’ yang memang penting bagi manusia. Masalahnya bergantung pada bagaimana Anda menjalankan hasrat untuk mempertahankan hidup dan kepentingan pribadi ini. Dapatkah Anda memahaminya? Bukankah hal ini sangat mudah dipahami? Lalu mengapa pakar teologi berbicara tentang ‘natur jahat’? Karena dia mengacaukan pemahaman akan hasrat ini, kebutuhan untuk mempertahankan hidup dengan sesuatu hal yang memang jahat, dan dia menyebut semua itu ‘natur jahat’.

Tak ada yang jahat di dalam natur Adam, karena jika memang ada maka Anda akan berkesimpulan, “Adam memiliki natur yang jahat dulu baru kemudian berbuat dosa,” bukankah begitu? Dan Anda harus menjelaskan bagaimana Adam sampai bisa memiliki natur jahat. Anda mungkin harus berkata bahwa Allah menciptakan Adam dengan natur yang jahat. Karena Anda tidak mau menjawab seperti itu, maka Anda harus menjelaskan dari mana natur yang jahat itu muncul. Apakah muncul dengan begitu saja? Sekarang Anda bisa lihat, semua penjelasan tentang pewarisan natur jahat, bahwa manusia memiliki dosa mula-mula, dan segala macam hal yang berkaitan dengan itu berasal dari pemikiran yang kosong dan kacau. Manusia diciptakan dengan hasrat untuk mempertahankan hidupnya. Hasrat untuk mempertahankan hidup ini tidak baik juga tidak jahat; cukup netral, bergantung pada bagaimana Anda menjalankannya.

Sebagai contoh, misalnya Anda berupaya mempertahankan hidup Anda dengan cara yang egois. Anda ingin, misalnya, demi mempertahankan hidup maka Anda perlu uang, lalu Anda merampok bank. Mempertahankan hidup dengan cara itu jelas salah. Tak ada salahnya Anda berupaya mempertahankan hidup akan tetapi cara yang Anda jalankan di dalam mempertahankan hidup itu yang penting. Itulah poin yang sedang kita bicarakan.

Dengan cara apa Anda mempertahankan hidup Anda? Mengapa ada orang yang melakukan perampokan serta pembunuhan dan sebagainya? Karena dia mempertahankan hidupnya dengan cara yang salah.

Saya tidak tahu apakah Hitler memang percaya pada ucapannya sendiri. Mungkin dia orang yang sakit jiwa, saya juga tidak tahu. Tetapi mungkin juga dia memang benar-benar yakin bahwa orang Yahudi adalah ancaman bagi keberadaannya dan juga keberadaan bangsa Jerman. Mungkin dia benar-benar mempercayai hal itu di dalam pikirannya yang sudah terjungkir dan menyimpang itu. Dan akibatnya, pembantaian 6 juta orang Yahudi menjadi hasil dari niatnya untuk mempertahankan diri dan ras German. Tentu saja kita tidak setuju dengan pemikirannya. Dia berusaha mempertahankan dirinya, dia benar-benar, secara keliru, mempercayai apa yang dia ucapkan itu. Dan orang merasa bahwa Hitler tampaknya memang sangat percaya akan hal itu.

Dan bagaimana Anda akan memahami peristiwa seperti yang terjadi di Jonestown, di mana sekumpulan orang beramai-ramai bunuh diri karena diperintahkan untuk bunuh diri? Mereka benar-benar percaya pada sesuatu hal, dan hal itu ternyata salah. Yesus berkata, “Orang buta memimpin orang buta, maka keduanya akan jatuh ke lubang.” Keduanya masuk neraka. Lubang adalah gambaran bagi neraka di dalam Alkitab. Jika Anda ikuti orang yang pemikiran serta niatnya kacau, maka Anda akan berada dalam masalah besar, Anda berada dalam bahaya besar. Di zaman sekarang ini, di tengah angkatan ini, Anda harus teliti siapa orang yang Anda ikuti. Itu sebabnya mengapa seringkali saya berkata, “Jangan ikuti saya juga sebelum Anda memeriksa berulang kali semua yang telah saya sampaikan ini di dalam terang Firman Allah. Apakah pernyataan saya ini benar atau salah?” Jangan terhanyut oleh kefasihan pidato, karena ada orang yang bisa menyajikan sesuatu hal secara sangat baik dan meyakinkan. Orang mudah terpukau pada kefasihan orang lain berbicara. Sangat mudah terpukau pada kejelasan dan kemampuan seseorang di dalam menyampaikan sesuatu. Jangan begitu. Periksa dan periksa lagi segala sesuatunya karena jika Anda mengikuti orang buta, maka Anda akan jatuh ke lubang yang sama dengannya. Jika dia masuk ke dalam neraka, maka Anda akan masuk ke neraka bersamanya. Mereka yang mengikuti Jim Jones (Pemimpin kelompok di Jonestown) masuk ke dalam lubang yang sama dengannya. Kita tidak boleh lagi membiarkan hal semacam ini terjadi.

Namun tentu saja, jika Anda tidak egois dan Anda tidak peduli akan masuk neraka atau surga, maka perkara ikut-mengikuti ini tidak menjadi masalah buat Anda. Namun jika Anda egois, yakni ‘egois’ di dalam pengertiannya yang baik, dan Anda ingin diselamatkan, maka sebaiknya Anda teliti siapa yang Anda ikuti. Berhati-hatilah di dalam melangkah. Dan di dalam perkara ini, sangatlah penting untuk belajar, dengan kasih karunia Allah, berpikir dengan kejernihan yang mutlak.


Dosa membuat Anda tidak dapat berpikiran jernih di dalam perkara rohani

Namun di sini kita juga masuk ke dalam persoalan yang lainnya. Mengapa kita tidak bisa berpikiran jernih jika masuk ke dalam perkara rohani? Saya beritahu Anda sebabnya. Orang yang paling cerdas, jika berbicara tentang perkara rohani, bisa menyampaikan doktrin yang paling bodoh yang pernah terlintas di dalam benak seseorang. Mengapa? Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, dan akan saya jelaskan lagi: satu-satunya jalan untuk bisa memiliki pemahaman dan kejelasan rohani, agar tidak menjadi buta dan mengikuti bimbingan orang buta, adalah dengan menjadi suci.

Saya berbicara tentang kesucian rohani. Jika masih ada dosa di dalam hidup Anda atau di dalam hidup saya, maka pandangan rohani kita akan menjadi kabur, sangat kabur. Anda tidak akan bisa berpikir secara rohani lagi. Saat masuk ke dalam pembicaraan di bidang teknik, Anda tentu saja masih bisa berpikir jernih. Saat berbicara tentang ilmu fisika, Anda masih bisa berpikir jernih karena kejernihan dalam memikirkan perkara lahiriah tidak bergantung pada kesucian rohani. Namun jika berbicara tentang perkara rohani, Anda boleh saja merupakan orang yang jenius namun Anda mungkin akan berbicara seperti orang bodoh yang tidak berpendidikan. Saya pernah bertemu dengan orang-orang yang sangat cerdas, dan omong kosong yang keluar dari mulut mereka ketika berbicara tentang perkara-perkara rohani sangatlah luar biasa. Mulut saya ternganga dalam keheranan saya. Saya mengamati orang itu dan berpikir, “Orang ini sangat berpendidikan, sangat cerdas, begitu banyak gelar yang dia miliki, tetapi isi pembicaraannya hanya omong kosong belaka.” Tahukah Anda mengapa? Hal ini bukan karena dia kurang cerdas, melainkan karena dia tidak memiliki pemahaman rohani. Dan dia tidak memiliki pemahaman rohani karena hatinya tidak bersih.

Percayalah, hal ini sepenuhnya benar. Coba saja dan Anda akan lihat sendiri. Atau mungkin Anda sudah mengalaminya sendiri. Coba saja biarkan dosa menguasai hidup Anda, dan Anda akan terheran-heran melihat betapa kacaunya omongan Anda saat membahas perkara rohani. Anda ingin tahu apakah yang saya katakan ini benar atau salah?

Hanya ada satu jalan. Datanglah ke hadapan Allah dan mintalah, “Ya Tuhan, sucikanlah saya. Sucikanlah hati saya.” Dan Anda akan mendapati ketika Allah membersihkan Anda, selaput akan gugur dari mata Anda. Anda akan teringat bahwa itu juga terjadi pada Paulus. Dia mendapati ada selaput yang gugur dari matanya ketika dia bertobat dari dosa-dosanya, dan Ananias menumpangkan tangannya kepada Paulus dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Jadi, ketika dia bertobat dari dosa-dosanya dan menerima Roh Kudus, selaput gugur dari matanya secara lahiriah dan rohaniah, dan dia bisa melihat dengan jelas.


Teologi yang tidak masuk akal: Kita semua masuk neraka karena Adam telah berbuat dosa

Itu sebabnya mengapa saya sangat memperhatikan mereka yang sedang dalam pelatihan. Saya ingin sampaikan hal ini kepada mereka yang sedang dalam pelatihan. Anda tidak menjadi siap untuk melayani Tuhan hanya karena Anda masuk ke seminari. Silakan beli dan baca buku tentang teologi sistematis untuk membuktikannya sendiri. Dan jika Anda bisa memahami apa yang disampaikan di sana, itu sudah bagus. Namun di saat Anda mengerti apa yang disampaikan di sana, Anda akan sangat terkejut, dan saya minta maaf karena manyampaikan hal ini sekali lagi, Anda akan terkejut melihat betapa mereka menuliskan omong kosong atas nama teologi. Dosa mula-mula adalah salah satu contoh sederhana akan masalah ini. Kita semua masuk neraka karena Adam telah berbuat dosa.

Dan orang cerdas semacam Augustinus menganjurkan solusi macam apa untuk persoalan ini? Dapatkah Anda mempercayainya? Saya tidak bisa mempercayainya. Solusi dari Augustinus untuk masalah ini adalah: jalan untuk diselamatkan dari dosa mula-mula adalah dengan dibaptiskan. Sungguh sukar dipercaya. Inilah asal mula dari baptisan terhadap bayi. Dia berkata bahwa bayi-bayi akan masuk ke neraka jika Anda tidak segera membaptiskannya. Jadi, raihlah bayi Anda dan segeralah membaptiskannya! Pernyataan ini muncul dari orang sekualitas Augustinus, orang yang kepandaiannya sangat mengagumkan, ternyata bisa mengeluarkan pernyataan semacam itu. Saya menyampaikan hal ini dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Augustinus, tokoh yang saya hormati dan kasihi dan orang telah saya baca tulisannya. Saya telah membaca bukunya dan sangat kagum dengan tulisannya, akan tetapi untuk persoalan yang satu ini, dia telah keluar jalur.

Dan apakah yang dikerjakan oleh gereja? Orang buta mengikuti tuntunan orang buta. Kemudian kita menjalankan baptisan bagi bayi-bayi. Mengapa? Tentu saja supaya mereka tidak masuk neraka. Bayi masuk neraka? Pernahkah Yesus mengatakan hal itu? Tentu saja tidak. Namun itulah hal yang dikatakan oleh Augustinus, dan sebagian besar gereja mengikuti Augustinus. Diagnosis yang salah, diikuti dengan solusi yang salah pula. Diagnosisnya salah. Diagnosisnya adalah dosa mula-mula – bahwa manusia mewarisi natur penuh dosa. Mengapa Augustinus tidak mempersoalkan dari mana natur penuh dosa itu berasal? Tentu saja dia memikirkannya. Dari Adam. Namun mengapa dia tidak mempertanyakan dari mana Adam mendapatkan natur penuh dosa ini?

Renungkanlah pokok ini baik-baik. Jika Anda berkata bahwa Adam mendapatkan natur yang penuh dosa itu karena dia telah berbuat dosa, maka Anda hanya akan memperkeruh masalah ini. Bagaimana bisa satu perbuatan dosa menciptakan natur penuh dosa? Satu tindakan menghasilkan natur? Bagaimana Anda akan menjawab pertanyaan ini, entah secara filosofis maupun menurut filsafat agama? Bagaimana Anda bisa menjelaskan secara masuk akal tentang hubungan sebab akibat di antara keduanya? Yang mana akibatnya? Yang mana penyebabnya? Apa hubungan sebab akibat (causal connection) di antara keduanya?


Kesucian hati memberi Anda pemahaman rohani

Jadi, saya sampaikan kepada mereka yang sedang dilatih. Pelatihan tidak terletak pada kedalaman pengetahuan Anda akan isi Alkitab saja. Pelatihan tidak bergantung pada berapa tahun Anda telah habiskan waktu di seminari. Pelatihan itu bergantung pada kesucian hati. Kesucian hati adalah hal yang memberi Anda pemahaman akan perkara-perkara rohani, setajam pisau cukur yang akan memampukan Anda untuk memilah mana persoalan yang sesungguhnya, masalah yang sebenarnya. Anda akan bisa melihat perkara itu dengan kejelasan yang nyata bukan karena Anda sangat cerdas, melainkan karena Anda suci. Percayalah kepada saya.

Coba dan lihat saja. Datanglah ke hadapan Allah dan mintalah Dia untuk menyucikan hati Anda, “Ya Allah, ciptakanlah hati yang suci di dalam diriku,” demikian kata Daud. Lalu Allah menciptakan hati yang suci. Saya tidak bisa menciptakan hati yang suci tetapi Allah bisa menciptakan hati yang suci di dalam diri saya. Mazmur 51:12, adalah ayat yang penting untuk diingat. Saat Anda meminta Allah untuk menciptakan hati yang suci di dalam diri Anda, pemahaman Anda menjadi sangat terang. Anda bisa memilah segala hal dengan sangat jelas. Paulus berkata kepada jemaat di Korintus dalam 1 Korintus 2, bahwa orang yang rohani bisa menilai segala sesuatu akan tetapi tidak bisa dinilai oleh orang lain. Orang yang rohani bisa membedakan segala sesuatu.

Dimanakah orang-orang yang rohani itu sekarang ini? Kiranya Allah memberi kita orang-orang yang rohani di tengah angkatan ini. Hal itulah yang sangat kita butuhkan. Kita tidak butuh tambahan seminari atau sekolah Alkitab. Sudah banyak lulusan seminari, jumlahnya ratusan setiap tahun! Namun saya belum bertemu satupun, saya minta maaf karena berbicara terlalu terbuka, saya belum bertemu satupun orang yang memberi sumbangan nyata bagi kehidupan gereja.

Yang kita perlukan adalah kesucian hati. Hal ini tidak terdengar intelektual, namun saya beritahu Anda, yang kita perlukan bukanlah kecerdasan, yang kita perlukan adalah kesucian hati karena persoalan umat manusia, jika kita ingin mendiagnosanya secara benar, terletak di hatinya. Dari dalam hati, entah Anda lulusan seminari atau bukan, keluar pikiran-pikiran jahat, pembunuhan, percabulan. Segala yang tidak murni keluar dari sana.

Mengapa? Karena hasrat mempertahankan hidup itu telah begitu dieksploitasi secara salah oleh manusia. Mengapa bisa begitu? Karena selama Allah tidak menjadi pusat kehidupan Anda, maka tentu saja, kehidupan Anda akan bengkok, menuju arah yang salah.

Inilah persoalan Adam. Jika dia mengerti bahwa hal mempertahankan hidup atau ‘diselamatkan’ itu sepenuhnya bergantung pada Allah. Adam tidak akan berpikir untuk menjadi bijak dengan cara mengesampingkan Allah. Itulah kesalahannya. Tidak ada salahnya Adam ingin menjadi bijak, tak ada salahnya Hawa ingin menjadi bijak, apa salahnya keinginan untuk menjadi bijak? Menjadi bijak sangatlah penting untuk mempertahankan hidup. Akan tetapi Hawa mengambil jalan yang salah. Dia mencoba untuk melewati Allah, bukannya menempatkan Allah di titik pusat. Jika itu yang Anda kerjakan, maka Anda berada dalam masalah. Itu sebabnya tidak ada salahnya dengan hasrat mempertahankan hidup. Yang penting adalah cara Anda menjalankannya. Entah Allah yang menjadi pilihan Anda atau Anda akan memilih jalan yang lain: Buddha aliran Zen, agama, upacara pembasuhan tangan, ajaran orang Farisi. Namun saya harap Anda mengerti bahwa kesucian hati adalah hal yang mendasarinya.


‘Najis’ berarti menjadi sama dengan dunia

Ada begitu banyak hal di dalam perikop ini yang kalau kita telusuri akan menyita banyak waktu. Namun saya akan segera berhenti sejenak di dalam satu pokok sebelum kita tutup dan kita akan meneliti kata ‘najis’ ini.

Ayat 18: Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Di sini kita perlu ajukan dua pertanyaan. Pertama, apakah arti najis itu. Dan yang kedua, mengapa hal yang keluar dari manusia itu yang justru menajiskannya. Apakah hal itu belum menajiskan dirinya jika belum keluar? Demikianlah, di dalam kasus ini, jika saya tetap menutup mulut saya, maka pikiran-pikiran tersebut tidak akan keluar dari diri saya dan tidak akan menajiskan saya, bukankah begitu? Pemikiran yang sangat menarik.

Dengan kata lain, cara untuk tidak menjadi najis adalah dengan menutup mulut Anda dengan plester. Anda tidak akan dinajiskan. Ayat itu memberitahu kita bahwa apa yang keluar dari mulut kita itu yang menajiskan kita. Bagaimana bisa hal-hal tersebut keluar dari diri kita? Melalui mulutnya, yaitu melalui apa yang kita ucapkan. Dan oleh karena itu, jika saya menutup mulut saya dan merekatnya dengan kuat, maka saya tidak akan bisa dinajiskan. Ini adalah solusi yang sangat menarik bagi persoalan kenajisan. Yang kita perlukan untuk mengatasi persoalan ini adalah plester yang sangat besar. Bagaimana solusi ini menurut Anda? Bukankah ini benar? Ya. Dari satu sisi ini memang benar.

Namun pertama-tama, mari kita lihat dulu arti kata ‘najis’ ini. Kata ‘najis’ ini sama sekali bukanlah kata yang bermakna buruk. Pada dasarnya kata ini bermakna menjadi biasa. Itulah artinya. Jika Anda pelajari makna kata ini di dalam kamus, makna dasar dari kata ‘najis’ ini, koinos, adalah kata dari mana kata yang indah koinonos (persekutuan) berasal. Artinya koinos adalah memiliki suatu kesamaan.


Sebagai seorang Kristen, menjadi biasa-biasa saja adalah suatu kejahatan

Apa yang salah dengan kata ini? Pelajaran rohani apa yang muncul dari perkara menjadi biasa-biasa saja? Menjadi biasa-biasa saja adalah suatu kejahatan bagi orang Kristen. Anda tidak boleh menjadi orang biasa. Orang Israel tidak boleh menjadi orang biasa. Mereka harus menjadi orang yang luar biasa. Umat Allah harus menjadi orang yang luar biasa di dunia ini. Apakah Anda orang yang biasa-biasa saja atau orang yang luar biasa? Jika Anda hanya orang biasa, maka Anda telah gagal menjalankan tugas menjadi orang Kristen. Panggilan surgawi yang kita terima sebagai orang Kristen adalah untuk menjadi kudus. Dan menjadi kudus berarti menjadi luar biasa di dunia ini. Oh, sungguh indah sekali!

Allah ingin agar setiap orang Kristen menjadi luar biasa. Dia berterus terang menyatakan hal itu kepada kita. Dia berkata kepada orang Israel, “Aku ingin agar kalian menjadi luar biasa. Kalian harus menjadi luar biasa. Kalian tidak boleh menjadi najis.”

Jika Anda teliti di dalam kitab Imamat pasal 11, apakah artinya menjadi najis? Menjadi najis berarti terkena pada sesuatu yang tidak suci. Artinya, jika hubungan Anda dengan dunia tidak diputuskan, maka Anda menjadi sama dengan dunia. Jika Anda menjadi sama dengan dunia, tentu saja Anda tidak bisa dibedakan dari dunia. Anda menjadi orang biasa, sama seperti orang dunia yang lainnya.


Gereja sekarang ini sudah najis, tidak kudus, sudah menjadi biasa-biasa saja

Bukankah hal ini sudah terjadi pada gereja? Gereja sekarang ini sudah menjadi najis, tidak kudus, sudah menjadi biasa-biasa saja. Itulah yang sedang berlangsung. Bahkan gereja berkata bahwa kita tidak perlu menjadi kudus. Ada serombongan pendeta di luar sana yang ingin menjadikan saya sasaran kecaman karena memberitakan kekudusan sebagai esensial bagi keselamatan. Mereka ingin menuduh bahwa saya memberitakan kekudusan sebagai unsur yang mendasar bagi keselamatan. Tentu saja, saya memang melakukannya. Dan saya tidak berniat meminta maaf sedikitpun akan hal itu karena memang itu yang dituntut oleh Allah dari umat-Nya. Di dalam Perjanjian Lama saja tuntutan itu ada, apalagi di dalam Perjanjian Baru.

Di dalam Imamat 11, segenap pasal itu berbicara tentang kekudusan, tentang hal yang tidak najis, tentang hal kesucian. Dan segenap pasal ini diakhiri dengan dua penekanan, “Jadilah kudus, sebab Aku ini kudus,” sampai dua kali, di Imamat 11:43 – 45. Mengapa Allah ingin agar orang Israel menjadi suci? Karena Dia ingin agar orang Israel menjadi kudus. Lawan dari najis di dalam Alkitab adalah kudus. Anda bisa lihat hal itu, misalnya, di 1 Tesalonika 4:7. Paulus berkata, “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” Oh, ini sangat mendasar sekali. Dia ingin agar kita menjadi suci. Dia ingin agar kita menjadi murni. Dia ingin agar kita kudus. Mengapa? Supaya kita bisa bertahan. Supaya kita bisa menjadi luar biasa di dunia ini.

Pokok ini ditegaskan dengan jelas di 1 Raja-raja 8:60 di mana Salomo berkata, “Supaya dunia tahu bahwa engkau adalah umat Allah, supaya mereka mengenal Allah, bahwa Allah adalah Tuhan dan tidak ada yang lain.” Orang Israel harus menjadi orang benar, mereka harus kudus, mereka harus suci, supaya dunia bisa mengenal Allah. Itulah hal yang disampaikan di 1 Raja-raja 8:60. Dan hal ini dilanjutkan di 1 Raja-raja 8:61, yang menyatakan hal yang sama tentang hal menjadi kudus, sempurna dan memiliki komitmen.

Saya tidak punya banyak waktu untuk membahas persoalan menjadi biasa-biasa dan najis ini, akan tetapi di sini terlihat kontras yang konstan, menjadi biasa adalah lawan dari kudus. Allah menginginkan umat yang tampil menonjol di tengah angkatan mereka sebagai terang bagi dunia karena mereka telah mengalami perubahan di dalam hati; karena Allah telah memberikan hati yang bersih. Saya berdoa kepada Allah agar kita semua menjadi luar biasa, karena memang itulah panggilan Allah kepada kita, untuk menjadi luar biasa, bukan yang biasa-biasa saja, bukan yang najis, tidak suci. Ini adalah pokok yang sangat penting.


Mengapa apa yang keluar dari mulut itu yang menajiskan kita?

Namun yang berikutnya, mari kita masuk ke pertanyaan yang selanjutnya, mengapa apa yang keluar dari mulut itu menajiskan kita? Dapatkah kita mengatasi persoalan itu dengan menempelkan plester di mulut kita? Jadi hati saya boleh saja kotor, akan tetapi selama tak ada sesuatu hal yang keluar dari mulut saya, maka saya tidak najis.

Bagaimana Anda akan menjelaskan hal ini? Apakah Anda menjadi najis atau tidak? Jika Anda memiliki natur yang tidak bersih, natur yang penuh dosa, maka tidak peduli apakah mulut Anda terbuka atau tertutup, Anda tetap memiliki natur yang tidak bersih, dengan demikian Anda tetap najis. Kedengaran bagus, namun anehnya itu bukan jawaban dari Alkitab. Sungguh mengherankan. Apa yang keluar, bukan apa yang tetap tinggal di dalam, yang menajiskan Anda. Menurut teologi sistematis, Anda telah najis, entah sedang membuka atau menutup mulut. Akan tetapi Yesus berkata bahwa apa yang keluar dari mulut Anda itulah yang menajiskan Anda.

Sangat menarik. Mengapa bisa begini? Menurut Anda, apakah jawaban untuk permasalahan ini? Apakah penjelasannya? Dapatkah Anda pikirkan jawabannya? Mari kita kembali pada diagnosa awal sambil kita menuntaskan pembahasan dan tutup sesi hari ini.

Yesus sedang mendiagnosa persoalan kita di dunia ini. Masalahnya bukan karena kita kurang mengembangkan ilmu pengetahuan, bukan karena kita kurang pendidikan, bukan karena kita kurang beragama. Ada sangat banyak agama, ada sangat banyak orang Farisi di sekitar kita. Persoalan kita adalah persoalan di dalam hati: hati yang tidak bersih.


Di manakah letaknya kejahatan dosa?

Lantas apa salahnya memiliki hati yang tidak bersih? Apakah Allah tidak senang jika melihat hati kita kotor? Tidak. Lalu mengapa hal itu menjadi persoalan di dalam dunia ini? Anggaplah Anda memiliki hati yang tidak bersih, dan orang yang di sebelah Anda juga kotor hatinya, lantas apa masalahnya? Masalahnya sederhana, apa yang keluar dari mulut itu menghasilkan apa? Saat Anda berbicara, apakah yang terjadi? Ada orang lain yang mendengarnya. Jadi, ucapan itu mempengaruhi orang di sebelah Anda. Dengan kata lain, yang menajiskan seseorang itu adalah pengaruh yang dia timbulkan pada diri orang lain.

Saya tidak tahu apakah Anda bisa menangkap prinsip rohani di bagian ini. Dosa bukanlah sesuatu yang sudah ada dengan sendirinya di dalam diri Anda tanpa peduli bagaimana urusan Anda dengan orang lain. Tidak begitu.

Jahatnya dosa terletak pada fakta bahwa dosa itu mempengaruhi orang lain – apa yang Anda perbuat atau ucapkan itu. Dan Allah memperhatikan pengaruh yang Anda timbulkan terhadap orang lain. Mengertikah Anda akan poin ini? Sukar bagi Anda untuk memahaminya, bukankah begitu? Karena kita berpikir bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup kita sendiri, kita mengerjakan urusan kita sendiri dan itu bukanlah urusan orang lain. Apa yang kita kerjakan itu akan menjadi urusan orang lain. Apa yang saya perbuat akan menjadi urusan Anda karena tak ada orang yang hidup sendirian. Saya adalah penjaga saudara saya.

Sekali lagi, memang sulit bagi kita untuk mengerti bahwa hidup Anda selalu mempengaruhi orang lain entah lewat dosa akibat melakukan sesuatu atau akibat mengabaikan sesuatu. Saudara Anda sedang sakit dan kelaparan tetapi Anda tidak menolongnya. Allah akan menuntut hal itu dari Anda: “Saat Aku kelaparan, di penjara, telanjang, kamu tidak memberi-Ku makanan, kamu tidak menjenguk-Ku, kamu tidak memberi-Ku pakaian untuk dikenakan.” Anda menjawab, ” Hei, itu bukan urusanku. Jika dia tidak punya makanan, itu adalah urusannya sendiri.” Itu adalah urusan Anda. Itu sebabnya saya bersyukur kepada Allah karena Anda sangat peduli kepada para pengungsi. Tahukah Anda bahwa dengan melakukan hal ini Anda telah menggenapi rencana Allah? Itu adalah urusan kita. Tak ada orang yang hidup bagi dirinya sendiri. Allah akan menghakimi kita atas pengaruh yang kita timbulkan pada orang lain, tahukah Anda hal itu? Dia tidak akan menghakimi Anda atas dosa yang tersembunyi di dalam hati Anda, sadarkah Anda akan hal ini? Dia akan menghakimi Anda berdasarkan pengaruh yang Anda timbulkan pada orang lain di dalam hidup Anda. Ini adalah pemikiran yang mengherankan dan revolusioner, akan tetapi ini adalah pemikiran yang alkitabiah.


Kita dihakimi menurut perbuatan kita

Itu sebabnya Alkitab berkata bahwa kita dihakimi menurut perbuatan kita, bukannya menurut keadaan kita melainkan menurut perbuatan kita. Mengherankan! Apa yang keluar dari diri Anda. Seandainya saja Anda bisa tetap menjaga dosa itu tetap di dalam diri Anda, sayangnya hal itu tidak bisa sebab sama halnya dengan pohon, ia akan menghasilkan buah. Jika pohon itu baik, maka buahnya baik. Jika pohon itu buruk, maka buahnya juga buruk. Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Anda tidak akan bisa menyembunyikannya. Anda menjalani hidup yang akan dihakimi oleh Allah, menurut pengaruh Anda kepada orang lain, atau tidak adanya pengaruh yang Anda hasilkan jika Anda seharusnya memberikan pengaruh. Mengertikah Anda apa yang sedang kita bahas ini, yaitu tentang mengapa Allah menginginkan agar orang Israel menjadi luar biasa? Mengapa Allah ingin agar Anda menjadi luar biasa? Mengapa Allah ingin agar saya menjadi luar biasa? Karena jika saya menjadi luar biasa, saat Allah mengubah hidup saya dan menjadikan saya luar biasa, maka saya akan memberikan pengaruh yang sangat nyata dan sangat baik kepada orang lain. Dan saya harus dan semestinya bisa mempengaruhi orang lain. Apa pengaruh terang terhadap orang-orang yang dalam kegelapan?

Pernahkah Anda mengalami listrik padam? Tahukah Anda apa yang terjadi saat tidak ada terang? Anda meraba-raba di dalam kegelapan. Hidup Anda kehilangan keseimbangannya. Anda tidak bisa makan, tidak bisa belajar, tidak bisa melihat apa yang ada di atas meja, Anda tidak bisa melakukan apa-apa tanpa terang. Kita harus menjadi terang dunia ini. Terang kita harus mempengaruhi orang ke arah yang baik. Itulah panggilan surgawi! Tantangan yang sungguh indah!


Tugas Anda di dunia ini adalah: menjadi luar biasa!

Itu sebabnya saya katakan sekali lagi kepada mereka yang akan diutus. Saat Anda keluar untuk melayani Tuhan, apakah yang akan Anda kerjakan? Pernahkah saya meminta Anda untuk membuat KKR besar-besaran? Tidak, saya tidak menyatakan hal itu. Mengapa? Karena bukan itu solusi bagi persoalannya. Hal itu tidak menyelesaikan masalah. Bagi yang sudah lama berkecimpung dan mengamati, akan tahu bahwa KKR besar-besaran ini tidak mengatasi masalah. Dan sangat sedikit orang yang dengan tulus berpaling kepada Tuhan, 85% sampai 90% akan murtad, namun sekumpulan kecil orang yang akan terus mengikut Tuhan, akan benar-benar datang kepada Tuhan jika mereka telah melihat terang Anda bersinar tanpa harus mengadakan KKR. Tugas Anda di dunia ini adalah berangkat dan menjadi orang yang luar biasa, bukannya untuk menyelenggarakan KKR. Jadilah luar biasa! Kehidupan orang-orang akan berubah cukup dengan melihat kehidupan Anda yang luar biasa.

Saat Yesus menjalankan pelayanannya, adakah dia membuat KKR besar-besaran? Tidak. Akan tetapi karena hidupnya sangat luar biasa sehingga orang-orang datang, tertarik oleh semacam magnet kepadanya. Hidupnya menarik orang-orang untuk datang kepadanya. Dia tidak membuat oraganisasi apapun. Jangan coba-coba bermain curang. Anda tidak akan bisa mengakali Allah. Anda tidak akan bisa memperbaiki cara Allah. Jangan merasa pintar. Kerjakanlah dengan cara Allah. Allah tidak menyuruh kita menyelenggarakan kegiatan ini dan itu. Dia hanya berkata, “Pergi dan jadilah luar biasa. Jadilah umat-Ku di tengah dunia ini.”


Bagaimana Anda bisa menjadi luar biasa? Dengan kesucian hati

Bagaimana cara untuk menjadi luar biasa? Kembali ke pokok yang satu ini – kesucian hati. Bagaimana bisa mendapat kesucian hati? Dengan mengijinkan Allah menciptakan hati yang suci di dalam diri Anda. Itulah jalannya. Demikianlah, kita membuat satu lingkaran dan kembali ke titik awal lagi. Kita telah membahas tentang masalah mendasar umat manusia, masalah mendasar dalam hidup Anda. Jika Anda belum memahami isi khotbah kami, maka akan terjadi seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, “Mendengar itu tidak sama dengan memahami.”

Saya tidak tahu apakah Anda sudah memahami. Jika Anda sudah memahami maka Anda akan tahu bahwa mengijinkan Allah menciptakan hati yang baru di dalam diri Anda, berpaling dari segala macam kejahatan, mengijinkan Allah memurnikan Anda, adalah hal yang paling esensial dan penting.


Anda akan berakar di dalam Allah dan Anda akan memiliki pandangan rohani yang jernih

Kemudian apa yang akan terjadi? Selanjutnya Anda akan ditanam oleh Allah dan berakar di dalam Dia. Di ayat 13 dari perikop ini disebutkan, “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.” Dan kedua, Anda akan memiliki pandangan rohani yang jernih. Anda tidak akan menjadi orang buta di tengah-tengah orang buta. Anda akan melihat dengan jelas. Hidup Anda akan menjadi luar biasa. Anda akan memecahkan persoalan yang melanda umat manusia. Dan ketika Anda telah mengatasi masalah tersebut di dalam diri Anda, Anda akan bisa pergi dan mengatasi persoalan orang-orang di sekitar Anda karena sekarang Anda sudah tahu apa persoalannya. Bukankah indah bisa mengetahui apa akar persoalannya berikut dengan jalan keluarnya?


Anda tahu akar persoalan manusia dan Anda tahu jawabannya

Kita sebagai orang Kristen berada di posisi yang unik. Saya melihat dunia dan saya merasakan adanya suatu kesempatan istimewa sekaligus tanggung jawab yang besar. Saya mengamati setiap orang dan saya tahu persis apa persoalannya dan saya tahu jawaban bagi persoalannya karena Yesus telah memberitahu saya. Saya telah mencobanya dan jawaban itu benar. Bukankah indah? Tak ada dokter yang punya posisi yang sangat beruntung ini. Dia tahu banyak tentang penyakit akan tetapi dia juga tahu bahwa sebagian besar dari penyakit-penyakit itu tak dapat dia sembuhkan. Dia bisa meredakan gejala-gejala sebagian besar penyakit akan tetapi dia tidak bisa menyembuhkannya.

Tetapi Anda tahu persis apa masalahnya dan Anda tahu jawabannya. Dan saya sampaikan kepada mereka yang telah dilatih, Anda berada di dalam kedudukan yang istimewa. Anda pergi keluar dengan mengetahui apa persoalan serta jawabannya. Pastikanlah bahwa Anda hidup sesuai dengan itu.

 

Berikan Komentar Anda: