Chuah SC |

Kebanyakan orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Allah. Kebanyakan juga percaya bahwa Yesus menyatakan dirinya sebagai Allah. Jika mereka ditanya di mana dalam Injil Yesus menyatakan dirinya sebagai Allah, rata-rata mereka akan mengutip Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Boleh dikatakan inilah salah satu ayat paling utama yang dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus menyatakan diri sebagai Allah. Apakah ini bukti terbaik yang tersedia untuk membuktikan bahwa Yesus menyatakan dirinya sebagai Allah? Apakah pernyataan “Aku dan Bapa adalah satu” notabene berarti Yesus dan Bapa adalah “satu dalam hakikat”? Apakah ini satu-satunya cara untuk menafsirkan ayat ini?

Sebenarnya tafsir trinitaris atas Yohanes 10:30 hanya dapat dipertahankan dengan mencabut ayat ini dari konteksnya. Dikembalikan ke konteksnya, seluruh argumentasi trinitaris runtuh dengan sendirinya. Berikut konteks kepada Yohanes 10:30:

23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. 
24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi dia dan berkata kepadanya: “Berapa lama lagi engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
25 Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan dalam nama Bapaku, itulah yang memberikan kesaksian tentang aku,
26 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaku.
27 Domba-dombaku mendengarkan suaraku dan aku mengenal mereka dan mereka mengikut aku,
28 dan aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganku.
29 Bapaku, yang memberikan mereka kepadaku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
30 Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:23-30)

Konteks menyatakan dengan jelas kesatuan yang dimaksudkan oleh Yesus bukanlah kesatuan “hakikat” “zat”, “esensi” atau “derajat”. Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kesatuan relasional yang membawa kepada kesatuan fungsional, yakni:

  1. pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Yesus itu semuanya dilakukan dalam nama Bapa (ay. 25) dan
  2. Yesus dan Bapa bersama-sama melindungi domba-domba yang diberikan Bapa kepadanya (ay. 28-29).

Yang dimaksudkan Yesus adalah kesatuan dalam fungsi, kesatuan fungsional. Yesus dan Bapa memiliki misi dan tujuan yang sama. Hal ini dikonfirmasi dalam doa Yesus untuk murid-muridnya di Yohanes 17:2:

Sama seperti Engkau (Bapa) telah memberikan kepadanya (Yesus) kuasa atas segala yang hidup, demikian pula ia (Yesus) akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau (Bapa) berikan kepadanya (Yesus).

Kebenaran ini merupakan sebuah kebenaran yang sungguh indah, yang kemudiannya ditegaskan juga oleh rasul Paulus bahwa segala sesuatu berasal dari Bapa, tetapi kita menerima segala sesuatu itu melalui Yesus (1 Korintus 8:6). Satu contoh lain bagaimana kesatuan fungsional ini dipakai dalam Perjanjian Baru adalah di 1 Korintus 3:8, “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama”, atau dalam bahasa Inggris, “Now he who plants and he who waters are one.” Apakah kesatuan hakikat yang dimaksud, atau kesatuan fungsional?

Lalu, mengapa kita bersikeras memahami pernyataan Yesus “Aku dan Bapa adalah satu” yang demikian indah ini dengan pengertian abstrak seperti “hakikat” dan “zat”? Rupanya kita mempelajarinya dari musuh-musuh Yesus! Berikut reaksi orang-orang Yahudi atas pernyataan Yesus tersebut:

31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.
32 Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapaku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari aku?”
33 Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari engkau, melainkan karena engkau menghujat Allah dan karena engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah.” (Yohanes 10:31-33)

Anehnya, dalam semua kesempatan yang lain, orang-orang Kristen suka sekali menghina orang-orang Yahudi yang memusuhi Yesus. Orang-orang Kristen juga suka sekali menertawakan orang-orang Yahudi yang seringkali salah memahami perkataan dan tindakan Yesus. Namun, pada kesempatan ini, kita berpihak pada musuh-musuh Yesus yang kononnya memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Pada kesempatan yang satu ini, umat Kristen dan musuh-musuh Yesus sepakat!

Sebagai pengikut-pengikut Yesus, yang manakah yang seharusnya menjadi patokan iman kita? Tafsir musuh-musuhnya atau penjelasan dari Yesus sendiri? Kita tidak perlu memiliki kecerdasan yang terlalu tinggi untuk langsung memahami bahwa Yesus terang-terangan menyangkal tuduhan orang-orang Yahudi itu! Berikut pembelaan Yesus yang sekaligus menjelaskan kepada kita apa artinya “Aku dan Bapa adalah satu.”

34 Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?
35 Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan,
36 masihkah kamu berkata kepada dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena aku telah berkata: Aku Anak Allah?
37 Jikalau aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapaku, janganlah percaya kepadaku,
38 tetapi jikalau aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam aku dan aku di dalam Bapa.” (Yohanes 10:34-38)

Dalam pembelaannya, Yesus mengutip dari Mazmur 82:6 untuk menunjukkan bahwa wakil-wakil Allah yang menerima firman Allah, yang notabene adalah manusia biasa (ay.7), dapat disebut allah oleh Allah sendiri. Jadi, apa salahnya jika dia berkata, “Aku Anak Allah”? Kata “allah” ternyata dalam Taurat dapat diberlakukan kepada manusia biasa yang diberi otoritas oleh Allah. Namun, perhatikan dengan seksama bagaimana Yesus menyebut dirinya. Dia menyebut dirinya sebagai:

1)      Yang dikuduskan oleh Bapa
2)      Yang telah diutus-Nya ke dalam dunia
3)      Anak Allah

Yesus dalam kenyataannya telah:

1)      Menyangkal tuduhan orang-orang Yahudi bahwa dia menyamakan dirinya dengan Allah
2)      Membedakan dirinya dari Allah
3)      Menegaskan identitasnya sebagai Anak Allah

Di ayat 38, Yesus selanjutnya menerangkan apa yang dimaksudkan dengan “Aku dan Bapa adalah satu” dari ayat 30, yaitu “Bapa di dalam aku dan aku di dalam Bapa”. Perhatikan dengan cermat bahwa konteks kepada kedua ayat berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan Yesus. Yang ingin ditegaskan oleh Yesus dalam Injil Yohanes adalah bahwa segala pekerjaan yang dilakukannya dalam kenyataannya adalah pekerjaan Bapa. Hal ini dinyatakan oleh Yesus secara terang-terangan di Yohanes 14:10,

Tidak percayakah engkau, bahwa aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam aku? Apa yang aku katakan kepadamu, tidak aku katakan dari diriku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Bagaimana semua ini dapat diartikan sebagai bukti keilahian Yesus memang sangat sulit untuk dimengerti. Jauh lebih sulit untuk dimengerti adalah bagaimana istilah-istilah “zat” dan “hakikat” diperkenalkan dalam tafsir atas Yohanes 10:30 padahal konsep-konsep seperti ini sangat asing bagi dunia pandang umat Yahudi. Hampir mustahil untuk dimengerti adalah mengapa umat Kristen, dalam kesempatan yang satu ini, begitu gairah untuk bersependapat dengan tafsir (atau salahtafsir) orang-orang Yahudi atas perkataan Yesus. Tuduhan jahat orang-orang Yahudi malah dianggap sebagai kebenaran!

Yohanes 10:30 bukanlah bukti bahwa Yesus menyatakan diri sebagai Allah. Untuk meletakkan persoalan ini di luar keraguan, kita baca:

11 Dan aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita. (Yohanes 17:11)

21
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku.
22 Dan aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu:
23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi aku.  (Yohanes  17:21-23)

Jika Yesus adalah Allah karena kesatuannya dengan Bapa, tentu saja itu merupakan kesatuan yang eksklusif. Namun, Injil Yohanes menyatakan sebuah kesatuan yang inklusif. Boleh dikatakan seluruh misi pelayanan Yesus adalah untuk membuka pintu agar semua orang percaya dapat mengambil bagian dalam kesatuan itu sehingga setiap orang percaya dapat berkata, “Aku dan Kristus dan Bapa adalah satu.” Apakah kita dengan demikian menjadi Allah? Tentu saja tidak! Ini merupakan kesatuan mutual indwelling yang digerakkan oleh kasih, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan “hakikat” seseorang. “Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi aku” merupakan sebuah pernyataan yang teramat menakjubkan!

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa tafsir trinitaris atas ayat ini sama sekali tidak dapat bertahan jika dikembalikan kepada konteks, apakah konteks secara langsung yakni Yohanes 10, atau konteks yang lebih luas. Tafsir trinitaris “kesatuan hakikat” berarti Yesus memiliki hakikat yang sama dengan Bapa. Apa pun artinya itu, setidaknya mengandung arti, Yesus sederajat dengan Bapa, suatu hal yang paling dititikberatkan dalam doktrin Trinitas, tetapi merupakan hal yang terang-terangan disangkal oleh Yesus di ayat sebelumnya.

Bapaku, yang memberikan mereka kepadaku, lebih besar dari pada siapapun (Yohanes 10:29)

Tidak lama kemudian, Yesus mengulangi pernyataannya sekali lagi dengan lebih jelas, jangan-jangan ada yang masih kurang jelas.

Bapa lebih besar dari pada aku. (Yohanes 14:28)

Bukankah ini sudah sangat jelas? Tidak di mana pun dalam Perjanjian Baru, Yesus disebut sederajat atau setara dengan Bapa. Mutlak tidak satu ayat pun!

Berikan Komentar Anda: